Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED


LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN
MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS V

Gd. Gunantara1, Md Suarjana2, Pt. Nanci Riastini3


1
Jurusan PGSD, 2Jurusan PGSD, 3Jurusan PGSD, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: gunantara_gede@yahoo.com1, pgsd_undiksha@yahoo.co.id2,


cherm_currie@yahoo.com3

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan
masalah pada mata pelajaran Matematika melalui penerapan model pembelajaran
Problem Based learnig (PBL). Subjek pada penelitian ini berjumlah 28 orang. Data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tentang kemampuan pemecahan masalah
matematika dengan metode observasi dan tes. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
penerapan model pembelajaran Problem Based learning (PBL) dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah yakni dari siklus I ke siklus II sebesar 16,42% dari
kriteria sedang menjadi tinggi. Hasil penelitian menunjukan bahwa model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
pada mata pelajaran Matematika.

Kata-kata kunci: problem based learning, kemampuan pemecahan masalah.

Abstract
The purpose of this study was to determine the increase in problem solving skills in the
subjects of Mathematics through the application of problem based learning model learnig
(PBL). Subjects in this study amounted to 28 people. The data collected in this study is
the data on the ability of solving mathematical problems with the method of observation
and tests. These results indicate that the application of problem based learning model
learning (PBL) can enhance the problem solving capabilities of the first cycle to the
second cycle of 16.42% of the criteria were to be high. The results showed that the
learning model of Problem Based Learning (PBL) can enhance problem-solving abilities
in the subjects of Mathematics.

Key words: problem based learning, problem solving ability.

PENDAHULUAN melakukan pembelajaran yang inovatif


Amir (2009:2) menyatakan Dunia dengan menempatkan siswa sebagai pusat
pendidikan, khususnya di sekolah dasar pembelajaran dan mereka dapat belajar
(SD), merupakan pangkal dari suatu proses bermakna.
pendidikan formal yang berkelanjutan. Untuk Semakin berkembangnya teknologi
itu, pendidikan di SD memerlukan adanya informasi saat ini menyebabkan berbagai
peningkatan kualitas untuk merespon perubahan terjadi diberbagai lini kehidupan.
perkembangan ilmu pengetahuan dan Perkembangan juga merambah dalam dunia
teknologi. Peningkatan kualitas salah pendidikan. Berdasarkan hal tersebut, maka
satunya dilakukan dengan meningkatkan proses pendidikan haruslah dapat dijalankan
mutu pembelajaran. Peningkatan mutu sesuai dengan ketentuan yang bersifat
pembelajaran dapat dicapai jika guru telah
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

mendasar bagi perkembangan ilmu fenomena itu. Ketiga Menganalisis Masalah.


