Anda di halaman 1dari 19

TEORI BELAJAR

KOGNITIVISTIK
DAN APLIKASINYA
Anggota
Kelompok 4 :
• Lis Herlinawati
NPM : 202241570002

• Novi Gianti
NPM : 202241570004
Materi
Presentasi

1 2 3 4 5
Kelebihan & Aplikasi Teori
Pengertian Teori Tokoh-tokoh Teori Prinsip Dasar
Kekurangan Balajar Kognitif
Kognitivistik Kognitivistik Teori Belajar
Teori dalam Pembelajaran
Kognitivistik
Kognitivistik
Pengertian Teori
Kognitivistik
Definisi “Cognitive” berasal dari kata “Cognition” yang mempunyai
persamaan dengan “knowing” yang berarti mengetahui. Dalam arti yang luas
kognition/kognisi ialah perolahan penataan, penggunaan pengetahuan
(Muhibbin, 2005: 65). Teori belajar kognitivisme lebih mementingkan proses
belajar dari pada hasil belajar itu sendiri. Baharudin menerangkan teori ini
lebih menaruh perhatian dari pada peristiwa-peristiwa Internal. Belajar tidak
sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon sebagaimana dalam
teori behaviorisme, lebih dari itu belajar dengan teori kognitivisme melibatkan
proses berpikir yang sangat kompleks (Nugroho,2015: 290)
Teori belajar kognitif berbeda dengan teori belajar behavioristik, teori belajar
kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya
(Bahruddin, dkk. 2012: 87). Para penganut aliran kognitif mengatakan bahwa
belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon. Tidak
seperti model belajar behavioristik yang mempelajari proses belajar hanya sebagai
hubungan stimulus-respon, model belajar kognitif merupakan suatu bentuk teori
belajar yang sering disebut sebagai model perceptual. Model belajar kognitif
mengatakan bahwa tingkah laku sesorang ditentukan oleh persepsi serta
pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya.
Perubahan Belajar merupakan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat
terlihat sebagai tingkah laku yang Nampak.
Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses
internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan infirnasi, emosi,
dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktifitas yang
melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks. Proses belajar
terjadi antara lain mencakup pengaturan stimulus yang diiterima dan
menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki dan
sudah terbentuk dalam diri sesorang berdasarkan pemahaman dan
pengalaman-pengalaman sebelumnnya. Dalam praktek pembelajaran,
teori kognitif antara lain tampak dalam rumusan-rumusan seperti:
“tahap-tahap perkembangan” yang dikemukakan oleh j.piaget,
advance organizer oleh ausubel, pemahaman konsep oleh bruner,
hirarki belajar oleh gagne, webteacing oleh norman dan sebagainya
(Budiningsih, 2015: 34)
Di samping itu, teori ini pun mengenal konsep bahwa belajar ialah hasil interaksi yang terus-
menerus antara individu dan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Teori
kognitivisme mengungkapkan bahwa belajar yang dilakukan individu adalah hasil interaksi
mentalnya dengan lingkungan sekitar sehingga menghasilkan perubahan pengetahuan atau tingkah
laku. Dalam pembelajaran pada teori ini dianjurkan untuk menggunakan media yang konkret
karena anak-anak belum dapat berfikir secara abstrak. Dalam teori ini ada dua bidang kajian yang lebih
mementingkan proses belajar daripada hasil belajar, yaitu (Suyono, el. 2011: 75):
1) Belajar tidak sekedar melibatkan stimulus dan respon tetapi juga melibatkan
proses berfikir yang sangat kompleks.
2) Ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaks yang
berkesinambungan dengan lingkungan. Menurut psikologi kognitivistik, belajar dipandang
sebagai suatu usaha untuk mengerti sesuatu dengan jalan mengaitkan pengetahuan
baru kedalam struktur berfikir yang sudah ada.Usaha itu dilakukan secara aktif oleh
siswa. Keaktifan itu dapat berupa mencari pengalaman, mencari informasi,
memecahkan masalah, mencermati lingkungan, mempraktekkan sesuatu untuk
mencapai suatu tujuan tertentu.
Ciri-ciri aliran kognitivistik

