I. PENDAHULUAN
yang sangat luas terkait dengan kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sangat
berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan Teknologi, karena IPA
semesta yang mempunyai banyak fakta yang belum terungkap dan masih bersifat
pengetahuan alam yang baru dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, IPA memiliki peran yang sangat penting. Kemajuan IPTEK
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sains penting dan menjadi tolak ukur
2
kemajuan bangsa. Kenyataan yang terjadi di Indonesia, mata plajaran IPA tidak
yang menerapkan konsep IPA. Permasalahan ini terlihat pada cara pembelajaran
IPA serta kurikulum yang diberlakukan sesuai atau malah mempersulit pihak
sekolah dan siswa didik, masalah yang dihadapi oleh pendidikan IPA sendiri
berupa materi atau kurikulum, guru, fasilitas, peralatan siswa dan komunikasi
antara siswa dan guru. Oleh sebab itu untuk memperbaiki pendidikan IPA
IPA. Masalah ini juga yang mendasasri adanya kurikulum yang di sempurnakan
tingkah laku siswa hingga siswa memahami proses-proses IPA, memiliki nilai-
nilai dan sikap yang baik terhadap IPA serta menguasi materi IPA berupa fakta,
konsep, prinsip, hokum dan teori IPA”. Pendidikan IPA menurut Sumaji
merupakan “suatu ilmu pegetahuan social yang merupakan disiplin ilmu bukan
pendidikan IPA merupakan suatu usha yang dilakukan secara sadar untuk
untuk membentuk kepribadian atau tingkah laku siswa sehingga siswa dapat
Pendidika IPA menjadi suatu bidang ilmu yang memiliki tujuan agar
setiap siswa memiliki kepribadian yang baik dan dapat menerapkan sikap ilmiah
3
serta dapat mengembangkan potensi yang ada di alam untuk dijadikan sebagai
sumber ilmu dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian
pendidikan IPA bukan hanya sekedar teori akan tetapi dalam setiap bentuk
pengajarannya lebih ditekankan pada bukti dan kegunaan ilmu tersebut. Bukan
berarti teori-teori terdahulu tidak digunakan, ilmu tersebut akan terus digunakan
sampai menemukan ilmu dan teori baru. Teori lama digunakan sebagai
pembuktian dan penyempurnaan ilmu-ilmu alam yang baru. Hanya saja teori
pembelajaran. Melihat hal tersebut di atas nampaknya pendidikan IPA saat ini
belum dapat menerapkannya. Perlu adanya usaha yang dilakukan agar pendidikan
IPA yang ada sekarang ini dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan awal yang
akan dicapai, karena kita tahu bahwa pendidikan IPA tidak hanya pada teori-teori
yang ada namun juga menyangkut pada kepribadian dan sikap ilmiah dari peserta
didik. Untuk itu maka kepribadian dan sikap ilmiah perlu ditumbuhkan agar
Salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada siswa kelas V SDN 01 Trijaya
4
B.Rumusan Masalah
C.Tujuan Penelitian
hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam siswa kelas V SDN 01 Trijaya Kecamatan
D.Manfaat Penelitian
Hasil Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
5
b) Bagi para guru, hasil penelitian dapat menjadi tolok ukur dan bahan
II.KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Belajar
perubahannya relatif permanen, tidak akan kembali kepada keadaan semula. Tidak
bisa diterapkan pada perubahan akibat situasi sesaat, seperti perubahan akibat
sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan
yang serupa itu. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan.
bersifat naluriah.
Moh. Surya (1981:32), definisi belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
dengan lingkungan. Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua pengertian di atas,
potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat.
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon Seseorang
dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya.
Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus
berubah tingkah laku dan tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Pada
hakekatnya belajar merupakan suatu usaha atau suatu proses yang dilakukan
bukan produk. Proses dimana sifat dan tingkah laku ditimbulkan dan
individu.
Drs. Slameto (1999) : Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
Moh. Surya (1981:32) : Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
Darsono (2001:4) : Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang
(experience).
B. Tahapan-tahapan Belajar
Kondisi di saat kita tidak mengetahui kalau ternyata kita tidak tahu.
Contohnya adalah keadaan pikiran banyak pengemudi muda saat mulai belajar
kemungkinan besar akan mengambil risiko, memapar diri pada bahaya atau
kerugian, untuk alasan sederhana yang sama sekali tidak mereka sadari bahwa
2. Inkompetensi sadar
Pengakuan sadar pada diri sendiri bahwa kita tidak tahu, dan penerimaan
3. Kompetensi sadar
Sadar bahwa kita tahu, yaitu ketika kita mulai memiliki keahlian atas sebuah
subjek, tetapi tindakan kita belum berjalan otomatis. Pada belajar yang ini, kita
harus melaksanakan semua tindakan dalam level sadar. Saat belajar mengemudi,
misalnya, kita harus secara sadar tahu di mana tangan dan kaki kita, berpikir
dalam setiap pengambilan keputusan apakah akan menginjak rem, berbelok, atau
ganti gigi. Saat kita melakukannya, kita berpikir dengan sadar tentang bagaimana
melakukannya. Pada tahap ini, reaksi kita jauh lebih lamban ketimbang reaksi
para pakar.
lakukan, dengan kata lain, ada sesuatu yang ia lakukan di hidup ini yang bagi
orang lain tampak penuh risiko tetapi bagi dia bebas risiko. Ini terjadi karena ia
aktivitas itu selama beberapa tahun. Ia tahu apa yang ia lakukan, dan ia juga tahu
apa yang tidak dapat ia lakukan. Bagi seseorang yang tidak memiliki pengetahuan
C. Pembelajaran
kreatifitas guru akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar.
kajian teori belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian
tidak mungkin terjadi belajar. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa
apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu
dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut
juga motivasi untuk mempelajarinya. Apabila dalam diri siswa tidak ada perhatian
pengaruhnya, kalau peserta didik mempunyai perhatian yang besar mengenai apa
yang dipelajari peserta didik dapat menerima dan memilih stimuli yang relevan
untuk diproses lebih lanjut di antara sekian banyak stimuli yang datang dari luar.
Perhatian dapat membuat peserta didik untuk mengarahkan diri pada tugas yang
12
mempunyai kaitan yang erat dengan minat. Siswa yang memiliki minat terhadap
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam akan merasa senang belajar Ilmu Pengetahuan
Alam dan terdorong untuk belajar lebih giat, karenanya adalah kewajiban bagi
guru untuk bisa menanamkan sikap positif pada diri siswa terhadap mata pelajaran
pendorong yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu.
Adanya tidaknya motivasi dalam diri peserta didik dapat diamati dari observasi
ingin tahu yang kuat untuk ikut serta dalam kegiatan belajar;
kegiatan tersebut;
Motivasi dapat bersifat internal, yaitu motivasi yang berasal dari dalam
diri peserta didik dan juga eksternal baik dari guru, orang tua, teman dan
sebagainya. Berkenaan dengan prinsip motivasi ini ada beberapa hal yang perlu
13
2.Keaktifan
aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak
bisa dilimpahkan pada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak
menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif
harus datang dari dirinya sendiri, guru hanya sebagai pembimbing dan pengarah.
Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang aktif, jiwa
mengolah informasi yang kita terima, tidak hanya menyimpan saja tanpa
mengadakan tansformasi. Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif,
stimulus dan respon akan bertambah erat jika sering dipakai dan akan berkurang
bahkan lenyap jika tidak pernah digunakan. Artinya dalam kegiatan belajar
diperlukan adanya latihan-latihan dan pembiasaan agar apa yang dipelajari dapat
diingat lebih lama. Semakin sering berlatih maka akan semakin paham. Hal ini
merupakan "manusia belajar yang aktif selalu ingin tahu". Dalam proses belajar,
14
siswa harus menampakkan keaktifan. Keaktifan itu dapat berupa kegiatan fisik
yang mudah diamati maupun kegiatan psikis yang sulit diamati. Kegiatan fisik
3.Keterlibatan Langsung/Pengalaman
dan tidak bisa dilimpahkan pada orang lain. Edgar Dale dalam penggolongan
pengalaman belajar mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar
yang belajar membuat tempe yang paling baik apabila ia terlibat secara langsung
dalam pembuatan, bukan hanya melihat bagaimana orang membuat tempe, apalagi
melakukan aktivitas sendiri. Dalam konteks ini, siswa belajar sambil bekerja,
hidup di masyarakat. Hal ini juga sebagaimana yang di ungkapkan Jean Jacques
diciptakan sendiri. Pembelajaran itu akan lebih bermakna jika siswa "mengalami
belajar dngan baik apabila yang mereka pelajari berhubungan dengan apa yang
telah mereka ketahui, serta proses belajar akan produktif jika siswa terlibat aktif
dalam proses belajar di sekolah. Dari berbagai pandangan para ahli tersebut
perbuatan langsung dan harus dilakukan oleh siswa secara aktif. Prinsip ini
didasarkan pada asumsi bahwa para siswa dapat memperoleh lebih banyak
adalah sebagai berikut: kita belajar 10% dari apa yang kita baca, 20% dari apa
yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang kita lihat dan
dengar, 70% dari apa yang kita katakan, dan 90% dari apa yang kita katakan dan
lakukan. Hal ini menunjukkan bahwa jika guru mengajar dengan banyak ceramah,
maka peserta didik akan mengingat hanya 20% karena mereka hanya
sesuatu dan melaporkan nya, maka mereka akan mengingat sebanyak 90%.
