Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

HUKUM TATA NEGARA (HTN)


( ABKA2302 )
KONSTITUSI
Dosen Pembimbing :
Drs. H. Harpani Matnuh, M. H dan Nur Laili Hidayati S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh :
KELOMPOK 7
1. DEBY HAPSARI (A1A213205)
2. EKA SRI MUDAYANI (A1A213218)
3. HAIRINA WASLIAH (A1A213024)
4. KHADIJAH (A1A213008)
5. MAWARTI (A1A213056)
6. RENI SOLFIA (A1A213012)
7. WAHYUDI (A1A213059)

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN
KEWARGANEGARAAN
BANJARMASIN
SEPTEMBER
2014 / 2015
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT dan tak lupa
shalawat serta salam kami curahkan kepada nabi besar Muhammad SAW karena
atas perjuangannya lah kita dapat merasakan nikmatnya iman dan islam sehingga
dapat menyelesaikan tugas makalah hukum tata negara yang dibimbing oleh Drs.
H. Harpani Matnuh, M. H dan Nur Laili S.Pd., M.Pd

Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu demi kelancaran tugas ini. Makalah yang kami buat tentu jauh dari
sempurna. Oleh karena itu kritik serta saran sangat kami harapkan untuk
memperbaiki makalah-makalah yang akan dibuat kedepannya.
Tak banyak yang dapat kami sampaikan dalam kesempatan kali ini. Akhir
kata kami ucapkan terima kasih dan semoga makalah yang kami buat dapat
memberikan manfaat bagi kami khususnya dan bagi siapa saja umumnya.
Wa’alaikumussalam warah matullahi wa barokatuh

Banjarmasin, 24 September 2014

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................i

DAFTAR ISI ...........................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

A. Latar Belakang ...........................................................................................1


B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................1
D. Manfaat Penulisan.........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................2

A. Pengertian Konstitusi....................................................................................2
B. Keberadaan dan Tujuan Konstitusi...............................................................3
C. Macam-macam Konstitusi............................................................................6
D. Perubahan Konstitusi atau UUD...................................................................7

BAB III PENUTUP ..........................................................................................13

A. Kesimpulan ..........................................................................................13
B. Saran ..........................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam istilah sehari-hari konstitusi sering disamakan dengan
Undang-Undang Dasar. UUD sendiri adalah terjemah dari kata “grond
wet” yang berasal dari bahasa belanda, yakni grond artinya dasar,
sementara wet artinya Undang-Undang.
Keberadaan konstitusi baik dilihat dari fungsi maupun tujuannya
esensinya adalah membatasi kekuasaan pemerintahan negara sedemikian
rupa, sehingga penyelenggaraan negara tidak bersifat sewenang-wenang
atau melakukan penyalahgunaan wewenang. Dari pembatasan itu, maka
hak-hak warga negara lebih terjamin dan terlindungi secara pasti.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1. Apakah pengertian konstitusi?
2. Bagaimana keberadaan dan apa tujuan konstitusi ?
3. Apa saja macam-macam bentuk konstitusi?
4. Bagaimana perubahan konstitusi atau Undang-Undang Dasar (UUD) ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa pengertian konstitusi.
2. Untuk mengetahui bagaimana keberadaan konstitusi serta tujuan
konstitusi.
3. Untuk mengetahui dan mengenal macam-macam bentuk konstitusi.
4. Untuk mengetahui perubahan konstitusi atau UUD baik dari segi cara
dan juga prosesnya.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini diharapkan :
1. Menambah wawasan bagi penulis dan pembaca, terutama pengatahuan
tentang konstitusi dalam mata kuliah hukum tata negara.
2. Dapat dipertimbangkan sebagai bahan pemikiran atau masukan.
3. Memberikan informasi baik bagi penulis maupun pembaca.

1
KONSTITUSI

A. Pengertian konstitusi
Istilah konstitusi berasal dari bahasa perancis “Constituere” yang berarti
menetapkan atau membentuk. Di belanda menggunakan kata “Constitutie” di
samping kata “grond wet”. Inggris dan Amerika Serikat menggunakan kata
“constitution”. Dalam istilah sehari-hari konstitusi sering disamakan dengan
Undang-Undang Dasar. UUD sendiri adalah terjemah dari kata “grond wet”
yang berasal dari bahasa belanda, yakni grond artinya dasar, sementara wet
artinya Undang-Undang.

Makna konstitusi secara mendalam ada dalam konstitusionalisme


(Mahfud MD,2000:Budiardjo,2008), yaitu suatu istilah yang kemunculannya
di abad ke-18, untuk menegaskan doktrin Amerika tentang supramasi
konstitusi yang hierarkinya berada di atas Undang-Undang, yang hanya di
buat oleh lembaga legislatif.

Dalam perkembangan teoritis dan praktik kenegaraan, terdapat


pandangan yang mempersamakan konstitusi dengan UUD. Tetapi juga
terdapat pandangan lain yang menyatakan bahwa konstitusi bahwa tidak sama
dengan UUD.

Pandangan dalam memberikan pengertian terhadap konstitusi, yakni


pengertian dalam arti sempit dan dalam arti luas.

Pengertian konstitusi dalam arti sempit, hanya mencakup konstitusi


tertulis saja, yaitu Undang-Undang Dasar. Pada saat sekarang, banyak sarjana
yang menyamakan kedua istilah itu, yakni, konstitusi dan Undang-Undang
Dasar. Karena dalam praktek ketatatnegaraan diberbagai negara menganggap
konstitusi atau UUD itu dibuat sebagai pegangan untuk menyelanggarakan
negara.

Pengertian konstitusi dalam arti luas adalah mencakup keseluruhan


peraturan, baik yang tertulis maupun tidak tertulis, yang mengatur secara
mengikat bagaimana suatu pemerintahan negara diselenggarakan dalam
masyarakat.

2
Pengertian konstitusi menurut para ahli :

1. K. C. Wheare
konstitusi adalah keseluruhan sistem ketatanegaraaan suatu negara yang
berupa kumpulan peraturan yang membentuk mengatur /memerintah
dalam pemerintahan suatu negara.
2. Herman Heller
konstitusi mempunyai arti luas daripada UUD. Konstitusi tidak hanya
bersifat yuridis tetapi juga sosiologis dan politis.
3. Lasalle
konstitusi adalah hubungan antara kekuasaaan yang terdapat di dalam
masyarakat seperti golongan yang mempunyai kedudukan nyata di dalam
masyarakat misalnya kepala negara angkatan perang, partai politik, dsb
4. L.J Van Apeldoorn
konstitusi memuat baik peraturan tertulis maupun peraturan tak tertulis.
5. Koernimanto Soetopawiro
istilah konstitusi berasal dari bahasa latin cisme yang berarti bersama
dengan dan statute yang berarti membuat sesuatu agar berdiri. Jadi
konstitusi berarti menetapkan secara bersama.

B. Keberadaan dan Tujuan Konstutusi

Menurut Mahfud MD (2000), secara umum konstitusi diartikan sebagai


aturan dasar ketatanegaraan yang setelah disarikan dari ajaran kedaulatan
rakyat. Rousseau memendang konstitusi sebagai perjanjian masyarakat yang
berisikan pemberian hak oleh masyarakat dalam penyelenggaraan kekuasaan
pemerintahan negara. Dengan kata lain konstitusi sebenarnya tidak lain dari
realisasi demokrasi dengan kesepakatan bahwa kebebasan penguasa
ditentukan oleh warga masyarakat dan bukan sebaliknya. Oleh sebab itu,
setiap pelanggaran atas konstitusi harus dipandang sebagai pelanggaran atas
kontrak sosial. Mahfud MD (2000), menyatakan esensi dari
konstitusionalisme yang melahirkan konstitusi minimal terdiri dari 2 hal,
yaitu :

3
a. Konsepsi negara hukum yang menyatakan bahwa secara universal
kewibawaan hukum haruslah mengatasi kekuasaan pemerintahan, oleh
karena itu hukum harus mengontrol dan mengendalikan politik,
b. Konsepsi hak-hak sipil warga negara yang menggariskan adanya
kebebasan warga negara di bawah jaminan konstitusi, sekaligus adanya
pembatasan kekuasaan negara terhadap warga negara.
Hal-hal yang harus ditegaskan dalam konstitusi menurut Mahfud MD
(2000) adalah:
a. Supremasi hukum dalam arti memberikan posisi sentral pada hukum
sebagai pedoman dan pengarah menurut hierarkinya dan menegakkan
tanpa pandang bulu,
b. Pengambilan keputusan secara legal oleh pemerintah dalam arti bahwa
dalam setiap keputusan haruslah sah baik formal-prosedur-nya maupun
substansinya,
c. Jaminan atas rakyat untuk menikmati hak-haknya secara bebas
berdasarkan ketentuan hukum yang adil,
d. Kebebasan pers untuk mengungkap dan mengekpresikan kehendak,
kejadian, dan aspirasi yang berkembang di masyarakat maupun aspirasi
institusi itu sendiri,
e. Partisipasi masyarakat dalam proses kenegaraan,
f. Pembuatan kebijaksanaan yang tidak diskriminatif terhadap golongan,
gender, agama, ras dan ikatan promordial lainnya,
g. Akuntabilitas pemerintah terhadap masyarakat,
h. Terbukanya akses masyarakat bagi keputusan negara dan pemerintah.
Dari cakupan materi, maka keberadaan konstitusi diadakan untuk suatu
fungsi dan tujuan dalam kehidupan bernegara. Keberadaan konstitusi dalam
suatu negara yang berkaitan dengan fungsi adalah sebagaimana dikemukakan
oleh C.J. Friedrich (Miriam Budiardjo, 2008) bahwa konstitusi merupakan
proses (tata cara) untuk membatasi perilaku pemerintah secara efektif.
Konstitusi mempunyai fungsi khusus dan merupakan perwujudan atau
manesfestasi dari hukum tertinggi yang harus ditaati, bukan hanya rakyat,
tetapi juga oleh pemerintah. Pembatasan-pembatasan kekuasaan dalam
konstitusi diwujudkan dalam bentuk membagi kekuasaan dalam negara,
membatasi kekuasaan dari penguasa dalam negara, dan adanya akses yang

4
bebasa untuk mengawasi kekuasaan yang dilaksanakan para penguasa, baik
melalui saling mengawasi dan mengendalikan secara seimbang dan proporsial
antara lembaga negara maupun akses terbuka dan bebas dari warganegara.
Terhadap fungsi yang dimiliki oleh konstitusi atau UUD, maka
Joeniarto (1980) melihat sebagai fungsi konstitusi pada umumnya memiliki
dua dimensi, yaitu :
a. Ditinjau dari tujuannya, adalah untuk menjamin hak-hak anggota
masyarakatnya, terutama warganegara dari tindakan sewenang-wenang
penguasa,
b. Ditinjau dari penyelenggaraannya, adalah untuk dijadikan landasan
struktural penyelenggaraan pemerintahan menurut sistem ketatanegaraan
yang pasti dan pokok-pokoknya telah digambarkan dalam aturan-aturan
konstitusi atau UUD.

Sementara keberadaan konstitusi yang berkaitan dengan tujuan adalah


seperti yang dikemukakan oleh Karl Loewenstein (Astawa. 1993) :

a. Sebagai aturan yang memberikan pembatasan sekaligus pengawasan


terhadap kekuasaan politik,
b. Sebagai sarana melepaskan kontrol kekuasaan dari penguasa sendiri,
c. Memberikan batasan-batasan ketetapan para penguasa dalam menjalankan
kekuasaannya.

Keberadaan konstitusi baik dilihat dari fungsi maupun tujuannya


esensinya adalah membatasi kekuasaan pemerintahan negara sedemikian
rupa, sehingga penyelenggaraan negara tidak bersifat sewenang-wenang atau
melakukan penyalahgunaan wewenang. Dari pembatasan itu, maka hak-hak
warga negara lebih terjamin dan terlindungi secara pasti. Gagasan ini disebut
dengan konstitusionalisme. Konstitusionalisme menurut C.J. Friederich
(Koenardi dan Sagarih, 1994) adalah pemerintahan yang merupakan
kumpulan kegiatan yang diselenggarakan oleh dan atas nama rakyat, tetapi
dikenakan beberapa pembatasan yang diharapkan menjamin, bahwa
kekuasaan yang diperlukan untuk pemerintahan itu, tidak disalahkan oleh
mereka yang mendapat tugas untuk memerintah.

5
Agar keberadaan konstitusi jelas kepastiannya tentang fungsi dan
tujuannya, maka menurut Miriam Budiardjo (1977) mengemukakan setiap
UUD hendaknya memuat ketentuan-ketentuan mengenai :

a. Organisasi negara, misalnya pembagian kekuasaan antara badan legislatif,


eksekutif dan yudikatif,
b. Hak-hak asasi manusia,
c. Prosedur mengubah UUD, dan
d. Adakalanya membuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari UUD.

C. Macam Macam Konstitusi


Berikut ini adalah beberapa Macam Macam Konstitusi undang undang :
1) Konstitusi tertulis dan konstitusi tidak tertulis (written constitution and
unwritten constitution).
Suatu konstitusi disebut tertulis bila berupa suatu naskah (Doumentary
Constitution), sedangkan konstitusi tidak tertulis tidak berupa suatu naskah
(Non- Doumentary Constitution) dan banyak di pengaruhi oleh tradisi
konvensi. Contoh konstitusi Inggris yang hanya berupa kumpulan dokumen.
2)Konstitusi fleksibel dan konstitusi rigid (flexible and rigid constitution).
Pengertian konstitusi fleksibel adalah konstitusi yang di amandemen
tanpa adanya prosedur khusus sedangkan konstitusi yang kaku adalah
konstitusi yang mensyaratkan suatu adanya prosedur khusus dalam
melakukan amandemen. Dikatakan konstitusi itu flexible apabila konstitusi
itu memungkinkan adanya perubahan sewaktu-waktu sesuai perkembangan
masyarakat (contoh konstitusi Inggris dan Selandia baru).
Sedangkan Pengertian konstitusi rigid apabila konstitusi itu sulit diubah
sampai kapan pun (contoh : USA, Kanada, Indonesia dan Jepang).
Ciri-ciri konstitusi fleksibel:
 Sifat elastis, artinya dapat disesuaikan dengan mudah
 Dinyatakan dan dilakukan perubahan adalah mudah seperti mengubah
undang-undang

Ciri ciri Konstitusi rigid mempunyai ciri-ciri pokok, antara lain:


 Memiliki tingkat dan derajat yang lebih tinggi dari undang-undang
 Hanya dapat diubah dengan tata cara khusus/istimewa

6
3) Konstitusi derajat tinggi dan konstitusi derajat tidak derajat tinggi
(Supreme and not supreme constitution).
Konstitusi derajat tinggi, konstitusi yang mempunyai kedudukan
tertinggi dalam negara (tingkatan peraturan perundang-undangan). Sedangkan
konstitusi tidak derajat tinggi ialah konstitusi yang tidak mempunyai
kedudukan serta derajat seperti konstitusi derajat tinggi.
4)Konstitusi Negara Serikat dan Negara Kesatuan (Federal and Unitary
Constitution).
Bentuk negara akan sangat menentukan konstitusi negara yang
bersangkutan. Dalam suatu negara serikat terdapat pembagian kekuasaan
antara pemerintah federal (Pusat) dengan negara-negara bagian. Hal itu diatur
di dalam konstitusinya. Pembagian kekuasaan seperti itu tidak diatur dalam
konstitusi negara kesatuan, karena pada dasarnya semua kekuasaan berada di
tangan pemerintah pusat.
5) Konstitusi Pemerintahan Presidensial dan pemerintahan Parlementer
(President Executive and Parliamentary Executive Constitution).
Ciri ciri Konstitusi sistem pemerintahan presidensial (strong) terdapat
ciri-ciri antara lain:
 Presiden memiliki kekuasaan nominal sebagai kepala negara, tetapi juga
memiliki kedudukan sebagai Kepala Pemerintahan
 Presiden dipilih langsung oleh rakyat atau dewan pemilih
 Presiden tidak termasuk pemegang kekuasaan legislatif dan tidak dapat
memerintahkan pemilihan umum.
Ciri ciri Konstitusi sistem pemerintahan parlementer memiliki ciri-ciri
(Sri Soemantri) :
o Kabinet dipimpin oleh seorang Perdana Menteri yang dibentuk
berdasarkan kekuatan yang menguasai parlemen
o Anggota kabinet sebagian atau seluruhnya dari anggota parlemen
o Presiden dengan saran atau nasihat Perdana menteri dapat membubarkan
parlemen dan memerintahkan diadakan pemilihan umum.

D. Perubahan konstitusi atau Undang-Undang Dasar (UUD)


 Cara mengubah Konstitusi atau UUD

7
Dalam hukum tata negara dikenal adanya dua cara perubahan UUD
sebagai konstitusi tertulis. Pertama, perubahan yang dilakukan menurut
prosedur yang diatur sendiri oleh UUD. Perubahan cara pertama ini disebut
Verfassung Anderung, yang sering disebut perubahan cara konstitusional.
Kedua, perubahan yang dilakukan tidak berdasarkan pada ketentuan yang
diatur dalam UUD. Perubahan cara kedua ini disebut Verfassung Wandlung,
perubahan ini sering disebut dengan cara yang bersifat revolusioner (Jimly
Asshiddiqie,2001).
Berlaku tidaknya UUD hasil perubahan yang revolusioner tergantung
pada kekuatan politik yang mendukung atau memberlakukannya sebagai
konstitusi negara yang bersangkutan (Subardi, 2001).
Dalam praktek ketatanegaraan modern, kita mengenal dua teknik dalam
perubahan konstitusi atau UUD, yaitu Renewal dan Amandement :
1) Renewal, adalah perubahan yang berupa pembaharuan dari konstitusi
atau UUD lama secara keseluruhan, sehingga yang diberlakukan
adalah konstitusi atau UUD yang baru secara keseluruhan. Cara ini
dianut di Eropa Kontinental seperti Belanda, Perancis, maupun Jerman,
2) Amandement (amandemen) adalah cara perubahan konstitusi atau
UUD, yakni konstitusi atau UUD yang lama tetap berlaku, sehingga
amandemen yang dilakukan dapat mengubah, dengan cara mengurangi
atau menambah pasal-pasal, dari konstitusi atau UUD, dapat
merupakan bagian lampiran, atau menyertai konstitusi atau UUD awal.
Cara amandemen ini dilakukan di Amerika Serikat dan di Indonesia.
 Amandemen UUD 1945

Kedudukan UUD sebagai hukum dasar tertulis merupakan sumber


hukum setiap produk hukum seperti undang-undang, peraturan pemerintah,
atau peraturan lainnya. UUD juga merupakan acuan tindakan kebijakan
pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahan negara. Terhadap
kebijakan pemerintah, UUD berfungsi sebagai alat kontrol terhadap tindakan
yang dilakukan pemerintah, baik eksekutif, legislatif, maupun yudikatif.

Undang-Undamg Dasar 1945, yang memiliki sifat singkat dan supel,


satu sisi memiliki keuntungan mudah mengikuti perkembangan dinamika
masyarakat, tetapi pada sisi lain, dengan sifat yang supel yang mengandung

8
multitafsir, memberikan peluang pada penguasa untuk menafsirkannya guna
mendukung dan menjadi alat pembenaran dalam kebijakan penguasa. Semua
ini telah terjadi pada era Orde Lama dan Orde Baru, sehingga mendorong
MPR hasil pemilihan umum 1999 melakukan amandemen UUD 1945
Proklamasi (Mahfud MD, 2000). Undang-undang Dasar 1945 (UUD 1945)
ditetapkan dan disahkan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
pada tanggal 18 Agustus 1945.

Dalam era reformasi, MPR telah empat kali melakukan amandemen


terhadap UUD 1945. Amandemen tersebut dilakukan MPR pada sidang-
sidang MPR dari tahun 1999 sampai tahun 2002. Dalam empat kali
amandemen telah terjadi perubahan jumlah Bab dalam batang tubuh,
meskipun jumlah pasal tetap dipertahankan 37, dengan penambahan sejumlah
ayat yang disesuaikan dengan pemikiran demokrasi, serta perubahan pasal
Aturan Peralihan menjadi 3 pasal, dan 2 pasal aturan Tambahan.

UUD 1945 digantikan oleh Konstitusi Republik Indonesia Serikat


(Konstitusi RIS) pada 27 Desember 1949, pada 17 Agustus 1950 Konstitusi
RIS digantikan oleh Undang-undang Dasar Sementara 1950 (UUDS 1950).
Dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, UUD 1945 dinyatakan berlaku kembali
di Indonesia hingga saat ini. Hingga tanggal 10 Agustus 2002, UUD 1945
telah empat kali diamandemen oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
Perubahan UUD 1945 dilakukan pada :
1. Perubahan I diadakan pada tanggal 19 Oktober 1999
Pada amandemen ini, pasal-pasal UUD 1945 yang diubah ialah 9 pasal
yaitu: Pasal 5 ayat (1), 7, 9 ayat (1) dan (2), 13 ayat (2) dan (3),14 ayat (1)
dan (2), 15, 17 ayat (2) dan (3), 20 ayat (1), (2), (3) dan (4), 21 ayat (1).
Beberapa perubahan yang penting adalah :
a)  Pasal 5 ayat (1) berbunyi : Presiden memegang kekuasaan membentuk
undang-undang dengan persetujuan DPR. Diubah menjadi : Presiden
berhak mengajukan rancangan
b) Pasal 7 berbunyi : Presiden dan wakil presiden memegang jabatannya
selama masa lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali. Diubah
menjadi : Preseiden dan wakil presiden memegang jabatan

9
selamalimatahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan
yang sama hanya untuk satu kali masa jabatan.
c) Pasal 14 berbunyi :  Presiden memberi grasi, amnesty, abolisi dan
rehabilitasi. Diubah menjadi :
1) Presiden memberi grasi dan rehabili dengan memperhatikan
pertimbangan Mahkamah Agung
2) Presiden memberi Amnesti dan Abolisi dengan memperhatikan
pertimbangan DPR.
d) Pasal 20 ayat 1 : Tiap-tiap Undang-udang menhendaki persetujuan DPR.
Diubah menjadi : DPR memegang kekuasaan membentuk Undang-
undang.
2. Perubahan II diadakan pada tanggal 18 Agustus 2000
Pada amandemen II ini, pasal-pasal UUD 1945 yang diubah ialah 24
pasal yaitu: Pasal 18 ayat (1) s/d (7), 18A ayar (1) dan (2), 18B ayat (1) dan
(2), 19 ayat (1) s/d (3), 20 ayat (5), 20A ayat (1) s/d (4), 22A, SSB, 25A, 26
ayat (2) dan (3), 27 ayat (3), 28A, 28B ayat (1) dan (2), 28D ayat (1) s/d (4),
28E ayat (1) s/d (3), 28F, 28G ayat (1) dan (2), 28H ayat (1) s/d (4), 28I ayat
(1) s/d (5), 28J ayat (1) dan (2), 30 ayat (1) s/d (5), 36A, 36B, 36C.
Beberapa perubahan yang penting adalah :
a. Pasal 20  berbunyi :  Tiap-tiap Undang-undang menghendaki persetujuan
DPR. Diubah menjadi : Pasal 20A; DPR memiliki fungsi legislasi,
fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan.
b. Pasal 26 ayat (2) berbunyi : Syarat-syarat yang mengenai
kewarganegaraan Negara ditetapkan dengan Undang-undang. Diubah
menjadi : Penduduk ialah warga NegaraIndonesiadan orang asing yang
bertempat tinggal di Indonesia
c.   Pasal 28  memuat 3 hak asasi manusia diperluas menjadi 13 hak asasi
manusia.
3. Perubahan III diadakan pada tanggal9 November 2001
Pada amandemen III ini, pasal-pasal UUD 1945 yang diubah ialah 19
pasal yaitu: Pasal 1 ayat (2) dan (3), 3 ayat (1) s/d (3), 6 ayat (1) s/d (3), 6A
ayat (1), (2), (3) dan (5), 7A, 7B ayat (1) s/d (7), 7C, 8 ayat (1) s/d (3), 11
ayat (2) dan (3), 17 ayat (4), 22C ayat (1) s/d (4), 22D ayat (1) s/d (4), 22E

10
ayat (1) s/d (3), 23F ayat (1) dan (2), 23G ayat (1) dan (2), 24 ayat (1) dan
(2), 24A ayat (1) s/d (5), 24B ayat (1) s/d (4), 24C ayat  (1) s/d (6).
Beberapa perubahan yang penting adalah :
a. Pasal 1 ayat (2) berbunyi :  Kedaulatan adalah ditanag rakyat dan
dilakukan sepenuhnya oleh MPR. Diubah menjadi : Kedaulatan berada
di tanagn rakyat dan dilaksanakan menurut UUD
b. Ditambah Pasal 6A :  Presiden dan wakil Presiden dipilih dalam satu
pasangan secara langsung oleh rakyat
c. Pasal 8 ayat (1) berbunyi :  Presiden ialah orang Indonesai asli. Diubah
menjadi : Calon Presiden dan wakil Presiden harus warga
negaraIndonesiasejak kelahirannya
d. Pasal 24 tentang kekuasaan kehakiman ditambah:
1) Pasal 24B: Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang
mengusulkan pengangkatan hakim agung
2) Pasal 24C :  mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada
tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk
menguji undang-undang terhadap UUD (dan menurut amandemen
IV) UUD 1945, Komisi dan Konstitusi ditetapkan dengan ketentuan
MPR bertugas mengkaji ulang keempat amandemen UUD 1945
pada tahun 2003
4. Perubahan IV diadakan pada tanggal 10 Agustus 2002
Pada amandemen IV ini, pasal-pasal UUD 1945 yang diubah ialah 17
pasal yaitu: pasal-pasal : 2 ayat (1), 6A ayat (4), 8 ayat (3), 11 ayat (1), 16
23B, 23D, 24 ayat (3), 31 ayat (1) s/d (5), 32 ayat (1) dan (2), 33 ayat (4)
dan (5), 34 ayat (1) s/d (4), 37 ayat (1) s/d (5), Aturan Peralihan Pasal I s/d
III, aturan Tambahan pasal I dan II.
Beberapa perubahan yang penting adalah :
a. Pasal 2 ayat (1) berbunyi :  MPR terdiri atas anggota-anggota dan
golongan-golongan menurut aturan yang ditetapkan dengan Undang-
undang. Diubah menjadi :  MPR terdiri atas anggota DPR dan DPD
yang dipilih melalui Pemilihan Umum dan diatur lebih lanjut dengan
undang-undang.
b. Bab IV pasal 16 tetang Dewan Pertimbangan Agung (DPA) dihapus.
Diubah menjadi :  Presiden membentuk suatu dewan pertimbangan

11
yang bertugas memberikan nasihat dan pertimbangan kepada Presiden,
yang selanjutnya diatur dalam Undang-undang
c. Pasal 29 ayat (1) berbunyi : Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang
Maha Esa. Pasal ini tetap tidak berubah (walaupun pernah diusulkan
penambahan 7 kata : dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya)
d. Aturan Peralihan Pasal III : Mahkamah Konstitusi dibentuk selambat-
lambatnya pada 17 Agustus 2003 dan sebelum dibentuk segala
kewenangannya dilakukan oleh Mahkamah.

12
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengertian konstitusi dalam arti sempit, hnya mencakup konstitusi
tertulis saja, yaitu Undang-Undang Dasar. Pada saat sekarang, banyak
sarjana yang menyamakan kedua istilah itu, yakni, konstitusi dan Undang-
Undang Dasar,. Karena dalam praktek ketatatnegaraan diberbagai negara
menganggap konstitusi atau UUD itu dibuat sebagai pegangan untuk
menyelanggarakan negara.
Pengertian konstitusi dalam arti luas adalah mencakup keseluruhan
peraturan, baik yang tertulis maupun tidak tertulis, yang mengatur secara
mengikat bagaimana suatu pemerintahan negara diselenggarakan dalam
masyarakat. bahwa konstitusi merupakan proses (tata cara) untuk
membatasi perilaku pemerintah secara efektif.
Konstitusi mempunyai fungsi khusus dan merupakan perwujudan
atau manesfestasi dari hukum tertinggi yang harus ditaati, bukan hanya
rakyat, tetapi juga oleh pemerintah. Pembatasan-pembatasan kekuasaan
dalam konstitusi diwujudkan dalam bentuk membagi kekuasaan dalam
negara, membatasi kekuasaan dari penguasa dalam negara, dan adanya
akses yang bebasa untuk mengawasi kekuasaan yang dilaksanakan para
penguasa, baik melalui saling mengawasi dan mengendalikan secara
seimbang dan proporsial antara lembaga negara maupun akses terbuka dan
bebas dari warganegara.

B. Saran
Konstitusi dalam sebuah negara mempunyai kedudukan tinggi
dalam mengatur, mengendalikan maupun mengawasi dalam masyarakat
dan pemerintah, oleh karena itu dalam pelaksaan dan menjalakannya
lembaga yang berwenang tidak boleh memanfaatkan konstitusi sebagai
permainan politik, doktrin kekuasaan dan berbagai hal yang bertentangan
dengan konstitusi.

13
DAFTAR PUSTAKA

Gembrot 2010 amandemen. (Online). Tersusun di :


http://8fkonstitusindonesia.blogspot.com/p/amandemen.html
Sarbaini dan Muhammad Elmy. 2013. Negara Hukum dan Demokrasi.
P3Ai Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin : Banjarmasin
Sarbaini dan Zainul Akhyar. 2013. Pendidikan Kewarganegaraan untuk
Perguruan Tinggi. Aswaja Pressindo Yogyakarta : Yogyakarta
Taufiq Hidayat 2013 makalah konstitusi. (Online). Tersusun di :
http://taufiqhidayat92.blogspot.com/2013/11/makalahkonstitusi.html?
view=sidebar

14

Anda mungkin juga menyukai