Adapun ciri-ciri dari aliran kognitivistik yang dapat dilihat


adalah sebagai berikut:
1). Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia;
2). Mementingkan keseluruhan dari pada bagian-bagian;
3). Mementingkan peranan kognitif;
4). Mementingkan kondisi waktu sekarang;
5). Mementingkan pembentukan strukturkognitif
Tokoh Teori
Pembelajaran
Kognitivisme 1
1. Robert M. Gagne
Menurut Gagne, belajar dipandang sebagai proses pengolahan
informasi dalam otak manusia. Dalam pembelajaran terjadi proses
penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga
menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Pengolahan otak
manusia :
a. Reseptor
b. Sensory register
c. Short-term memory
d. Long-term memory
e. Response generator
2. Jean Piaget
Piaget berpendapat bahwa belajar merupakan proses menyesuaiakan
pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang telah dipunyai seseorang. Bagi Piaget, proses
belajar berlangsung dalam tiga tahapan, yaitu :
a. Asimilasi
Proses pengintegrasian informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada. Contoh seorang siswa
yang mengetahui prinsip-prinsip penjumlahan, jika gurunya memperkenalkan prinsip perkalian,
maka terjadilah proses pengintegrasian antara prinsip penjumlahan (yang sudah ada dipahami
oleh anak) dengan prinsip perkalian (informasi baru yang akan dipahami anak).
b. Akomodasi
Proses penyesuaian antara struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Penerapan proses
perkalian dalam situasi yang lebih spesifik. Contohnya : siswa telah mengetahui prinsip-prinsip
perkalian dan gurunya memberikan sebuah soal perkalian.
c. Equilibrasi
Proses penyeimbang agar siswa dapat terus berkembang dan menambah ilmunya. Tetapi
sekaligus menjaga stabilitas mental dalam dirinya. Maka diperlukan proses penyeimbang.
Tanpa proses ini perkembangan kognitif seseorang akan tersendat-sendat dan berjalan tidak
teratur, sedangkan dengan kemampuan equilibrasi yang baik akan mampu menata berbagai
informasi yang diterima dengan urutan yang baik, jernih dan logis.

Proses belajar harus diseuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang dilalui siswa.
Terdapat empat tahap yaitu :
1) Tahap sensorimotor (anak usia 1,5 – 2 tahun)
2) Tahap Preoperational (anak usia 2 – 8 tahun)
3) Tahap operational konkret (anak usia 7/8 – 12/14 tahun)
4) Tahap operational formal (anak usia 14 tahun lebih)
3. Ausubel
Menurut Ausubel siswa akan belajar dengan baik jika isi Pelajaran sebelumnya
didefinisikan kemudian dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa,
dengan demikian akan memengaruhi pengaturan kemajuan siswa. Untuk itu
pengetahuan guru terhadap isi pembelajaran harus sangat baik, dengan
demikian ia akan mampu menemukan informasi yang sangat abstrak, umum dan
inklusif yang mewadahi apa yang akan diajarkan. Guru juga harus memiliki
logika berpikir yang baik agar dapat memilah-milah materi pembelajaran,
merumuskannya dalam rumusan yang singkat, serta mengurutkan materi
tersebut dalam struktur yang logis dan mudah dipahami.
4. Bruner
Teori ini menjelaskan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif
jika guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu aturan
(termasuk konsep, teori, definisi, dan sebagainya) melalui contoh-contoh yang
1
menggambarkan (mewakili) aturan yang menjadi sumber. Dari pendekatan ini
“belajar ekspositori” (belajar dengan cara menjelaskan).
Siswa diberikan suatu informasi umum dan diminta untuk mencari contoh-contoh
khusus dan konkret.

5. Teori Belajar Kognitivif Vytgotsky


Vygotsky membedakan secara fundamental antara kegiatan berbasis stimulus-
respons, alat dan Bahasa. Ia juga berpendapat bahwa ada perbedaan antara konsep
dan Bahasa Ketika seseorang masih belia, tetapi sejalan dengan perjalanan waktu,
keduanya akan menyatu. Bahasa mengekspresikan konsep dan konsep digunakan
dalam Bahasa.
Kelebihan dan Kekurangan
Teori Kognitivistik

Kelebihan Kekurangan
Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan; sulit di praktikkan
Menjadikan siswa lebih kreatif dan Mandiri, membantu siswa khususnya di tingkat lanjut; beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami
memahami bahan belajar secara lebih mudah
dan pemahamannya masih belum tuntas.

Pada dasarnya teori kognitif ini lebih menekankan pada kemampuan


Sebagian besar dalam kurikulum pendidikan negara Indonesia ingatan peserta didik, dan kemampuan ingatan masing-masing peserta didik,
lebih menekankan pada teori kognitif yang mengutamakan pada sehingga kelemahan yang terjadi di sini adalah selalu menganggap semua
pengembangan pengetahuan yang dimiliki pada setiap individu. peserta didik itu mempunyai kemampuan daya ingat yang sama dan tidak
dibeda-bedakan.

