Disusun oleh:
Nama : Annisa Maula Hasanah
NIM : K4519007
KELAS B
PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...........................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................1
C. Tujuan.........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................... 3
A. Kesimpulan.................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ii
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gumuk pasir merupakan sebuah bentukan alam/alami yang disebabkan oleh
proses angin yang disebut sebagai bentang alam eolean (eolean morphology). Angin
yang membawa pasir akan membentuk bermacam-macam bentuk dan tipe gumuk
pasir, salah satunya adalah gumuk pasir berbentuk bulan sabit atau disebut juga tipe
barchan yang ada di Gumuk Pasir Parangtritis. Gumuk pasir (sand dune) didominasi
oleh batu/pasir dengan tumbuhan yang sangat jarang. Pasir yang membentuk Gumuk
Pasir Parangtritis berasal dari erupsi Merapi yang terbawa oleh arus sungai hingga ke
pantai dan kemudian terbawa oleh angin hingga membentuk barchan.
Ekosistem gumuk pasir merupakan bagian dari potensi sumber daya alam
pesisir dan laut yang berperan sangat penting bagi kehidupan manusia. Tidak semua
negara memiliki sumber daya pesisir berupa ekosistem gumuk pasir. Indonesia
menjadi negara yang beruntung karena memiliki gumuk pasir yang sangat luas.
Gumuk pasir memiliki potensi edukasi, wisata, konservasi, ekonomi,
pertanian, riset, sosial kemasyarakatan, dan budaya. Potensi-potensi gumuk pasir di
kawasan Parangtritis Kabupaten Bantul belum dimanfaatkan secara maksimal, yang
terjadi adalah eksploitasi gumuk pasir untuk kegiatan penambangan pasir dan alih
fungsi lahan. Eksploitasi gumuk pasir merupakan ancaman utama keberadaan gumuk
pasir di kawasan pesisir Parangtritis Kabupaten Bantul.
Dari paparan di atas, diketahui bahwa gumuk pasir memiliki berbagai manfaat
bagi kehidupan manusia. Namun saat ini, ekosistem di gumuk pasir mengalami
kerusakan. Oleh karena itu, tujuan penulisan ini untuk memberikan solusi alternatif
dalam pengelolaan kawasan gumuk pasir agar ekosistemnya tetap terjaga.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peranan gumuk pasir bagi kehidupan manusia?
2. Apa saja faktor penyebab rusaknya ekosistem di kawasan Gumuk Pasir
Parangtritis?
3. Bagaimana cara mengatasi kerusakan ekosistem di kawasan Gumuk Pasir
Parangtritis?
i
C. Tujuan
1. Mengetahui peran gumuk pasir bagi kehidupan manusia?
2. Mengetahui faktor penyebab rusaknya ekosistem di kawasan Gumuk Pasir
Parangtritis?
3. Mengetahui cara mengatasi kerusakan ekosistem di kawasan Gumuk Pasir
Parangtritis?
i
BAB II
PEMBAHASAN
i
Penutup lahan antara vegetasi dengan pasir memiliki respon yang berbeda
terhadap air. Penutup lahan vegetasi akan lebih banyak menyerap air ketimbang
pasir namun vegetasi menguapkan air tanah lebih (tergantung jenis vegetasinya).
2. Jarangnya vegetasi asli yang tumbuh di kawasan gumuk pasir
Vegetasi asli ekosistem gumuk pasir perlu dipertahankan. Secara alami,
jumlah vegetasi asli ekosistem gumuk pasir tidak akan berkembang melebihi 10%
luasan kawasan sehingga tidak akan menghambat proses terbentuknya barchan
oleh angin.
Beberapa jenis di antaranya adalah:
a. Waru (Hibiscus tuliaceus)
b. Widuri (Calotropis gigantea)
c. Siwalan (Borassus flabellifer)
d. Tapak kambing (Ipomea pes-caprae)
e. Rumput gulung (Spinifex littoreus)
f. Bay bean (Canavalia rosea)
g. Teki-tekian (Digitaria sp.)
Sementara itu, tanaman yang didatangkan dari luar gumuk pasir antara lain:
a. Cemara udang (Casuarina equisetifolia)
b. Gamal (Gliicidia sepium)
c. Akasia (Acacia mangium)
d. Kirinyu (Chromolaena odoratum)
e. Jambu mete (Anacardia occidentale)
3. Adanya bangunan penunjang aktivitas masyarakat di kawasan gumuk pasir
Bangunan penunjang aktivitas masyarakat ternyata dapat mengganggu proses
pembentukan gumuk pasir. Objek penghalang di gumuk pasir akan mengakibatkan
berkurangnya kecepatan angin sehingga suplai pasir pembentuk gumuk pasir
menjadi lebih sedikit. Oleh karena itu, kondisi gumuk pasir harus terbebas dari
objek penghalang.
4. Penambangan pasir di gumuk pasir
Eksploitasi gumuk pasir merupakan ancaman utama keberadaan gumuk pasir
di kawasan pesisir Pantai Parangtritis Kabupaten Bantul. Luas gumuk pasir tahun
1976 sebesar 200 ha dan tahun 2015 tinggal 15 ha.
i
C. Cara mengatasi kerusakan ekosistem di kawasan Gumuk Pasir Parangtritis
Menurut Soenarto (2016), cara yang paling tepat untuk mengatasi kerusakan
gumuk pasir adalah dengan metode konservasi gumuk pasir dengan restorasi yaitu
dengan mengembalikan ekosistem gumuk pasir ke kondisi semula. Barchan-barchan
di gumuk pasir dapat kembali seperti semula apabila memenuhi syarat hidup sebagai
berikut:
1. Pantainya berpasir;
2. Tipe gisik disipatif atau energi gelombangnya terhambur;
3. Pasir kering dengan kadar lengas kurang dari 2%;
4. Pasokan pasir 15-60%;
5. Aktif di musim kemarau dan inaktif di musim hujan;
6. Pengaruh angin 70-90%;
7. Luasan vegetasi 0-10%;
8. Lingkungan yang tenggar atau leluasa tanpa penghalang
Penataaan vegetasi juga diperlukan di kawasan Gumuk Pasir Parangtritis
untuk mengatasi kerusakan ekosistem seperti berikut:
1. Vegetasi yang menghalangi angin dari arah laut selatan, yaitu vegetasi yang
terletak dibagian depan pantai perlu dihilangkan. Tutupan vegetasi dibagian yang
menghadap pantai ini selama ini telah membantu kegiatan pertanian, tambak
udang dan pemukiman. Apabila vegetasi di bagian ini dihilangkan, maka lahan-
lahan tersebut akan tertutup pasir dan tidak dapat berproduksi lagi, namun akan
dapat mengembalikan bioma gumuk pasir seperti asalnya.
2. Vegetasi introduksi atau bukan asli kawasan gumuk pasir, perlu dikurangi. Pohon
cemara udang dan akasia merupakan tanaman introduksi yang banyak ditanam
untuk penghijauan kawasan gumuk pasir. Tanaman-tanaman tersebut terindikasi
merupakan jenis invasif yang menghambat tumbuhnya spesies asli kawasan
sehingga perlu dikurangi atau bahkan dihilangkan, sedangkan vegetasi asli
kawasan perlu dipertahankan.
3. Vegetasi asli ekosistem gumuk pasir perlu dipertahankan. Secara alami, jumlah
vegetasi asli ekosistem gumuk pasir tidak akan berkembang melebihi 10% luasan
kawasan sehingga tidak akan menghambat proses terbentuknya barchan oleh
angin. Beberapa jenis vegetasi asli ekosistem gumuk pasir telah disebutkan di
atas.
i
4. Vegetasi pada zona kurang lebih 50 meter di sebelah selatan JLS perlu
dipertahankan. JLS merupakan jalur ekonomi masyarakat dan letaknya cukup
jauh dari kawasan pantai. Vegetasi pada zona tersebut perlu dipertahankan untuk
melindungi jalan raya dari pasir yang dapat menyebabkan jalan menjadi licin dan
rawan kecelakaan dan juga untuk mempertahankan jalur ekonomi masyarakat.
5. Pembagian zonasi kawasan gumuk pasir dapat menjadi salah satu alternatif solusi
dalam pengelolaan ekosistem gumuk pasir, namun dengan syarat harus
disosialisikan secara masif kepada masyarakat, stakeholder, dan para pemegang
kebijakan. Pembagian zonasi pemanfaatan kawasan gumuk pasir merupakan
penerapan konsep Man and Biosphere (MAB), yang membagi area menjadi tiga
zona yaitu inti, penyangga, dan transisi.
6. Zona inti harus steril dari segala macam kegiatan, yang boleh dilakukan yaitu
kegiatan monitoring atau penelitian dalam rangka monitoring. Zona penyangga
diperbolehkan untuk kegiatan pendidikan, pelatihan, penelitian, dan rekreasi
namun terbatas. Zona penyangga diperbolehkan untuk kegiatan masyarakat,
pendidikan dan wisata (Indrawan, 2007). Keberhasilan penerapan konsep MAB
sangat tergantung dengan ketegasan pemerintah serta upaya sosialisasi secara
masif kepada semua lapisan masyarakat.
i
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Peranan gumuk pasir bagi kehidupan manusia antara lain sebagai penangkal
tsunami, resapan air, pencegah terjadinya abrasi di daerah sekitar pantai,
penelitian, dan tempat wisata bagi masyarakat.
2. Faktor penyebab rusaknya ekosistem di kawasan gumuk asir antara lain
tertutupnya gumuk pasir oleh vegetasi dan bangunan aktivitas manusia, jarangnya
vegetasi asli yang tumbuh di gumuk pasir, dan penambangan pasir secara ilegal di
gumuk pasir.
3. Cara mengatasi kerusakan ekosistem di kawasan gumuk pasir yaitu metode
konservasi dengan restorasi yaitu dengan mengembalikan ekosistem gumuk pasir
ke kondisi semula. Penataan vegetasi juga diperlukan agar proses pembentukan
gumuk pasir tetap ada. Selain itu, diperlukan pembagian zonasi kawasan gumuk
pasir dalam pengelolaan ekosistem gumuk pasir dengan syarat harus disosialisikan
secara masif kepada masyarakat, stakeholder, dan para pemegang kebijakan.
i
DAFTAR PUSTAKA
Hanafi, Yahya. 2016. Pendekatan Ekosistem Sebagai Upaya Pengelolaan Kawasan Gumuk
Pasir Di Parangtritis Bantul D.I. Yogyakarta. Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Ahmad Dahlan.
Jogjaprov. kehati. 2016. Restorasi Ekosistem Gumuk Pasir dengan Penataan Vegetasi.
http://kehati.jogjaprov.go.id/detailpost/restorasi-ekosistem-gumuk-pasir-dengan-
penataan-vegetasi. Diakses pada hari Jumat, tanggal 20 Desember 2019, pukul 11.00
WIB.
Putra, Mega Dharma. 2018. Ekosistem dan Sosial Ekonomi Gumuk Pasir. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada.
Sungkowo, A., E. Muryani, dan F.A. Astuti. 2014. Penilaian Relatif Ekosistem Gumuk Pasir
Sebagai Kawasan Konservasi atau Pertambangan di Pantai Selatan. Makalah
diprensentasikan pada Seminar Nasional Kebumian IX Fakultas Teknlogi Mineral
UPN Veteran Yogyakarta, Yogyakarta 4-5 Desember 2014