Anda di halaman 1dari 11

Nama : Suzeth H Fakdawer

NIM : 111419048
Kelas : 7A
Resume Kelompok 1
“SEJARAH SINGKAT PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING”
1) Perkembangan Profesi Bimbingan dan Konseling
Perkembangan bidang psikologi dan kesehatan telah mendorong munculnya metode-metode
baru dalam menyelesaikan permasalahan pribadi.
Di kalangan para Ahli Kesehatan dalam memberikan terapi diawali dengan diagnosis
denganpendekatan medis, serta dengan teknik terapi seperti psikoterapi.
Sementara para ahli psikologi mengawalinya dengan melakukan pengukuran dan penilaian
terhadap perilaku guna memahami individu serta mengembangkan cara-cara baru dalam memberi
bantuan secara psikologis.
Pada awalnya profesi Bimbingan dan Konseling dari segi penyelesaian masalah-masalah
pendidikan dan pekerjaan secara melembaga dimulai pada tahun 1896, yang ditandai dengan
pembentukan klinik oleh Lightner Witmer dengan sebutan Psychological Counseling Clinic di
Universitas of Pensylvania.
Jesse B. Davis dicatat sebagai orang pertama yang menjadi konselor di sekolah menengah di
kota Detroit pada tahun 1898.
2) Faktor-Faktor Pemicu Munculnya Profesi Bimbingan Dan Konseling
 Pengaruh reformasi sosial
 Pengaruh bimbingan vokasional
 Pengaruh gerakan studi kanak-kanak
 Pengaruh gerakan psikometrik
 Pengaruh gerakan kesehatan mental
 Pengaruh gerakan psikoanalitik
 Pengaruh kewajiban belajar
 Pengaruh gerakan Client Centered Therapy
 Pengaruh depresi dan perang
 Pengaruh bantuan pemerintah Federal
3) Perkembangan Profesi Bimbingan dan Konseling di Indonesia
Profesi BK di Indonesia sekitar awal tahun 1960-an. Kegiatannya pun baru dilaksanakan di
sekolah menengah. Kementerian Pendidikan di Indonesia waktu itu sedang merencanakan
peingkatan mutu Pendidikan Menengah Atas yang diarahkan untuk menyelenggarakan SMA Gaya
Baru.
Salah satu yang dicanangkan dalam pertemuan tersebut adalah dilaksanakannya
perkuliahan/pelayanan Bimbingan dan Penyuluhan, disingkat BP, di Perguruan Tinggi yang akan
menghasilkan petugas terdidik sebagai calon pelaksana pelayanan BP di Sekolah.
Tahun 1982 sebutan Bimbingan dan Penyuluhan sudah mulai jarang digunaka, dan mulai
diperkenalkan sebutan Bimbingan dan Konseling.
Di tahun 1984 sekolah-sekolah menengah memberlakukan kurikulum 1984. Dalam
kurikulum tersebut eksistensi pelayanan BK terus dikembangkan. Dalam pelaksanaannya diberi ciri
khas, yaitu lebih ditekankan pada pelayanan bimbingan karir agar lebih menggencarkan
pengembangan karir siswa.
Resume Kelompok 2
“KEPROFESIONALAN BIMBINGAN DAN KONSELING”
Kegiatan bimbingan dan konseling pada umumnya di selenggarakan oleh tenaga professional dalam
bidang bimbingan dan konseling. Dalam Pendidikan, bimbingan dan konseling diselenggarakan oleh
pejabat fungsional yang secara resmi dinamakan guru pembimbing. Dengan demikian, kegiatan
bimbingan dan konseling disekolah merupakan kegiatan atau pelayanan fungsional yang bersifat
professional atau keahlian dengan dasar keilmuan dan teknologi.
 Tujuan Bimbingan dan Konseling
1. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupannya di masa yang
akan dating
2. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin
3. Menyesuaikan diri dengan lingkungan Pendidikan, masyarakat maupun lingkungan kerjanya.
 Fungsi Dari Bimbingan dan Konseling, Diantaranya:
1. Pemahaman
2. Preventif
3. Pengembangan
4. Perbaikan/penyembuhan
5. Penyaluran
6. Adaptasi
7. Penyesuaian
 Terdapat Kode Etik Dalam Bimbingan Dan Konseling Yaitu:
1. Kode etik dalam pola ketentuan atau aturan ataupun tata cara yang menjadi pedoman menjalani tugas
dan aktivitas suatu profesi.
2. Kerdasarkan keputusan pengurus besar asosiasi bimbingan dan konseling indinesia (PBABKIN)
nomor 010 tahun 2006 tentang penetapan kode etik profesi Bimbingan dan Konseling
 Syarat-Syarat Menjadi Seorang Pembimbing
1. Seorang pembimbing harus mengetahui kemampuan yang cukup luas, baik segi teori maupun
praktek.
2. Di dalam segi psikologis, seorang pembimbing akan dapat mengambil tindakan yang bijaksana jika
pembimbing telah cukup dewasa secara psikologis, yaitu adanya kemantapan atau kestabilan di dalam
psikisnya, terutama dalam segi emosi.
3. Seorang pembimbing harus sehat jasmani maupun psikisnya. Apabila jasmani dan psikisnya tidak
sehat maka hal itu akan menganggu di dalam menjalankan tugasnya.
4. Seorang pembimbing harus mempunyai kecintaan terhadap pekerjaannya dan juga terhadap individu
yang dihadapi. Sikap ini akan menimbulkan kepercayaan terhadap anak.
5. Seorang pembimbing harus mempunyai inisiatif yang baik sehingga dapat diharapkan usaha
Bimbingan dan Konseling berkembang kearah yang lebih sempurna demi untuk kemajuan sekolah.
6. Karena bidang gerak dari pembimbing tidak terbatas pada sekolah saja, maka seorang pembimbing
harus supel, ramah tamah, sopan santun di dalam segala perbuatannya.
7. Seorang pembimbing diharapkan mempunyai sifat-sifat yang dapat menjalankan prinsip-prinsip serta
kode etik Bimbingan dan Konseling dengan sebaik-baiknya.
 Usaha-usaha Profesionalisasi Bimbingan Dan Konseling
Untuk menyempurnakan profesi BK, maka perlu dilakukan beberapa pengembangan yang
mana pengembangan yang dilakukan meliputi :
1. Standarisasi pekerjaan sebagai unjuk diri konselor
2. Standarisasi penyiapan konselor
3. Penerimaan peserta didik untuk calon konselor
Resume Kelompok 3
“STANDARISASI PROFESI BIMBINGAN & KONSELING”
 Visi Misi
Visi profesi bimbingan dan konseling adalah: “Terwujudnya kehidupan kemanusiaan yang
membahagiakan melalui tersedianya pelayanan bantuan dalam pemberian dukungan perkembangan dan
pengentasan masalah agar individu berkembang secara optimal, mandiri dan bahagia” (Dirjen Dikti,
Depdiknas, 2004). Sedangkan misi bimbingan dan konseling difokuskan kepada tiga hal yaitu: (a) Misi
Pendidikan, (b) Misi Pengembangan, (c) Misi Pengentasan Masalah
 Fungsi Pelayanan Bimbingan dan Konseling
1. Pemahaman
2. Fasilitasi
3. Penyesuaian
4. Penyaluran
5. Adaptasi
6. Pencegahan
7. Perbaikan dan Penyembuhan
8. Pemeliharaan
9. Pengembangan
10. Advokasi
Tugas dan Kegiatan Tenaga Profesi BK
 Tugas Pokok, tugas pokok tenaga profesi bimbingan dan konseling adalah melaksanakan pelayanan
bimbingan dan konseling yang mendukung terlaksananya fungsi-fungsi bimbingan dan konseling tersebut
di atas.
 Kegiatan Pokok
a) Kegiatan pengelolaan
b) Kegiatan kolaborasi Profesional
c) Kegiatan keorganisasian
 Bidang Pelayanan
1. Bimbingan dan konseling pribadi
2. Bimbingan dan konseling social
3. Bimbingan dan konseling belajar
4. Bimbingan dan konseling karir

 Standar Kompetensi guru BK


1. Sosok utuh kometensi Konselor
2. Kompetensi Profesional Konselor/Guru BK
3. Rincian kompetensi Konselor/Guru BK
Resume Kelompok 4
“KONSEP DASAR KARAKTERISTIK KEPRIBADIAN GURU BK”
 Dasar Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling sebagai suatu proses bantuan yang dilakukan oleh konselor, guna
menyelesaikan masalah siswa. Menurut Yusuf (2009:37) bimbingan dan konseling merupakan
terjemahan dari istilah “guidance” dan“counseling” dalam bahasa inggris’’. Damayanti (2012:9)
mengungkapkan bimbingan dan konseling merupakan proses interaksi antara konselor dengan
klien/konseli baik secara langsung (tatap muka)atau tidak langsung (melalui media: internet, atau
telepon) dalam rangka membantu klien agar dapat membantu klien agar dapat mengembangkan potensi
dirinya atau memecahakn masalah yang dialaminya.
 Kompetensi Kepribadian Konselor
Rumusan standar kompetensi konselor telah dikembangkan dan dirumuskan atas dasar
kerangka pikir yang menegaskan konteks tugas dan ekspektasi kinerja konselor. dalam kebijakan
nasional, pemerintah telah merumuskan empatjenis kompetensi yang harus dimiliki seorang konselor,
sebagaimana tercantum dalam penjelasan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang standar
nasional pendidikan, yaitu kompetensi pedagogis, kepribadian, sosial, dan profesional. Menurut Musfah
(2011: 42) Kompetensi kepribadian, yaitu kemampuan kepribadian yang memiliki akhlak mulia,
menampilkan kepribadian yang mantap, stabil, dan dewasa. Dapat bersikap arif dan bijaksana, mampu
menjadi teladan bagi siswa, serta senantiasa mengevaluasai kinerja sendiri untuk mengembangkan diri
sebagai makhluk yang religious.
 Kepribadian Konselor
1. Menampilkan keutuhan kepribadian konselor
2. Berperilaku etik dan professional
 Karakteristik Guru BK
Dalam rangka mewujudkan pelayanan bimbingan dan konseling secara optimal, maka dalam
pelayanan bimbingan dan konseling haruslah diberikan oleh guru bimbingan dan konseling yang
professional, serta juga harus terlihat eksistensi dirinya sebagai pribadi jujur, berakhlak mulia
danmenjadi suri teladan bagi siswa dan masyarakat. Menurut Tohirin (2009: 119) seorang guru
pembimbing bisa menjadi model atau contoh yangbaik bagi penyelesaian masalah siswa. Guru
pembimbing dapat menjadi contoh yang efektif bagi pemecahan masalah siswa. Guru pembimbing tidak
akan dapat menjalankan fungsi ini apabila dirinya tidak memiliki kepribadian yang baik
Resume Kelompok 5
“LAPANGAN PRAKTIK PELAYANAN PROFESIONAL KONSELOR”
 Modus Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Modus menurut kamus bahasa Indonesia yaitu nilai yang paling besar frekuensinya dalam suatu deretan
nilai. Secara praktis, modus pelayanan konseling yang professional harus menggunakan kaidah tentang
orientasi, fungsi, prinsip, asas, dan landasan pelaksanaan konseling.
Menurut Suhartiwi (2013) modus pelayanan Bimbingan dan Konseling, secara umum diwarnai dengan
tiga pendekatan, yaitu:
1. Pendekatan Direktif
Pendekatan directive, konselor cenderung lebih aktif dalam memberikan pengarahan langsung
kepada klien yang dilayani berkenaan dengan pengembangan KES dan penanganan KES –T.
Menurut Prayitno, pendekatan ini berasumsi klien tidak dapat mengatasi sendiri masalah yang
dialaminya. Konseling direktif sering juga disebut konseling yang beraliran Behavioristik, yaitu
layanan konseling yang berorientasi pada pengubahan tingkah laku secara langsung.
2. Pendekatan Non Direktif
Dalam pendekatan non direktif, konselor mendorong klien yang dilayani untuk benar-benar aktif.
Subjek diupayakan untuk dapat mengembangkan kemampuannya untuk berpikir, merasa, dan
bertindak berkenaan dengan materi yang dibahas dalam layanan konseling. Pendekatan ini berasumsi
dasar bahwa sesorang yang mempunyai masalah pada dasarnya mempunyai potensi dan mampu
mengatasi permasalahan yang dihadapinya.
3. Pendekatan Ekletik
Pendekatan eklektik berangkat dari adanya keunggulan dan kelemahan pendekatan direktif dan non
direktif. Penerapan pendekatan eklektik merupakan bentuk kecerdasan konselor professional untuk
menegakkan dan mengangkat segenap kelebihan dari kedua pendeklatan tersebut dan mengeliminir
kelemahannya dalam pelaksanaan layanan konseling.
 Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Berdasarkan Kurikulum 13
Sukmawati (2015) pemerintah telah memberlakukan Kurikulum baru mulai tahun ajaran 2013/2014,
untuk kemudian disebut kurikulum 2013. Beberapa alasan perlunya pengembangan Kurikulum 2013
adalah:
a. Perubahan proses pembelajaran (dari siswa diberi tahu menjadi siswa mencari tahu dan proses
penilaian (dari berbasis output menjadi berbasis proses dan outputt) memerlukan penambahan jam
pelajaran
b. Kecenderungan banyak negara menambah jam pelajaran
c. Perbandingan dengan negara-negara lain menunjukkan jam pelajaran di Indonesia dengan negara
lain relatif lebih singkat
 Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Luar Sekolah
Menurut Alwi (2021) pelaksanaan bimbingan dan konseling di Indonesia lebih banyak di
lakukan dalam pendidikan formal, dan hanya beberapa dilakukan di luar dari pendidikan formal padahal
bimbingan dan konseling di luar sekolah sangatlah dibutuhkan karena tidak semua remaja berada dalam
lingkungan formal. Pemberian bimbingan dan konseling juga merupakan hal yang penting untuk di
dapatkan oleh semua orang yang membutuhkan, serta bimbingan dan konseling ini memiliki ilmu
pengetahuan yang tidak hanya berpusat pada lingkungan pendidikan saja namun bisa mengarah dalam
bidang karir, sosial, pribadi, dan akademik yang di alami oleh remaja di luar dari lingkungan sekolah.
Tujuan umum pelayanan bimbingan dan konseling di luar
sekolah adalah untuk meningkatkan wawasan, keterampilan, dan sikap mahasiswa dalam
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling pada berbagai instansi atau lembaga non pendidikan
formal, instansi pemerintah maupun swasta.
Bimbingan dan konseling luar sekolah yaitu suatu kegiatan pemberian layanan yang
berorientasi pada pelayanan bimbingan dan konseling klasikal bertujuan untuk membantu dalam
mengembangkan diri atau mengatasi suatu masalah dalam bidang pribadi, sosial, akademik, karir. Selain
itu kesimpulan lain bahwa bimbingan dan konseling dapat dilakukan diluar dari lingkungan formal
sebagai salah satu penguatan atau motivasi demi keberlanjutan lembaga luar sekolah. Akan tetapi,
bimbingan dan konseling luar sekolah juga dapat dilakukan di dinas sosial, anak jalanan, BKKBN,
LAPAS, BNN, panti asuhan, dan tempat lainnya yang membutuhkan layanan ini. Contohnya layanan
bimbingan konseling di panti asuhan, karena para remaja pada tempat ini sangat membutuhkan
bimbingan dan konseling agar remaja panti asuhan mampu secara mandiri menemukan hal yang harus
remaja panti asuhan lakukan (Alwi, 2021).
Resume Kelompok 6
“PROGRAM PENDIDIKAN PROFESIONAL GURU BK/KONSELOR”
 Pola Umum Pendidikan Professional Guru BK Atau Konselor
Pembelajaran merupakan proses yang terintegrasi dalam rofession yang ditunjang dengan
kualitas pengelolaan rofession yang dilakukan oleh rofession salah satunya adalah petugas BK yang
rofessional. Guru bimbingan dan konseling atau konselor sebagai pengelola rofession dituntut untuk
dapat memberikan pelayanan terhadap peserta didik secara rofessional untuk meningkatkan kualitas
rofession. Upaya yang dapat dilakukan untuk dapat meningkatkan mutu dan kualitas dari layanan BK
adalah dengan melakukan pengembangan profesionalisme guru BK agar dapat bekerja secara rofessional.
Kualitas rofession akan terwujud bilamana mampu memberdayakan pengelola rofession secara langsung
seperti pimpinan sekolah, para guru, dan petugas BK secara rofessional.