Pada metode pembelajaran kognitif pendidik hanya perlu Tidak memperhatikan cara peserta didik dalam mengeksplorasi atau
memberikan dasar-dasar dari materi yang diajarkan unruk mengembangkan pengetahuan dan cara-cara peserta didik dalam
pengembangan mencarinya

Pendidik dapat memaksimalkan ingatan yang dimiliki oleh peserta Apabila dalam pengajaran hanya menggunakan metode kognitif,
didik untuk mengingat semua materi-materi yang diberikankarena pada maka dipastikan peserta didik tidak akan mengerti sepenuhnya
pembelajaran kognitif materi yang diberikan.
Prinsip Dasar Teori Belajar
Kognitivistik
Dalam teori kognitif, manusia merupakan pemrosesan informasi yang aktif. Informasi merupakan
sesuatu yang diterima oleh pikiran secara terus menerus, meski demikian beberapa informasi cepat
terlupakan dan Sebagian yang lain diingat sepanjang hayat.
Tiga model pemrosesan informasi alat Indera mengirimkan informasi ke register
inderawi untuk disimpan sebentar. Informasi tersebut diberi arti melalui perhatian dan persepsi. Setelah
diubah menjadi kode-kode, informasi kemudian masuk ke dalam ingatan jangka pendek. Register
inderawi merupakan komponen pertama dalam system memori yang menerima informasi. Stimulus
dari lingkungan seperti benda-benda, cahaya, bau, suara dan sebagainya selalu menghampiri respector.
Reseptor merupakan bagian dari tubuh yang menerima informasi inderawi. Persepsi ialah interpretasi
informasi yang datang dari Indera sebagai pemberian arti terhadap stimulus inderawi.
Aplikasi Teori
Kognitivistik
Teori Kognitivistik dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran yang
memberikan kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar
sangat diperhitungkan, agar belajar lebih bermakna bagi siswa.
Teori Kognitivistik dalam proses belajar dan pembelaaran membuat
pembelajaran akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu apabila
pelajaran disusun dalam pola dan logika tertentu. Penyusunan materi pelajaran
harus dari yang sederhana ke yang rumit, belajar dengan memahami lebih baik
daripada dengan hanya menghafal tanpa pengertian penyajian dan adanya
perbedaan individual pada pembelajar harus diperhatikan.
Teori Kognitivistik dapat diterapkan pada beberapa mata pelajaran
tidak terkecuali pada mata pelajaran Pendidikan jasmani dan
kesehatan. Kognitif sangat berperan dalam penerapan praktik dalam
pembelajaran penjaskes dengan memberikan pemahaman, kegunaan
fungsi dan apa yang dilakukan ke siswa maka akan berpengaruh dalam
penerapan pengambilan sikap saat menerapkan teknik dalam aktivitas
keolahragaan sehingga dapat melakukan gerakan dengan benar tanpa
pengaawasan yang berarti. secara automisasi, menerapkan dalam
permainan. Berikut tahapan peran kognitif dalam aktivitas
keolahragaan dari Kognitif-Afektif-Automisasi.
Dalam kegiatan belajar, keterlibatan siswa secara aktif amat
dipentingkan. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar
perlu mengaitkan pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang
telah dimiliki siswa.
Kesimpulan
Teori belajar Kognitivistik lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu
sendiri.

Prinsip-prinsip teori belajar Kognitivistik yaitu dalam teori kognitivistik manusia


merupakan pemrosesan informasi yang aktif. Teori ini juga menekankan pentingnya
pembelajaran sosial dan kolaboratif serta pengembangan keterampilan kritis dan berpikir
kreatif

Teori Kognitivistik dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran


dalam teori kognitivistik memberikan kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam
proses belajar amat diperhitungkan, agar belajar lebih bermakna bagi siswa
DAFTAR PUSTAKA

Baharuddin, dkk. 2012. Teori belajar & Pembelajaran. Yogyakarta:


Ar Ruzz Media.
Baharuddin. 2015. Pendidikan dan Psikologi Perkembangan.
Yogyakarta: Ar Ruzz Media
Budiningsih, Asri. 2015. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Ibda,Fatimah. 2015. Perkembangan Kognitif: Teori Jean Piaget.
INTELEKTUALITA - Volume 3, Nomor 1, Januari-Juni.
Muhibbin, Syah. 2005. Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan
Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai