Anda di halaman 1dari 5

Paradigma Behavioristik dan Kognitif Dalam Media Pembelajaran

A. PENGERTIAN TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK

Behaviorisme atau Aliran Perilaku (juga disebut Perspektif Belajar) adalah filosofi


dalam psikologi yang berdasar pada proposisi bahwa semua yang dilakukan organisme, termasuk
tindakan, pikiran, atau perasaan dapat dan harus dianggap sebagai perilaku. Aliran ini
berpendapat bahwa perilaku demikian dapat digambarkan secara ilmiah tanpa melihat peristiwa
fisiologi internal atau konstrak hipotetis seperti pikiran. Behaviorisme beranggapan bahwa
semua teori harus memiliki dasar yang bisa diamati, tetapi tidak ada perbedaan antara proses
yang dapat diamati secara publik (seperti tindakan) dengan proses yang diamati secara pribadi
(seperti pikiran dan perasaan).

Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang mempelajari tingkah laku manusia
dari adanya interaksi antara stimulus dan respon.

Maksudnya, pembelajaran yang dirancang pada teori belajar behavioristik memandang


pengetahuan adalah objektif. Sehingga belajar merupakan perolehan pengetahuan, sedangkan
mengajar adalah memindahkan pengetahuan kepada peserta didik. Oleh sebab itu peserta didik
diharapkan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan oleh
pendidik. Artinya, apa yang diterangkan oleh pendidik itulah yang harus dipahami oleh peserta
didik.

B. PENERAPAN TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK

Teori belajar behavioristik ini adalah teori belajar yang umum digunakan di Indonesia.

Contoh dari penerapan teori belajar behavioristik yaitu belajar dengan diskusi dan tanya jawab di
kelas.

Dengan diadakannya diskusi dan tanya jawab di kelas, itu menunjukkan adanya stimulus
yaitu apa yang diberikan oleh pendidik, dan respon yang dihasilkan oleh peserta didik.
penerapan teori belajar behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa
komponen, seperti :

1. Tujuan pembelajaran.

2. Materi pembelajaran.

3. Karakteristik peserta didik.

4. Media pembelajaran.

5. Fasilitas pembelajaran.
6. Lingkungan dan penguatan pembelajaran.

C. KELEBIHAN & KEKURANGAN TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK

Kelebihan Teori Behavioristik: (1) Membisakan guru untuk bersikap jeli dan peka
terhadap situasi dan kondisi belajar. (2) Guru tidak membiasakan memberikan ceramah sehingga
murid dibiasakan belajar mandiri. Jika murid menemukan kesulitan baru ditanyakan pada guru
yang bersangkutan. (3) Mampu membentuk suatu prilaku yang diinginkan mendapatkan
pengakuan positif dan prilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negative yang didasari
pada prilaku yang tampak. (4) Dengan melalui pengulangan dan pelatihan yang
berkesinambungan, dapat mengoptimalkan bakat dan kecerdasan siswa yang sudah terbentuk
sebelumnya. Jika anak sudha mahir dalam satu bidang tertentu, akan lebih dapat dikuatkan lagi
dengan pembiasaan dan pengulangan yang berkesinambungan tersebut dan lebih optimal. (5)
Bahan pelajaran yang telah disusun hierarkis dari yang sederhana sampai pada yang kompleks
dengan tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian
suatu ketrampilan tertentu mampu menghasilakan suatu prilaku yang konsisten terhadap bidang
tertentu. (6) Dapat mengganti stimulus yang satu dengan stimuls yang lainnya dan seterusnya
sampai respons yang diinginkan muncul. (7) Teori ini cocok untuk memperoleh kemampuan
yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsure-unsur kecepatan,
spontanitas, dan daya tahan. (8) Teori behavioristik juga cocok diterapakan untuk anak yang
masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka
meniru, dan suka dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung.

Kekurangan Teori Behavioristik: (1) Sebuah konsekwensi untuk menyusun bahan


pelajaran dalam bentuk yang sudah siap. (2) Tidak setiap pelajaran dapat menggunakan metode
ini. (3) Murid berperan sebagai pendengar dalam proses pembelajaran dan menghafalkan apa di
dengar dan di pandang sebagai cara belajar yang efektif. (4) Penggunaan hukuman yang sangat
dihindari oleh para tokoh behavioristik justru dianggap sebagai metode yang paling efektif untuk
menertibkan siswa. (5) Murid dipandang pasif, perlu motifasi dari luar, dan sangat dipengaruhi
oleh penguatan yang diberikan oleh guru. (6) Murid hanya mendengarkan dengan tertib
penjelsan dari guru dan mendengarkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar
yang efektif sehingga inisiatf siswa terhadap suatu permasalahan yang muncul secara temporer
tidak bisa diselesaikan oleh siswa. (7) Cenderung mengarahakan siswa untuk berfikir linier,
konvergen, tidak kreatif, tidak produktif, dan menundukkan siswa sebagai individu yang pasif.
(8) Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher cenceredlearning) bersifat mekanistik
dan hanya berorientasi pada hasil yang dapat diamati dan diukur. (9) Penerapan metode yang
salah dalam pembelajaran mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang tidak
menyenangkan bagi siswa, yaitu guru sebagai center, otoriter.

D. TEORI BELAJAR KOGNITIF


Definisi “Cognitive” berasal dari kata “Cognition” yang mempunyai persamaan dengan
“knowing” yang berarti mengetahui. Dalam arti yang luas kognition/kognisi ialah perolahan
penataan, penggunaan pengetahuan (Muhibbin, 2005: 65). Teori belajar kognitivisme lebih
mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu sendiri. Baharudin menerangkan teori ini
lebih menaruh perhatian dari pada peristiwa-peristiwa Internal. Belajar tidak sekedar melibatkan
hubungan antara stimulus dan respon sebagaimana dalam teori behaviorisme, lebih dari itu
belajar dengan teori kognitivisme melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks (Nugroho,
2015: 290). Teori belajar kognitif berbeda dengan teori belajar behavioristik, teori belajar
kognitif leih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya (Bahruddin, dkk. 2012: 87).
Para penganut aliran kognitif mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan
antara stimulus dan respon. Tidak seperti model belajar behavioristik yang mempelajari prses
belajar hanya sebagai hubungan stimulusrespon, model belajar kognitif merupakan suatu bentuk
teori belajar yang sering disebut sebagai model perceptual. Model belajar kognitif mengatakan
bahwa tingkah Nurhadi Volume 2, Nomor 1, Juni 2020 81 laku sesorang ditentukan oleh
persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya.
Perubahan Belajar merupakan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebaigai
tingkah laku yang Nampak (Nurhadi, 2018: 7; Baharuddin, 2015: 167).

Teori kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian bahawa dari sistuasi salaing
berhubungan dengan seluruh kontek situasi tersebut. Memisah-misahkan atau membagi-bagi
situasi /materi pelajaran menjadi komponen-komponen yang kecilkecil dan mempelajarinya
secara terpisah-pisah, akan kehilangan makna. Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan
suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan infirnasi, emosi, dan aspek-
aspek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktifitas yang melibatkan proses berfikir yang
ssangat komplek. Prose belajar terjadi antara lain mencakup pengaturan stimulus yang diitrerima
dan menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki dan sudah terbentuk dalam
diri sesorang berdasarkan pemahman dan pengalaman-pengalaman sebelumnnya. Dalam praktek
pembelajaran, teori kognitif antara lain tampak dalam rumusan-rumusan seperti: “tahap-tahap
perkembangan” yang dikemukakan oleh j.piaget, advance organizer oleh ausubel, pemahaman
konsep oleh bruner, hirarki belajar oleh gagne, webteacing oleh norman dan sebagainya
(Budiningsih, 2015: 34).

Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang
terjadi dalam akal pikiran manusia. Pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang
melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi
aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan,
pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas (Given,
2014: 188).

E. PENERAPAN TEORI BELAJAR KOGNITIF


Dalam proses belajar mengajar di sekolah, contoh penerapan teori kognitif yaitu pendidik
menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta didik. Serta memberi ruang bagi
mereka untuk saling bicara serta diskusi dengan teman-temannya.

Karena itu, teori belajar kognitif menekankan bahwa proses belajar meliputi kegiatan
mental yang aktif dalam rangka mencapai, mengingat, dan menggunakan pengetahuan.

Jadi, belajar itu bukan hanya sekedar interaksi antara stimulus dan respon. Tetapi, belajar
juga harus melibatkan berbagai faktor-faktor yang ada dalam diri individu peserta didik.