16
4.Pengulangan
psikologi daya. Menurut teori ini belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada
daya-daya tersebut akan berkembang, seperti halnya pisau yang selalu diasah akan
pelajaran diulangi maka semakin ingat dan melekat pelajaran itu dalam diri
pengulangan "bahan yang belum begitu dikuasai serta mudah terlupakan" akan
tetap tertanam dalam otak seseorang. Mengulang dapat secara langsung sesudah
membaca, tetapi juga bahkan lebih penting adalah mempelajari kembali bahan
pelajaran yang sudah dipelajari misalnya dengan membuat ringkasan. Teori lain
5.Tantangan
Teori medan (Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa
dalam belajar berada dalam suatu medan. Dalam situasi belajar siswa menghadapi
suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan dalam
mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu
17
dengan mempelajari bahan belajar tersebut. Apabila hambatan itu telah diatasi,
artinya tujuan belajar telah tercapai, maka ia akan dalam medan baru dan tujuan
baru, demikian seterusnya. Menurut teori ini belajar adalah berusaha mengatasi
hambatan-hambatan untuk mencapai tujuan. Agar pada diri anak timbul motif
yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik, maka bahan pelajaran harus
memberikan tantangan bagi siswa untuk belajar secara lebih giat dan sungguh-
sungguh. Penguatan positif dan negatif juga akan menantang siswa dan
Prinsip belajar yang berkaiatan dengan balikan dan penguatan adalah teori
belajar operant conditioning dari B.F. Skinner.Kunci dari teori ini adalah hukum
effeknya Thordike, hubungan stimulus dan respon akan bertambah erat, jika
disertai perasaan senang atau puas dan sebaliknya bisa lenyap jika disertai
perasaan tidak senang. Artinya jika suatu perbuatan itu menimbulkan efek baik,
menimbulkan efek negatif, maka cenderung untuk ditinggalkan atau tidak diulangi
lagi. Siswa akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan mendapat hasil
yang baik. Apabila hasilnya baik akan menjadi balikan yang menyenangkan dan
18
berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya. Namun dorongan belajar itu
tidak saja dari penguatan yang menyenangkan tetapi juga yang tidak
menyenangkan, atau dengan kata lain adanya penguatan positif maupun negatif
nilai yang baik dalam ulangan. Nilai yang baik itu mendorong anak untuk belajar
lebih giat lagi. Nilai yang baik dapat merupakan operan conditioning atau
penguatan positif. Sebaliknya, anak yang mendapat nilai yang jelek pada waktu
ulangan akan merasa takut tidak naik kelas, karena takut tidak naik kelas ia
terdorong untuk belajar yang lebih giat. Di sini nilai jelek dan takut tidak naik
kelas juga bisa mendorong anak untuk belajar lebih giat, inilah yang disebut
penguatan negatif.
7.Perbedaan Individual
hobi, tingkah laku maupun sikap, mereka berbeda pula dalam hal latar belakang
kebudayaan, sosial, ekonomi dan keadaan orang tuanya. Guru harus memahami
perbedaan siswa secara individu, agar dapat melayani pendidikan yang sesuai
Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa.
19
Karakteristik fisik :
Karakteristik mental :
Karakteristik sosial-emosional
1) Tidak stabil
5) Biasa berontak
7) Bersifat kritis
natural science, artinya ilmu pengetahuan alam (IPA). Berhubungan dengan alam
21
atau bersangkut paut dengan alam, sedangkan science artinya ilmu pengetahuan.
Jadi ilmu pengetahuan alam (IPA) atau science dapat disebut sebagai ilmu tentang
Menurut Rom Harre (Hendro Darmodjo dan Jenny R. E. Kaligis, 1993: 4),
Science is a collection of well attested theories which explain the patterns and
artinya sebagai berikut: IPA adalah kumpulan teori yang telah diuji kebenarannya
yang menjelaskan tentang pola-pola keteraturan dari gejala alam yang diamati
secara seksama. Pendapat Harre ini memuat dua hal yang penting yaitu Pertama,
bahwa IPA suatu kumpulan pengetahuan yang berupa teori-teori. Kedua, bahwa
Lebih lanjut Jacobson & Bergman (1980: 4), mendefinisikan IPA sebagai
physical environment and within our bodies”. IPA merupakan penyelidikan dan
interpretasi dari kejadian alam, lingkungan fisik, dan tubuh kita. Seperti halnya
(gejala-gejala) alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil
percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Hal ini sebagaimana
gejala-gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur,
berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen. Sains
yang bersifat aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui
22
metode tertentu yaitu teratur, sistematis, berobjek, bermetode dan berlaku secara
universal”.
diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan
eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang
satu dengan cara yang lain”. Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
IPA merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh dengan
dididapatkan dari hasil eksperimen atau observasi yang bersifat umum sehingga
yang terkait dengan objek alam serta persoalannya. Ruang lingkup IPA yaitu
makhluk hidup, energi dan perubahannya, bumi dan alam semesta serta proses
materi dan sifatnya. Pendidikan IPA menurut Tohari (1978:3) merupakan “usaha
IPA, memiliki nilai-nilai dan sikap yang baik terhadap IPA serta menguasi materi
IPA berupa fakta, konsep, prinsip, hokum dan teori IPA”.Pendidikan IPA menurut
disiplin ilmu yang bersifat produktif”. Dari kedua pengertian di atas dapat
langkah ilmiah serta untuk membentuk kepribadian atau tingkah laku siswa
23
masyarakat.
Pendidikan IPA menjadi suatu bidang ilmu yang memiliki tujuan agar
setiap siswa memiliki kepribadian yang baik dan dapat menerapkan sikap ilmiah
serta dapat mengembangkan potensi yang ada di alam untuk dijadikan sebagai
pendidikan IPA bukan hanya sekedar teori akan tetapi dalam setiap bentuk
pengajarannya lebih ditekankan pada bukti dan kegunaan ilmu tersebut. Bukan
berarti teori-teori terdahulu tidak digunakan, ilmu tersebut akan terus digunakan
sampai menemukan ilmu dan teori baru. Teori lama digunakan sebagai
pembuktian dan penyempurnaan ilmu-ilmu alam yang baru. Hanya saja teori
pembelajaran.
Melihat hal tersebut di atas nampaknya pendidikan IPA saat ini belum
yang ada sekarang ini dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan awal yang akan
dicapai, karena kita tahu bahwa pendidikan IPA tidak hanya pada teori-teori yang
ada namun juga menyangkut pada kepribadian dan sikap ilmiah dari peserta didik.
Untuk itu maka kepribadian dan sikap ilmiah perlu ditumbuhkan agar menjadi
menimbulkan perbedaan cara mengajar dan cara siswa belajar antar mata
24
pelajaran satu dengan yang lainnya. IPA memiliki karakteristik tersendiri untuk
membedakan dengan mata pelajaran lain. Harlen menyatakan bahwa ada tiga
logis dan dapat dijelaskan secara hipotesis. Teori dan prinsip hanya berguna jika
kesimpulan. Teori yang disusun harus didukung oleh fakta-fakta dan data yang
teruji kebenarannya.
Ketiga, memberi makna bahwa teori Sains bukanlah kebenaran yang akhir
tetapi akan berubah atas dasar perangkat pendukung teori tersebut. Hal ini
memberi penekanan pada kreativitas dan gagasan tentang perubahan yang telah
anak secara penuh (active learning) dengan cara guru dapat merealisasikan
belajar IPA menjadi sangat diperlukan untuk dipelajari. Menurut Hendro Darmojo
dan Jenny R. E. Kaligis, pembelajaran IPA didasarkan pada hakikat IPA sendiri
yaitu dari segi proses, produk, dan pengembangan sikap. Pembelajaran IPA di
asumsi bahwa alam raya ini dapat dipelajari, dipahami, dan dijelaskan yang tidak
Kedua ketrampilan ini dapat melatih siswa untuk menemukan dan menyelesaikan
kondisi pembelajaran IPA di SD yang dapat mendorong siswa untuk aktif dan
terungkap fakta atau diperoleh data. Data yang diperoleh dari kegiatan investigasi
tersebut perlu digeneralisir agar siswa memiliki pemahaman konsep yang baik.
Untuk itu siswa perlu di bimbing berpikir secara induktif. Selain itu, pada
beberapa konsep IPA yang dilakukan, siswa perlu memverifikasi dan menerapkan
suatu hukum atau prinsip. Sehingga siswa juga perlu dibimbing berpikir secara
26
deduktif. Kegiatan belajar IPA seperti ini, dapat menumbuhkan sikap ilmiah
dalam diri siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA
meliputi beberapa aspek yaitu faktual, keseimbangan antara proses dan produk,
dipengaruhi oleh tujuan apa yang ingin dicapai melalui pembelajaran tersebut.
harus mengacu pada kurikulum tersebut. Ruang lingkup bahan kajian IPA di SD
secara umum meliputi dua aspek yaitu kerja ilmiah dan pemahaman konsep.
adalah:
(1) makhluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu manusia, hewan, tumbuhan
(2) benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas.
(3) energi dan perubahaannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,
(4) bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda
langit lainnya.
keterampilan proses dan dapat melatih siswa untuk dapat berpikir serta bertindak
secara rasional dan kritis terhadap persoalan yang bersifat ilmiah yang ada di
hari.
sebagai:
peristiwa;
o suatu desain yang disederhanakan dari suatu sistem kerja, suatu terjemahan
o suatu deskripsi dari suatu sistem yang mungkin atau imajiner; dan
bentuk aslinya.
bahwa model merupakan suatu desain yang menggambarkan suatu proses, rincian
sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri peserta didik. Sedangkan
Joyce & Weil menjelaskan bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau
atau teori-teori lain yang mendukung untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah
apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada
dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir
dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain pembelajaran. Jika strategi
pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas
membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak
dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-
30
masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan
desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun
maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap
pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru
saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-
Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau
teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori)
tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing,
sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang
berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu,
kelas,
pendukung),
yaitu hasil belajar yang dapat diukur dan dampak pengiring, yaitu hasil
dipilihnya.
yakni: (1) behavior modification, (2) social interaction, (3) personal source, dan
dalam pembelajaran, Mawardi (2012) menetapkan satu kelompok model lagi yang
lebih dikhususkan pada kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, yaitu
dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari
Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau
teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori)
tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing,
sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang
bersama-sama, saling membantu satu sama lain dalam belajar dan memastikan
bahwa setiap orang dalam kelompok mencapai tujuan atau tugas yang telah
tujuan belajar bersama dalam kelompok kecil yang umumnya terdiri dari empat
adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam
33
anggota kelompok, baik secara individual, maupun secara kelompok. Ini berarti
perilaku berfikir bersama dalam kerja, atau membantu di antara sesame dalam
struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau
lebih di mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap
menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di
antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri
atas dua orang atau lebih untuk memecahkan masalah. Keberhasilan kerja sangat
dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Dalam
pendekatan ini, siswa merupakan bagian dari suatu system kerjasama dalam
mencapai hasil yang optimal dalam belajar. Belajar kooperatif ini juga
diperoleh dari guru, melainkan dari pihak lain yang terlibat dalam pembelajaran
itu yaitu teman sebaya. Jadi, keberhasilan belajar dalam pendekatan ini bukan
hanya ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh, melainkan perolehan itu
akan baik bila dilakukan bersama-sama dalam kelompok kecil yang terstruktur
dengan baik.
memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat mereka
individu dalam memberikan sumbangan pemikiran satu sama lain selama mereka
Ada lima unsur dasar yang menjadi ciri pembelajaran kooperatif, yakni :
bahan pelajaran. Kondisi seperti ini memungkinkan setiap siswa merasa adanya
Hal inilah yang mendorong setiap anggota kelompok untuk saling bekerjasama.
2) Akuntabilitas individu
individual untuk mengerjakan bagian tugasnya sendiri dan mengetahui apa yang
telah ditargetkan dan apa yang harus dipelajari. Oleh karena itu unsur terpenting
35
yang harus dipahami oleh para guru adalah apabila tugas dibagi dalam kelompok
kelompok. Hal ini dimaksudkan agar tujuan utama dalam belajar kooperatif yakni
para siswa dapat belajar dalam kehidupan kelompok yang mampu saling
membelajarkan antar individu yang satu dengan yang lainnya, dan bukan hanya
antar siswa dengan siswa lainnya atau social modeling, dan dukungan sosial dari
guru dapat diciptakan melalui pembentukan struktur kelompok dalam bentuk tatap
muka. Interaksi tatap muka selain memberikan informasi yang penting bagi
4) Keterampilan Sosial
karena siswa baru saja ditempatkan dalam kelompok yang bersifat heterogen.
Oleh karena itu untuk memenuhi persyaratan tersebut guru perlu menjelaskan dan
5) Proses Kelompok
kerja sama yang efektif. Dalam proses kelompok, para siswa perlu mengetahui
tingkat keberhasilan pencapaian tujuan dan efektifitas kerja sama yang telah
dilakukan.
secara sistematis tentang bagaimana mereka telah bekerjasama sebagai satu tim,
bagaimana mereka saling membantu satu sama lain, bagaimana mereka bersikap
dan bertingkah laku positif untuk memungkinkan setiap individu dan kelompok
secara keseluruhan menjadi berhasil, dan apa yang mereka butuhkan untuk
siswa dan aktifitas mereka pada waktu bekerja. Selanjutnya, Slavin (1995: 78),
ajar;
37
o Jika ada anggota kelompok yang belum mengerti tentang materi ajar, ia
o Anggota kelompok berbicara secara wajar dan tidak dengan suara keras.
Hal senada dikemukakan oleh Smith dan Johnson (Slavin. 1995: 129) ada
tujuh aturan pokok, yang harus diperhatikan oleh para siswa dalam pembelajaran
kooperatif supaya berjalan dengan baik. Ketujuh aturan pokok tersebut, adalah :
pandang, dan
kooperatif produktif bagi siswa, maka harus memperhatikan enam kriteria, yaitu :
38
oleh siswa.
masyarakat.
Siswa tidak hanya sebagai obyek belajar melainkan sebagai subyek belajar
kelompok lain yang mempelajari topik yang sama. Setelah berdiskusi dan
teman kelompoknya.
H.Hipotesis Tindakan
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, maka hasil belajar pada siswa kelas V SD
V. METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
2. Subjek Penelitian
B. Pendekatan Penelitian
difokuskan pada situasi kelas, atau lazim dikenal dengan classroom research.
pelaksanaan pembelajaran.
diterapkan sebanyak dua kali. Tiap siklus terdiri dari 4 kegiatan pokok yaitu
tersebut. Jika proses inquiri dan perbaikan pembelajran dilakukan secara terus –
penelitian tindakan adalah intervensi skala kecil terhadap tindakan di dunia nyata
tindakan adalah suatu bentuk diri kolektif yang dilakukan oleh peserta –
praktek pendidikan dan praktek social mereka, serta pemahaman mereka terhadap
praktek - praktek itu dan terhadap situasi tempat dilakukan praktek – praktek
secara lebih luas, secara singkat PTK dapat di definisikan sebagai suatu bentuk
penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan tertentu agar dapat
kondisi ini, sangat menghambat pencapaian tujuan pembelajran. Karena itu, guru
Penelitian Tindakan Kelas [PTK] dibentuk dari 3 kata, yang memiliki pengertian
sebagai berikut :
atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang
o Kelas, adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima
Dari ketiga kata di atas dapat disimpulkan bahwa PTK merupakan suatu
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut
diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.
dan praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran di kelas yang dialami langsung
pembelajaran di sekolah
pada upaya pemecahan masalah atau perbaikan. Dalam konteks penelitian, penelitian
penelitian dalam bidang pendidikan, lebih khusus lagi dalam hal pengembangan
proses pembelajaran di tingkat kelas atau sekolah. Sebagai contoh, dalam seting
dalam kelas. Sedangkan dalam lingkup lebih luas misalnya di sekolah, kepala sekolah
manajemen sekolah oleh kepala sekolah sebagai manajer atau pimpinan di sekolah.
Penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru di kelas disebut Penelitian Tindakan
Kelas (Classroom Action Research). Classroom Action Research (CAR) adalah action
research yang dilakukan oleh guru di dalam kelas. Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh kepala sekolah disebut Penelitian Tindakan Sekolah (School Action
proses penelitian. Untuk itu penggunaan metode harus sesuai dengan tujuan
penelitian. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai maka penelitian ini menggunakan
yang diajukan.
Tindakan Kelas.
disimpulkan bahwa metode Penelitian Tindakan Kelas adalah metode yang bertujuan
arah yang lebih baik dari sebelumnya sebagai upaya pemecahan masalah yang
mengajar di kelas.
laku melalui proses belajar. Dalam konteks proses belajar-mengajar tersebut, Sanjaya
(2005) mengatakan bahwa belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri
aktivitas yang dapat membuat siswa belajar. Dalam konsep Kurikulum Berbasis
Kompetensi siswa harus dijadikan sebagai pusat dari kegiatan proses belajarmengajar.
Dari kedua pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa proses sebagaimana
halnya penelitian atau arti riset, penelitian tindakan kelas juga merupakan upaya
untuk mencari jawaban yang dapat menjadi pemecahan suatu masalah yang sedang
dihadapi. Berkenaan dengan arti penelitian tindakan kelas ini, ada berbagai sumber
bahwa sebelum istilah penelitian tindakan kelas digunakan, yang lebih banyak
memiliki kawasan yang lebih luas dari pada penelitian tindakan kelas. Penelitian
tindakan dapat diterapkan dalam berbagai bidang ilmu di luar ilmu pendidikan,
dilaksanakan pada area, kawasan atau seting kelas, kemudian melakukan refleksi diri
tersebut dinamakan penelitian tindakan kelas. Dengan kata lain, penelitian tindakan
kelas adalah penelitian praktis yang dilakukan oleh guru di dalam kelas dengan
tertentu guna mencari cara-cara yang lebih tepat dan efektif atas permasalahan sehari-
hari di kelas.
47
Untuk lebih memahami penelitian tindakan kelas, mari kita kaji beberapa
definisi yang dikemukakan oleh para pakar. Kemmis dan Carr (1986),
yang bersifat reflektif yang dilakukan oleh pelaku di dalam masyarakat sosial dan
memahami situasi dimana pekerjaan itu dilakukan”. Dalam penjelasan lebih lanjut
berarti guru merupakan pihak yang harus terlibat aktif dalam penelitian tindakan
kelas.
Dalam pernyataan lebih lanjut dikemukakan bahwa situasi tidak akan dapat
berubah secara cepat sebagaimana diharapkan oleh para guru. Akan tetapi mereka
dapat belajar sesuatu tentang proses perubahan itu sendiri. Ebbut (1985) memberikan
gambaran yang lebih jelas tentang pengertian penelitian tindakan kelas. Dikemukakan
bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu studi yang sistematis yang
melihat bahwa proses penelitian tindakan kelas sebagai suatu rangkaian siklus yang
penelitian harus memberikan kesempatan kepada guru atau siswa sebagai pelaku
berpendapat bahwa cara terbaik untuk memajukan kegiatan adalah dengan melibatkan
48
mereka dalam penelitian mereka sendiri dan yang ada di dalam kehidupan mereka
(dalam Mc.Niff, 1982: 21). Penelitian tindakan kelas tersebut merupakan suatu
rangkaian langkah-langkah (a spiral of steps). Setiap langkah terdiri dari empat tahap
menurut Kemmis & Mc.Taggart , (1982), digambarkan sebagai suatu proses yang
dinamis, meliputi empat aspek, yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi
bentuk spiral.
dikemukakan oleh sejumlah pakar maka diharapkan Anda dapat memahami dengan
baik pengertian penelitian tindakan kelas. Dengan demikian Anda juga diharapkan
memahami tujuan yang ingin dicapai dan secara garis besar juga mendapatkan
bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk
melaksanakan tugasnya.
Situasional, praktik, dan secara langsung gayut (relevan) dengan situasi nyata
Subjeknya adalah di kelas, anggota staf sekolah, dan yang lain penelitiannya
observasi nyata dan data perilaku, dan tidak lagi termasuk kajian pihak-pihak
lalu.
melaksanakan penelitiannya.
situasi yang ada /aktual, tujuan akhirnya ialah untuk meningkatkan praktik
secara ilmiah kurang ketat karena ditinjau dari kesahihan instrumen juga agak
lemah.
Semua kegiatan penelitian tindakan memiliki dua tujuan utama yakni untuk
o Peningkatan praktek
praktisinya;
50
instrumen yaitu tes formatif yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana
sesuatu dengan satu ukuran. Data ini diperoleh dengan cara mengukur. Yang
termasuk data kuantitatif adalah data yang diperoleh dari hasil tes formatif.
dari tahap persiapan, proses, sampai dengan hasil penelitian, dan dilakukan untuk
sebagai bahan kajian pada kegiatan refleksi. Analisis dilakukan dengan cara
membandingkan hasil yang telah dicapai dengan kriteria keberhasilan yang telah
ditetapkan. Data kuantitatif yang diperoleh dari hasil tes formatif merupakan
51
Kriteria nilai yang diperoleh siswa dapat dilihat berdasarkan pedoman berikut :
Keterangan :
1) Siswa memiliki nilai sangat kurang jika rentang nilainya 0,0 – 3,9
5) Siswa memiliki nilai sangat baik jika rentang nilainya 8,5 – 10,0
F. Indikator Keberhasilan
Jigsaw berhasil jika 80% siswa memperoleh nilai tes formatif di atas 7,0 .