pengetahuan. Siswa mengeluarkan pengetahuan terkait
Salah satu model pembelajaran yang apa yang sudah dimiliki tentang masalah.
dapat dikembangkan dan diadopsi untuk Keempat Menata gagasan siswa dan
menempatkan siswa sebagai pusat secara sistematis menganalisisnya dengan
pembelajaran adalah penerapan model dalam. Bagian yang sudah dianalisis dilihat
Problem Based Learning (PBL). PBL keterkaitannya satu sama lain,
adalah suatu pendekatan pembelajaran dikelompokkan mana yang saling
dengan membuat konfrontasi kepada menunjang, mana yang bertentangan dan
pebelajar dengan masalah-masalah praktis sebagainnya. Kelima Memformulasikan
atau pembelajaran yang dimulai dengan tujuan pembelajaran. Kelompok dapat
pemberian masalah dan memiliki konteks merumuskan tujuan pembelajaran karena
dengan dunia nyata (Tan, 2003; Wee & kelompok sudah tahu pengetahuan mana
Kek, 2002:12). Model ini melatih siswa untuk yang masih kurang dan mana yang masih
memecahkan masalah dengan pengetahuan belum jelas. Keenam Mencari Informasi
yang dimilikinya. Proses tersebut akan tambahan dari sumber yang lain (di luar
membuat terbangunnya pengetahuan baru diskusi kelompok). Ketujuh Mensintesa
yang lebih bermakna bagi siswa. (Menggabungkan) dan menguji informasi
Pengertian PBL menurut Hudojo baru, dan membuat laporan untuk kelas.
(1988:5) adalah proses yang ditempuh oleh Dari laporan individu/sub kelompok, yang
seseorang untuk menyelesaikan masalah dipresentasikan dihadapan anggota
yang dihadapinya sampai masalah itu tidak kelompok lain, kelompok mendapatkan
lagi menjadi masalah baginya. informasi-informasi yang baru. Anggota yang
Pengertian PBL menurut Dutch mendengarkan laporan harus kritis tentang
(dalam Amir, 2009:27) adalah metode laporan yang disajikan (laporan diketik, dan
intruksional yang menantang peserta didik dibagikan kepada setiap anggota).
agar belajar untuk belajar bekerjasama Kegiatan pembelajaran dengan
dalam kelompok untuk mencari solusi bagi menggunakan metode PBL memiliki
masalah yang nyata. Masalah digunakan beberapa manfaat (Amir, 2009:27), yang
untuk mengaitkan rasa keingintahuan, dipaparkan sebagai berikut. 1).
kemampuan analisis, dan inisiatif siswa Meningkatkan kecakapan siswa dalam
terhadap materi pelajaran. PBL pemecahan masalah. 2). Lebih mudah
mempersiapkan peserta didik untuk berpikir mengingat materi pembelajaran yang telah
kritis dan analitis, dan menggunakan sumber dipelajari. 3). Meningkatkan pemahaman
belajar yang sesuai. siswa terhadap materi ajar. 4).
Berdasarkan uraian di atas, dapat Meningkatkan kemampuannya yang relevan
disimpulkan bahwa model Problem Based dengan dunia praktek. 5). Membangun
Learning merupakan model pembelajaran kemampuan kepemimpinan dan kerja sama.
yang melibatkan siswa dalam memecahkan 6). Kecakapan belajar dan memotivasi siswa
masalah nyata. Model ini menyebabkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir
motivasi dan rasa ingin tahu menjadi tingkat tinggi.
meningkat. Model PBL juga menjadi wadah Model pembelajaran PBL sangat
bagi siswa untuk dapat mengembangkan cocok diterapkan untuk semua mata
cara berpikir kritis dan keterampilan berpikir pelajaran, termasuk mata pelajaran
yang lebih tinggi. Matematika. Jika dikaitkan karakteristik
Amir (2009:24) menyatakan, terdapat Matematika dan PBL, keduanya memiliki
7 langkah pelaksanaan PBL, yaitu sebagai benang merah satu dengan lainnya. Ditinjau
berikut. Pertama Mengklarifikasi istilah dan dari aspek Matematika, Matematika
konsep yang belum jelas. Memastikan setiap merupakan ilmu pengetahuan yang
anggota memahami berbagai istilah dan berkembang secara dinamik. Artinya,
konsep yang ada dalam masalah. Kedua perkembangan yang sangat pesat serta
Merumuskan masalah. Fenomena yang ada kontribusinya yang luas dalam berbagai
dalam masalah menuntut penjelasan aspek kehidupan manusia, telah
hubungan-hubungan apa yang terjadi antara menyebabkan bergesernya pandangan dari
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