 Tujuan Program Sarjana BK
Mencermati beberapa alasan pentingnya layanan bimbingan konseling di sekolah, memberi
gambaran bahwa layanan bimbingan konseling sangat penting dalam membatu siswa-siswa agar
mencapai perkembangan belajar yang optimal, sehingga dalam hal ini profesi guru bimbingan konseling
sangat dibutuhkan. Seseorang yang berprofesi sebagai guru bimbingan konseling harus bekerja secara
profesional. Untuk itu dalam tulisan ini akan diidentifikasi dan dijelaskan dengan rinci tentang
kompetensi profesional bimbingan konseling dalam seting pendidikan formal (sekolah dasar dan
menengah). Tujuan dari tulisan ini untuk memberikan gambaran dan pemahaman terkait dengan
profesionalisme guru bimbingan konseling agar tercipta layanan bimbingan konseling disekolah yang
bertanggung jawab,(Taher et al., 2021)
 Tujuan dan Kompetisi Lulusan Program PPK atau PPGBK
Menurut naskah Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Pelayanan Bimbingan dan
Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal (Depdiknas, 2007) pendidikan profesional konselor bertujuan
untuk menghasilkan konselor profesional, yang diselenggarakan dalam 2 tahap yaitu tahap pertama, tahap
pembentukan penguasaan kompetensi akademik, dan tahap kedua, yaitu tahap pendidikan profesi
konselor (PPK), secara keseluruhan menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi sebagai konselor
yang mampu menyelenggarakan pelayanan ahli bimbingan dan konseling yang memandirikan konseli
pada jalur pendidikan formal dan nonformal.
Resume Kelompok 7
“HUBUNGAN PROFESI BK DENGAN PROFESI LAIN”
1. Pengertian Profesional
Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi
sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian.kemahiran.atau kecakapan yang memiliki
standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (UU Nomor 14 tahun 2005
tentang Guru dan Dosen).
2. Profesional Dalam Bimbingan dan Konseling
a. Bimbingan dan Konseling dikatakan sebgai profesi dapat dilihat dari ciri-ciri profesi itu sendiri
b. Penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling baik melalui format klasikal, kelompok dan
perorangan, guru pembimbinga atau konselor menggunakan teknik-teknik spesifik
c. Penanganan masalah konseli, menggunakan teori-teori yang berhubungan dengan pendekatan-
pendekatan konseling yang berbeda sesuai kondisi dan keadaan konseli.
d. Bimbingan dan konseling menggunakan kerangka ilmu yang jelasa dan sistematis
e. Untuk dapat menyelenggarakan bimbingan dan konseling, guru pembimbinga atau konselor
harus melalui pendidikan dan pelatihan dalam jangka waktu yang lama,
f. Mempunyai lisensi dalam penyelenggaaraan layanan BK yakni berupa Akta mengajar atau
sertifikasi seorang konselor.
g. Mempunyai Kode Etik Profesi Konselor, sebagai pedoman pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling.
h. Mempunyai komponen dasar keilmuan yakni ilmu pendidikan, komponen subtansi profesi yakni
proses pembelajaran terhadap pengembangan diri/ pribadi individu
3. Hubungan Profesi Bimbingan dan Konseling dan Profesi Laiannya
Menurut Brown and Lent (1984), ada empat bidang kegiatan yang berhubungan dengan ahli-
ahli psikologi dan konseling profesional, etika, dan isu-isu legal yang sudah diperbaharui (review)
yaitu:
a. Memelihara Kerahasiaan
b. Penelitian dan Publikasi
c. Kegiatan pendidikan/pengajaran
Professional konseling itu sendiri memerlukan seseorang yang memiliki keinginan kuat untuk
menolong orang lain dan sifat positif terhadap klien sebagai manusia yang mempunyai nilai-nilai. Ia
haruslah orang yang mempunyai rasa tanggung jawab yang besar, kesanggupan mengontrol diri,
keseimbangan emosi, nilai-nilai yang teratur tanpa kekakuan, kesadaran bahwa mungkin nilai-
nilainya berbeda dengan nilai-nilai orang lain, oleh sebab itu adalah hak untuk setiap orang
memegang nilai-nilainya sendiri, pengertian mendalam akan masalah-masalah dan hakikat
motivasinya, kesungguhan dan kemampuan menahan berbagai tekanan, kemampuan melakukan
terapi yang sesuai, termasuk kemampuan mengadakan hubungan profesional dengan klien.
Resume kelompok 8
“KEILMUAN PROFESI BK”

 Pengertian Bimbingan dan Konseling


Bimbingan dan Konseling adalah pelayanan yang dilaksanakan dari manusia, untuk manusia,
dan oleh manusia. Dari manusia, artinya pelayanan itu diselenggarakan berdasarkan hakikat keberadaan
manusia dengan segenap dimensi kemanusiaannnya. Untuk manusia, dimaksudkan bahwa pelayananan
tersebut diselenggarakan demi tujuan yang agung, mulia dan positif bagi kehidupan manusia menuju
manusia seutuhnya, baik manusia sebagai individu maupun kelompok.
 Tujuan Bimbingan dan Konseling
Pendidikan menengah berkenaan dengan tujuan institusional ditetapkan bahwa pendidikan
menengah bertujuan meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang
lebih tinggi dan untuk mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan kesenian.Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan
hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial.
 Fungsi Bimbingan dan Konseling
1. Fungsi pemahaman
2. Fungsi pencegahan
3. Fungsi pengentasan
4. Fungsi pemeliharaan
5. Fungsi advokasi
 Pokok-Pokok Keilmuan Profesi BK
Pada awalnya (pertengahan tahun 1960-an) pelayanan BK mulai dikembangkan dengan nama
Bimbingan dan Penyuluhan (disingkat BP). Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa
dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan.
 Makna Profesi
Profesi adalah suatu pekerjaan yang memerlukan keahlian yang diperoleh dari suatu proses
pelatihan dalam waktu yang relatif lama. Profesi juga sering di maknai sebagai suatu pekerjaan yang
memerlukan pelatihan dan keahlian khusus.

 Kriteria Suatu Profesi


1. Keintelektualan
2. Kompetensi professional yang di pelajari
3. Objek praktik spesifik
4. Komunikasi
5. Motivasi altruistic
6. Organisasi profesi
 Hasil Pelayanan BK
Hasil dari pelayanan BK yang secara nyata dipraktikkan, tentulah sangat diharapkan benar-
benar konkrit, dipahami, dirasakan, dan bisa dilaksanakan. Hasil konkrit seperti itu lebih mungkin
terwujud apabila materinya terkait dengan kondisi kehidupan sehari-hari5) sasaran layanan. Apa yang
terkait dengan kehidupan sehari-hari itu pada umumnya akan langsung disadari dan mendorong
diaktifkannya perilaku tertentu oleh individu yang bersangkutan.
Resume kelompok 9
“ORGANISASI DAN KODE ETIK PROFESI GURU BIMBINGAN DAN
KONSELING/KONSELOR”
 Pengertian Kode Etik
Kode etik adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap profesi di dalam
melaksanakan tugas profesinya dan di dalam hidupnya dimasyarakat. Profesi adalah moral
community (masyarakat moral yang memiliki cita-cita dan nilai bersama. Mereka yang membentuk
suatu profesi karena disatukan oleh latar belakang pendidikan yang sama dan memiliki keahlian yang
sama. Kode etik menunjukkan arah moral bagi suatu profesi dan menjamin mutu moral profesi
dimata masyarakat. Kode etik yang sudah ada, sewaktu-waktu harus dinilai kembali, jika perlu
memungkinkan direvisi, karena ada perubahan lingkungan, ilmu pengetahuan dan teknologi serta
kemajuan profesi (Rospita, 2020)
 Tujuan Kode Etik
Kode Etik menetapkan kewajiban etis bagi anggota ABKIN dan memberikan panduan
praktik etis konselor atau guru bimbingan dan konseling yang profesional. Kode Etik
mengidentifikasi pertimbangan-perimbangan etis yang relevan dengan konselor atau guru bimbingan
dan konseling yang profesional maupun mahasiswa program studi bimbingan dan konseling serta
pelaku penyelenggaraan pendidikan profesional konselor atau guru bimbingan dan konseling. Kode
Etik memungkinkan ABKIN untuk memberikan penjelasan bagi anggota dan mahasiswa bimbingan
dan konseling serta bagi konseli yang dilayani dengan memperhatikan sifat tanggung jawab etis yang
dimiliki bersama oleh para anggota ABKIN.
 Fungsi Kode Etik
Kode Etik berfungsi sebagai panduan etis yang dirancang untuk membantu anggota dalam
menyusun suatu tindakan yang paling baik dalam melayani konseli yang memanfaatkan layanan
bimbingan dan konseling dan menetapkan harapan perilaku dengan penekanan utama pada peran
konselor atau guru bimbingan dan konseling yang profesional. Kode Etik memberikan dukungan
bagi kinerja bimbingan dan konseling untuk menjalankan misi ABKIN. 6. Standar yang terkandung
dalam Kode Etik ini berfungsi sebagai dasar untuk mengambil tindakan suportif bagi pelaku
bimbingan dan konseling yang berhasil dan sebaliknya sebagai panduan untuk mengambil tindakan
bagi pelanggaran etika profesi anggota ABKIN
 Kode Etik Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor Indonesia
Kode Etik Bimbingan dan Konseling Indonesia adalah kaidah-kaidah nilai dan moral yang
menjadi rujukan bagi anggota organisasi dalam melaksanakan tugas, atau tanggung jawabnya dalam
melaksanakan layanan bimbingan dan konseling kepada konseli. Layanan bimbingan dan konseling
diselenggarakan dalam empat komponen program yaitu layanan dasar, layanan peminatan dan
perencanaan individual, layanan responsif, serta dukungan sistem. Adapun prinsip dasar
profesionalitas sebagai berikut :
1. Setiap individu dipandang atas dasar kemuliaan harkat dan martabat kemanusiaannya.
2. Setiap individu memiliki hak untuk dihargai, diperlakukan dengan hormat dan mendapatkan
kesempatan untuk memperoleh pelayanan bimbingan dan konseling yang bermutu secara
profesional.
3. Profesi bimbingan dan konseling memberikan pelayanan bagi individu dari berbagai latar
belakang kehidupan yang beragam dalam budaya; etnis, agama dan keyakinan; usia; status sosial
dan ekonomi; individu dengan berkebutuhan khusus; individu yang mengalami kendala bahasa;
dan identitas gender.
4. Setiap individu berhak memperoleh informasi yang mendukung pemenuhan atas kebutuhan
untuk mengembangkan diri.
5. Setiap individu mempunyai hak untuk memahami arti penting dari pilihan hidup dan bagaimana
pilihan tersebut akan mempengaruhi masa depan yang membahagiakan.
6. Setiap individu memiliki hak untuk dijaga kerahasiaan dirinya sesuai dengan hak-hak pribadinya,
aturan hukum, kebijakan, dan standar etika pelayanan.

 Perkembangan Organisasi Profesi Bimbingan dan Konseling di Indonesia


Profesi bimbingan dan konseling yang awalnya berupa gerakan bimbingan (guidance
movement) yang telah berlangsung pada awal tahun 1900-an di Amerika Serikat yang dipelopori oleh
seorang tokoh besar yang bernama Frank Parson, dalam perkembangannya di Indonesia sebagai
bagian integral pada praksis pendidikan formal sejak diberlakukannya kurikulum tahun 1975 (Buku
III C Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan). Dalam kehidupan bermasyarakat, profesi merupakan
mata pencaharian yang dibutuhkan oleh pengampu dan pengguna. Pada pihak pengampu yaitu guru
bimbingan dan konseling dengan memberikan pelayanan bimbingan dan konseling yang
memandirikan peserta didik sebagai konseli, mereka memperoleh kompensasi profesi berupa gaji
pokok, tunjangan profesi, dan pendapatan lain yang sah menurut peraturan perundang-undangan. Di
pihak pengguna yaitu peserta didik sebagai konseli, dengan mendapatkan pelayanan bimbingan dan
konseling yang dibutuhkan, mereka memperoleh manfaat layanan profesi yaitu perubahan perilaku
ke arah lebih baik, lebih maju dalam menunjang proses perkembangannya menuju menjadi orang
dewasa, yang sehat, sejahtera, dan bermartabat (Hartono, 2016).

Anda mungkin juga menyukai