G.Prosedur Penelitian
1. Siklus I
52
a.Perencanaan :
b. Pelaksanaan
makanan.
mempertahankan hidup
c. Observasi
Selain itu, observer juga mencatat kelebihan dan kekurangan mengenai jalannya
d.Refleksi
saat pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, lalu disusun rencana tindakan untuk
2. Siklus II
a.Perencanaan
pada siklus I. Apa yang menjadi kelemahan pada kegiatan siklus I, diupayakan
tes formatif.
b.Pelaksanaan
c.Observasi
d.Refleksi
secara umum dari penelitian ini, sehingga akan didapatkan kesimpulan apakah
A. Hasil Penelitian
Pelajaran 2013/2014. Setiap siklus terdiri dari satu kali pertemuan dan diakhir
setiap siklus diadakan tes formatif untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap
1. Siklus 1
a. Perencanaan
57
menetapkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam. Kelas yang digunakan untuk penelitian adalah kelas V SDN
Pembelajaran, instrument yang juga disiapkan yaitu lembar tes. Lembar tes
sudah diberikan.
b. Pelaksanaan
1).Kegiatan awal
makanan.
58
mempertahankan hidup
2).Kegiatan inti
3).Kegiatan akhir
Pada kegiatan akhir diadakan post tes untuk mengetahui pemahaman siswa
c. Observasi
pembelajaran.
d.Refleksi
pada saat kegiatan pembelajaran, yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk
Dari hasil refleksi diketahui beberapa kelemahan yang dijumpai pada saat
kegiatan pembelajaran, yaitu siswa belum menunjukkan cara bekerja sama untuk
mengerjakan tugas.
e.Hasil Belajar
saja mereka terima, pada kegiatan akhir diadakan post tes. Hasil post tes siswa
Keterangan
No Nama Siswa Nilai Belum Tuntas Terlampaui
Tuntas
1. Ahmad Solihin 7
60
2. Asti Wiranti 8
3. Clara Julia Lolita 7
4. Endang Fatmawati 10
5. Ernawati 4
6. Fatika Agustin 8
7. Feri Irwanto 7
8. Gendis Prameswari 9
9. Heni Gayatri 8
10. Irma Suryanti 5
11. Katherine Safitri 4
12. Muhammad Syukron A 6
13. Nur Taufiqoh 9
14. Nirma Permatasari 6
15. Prima Hendra Irawan 10
16. Patricia Margareta 9
17. Rendi Prasetyo 5
18. Siti Maimunah 8
19. Sri Irawatinah 8
20. Sarmiyati 4
21. Sundari 7
22. Sulaiman 10
23. Siswati 8
24. Tini Febrianti 9
25. Venny Cintiya 4
26. Wasiatun 8
27. Welky Suhendar 5
28. Yatimin 7
29 Yasby Hasbullah 7
30 Yaumil Mizan 4
31 Zainul Mustofa 8
Dari tabel tersebut diketahui jumlah siswa yang mendapat nilai 4 ada 4
siswa, yang mendapat nilai 5 ada 4 siswa, yang mendapat nilai 6 ada 2 siswa,
yang mendapat nilai 7 ada 6 siswa, yang mendapat nilai 8 ada 8 siswa, yang
mendapat nilai 9 ada 4 siswa, dan yang mendapat nilai 10 ada 3 siswa. Nilai rata-
rata siswa adalah 7,09. Jumlah siswa yang mendapat nilai di bawah 7 ( belum
tuntas ) ada 10 siswa ( 32,25 % ) dan yang mendapat nilai di atas 7 ( tuntas ) ada
21 siswa ( 67,75 % ).
2013 pukul 10.15 – 11.25. Pembahasan tentang soal tes formatif dilaksanakan
sesudah tes formatif, mulai pukul 11.25 – 12.00. Hasil nilai tes formatif siswa
Keterangan
No Nama Siswa Nilai Belum Tuntas Terlampaui
Tuntas
1. Ahmad Solihin 9
2. Asti Wiranti 8
3. Clara Julia Lolita 8
4. Endang Fatmawati 7
5. Ernawati 7
6. Fatika Agustin 9
7. Feri Irwanto 6
8. Gendis Prameswari 7
9. Heni Gayatri 10
10. Irma Suryanti 4
11. Katherine Safitri 8
12. Muhammad Syukron A 7
13. Nur Taufiqoh 10
14. Nirma Permatasari 8
15. Prima Hendra Irawan 9
16. Patricia Margareta 4
17. Rendi Prasetyo 8
18. Siti Maimunah 5
19. Sri Irawatinah 10
20. Sarmiyati 7
63
21. Sundari 6
22. Sulaiman 7
23. Siswati 7
24. Tini Febrianti 9
25. Venny Cintiya 6
26. Wasiatun 8
27. Welky Suhendar 8
28. Yatimin 9
29 Yasby Hasbullah 7
30 Yaumil Mizan 7
31 Zainul Mustofa 6
Dari tabel tersebut diketahui jumlah siswa yang mendapat nilai 4 ada 2
siswa, yang mendapat nilai 5 ada 1 siswa, yang mendapat nilai 6 ada 4 siswa,
yang mendapat nilai 7 ada 9 siswa, yang mendapat nilai 8 ada 7 siswa, yang
mendapat nilai 9 ada 5 siswa, dan yang mendapat nilai 10 ada 3 siswa. Nilai rata-
Jumlah siswa yang mendapat nilai di bawah 7 ( belum tuntas ) ada 7 siswa
( 22,58 dan yang mendapat nilai di atas 7 ( tuntas ) ada 24 siswa ( 77,42 %).
3. Siklus 2
a. Perencanaan
selanjutnya. Apa yang menjadi kelemahan pada siklus 1 diupayakan untuk tidak
disiapkan yaitu lembar tes. Lembar tes digunakan untuk mengetahui penguasaan
b.Pelaksanaan
1).Kegiatan awal
2).Kegiatan inti
3).Kegiatan akhir
Pada kegiatan akhir diadakan post tes untuk mengetahui pemahaman siswa
C.Observasi
pembelajaran .
d.Refleksi
pada saat kegiatan pembelajaran, yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk
nilai post test dan hasil observasi. Kelemahan-kelemahan yang dijumpai pada
kegiatan siklus 2 sudah tidak terlihat lagi. Semua sudah berjalan sesuai dengan
yang diharapkan.
67
e.Hasil Belajar
saja mereka terima, pada kegiatan akhir diadakan post tes. Hasil post tes siswa
Keterangan
No Nama Siswa Nilai Belum Tuntas Terlampaui
Tuntas
1. Ahmad Solihin 7
2. Asti Wiranti 10
3. Clara Julia Lolita 8
4. Endang Fatmawati 7
5. Ernawati 7
6. Fatika Agustin 7
7. Feri Irwanto 9
8. Gendis Prameswari 8
9. Heni Gayatri 8
10. Irma Suryanti 9
11. Katherine Safitri 4
12. Muhammad Syukron A 9
13. Nur Taufiqoh 6
14. Nirma Permatasari 10
15. Prima Hendra Irawan 7
16. Patricia Margareta 6
17. Rendi Prasetyo 10
18. Siti Maimunah 7
19. Sri Irawatinah 6
68
20. Sarmiyati 8
21. Sundari 7
22. Sulaiman 8
23. Siswati 10
24. Tini Febrianti 7
25. Venny Cintiya 8
26. Wasiatun 9
27. Welky Suhendar 8
28. Yatimin 10
29 Yasby Hasbullah 7
30 Yaumil Mizan 8
31 Zainul Mustofa 6
Dari tabel tersebut diketahui jumlah siswa yang mendapat nilai 5 ada 1
siswa, yang mendapat nilai 6 ada 4 siswa, yang mendapat nilai 7 ada 8 siswa,
yang mendapat nilai 8 ada 8 siswa, yang mendapat nilai 9 ada 5 siswa, dan yang
mendapat nilai 10 ada 5 siswa. Nilai rata-rata siswa adalah 7,87. Jumlah siswa
yang mendapat nilai di bawah 7 ( belum tuntas ) ada 5 siswa ( 16,12 % ) dan yang
2013 pukul 10.15 – 11.25. Pembahasan tentang soal tes formatif dilaksanakan
sesudah tes formatif, mulai pukul 11.25 – 12.00. Hasil nilai tes formatif siswa
Keterangan
No Nama Siswa Nilai Belum Tuntas Terlampaui
Tuntas
1. Ahmad Solihin 10
2. Asti Wiranti 9
3. Clara Julia Lolita 9
4. Endang Fatmawati 8
5. Ernawati 8
6. Fatika Agustin 9
7. Feri Irwanto 7
8. Gendis Prameswari 10
9. Heni Gayatri 8
70
6 5 1 5
7 6 3 18
8 7 6 42
9 8 8 64
10 9 5 45
11 10 8 80
Jumlah 254
Rata-rata 8,19
< 7 ( belum tuntas) 4 siswa ( 12,90 % )
≥ 7 ( tuntas ) 27 siswa ( 87,10 % )
Dari tabel tersebut diketahui jumlah siswa yang mendapat nilai 5 ada 1
siswa, yang mendapat nilai 6 ada 3 siswa, yang mendapat nilai 7 ada 6 siswa,
yang mendapat nilai 8 ada 8 siswa, yang mendapat nilai 9 ada 5 siswa, dan yang
siswa ( 12,90 % ) dan yang mendapat nilai di atas 7 ( tuntas ) ada 27 siswa
( 87,10 % ).
B.Pembahasan
Dari analisis data dan hasil penelitian diketahui bahwa terjadi peningkatan
hasil belajar siswa. 87,10 % siswa telah mencapai indikator pembelajaran yang
Persentase ketuntasan belajar hasil tes dapat dilihat pada tabel berikut :
Siklus 1 Siklus 2
Nilai
Jumlah Siswa Jumlah Siswa
< 7 ( belum tuntas) 7 siswa ( 22,58 %) 4 siswa ( 12,90 % )
≥ 7 ( tuntas ) 24 siswa ( 77,42 %) 27 siswa ( 87,10 % )
Rata-rata 7,45 8,19
Dari tabel tersebut diketahui bahwa pada siklus 1, jumlah siswa yang
mencapai ketuntasan belajar ada 24 siswa ( 77,42 %) dan yang belum mencapai
ketuntasan belajar ada 7 siswa ( 22,58 %). Pada siklus 2, jumlah siswa yang
mencapai ketuntasan belajar ada 27 siswa ( 87,10 % ) dan yang belum mencapai
A.Simpulan
Pengetahuan Alam kelas V SD, dapat meningkatkan hasil belajar siswa dari rata-
rata 7,45 menjadi 8,19 serta jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar
B. SARAN
74
dapat menerapkan model pembelajaran yang dapat menggali potensi yang ada
DAFTAR PUSTAKA