Matematika sebagai ilmu yang statik ke model PBL untuk meningkatkan kemampuan
Matematika sebagai ilmu yang bersifat pemecahan masalah Matematika dalam
dinamik generatif. Jika dikaitkan dengan proses pembelajaran.
PBL, perubahan pandangan ini telah Dalam Kamus Umum Bahasa
berimplikasi pada berubahnya aspek Indonesia, Matematika adalah ilmu tentang
pedagogis dalam pembelajaran yang lebih bilangan-bilangan, hubungan antara
menekankan pada Matematika sebagai bilangan, dan prosedur oprasional dalam
pemecahan masalah dan pengembangan penyelesaian masalah mengenai bilangan
kemampuan berpikir Matematika pada (Poerwadarminta. W. J. S, 1984:637).
siswa. Siswa dapat lebih aktif, kreatif, dan Matematika menurut pandangan
inovatif pada proses pembelajaran. Riedesel, et all (1996:170) adalah sebagai
Berdasarkan hal tersebut, penerapan PBL berikut. 1). Matematika bukan sekedar
dalam pembelajaran sangat membantu aritmetika. Maksudnya, kurikulum
peningkatan kualitas pembelajaran dan mutu Matematika terutama untuk sekolah dasar
siswa. hanya dipandang sebagai kumpulan
Namun sayangnya, penerapan PBL keterampilan berhitung seperti penjumlahan,
dalam pembelajaran Matematika masih pengurangan, perkalian, dan pembagian
jarang dilakukan guru. Berdasarkan hasil bilangan. 2). Matematika merupakan
observasi pada tanggal 3 Oktober 2012 di problem posing dan problem solving. Dalam
kelas V SD No 2 Sepang secara umum kegiatan Matematika, pada dasarnya anak
proses pembelajaran Matematika di kelas akan berhadapan dengan dua hal yakni
tersebut dominan berpusat pada guru. Guru masalah-masalah apa yang mungkin muncul
selalu mengajar Matematika dengan metode atau diajikan dari sejumlah fakta yang
ceramah. Hal tersebut menyebabkan banyak dihadapi (problem posing) serta bagaimana
siswa yang pasif dalam mengikuti proses menyelesaikan masalah tersebut (problem
pembelajaran. Mereka lebih banyak diam, solving). 3). Matematika merupakan studi
mendengarkan penjelasan dan tidak mau tentang pola dan hubungan. Dalam aktifitas
bertanya apabila belum mengerti. Selain itu, ini tercakup kegiatan memahami,
siswa jarang diberikan soal-soal pemecahan membicarakan, membedakan,
masalah yang berkaitan dengan kehidupan mengelompokkan, serta menjelaskan pola
sehari-hari. Jika ada beberapa soal baik berupa bilangan atau fakta-fakta lain.
pemecahan masalah, mereka masih kurang 4). Matematika merupakan bahasa. Sebagai
paham menyelesaikan soal-soal tersebut. bahasa, Matematika menggunakan istilah
Akibatnya, kemampuan pemecahan serta simbol-simbol yang didefinisikan
masalahnya pun rendah. secara tepat dan berhati-hati. 5). Matematika
Berdasarkan hasil wawancara merupakan cara dan alat berpikir. Karena
dengan guru Matematika kelas V, beberapa cara berpikir yang dikembangkan dalam
upaya yang pernah dilakukan untuk Matematika menggunakan kaidah-kaidah
mengatasi permasalahan yang terjadi, penalaran yang konsisten dan akurat, maka
diantaranya adalah membimbing siswa Matematika dapat digunakan sebagai alat
dalam mengerjakan soal. Kelemahannya, berpikir yang sangat efektif untuk
tidak semua siswa dapat dibimbing karena memandang berbagai permasalahan
karakteristik siswa yang berbeda serta termasuk di luar Matematika sendiri. 6).
jumlah yang cukup banyak. Matematika merupakan pengetahuan yang
Berpijak dari hal tersebut, perlu adanya berkembang secara dinamik. Perubahan
perbaikan model ataupun metode yang pandangan ini telah berimplikasi pada
diterapkan dalam pembelajaran. Salah berubahnya aspek pedagogis dalam
satunya adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang lebih menekankan pada
PBL. dengan model PBL ini dapat Matematika sebagai pemecahan masalah
membantu siswa menjadi lebih paham dan pengembangan kemampuan berfikir
terhadap materi ajar, mendorong untuk matematika.7). Matematika adalah aktifitas
mampu memecahkan masalah, dan dapat (doing matematics). Selain melalui aktifitas
memotivasi siswa dalam belajar. Maka darii yang dikembangkan dalam Matematika
itu dalam penelitian ini akan diterapkan sendiri, proses pengembangan Matematika
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

baru tersebut dapat juga diawali dengan keterkaitan dengan apa yang dilakukan oleh
aktivitas di luar dunia Matematika yang akan siswa dalam kehidupannya, dan (6)
bisa meningkatkan kemampuan penalaran pengembangan dan pemahaman penalaran
adaptasi siswa khususnya. matematis, bagaimana siswa dilatih untuk
Berdasarkan pendapat di atas, mengembangkan cara berpikir yang terbuka
Matematika memiliki implikasi yang serta mampu mengeksplor pemikirannya.
signifikan terhadap pembelajaran. Dalam Tujuan pembelajaran Matematika di
pembelajaran Matematika, hendaknya suatu SD menurut Ali (2009:166) adalah sebagai
proses yang memerlukan waktu serta berikut. Anak dapat secara aktif terlibat
merefleksikan adanya sejumlah tahapan dalam proses belajar dan kesempatan untuk
dalam memahami konsep-konsep mengemukakan ide-ide mereka merupakan
Matematika di SD. Interaksi seperti itu hal yang sangat esensial dalam proses
memungkinkan guru dan siswa dapat tersebut, 2) Melatih karakteristik dan
berbagi dan memodifikasi cara berfikir tahapan berpikir yang teridentifikasi dan
masing-masing. Selain itu juga terdapat dapat dipastikan bahwa anak melalui
kemungkinan bagi sebagian siswa untuk tahapan-tahapan tersebut, 3) Belajar
menampilkan argumen serta bagi siswa bergerak dari tahapan yang bersifat konkrit
lainnya memperoleh kesempatan untuk ke tahapan yang lebih abstrak, 4) Mampu
menangkap pola pikir siswa lainnya. Hal untuk menggunakan simbol serta
tersebut dapat menjembatani siswa pada representasi formal serta alamiah
proses belajar yang lebih tinggi. berkembang dari tahapan yang lebih konkrit,
Vygotsky (dalam Ali, 2009:164) 5) Membentuk sikap logis, kritis, kreatif,
menyatakan pembelajaran Matematika cermat dan disiplin
merupakan proses pemberian pengalaman Berdasarkan pendapat di atas,
belajar kepada siswa melalui serangkaian Matematika memiliki implikasi yang
kegiatan yang terencana sehingga siswa signifikan terhadap pembelajaran. Dalam
memperoleh kompetensi tentang bahan pembelajaran Matematika, hendaknya suatu
Matematika yang dipelajari. Salah satu proses yang memerlukan waktu serta
komponen yang menentukan ketercapaian merefleksikan adanya sejumlah tahapan
kompetensi adalah penggunaan strategi dalam memahami konsep-konsep
Matematika yang sesuai. Hal tersebut Matematika di SD. Interaksi seperti itu
sejalan dengan pendapat Ali (2009:163) 1) memungkinkan guru dan siswa dapat
topik yang sedang dibicarakan, 2) tingkat berbagi dan memodifikasi cara berfikir
perkembangan intlektual siswa, 3) prinsip masing-masing. Selain itu juga terdapat
dan teori belajar, 4) keterlibatan siswa kemungkinan bagi sebagian siswa untuk
secara aktif, 5) keterkaitan dengan menampilkan argumen serta bagi siswa
kehidupan sehari-hari, dan 6) lainnya memperoleh kesempatan untuk
pengembangan dan pemahaman penalaran menangkap pola pikir siswa lainnya. Hal
matematis. Maksud pendapat ini adalah: (1) tersebut dapat menjembatani siswa pada
topik yang sedang dibicarakan, artinya proses belajar yang lebih tinggi.
mengacu pada prinsip dan metode Secara umum proses pembelajaran
pembelajaran, (2) tingkat perkembangan Matematika di kelas tersebut dominan
intelektual siswa, artinya penerapan model berpusat pada guru. Guru selalu mengajar
pembelajaran disesuaikan dengan Matematika dengan metode ceramah. Hal
karakteristik siswa yang beragam, (3) prinsip tersebut menyebabkan banyak siswa yang
dan teori belajar, dengan memadukan kedua pasif dalam mengikuti proses pembelajaran.
hal tersebut akan lebih menambah Mereka lebih banyak diam, mendengarkan
pemahaman siswa terhadap materi penjelasan dan tidak mau bertanya apabila
pelajaran matematika, (4) keterlibatan siswa belum mengerti. tersebut. Akibatnya,
secara aktif, artinya menuntut siswa kemampuan pemecahan masalahnya pun
berperan secara aktif dalam kegiatan rendah.
pembelajaran, (5) keterkaitan dengan Menurut Polya (dalam Amir, 2009:45)
kehidupan sehari-hari, artinya dalam kemampuan pemecahan masalah adalah
penerapan proses pembelajaran harus ada proses yang ditempuh oleh seseorang
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

untuk menyelesaikan masalah yang Model pembelajaran PBL sangat


dihadapinya sampai masalah itu tidak lagi cocok diterapkan untuk semua mata
menjadi masalah baginya. Sedangkan pelajaran, termasuk mata pelajaran
menurut Gagne (dalam Amir, 2009:45) Matematika. Jika dikaitkan karakteristik
kemampuan pemecahan masalah Matematika dan PBL, keduanya memiliki
merupakan seperangkat prosedur atau benang merah satu dengan lainnya
strategi yang memungkinkan seseorang Sesuai dengan rumusan masalah, maka
dapat meningkatkkan kemandirian dalam tujuan penelitian ini adalah untuk
berpikir. meningkatkan kemampuan pemecahan
Dari kedua pendapat tersebut dapat masalah Matematika dengan penerapan
disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan model pembelajaran Problem Based
masalah merupakan kecakapan atau potensi Learning (PBL) pada Siswa Kelas V
yang dimiliki siswa dalam menyelesaikan semester II SD No 2 Sepang tahun
permasalahan dan mengaplikasikan dalam pelajaran 2012/2013.
kehidupan sehari-hari. PBL memiliki
kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dan METODE
kelemahan tersebut disajikan sebagai Kemampuan pemecahan masalah
berikut. Menurut Amir (2009:27), penerapan merupakan kecakapan atau potensi yang
model Problem Based Learning memiliki dimiliki seseorang atau siswa dalam
beberapa kelebihan, sebagai berikut. 1) menyelesaikan permasalahan dan
Fokus kebermakna, bukan fakta (deep mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-
versus surface learning), 2) Meningkatkan hari. Indikator
kemampuan siswa untuk berinisiatif, 3) McNiff (1992:4) menyatakan bahwa
Pengembangan keterampilan dan Penelitian Tindakan Kelas merupakan
pengetahuan, 4) Pengembangan bentuk penelitian reflektif yang dilakukan
keterampilan interpersonal dan dinamika oleh guru sendiri yang hasilnya dapat
kelompok, 5) Pengembangan sikap self- dimanfaatkan sebagai alat untuk
motivated,6) Tumbuhnya hubungan siswa- pengembangan dan perbaikan
fasilitator, 7) Jenjang penyampaian pembelajaran. Penelitian tindakan kelas
pembelajaran dapat ditingkatkan.Di samping dilakukan bersiklus. Tiap siklus terdiri dari
memiliki kekuatan, menurut Nurhadi empat kegiatan, yakni perencanaan,
(2004:110) model Problem Based Learning tindakan, observasi, dan refleksi.
juga memiliki beberapa kelemahan, Siklus satu meliputi empat tahapan, yakni
diantaranya sebagai berikut. 1) Pencapaian perencanaan, tindakan, observasi, dan
akademik dari individu siswa, 2) Waktu yang refleksi. 1). Tahap Perencanaan. Pada
diperlukan untuk implementasi, 3) kegiatan ini dilakukan penyusunan Rencana
Perubahan peran siswa dalam proses, 4) Persiapan Pembelajaran (RPP), menyiapkan
Perubahan peran guru dalam proses, dan 5) alat dan bahan/media pembelajaran,
Perumusan masalah yang baik. menyiapkan soal/permasalahan yang sesuai
Sebagai suatu kemampuan yang dengan karakteristik siswa, materi yang
dimiliki oleh siswa dalam memecahkan diajarkan, dan membuat instrumen
suatu masalah, perlu ada beberapa penelitian. 2). Tahap Tindakan. Pada tahap
indikator-indikator dari kemampuan ini dilaksanakan pembelajaran sesuai
pemecahan masalah. Indikator-indikator dengan RPP yang telah disusun. 3). Tahap
kemampuan pemecahan masalah menurut Observasi dan Evaluasi. Kegiatan observasi
Amir (2009:24) adalah 1) mampu dan evaluasi ini dilaksanakan selama
mengklarifikasi istilah konsep yang belum kegiatan pembelajaran berlangsung. Segala
jelas, 2) mampu merumuskan masalah dan kejadian dalam pembelajaran diamati dan
menganalisis masalah, 3) mampu menata didokumentasikan sebagai bahan kegiatan
gagasan secara sistematis dan refleksi. Pada akhir siklus diadakan kegiatan
menganalisisnnya dengan dalam, dan 4) evaluasi. 4). Tahap Refleksi. Kegiatan yang
mampu mencari informasi tambahan dari dilakukan adalah menganalisis proses
sumber lain sebelumnya, baik kelemahan dan
kelebihannya sehingga diperoleh
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

kesimpulan tentang keberhasilan maupun Adapun metode dan instrumen yang


kekurangan dari penerapan pembelajaran digunakan dalam pengumpulan data, yaitu
PBL. Hasil kesimpulan tersebut digunakan sebagai berikut. 1) Metode observasi.
untuk memperbaiki pada tindakan berikutnya Observasi dilakukan untuk mengamati
yang kemudian ditindaklanjuti dengan segala hal yang terjadi di kelas selama
perbaikan rencana pelaksanaan kegiatan pembelajaran berlangsung.
pembelajaran. Observasi dilakukan guru dengan
Siklus II Kegiatan yang dilakukan menggunakan instrumen lembar observasi.
pada siklus II pada prinsipnya sama dengan 2) Metode tes. Tes yang dibuat dalam
siklus I. hanya saja, pada siklus ini tindakan penelitian ini adalah tes kemampuan
yang dilaksanakan adalah berupa tindakan pemecahan masalah Matematika. Tes
yang merupakan penyempurnaan dari siklus berupa soal essay. Setiap soal diberi skor
I. sehingga tindakan pada siklus II pada sesuai dengan indikator pemecahan
dasarnya telah mengalami penyempurnaan, masalah, seperti: 1. memahami masalah, 2.
dengan kata lain telah mampu mencapai merencanakan penyelesaian, 3.
tujuan yang direncanakan dan dilaksanakan melaksanakan rencana, 4. melihat kembali.
pada penelitian ini. pada akhir siklus II Masing-masing indikator tersebut diberi
dilakukan suatu refleksi yang merupakan bobot sebagai berikut.
kegiatan akhir merumuskan hasil dari semua
kegiatan.
Tabel 1. Aspek/Indikator penilain Proses PBL
No Aspek/Indikator Jenis Soal Bobot Maksimal
1 Memahami masalah Essay 20%
2 Merencanakan penyelesaian Essay 30%
3 Melaksanakan rencana Essay 30%
4 Melihat kembali Essay 20%

Kemampuan pemecahan masalah Rumus yang digunakan untuk mencari rata-


Matematika siswa yang diperoleh masih rata kels
merupakan data mentah sehingga perlu (2)
dianalisis. Rumus yang digunakan untuk
Tingkat keberhasilan kemampuan
analisis ini adalah sebagai berikut.
pemecahan masalah Matematika siswa
Rumus yang digunakan untuk mencari rata-
dapat ditentukan dengan membandingkan M
rata skor
(%) terhadap PAP skala lima dengan kriteria
(1) sebagai berikut
Tabel 2. Pedoman Konversi PAP Skala Lima

Persentase Kriteria
90-100 Sangat tinggi
80-89 Tinggi
70-79 Sedang
60-69 Rendah
50-59 Sangat Rendah
(dimodifikasi dari Agung, 2005)

dua kali pertemuan untuk proses


HASIL DAN PEMBAHASAN pembelajaran dan satu kali untuk pemberian
Pelaksanaan pembelajaran di dalam tes.
kelas secara umum telah berlangsung Data yang telah dikumpulkan
sesuai dengan rencana pembelajaran yang dianalisis sesuai dengan teknik analisis data
telah ditetapkan. Penelitian tindakan kelas yang telah ditetapkan sebelumnya. Data
ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap hasil penelitian nilai alwal yang diperoleh,
siklus terdiri dari tiga kali pertemuan, yaitu maka ada patokan untuk melanjutkan ke
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

tahap siklus. Tahap siklus yang dilakukan seterusnya sampai keadaan mulai tertib.
selama penelitian adalah dua siklus yaitu Hampir semua siswa sudah tampak begitu
siklus I dan siklus II antusias berdiskusi dan tekun mengerjakan.
Data hasil belajar siklus yang Sebagian besar siswa sudah mengerjakan
terkumpul, selanjutnya dianalisis dengan dengan benar meskipun ada beberapa
menggunakan analisis data deskriptif. Data siswa yang mengerjakan tetapi masih
yang terlebih dahulu dianalisis adalah kurang lengkap dan kurang teliti dalam
menentukan rata-rata (M) skor hasil belajar pengerjaan soal.
siswa pada siklus Setelah rata-rata (M) skor Guru akhirnya menunjuk 2 kelompok
hasil belajar siswa pada siklus diketahui, dan memberikan sedikit motivasi agar
selanjutnya analisis data yang dilakukan mereka berani tampil ke depan, yaitu
adalah menentukan tingkat persentase hasil kelompok Aditya Laksana Putra (Kel.4) dan
belajar siswa dengan cara membandingkan kelompok Agung Arianto (Kel 2). Selama
persentase rata-rata (M%) dengan kriteria presentasi, keenam anggota kelompok
PAP skala 5. Aditya Laksana Putra (Kel.4) aktif
Proses penelitian ini dilakukan dalam mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.
dua siklus yang masing-masing siklus terdiri Guru dan peneliti mengawasi jalannya
dari 4 tahapan, yaitu: (1) perencanaan presentasi sambil berkeliling dan membuka
tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) kegiatan diskusi/tanya jawab bagi siswa atau
observasi dan evaluasi, dan (4) refleksi kelompok lain yang ingin memberikan
tindakan. Kegiatan perencanaan tindakan masukan terhadap kelompok penyaji
siklus I dilaksanakan pada hari Senin Sebelum menutup pembelajaran,
tanggal 3 Juni 2013 di ruang guru SD No 2 siswa diminta mengumpulkan lembar
Sepang. Guru bersama peneliti jawaban yang sudah selesai dikerjakan.
mendiskusikan rancangan tindakan yang Guru membuat kesimpulan dari materi yang
akan dilakukan dalam penelitian ini. sudah diajarkan kemudian menutup
Pelaksanaan tindakan I dilaksanakan pembelajaran dengan salam.
dalam 3 kali pertemuan, seperti yang telah Hasil dari pelaksanaan siklus I
direncanakan, yaitu tanggal 4, 5, dan 7 Juni menunjukan adanya peningkatan
2013 di ruang kelas V SD No 2 Sepang. kemampuan pemecahan masalah dengan
Pertemuan dilaksanakan dengan alokasi model PBL, hal ini terbukti dengan keaktifan
waktu 2 jam pelajaran (2 x 35 menit) sesuai siswa dalam mengerjakan permasalahan
dengan skenario pembelajaran dan RPP. yang ditemukan dengan anggota kelompok.
Materi pada pelaksanaan tindakan I ini Meskipun demikian masih ada beberapa
adalah penjumlahan pecahan dengan siswa yang masih ragu dan belum mampu
berpenyebut sama dan tidak sama untuk menyelesaikan pemecahan masalah
Pada pertemuan ini, guru yang mereka temukan.
mendemonstrasikan materi secara jelas dan Pelaksanaan tindakan siklus II
membentuk kelompok belajar. Siswa diminta hampir sama dengan pelaksanaan tindakan
untuk kerja kelompok mengerjakan soal siklus I, hanya pada pelaksanaan tindakan II
latihan yang telah dirancang, kemudian ini terdapat perbaikan yang masih diperlukan
presentasi hasil kerja kelompok setelah soal dari tindakan I. Materi yang disampaikan
latihan selesai dikerjakan dengan waktu pada pelaksanaan tindakan II hampir sama
yang telah ditentukan. Pelaksanaan tindakan dengan pelaksanaan tindakan I, yaitu
petemuan ini dilaksanakan pada tanggal 4 melakukan penjumlahan dan pengurangan
dan 5 juni 2013. pecahan namun pada siklus II dikhususkan
Siswa bergabung dengan anggota melakukan penjumlahan dan pengurangan
kelompoknya untuk mengerjakan tugas berbagai bentuk pecahan.
mengidentifikasi permasalahan untuk Pelaksanaan tindakan I dilaksanakan
Diskusi berlangsung lancar meskipun dalam 3 kali pertemuan, seperti yang telah
awalnya masih banyak yang ramai dan direncanakan, yaitu pada hari selasa 11 juni,
hanya beberapa siswa yang mengerjakan. kamis 13 juni, dan jumat 14 juni 2013.
Guru dan peneliti berkeliling untuk Pelaksanaan tindakan petemuan ini
mengawasi jalannya kerja kelompok. Begitu dilaksanakan pada tanggal 11 dan 13 juni
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

2013. Pada pertemuan siklus II guru Guru dan peneliti membagikan soal
menjelaskan dan mendemonstrasikan cara untuk evaluasi akhir berupa soal essay dan
melakukan penjumlahan dan pengurangan meminta agar siswa dalam mengerjakan
berbagai bentuk pecahan. dengan jelas dan tidak saling bekerja sama. Guru dan peneliti
dibuka kesempatan tanya jawab, kemudian mengawasi dengan baik agar hasil dari
siswa mengerjakan soal secara evaluasi dapat mencerminkan kemampuan
berkelompok. Diskusi berlangsung lancar, mereka dan memberikan kesempatan
tidak terjadi keributan, keadaan lebih tertib kepada siswa untuk mengerjakan soal
dan terkendali. Guru dan peneliti berkeliling dengan tertib dan tenang.
untuk mengawasi jalannya kerja kelompok Sebelum menutup pembelajaran,
dan memberikan bantuan secara langsung siswa diminta mengumpulkan lembar
kepada kelompok yang mengalami jawaban yang sudah selesai dikerjakan.
kesulitan. Guru dan peneliti juga memberi Guru membuat kesimpulan dari materi yang
motivasi kepada kelompok yang belum bisa sudah diajarkan kemudian menutup
bekerja sama atau masih berbicara sendiri pembelajaran dengan salam.
satu sama lain. Pertemuan ketiga siklus II dilanjutkan
Semua siswa sudah tampak begitu dengan pemberian tes akhir siklus II untuk
antusias berdiskusi dan tekun mengerjakan. mengetahui hasil belajar siswa.
Terdapat beberapa kelompok yang sangat Pelaksanaan tes akhir siklus I diadakan
antusias ingin mempresentasikan hasil pada hari Jumat tanggal 14 Juni 2013, yang
pekerjaannya karena dalam pembelajaran terdiri dari 5 butir soal essay dengan alokasi
pada siklus I mereka sudah memahami cara waktu 35 menit. Kegiatan tes berlangsung
presentasi dan lebih berani memaparkan lancar tidak ada lagi siswa yang ribut dalam
jawaban di depan kelas. mengerjakan soal.
Kesempatan presentasi diberikan Hasil dari evaluasi siklus II
pada dua kelompok saja agar lebih efektif menunjukan adanya peningkatan
dan tiap kelompok diminta mengerjakan soal kemampuan pemecahan masalah dengan
penjumlahan dan pengurangan berbagai penerapan model pembelajaran PBL. hal ini
bentuk pecahan. dan diberi waktu 15 menit. ditunjukan dengan meningkatnya
Guru dan peneliti mengawasi jalannya kemampuan siswa dalam mengikuti
presentasi sambil berkeliling dan membuka pembelajaran dengan aktif dan antusias dari
kegiatan diskusi/tanya jawab bagi siswa atau semua siswa.
kelompok lain yang ingin memberi masukan Secara ringkas, hasil penelitian di
atau menyanggah kelompok presenter. atas disajikan pada table 3 siklus I dan siklus
II berikut.
Tabel 3. Ringkasan hasil penelitian pada siklus I dan siklus II

Hasil Belajar Siswa


Siklus
Rata-rata Kriteria
I 70,00% Rendah
II 86,42% Tinggi

Perbandingan peningkatan
kemampuaan pemecahan masalah di
atas, disajikan ke dalam grafik seperti
pada gambar 1 berikut.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

dihadapinya untuk meningkatkan hasil


belajar siswa.
Berdasarkan pembahasan dan
implementasi di atas, serta didukung oleh
penelitian yang relevan dengan penelitian
ini dapat disimpulkan bahwa penerapan
model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa kelas V semester II SDN
2 Sepang tahun pelajaran 2012/2013.
Gambar 1. Perbandingan rata-rata
PENUTUP
kemampuan pemecahan masalah
Berdasarkan hasil analisis data dan
Berdasarkan deskripsi hasil
pembahasan yang telah disajikan dalam
penelitian yang telah diurikan sebelumnya,
Bab IV, maka dapat ditarik simpulan bahwa
penerapan model pembelajaran Problem
penerapan pembelajaran Problem Based
Based Learning (PBL) dapat meningkatkan
Learning (PBL) dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah siswa.
kemampuan pemecahan masalah siswa
Hal ini dapat dilihat dari kenaikan rata-rata
kelas V di SD Negeri 2 Sepang dengan
nilai kemampuan pemecahan masalah
perolehan angka rata-rata kemampuan
siswa pada siklus I (70,00) menjadi (86,42)
pemecahan masalah secara klasikal pada
pada siklus II. Rata-rata kemampuan
siklus I sebesar 70% (berada pada kriteria
pemecahan masalah mengalami
sedang). sedangkan pada siklus II rata-rata
peningkatan sebesar 16,42% dari siklus I
kemampuan pemecahan masalah sebesar
ke siklus II.
86,42% (berada pada kriteria tinggi).
Terjadinya peningkatan kemampuan
Dengan demikian, dari siklus I ke siklus II
pemecahan masalah pada siswa
untuk kemampuan pemecahan masalah
disebabkan karena model PBL
mengalami peningkatan sebanyak 16,42%.
memungkinkan siswa dapat meningkatkan
Maka dapat dinyatakan bahwa penerapan
kemandirian dalam berpikir menganalisa
pembelajaran Problem Based Learning
permasalahan. Kemampuan menganlisa
(PBL) dapat meningkatkan kemampuan
permasalahan menyebabkan siswa mampu
pemecahan masalah matematika siswa
memecahkan masalah. Pendapat ini sejalan
kelas V di SD Negeri 2 Sepang tahun
dengan pendapat Gagne (dalam Amir,
pelajaran 2012/2013
2009:45) menyatakan kemampuan
Berdasarkan hasil penelitian ini,
pemecahan masalah merupakan
dapat dikemukakan saran-saran antara lain
seperangkat prosedur atau strategi yang
- Guru mata pelajaran Matematika
memungkinkan seseorang dapat
disarankan untuk menerapkan model
meningkatkkan kemandirian dalam
pembelajaran model PBL (Problem Based
berpikir. Selain itu, ditahap selanjutnya
Learning) karena dapat meningkatkan
guru mengkoreksi dengan seksama
kemampuan pemecahan masalah siswa
jawaban yang benar, untuk disempurnakan
dan menghasilkan minat belajar siswa
sesuai dengan konsep pemecahan
untuk belajar matematika yang baik.
masalah matematika. Dengan demikian,
- Disarankan dengan adanya model
bimbingan belajar mampu meningkatkan
pembelajaran PBL (Problem Based
kemampuan pemecahan masalah pada
Learning) siswa dapat belajar dengan lebih
pembelajaran matematika. Pendapat ini
disiplin dan bekerjasama dengan siswa lain
sejalan dengan pendapat Abu Ahmadi,
dalam kelompok.
(1991:111) menyatakan bimbingan belajar
-
adalah suatu proses pemberian bantuan
terus-menerus dan sistematis kepada
individu dalam memecahkan masalah yang
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

DAFTAR RUJUKAN

Agung, A.A. Gede. 2005. Metodologi


Penelitian Pendidikan. Singaraja:
Fakultas Ilmu Pendidikan.

Ahmadi, Abu 1991. Psikologi Belajar.


Jakarta : Rineka Cipta.

Ali, Mohhamad. 2009. Ilmu dan Aplikasi


Pendidikan. Bandung : PT Imperial
Bhakti Utama.

Amir, M. Taufiq. 2009. Inovasi Pendidikan


Melalui Problem Based learning.
Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.

Budhayanti, Clara Ika Sari. 2008.


Pemecahan Masalah Matematika.
Direktorat Jendral Pendidikan
tinggi.

Hudojo, Herman. 1988. Strategi


Pembelajaran Matematika.
Malang: Balai Pustaka.

McNiff, J. 1992. Action Reaseach


Principles. London: Routledge.

Nurhadi, 2004. Pembelajaran Kontekstual


(Contextual teaching and
Learning/CTL). Malang:Universitas
Malang.
Poerwadarminta, W.J.S. 1984. Kamus
Umum Bahasa Indonesia. PN
Balai Pustaka.

Riedesel, C. A..Scchwart, J.E., dan


Clement, D.H. 1996. Teaching
Elementry School mathematic.
Boston: Allyn and Bacon.

Tan, Oon-seng. 2003. Problem Based


Learning Innovation: Using
Problem to Power Learning in 21st
Century, thompson Learning.

Wee Keng, Megan A. Kek. 2002. Authentic


Problem Based learning: Rewriting
Business Education. Prentice Hall.

Anda mungkin juga menyukai