F. KELEBIHAN & KEKURANGAN TEORI BELAJAR KOGNITIF

Kelebihannya yaitu : a). Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri; membantu siswa
memahami bahan belajar secara lebih mudah. b). Sebagian besar dalam kurikulum pendidikan
negara Indonesia lebih menekankan pada teori kognitif yang mengutamakan pada pengembangan
pengetahuan yang dimiliki pada setiap individu. c). Pada metode pembelajaran kognitif pendidik
hanya perlu memeberikan dasar-dasar dari materi yang diajarkan unruk pengembangan dan
kelanjutannya deserahkan pada peserta didik, dan pendidik hanya perlu memantau, dan
menjelaskan dari alur pengembangan materi yang telah diberikan. d). Dengan menerapkan teori
kognitif ini maka pendidik dapat memaksimalkan ingatan yang dimiliki oleh peserta didik untuk
mengingat semua materi-materi yang diberikan karena pada pembelajaran kognitif salah satunya
menekankan pada daya ingat peserta didik untuk selalu mengingat akan materi-materi yang telah
diberikan. e). Menurut para ahli kognitif itu sama artinya dengan kreasi atau pembuatan satu hal
baru atau membuat suatu Nurhadi Volume 2, Nomor 1, Juni 2020 91 yang baru dari hal yang
sudah ada, maka dari itu dalam metode belajar kognitif peserta didik harus lebih bisa
mengkreasikan hal-hal baru yang belum ada atau menginovasi hal yang yang sudah ada menjadi
lebih baik lagi. f). Metode kognitif ini mudah untuk diterapkan dan juga telah banyak diterapkan
pada pendidikan di Indonesia dalam segala tingkatan (Burhanuddin,
https://afidburhanuddin.wordpress.com, 2018). 2)

Kekurangannya yaitu: a). Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan; sulit
di praktikkan khususnya di tingkat lanjut; beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan
pemahamannya masih belum tuntas. b). Pada dasarnya teori kognitif ini lebih menekankan pada
kemampuan ingatan peserta didik, dan kemampuan ingatan masing-masing peserta didik,
sehingga kelemahan yang terjadi di sini adalah selalu menganggap semua peserta didik itu
mempunyai kemampuan daya ingat yang sama dan tidak dibeda-bedakan. c). Adakalanya juga
dalam metode ini tidak memperhatikan cara peserta didik dalam mengeksplorasi atau
mengembangkan pengetahuan dan cara-cara peserta didiknya dalam mencarinya, karena pada
dasarnya masing-masing peserta didik memiliki cara yang berbeda-beda. d). Apabila dalam
pengajaran hanya menggunakan metode kognitif, maka dipastikan peserta didik tidak akan
mengerti sepenuhnya materi yang diberikan. e). Jika dalam sekolah kejuruan hanya
menggunakan metode kognitif tanpa adanya metode pembelajaran lain maka peserta didik akan
kesulitan dalam praktek kegiatan atau materi. f). Dalam menerapkan metode pembelajran
kognitif perlu diperhatikan kemampuan peserta didik untuk mengembangkan suatu materi yang
telah diterimanya (Kharisma, https://www.scribd.com/doc, 2018)

G. PERBEDAAN TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK & TEORI BELAJAR


KOGNITIF

Pertama teori behavioristik mementingkan pengaruh lingkungan, sedangkan teori kognitif


lebih mementingkan apa yang ada dalam diri. Kedua dalam teori behavioristik mementingkan
pada bagian-bagian, namun dalam teori kognitif mementingkan keseluruhan. Ketiga pada teori
behavioristik mengutamakan peran reaksi, dan pada teori kognitif menguatkan fungsi kognitif.
Keempat dalam teori belajar behavioristik hasil belajar terbentuk secara mekanis, dalam teori
kognitif terjadi kesinambunagan dalam diri.

Kelima teori behavioristik dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, dan teori kognitif tergantung
pada saat itu. Keenam teori behavioristik mementingkan pembentukan kebiasaan, dan pada teori
kognitif mementingkan terbentuknya struktur kognitif. Ketujuh pada teori behavioristik dalam
memecahkan masalah dilakukan dengan cara trial and eror, sedangkan pada teori kognitif untuk
memecahkan masalah didasarkan kepada insight.

Jika teori belajar behavioristik mempelajari proses belajar sebagai hubungan stimulus-


respon, teori belajar kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai
model perseptual.

Kesimpulan

Dalam penjelasan tersebut dapat di simpulkan bahwa masing-masing teori memiliki kelebihan
dan kekurangan. Tergantung dengan apa yang kita terapkan, Teori behavier lebih memperhatikan
bagaimana perilaku peserta didik dalam memberikan stimulus saat belajar. Sedangkan teori
kognitif lebih menerapkan kemampuan berfikir dengan menyamaratakan seluruh peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai