Disusun Oleh :
KELOMPOK 7
1. DEBY HAPSARI (A1A213205)
2. EKA SRI MUDAYANI (A1A213218)
3. HAIRINA WASLIAH (A1A213024)
4. KHADIJAH (A1A213008)
5. MAWARTI (A1A213056)
6. RENI SOLFIA (A1A213012)
7. WAHYUDI (A1A213059)
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu demi kelancaran tugas ini. Makalah yang kami buat tentu jauh dari
sempurna. Oleh karena itu kritik serta saran sangat kami harapkan untuk
memperbaiki makalah-makalah yang akan dibuat kedepannya.
Tak banyak yang dapat kami sampaikan dalam kesempatan kali ini. Akhir
kata kami ucapkan terima kasih dan semoga makalah yang kami buat dapat
memberikan manfaat bagi kami khususnya dan bagi siapa saja umumnya.
Wa’alaikumussalam warah matullahi wa barokatuh
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................2
A. Pengertian Konstitusi....................................................................................2
B. Keberadaan dan Tujuan Konstitusi...............................................................3
C. Macam-macam Konstitusi............................................................................6
D. Perubahan Konstitusi atau UUD...................................................................7
A. Kesimpulan ..........................................................................................13
B. Saran ..........................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam istilah sehari-hari konstitusi sering disamakan dengan
Undang-Undang Dasar. UUD sendiri adalah terjemah dari kata “grond
wet” yang berasal dari bahasa belanda, yakni grond artinya dasar,
sementara wet artinya Undang-Undang.
Keberadaan konstitusi baik dilihat dari fungsi maupun tujuannya
esensinya adalah membatasi kekuasaan pemerintahan negara sedemikian
rupa, sehingga penyelenggaraan negara tidak bersifat sewenang-wenang
atau melakukan penyalahgunaan wewenang. Dari pembatasan itu, maka
hak-hak warga negara lebih terjamin dan terlindungi secara pasti.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1. Apakah pengertian konstitusi?
2. Bagaimana keberadaan dan apa tujuan konstitusi ?
3. Apa saja macam-macam bentuk konstitusi?
4. Bagaimana perubahan konstitusi atau Undang-Undang Dasar (UUD) ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa pengertian konstitusi.
2. Untuk mengetahui bagaimana keberadaan konstitusi serta tujuan
konstitusi.
3. Untuk mengetahui dan mengenal macam-macam bentuk konstitusi.
4. Untuk mengetahui perubahan konstitusi atau UUD baik dari segi cara
dan juga prosesnya.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini diharapkan :
1. Menambah wawasan bagi penulis dan pembaca, terutama pengatahuan
tentang konstitusi dalam mata kuliah hukum tata negara.
2. Dapat dipertimbangkan sebagai bahan pemikiran atau masukan.
3. Memberikan informasi baik bagi penulis maupun pembaca.
1
KONSTITUSI
A. Pengertian konstitusi
Istilah konstitusi berasal dari bahasa perancis “Constituere” yang berarti
menetapkan atau membentuk. Di belanda menggunakan kata “Constitutie” di
samping kata “grond wet”. Inggris dan Amerika Serikat menggunakan kata
“constitution”. Dalam istilah sehari-hari konstitusi sering disamakan dengan
Undang-Undang Dasar. UUD sendiri adalah terjemah dari kata “grond wet”
yang berasal dari bahasa belanda, yakni grond artinya dasar, sementara wet
artinya Undang-Undang.
2
Pengertian konstitusi menurut para ahli :
1. K. C. Wheare
konstitusi adalah keseluruhan sistem ketatanegaraaan suatu negara yang
berupa kumpulan peraturan yang membentuk mengatur /memerintah
dalam pemerintahan suatu negara.
2. Herman Heller
konstitusi mempunyai arti luas daripada UUD. Konstitusi tidak hanya
bersifat yuridis tetapi juga sosiologis dan politis.
3. Lasalle
konstitusi adalah hubungan antara kekuasaaan yang terdapat di dalam
masyarakat seperti golongan yang mempunyai kedudukan nyata di dalam
masyarakat misalnya kepala negara angkatan perang, partai politik, dsb
4. L.J Van Apeldoorn
konstitusi memuat baik peraturan tertulis maupun peraturan tak tertulis.
5. Koernimanto Soetopawiro
istilah konstitusi berasal dari bahasa latin cisme yang berarti bersama
dengan dan statute yang berarti membuat sesuatu agar berdiri. Jadi
konstitusi berarti menetapkan secara bersama.
3
a. Konsepsi negara hukum yang menyatakan bahwa secara universal
kewibawaan hukum haruslah mengatasi kekuasaan pemerintahan, oleh
karena itu hukum harus mengontrol dan mengendalikan politik,
b. Konsepsi hak-hak sipil warga negara yang menggariskan adanya
kebebasan warga negara di bawah jaminan konstitusi, sekaligus adanya
pembatasan kekuasaan negara terhadap warga negara.
Hal-hal yang harus ditegaskan dalam konstitusi menurut Mahfud MD
(2000) adalah:
a. Supremasi hukum dalam arti memberikan posisi sentral pada hukum
sebagai pedoman dan pengarah menurut hierarkinya dan menegakkan
tanpa pandang bulu,
b. Pengambilan keputusan secara legal oleh pemerintah dalam arti bahwa
dalam setiap keputusan haruslah sah baik formal-prosedur-nya maupun
substansinya,
c. Jaminan atas rakyat untuk menikmati hak-haknya secara bebas
berdasarkan ketentuan hukum yang adil,
d. Kebebasan pers untuk mengungkap dan mengekpresikan kehendak,
kejadian, dan aspirasi yang berkembang di masyarakat maupun aspirasi
institusi itu sendiri,
e. Partisipasi masyarakat dalam proses kenegaraan,
f. Pembuatan kebijaksanaan yang tidak diskriminatif terhadap golongan,
gender, agama, ras dan ikatan promordial lainnya,
g. Akuntabilitas pemerintah terhadap masyarakat,
h. Terbukanya akses masyarakat bagi keputusan negara dan pemerintah.
Dari cakupan materi, maka keberadaan konstitusi diadakan untuk suatu
fungsi dan tujuan dalam kehidupan bernegara. Keberadaan konstitusi dalam
suatu negara yang berkaitan dengan fungsi adalah sebagaimana dikemukakan
oleh C.J. Friedrich (Miriam Budiardjo, 2008) bahwa konstitusi merupakan
proses (tata cara) untuk membatasi perilaku pemerintah secara efektif.
Konstitusi mempunyai fungsi khusus dan merupakan perwujudan atau
manesfestasi dari hukum tertinggi yang harus ditaati, bukan hanya rakyat,
tetapi juga oleh pemerintah. Pembatasan-pembatasan kekuasaan dalam
konstitusi diwujudkan dalam bentuk membagi kekuasaan dalam negara,
membatasi kekuasaan dari penguasa dalam negara, dan adanya akses yang
4
bebasa untuk mengawasi kekuasaan yang dilaksanakan para penguasa, baik
melalui saling mengawasi dan mengendalikan secara seimbang dan proporsial
antara lembaga negara maupun akses terbuka dan bebas dari warganegara.
Terhadap fungsi yang dimiliki oleh konstitusi atau UUD, maka
Joeniarto (1980) melihat sebagai fungsi konstitusi pada umumnya memiliki
dua dimensi, yaitu :
a. Ditinjau dari tujuannya, adalah untuk menjamin hak-hak anggota
masyarakatnya, terutama warganegara dari tindakan sewenang-wenang
penguasa,
b. Ditinjau dari penyelenggaraannya, adalah untuk dijadikan landasan
struktural penyelenggaraan pemerintahan menurut sistem ketatanegaraan
yang pasti dan pokok-pokoknya telah digambarkan dalam aturan-aturan
konstitusi atau UUD.
5
Agar keberadaan konstitusi jelas kepastiannya tentang fungsi dan
tujuannya, maka menurut Miriam Budiardjo (1977) mengemukakan setiap
UUD hendaknya memuat ketentuan-ketentuan mengenai :
6
3) Konstitusi derajat tinggi dan konstitusi derajat tidak derajat tinggi
(Supreme and not supreme constitution).
Konstitusi derajat tinggi, konstitusi yang mempunyai kedudukan
tertinggi dalam negara (tingkatan peraturan perundang-undangan). Sedangkan
konstitusi tidak derajat tinggi ialah konstitusi yang tidak mempunyai
kedudukan serta derajat seperti konstitusi derajat tinggi.
4)Konstitusi Negara Serikat dan Negara Kesatuan (Federal and Unitary
Constitution).
Bentuk negara akan sangat menentukan konstitusi negara yang
bersangkutan. Dalam suatu negara serikat terdapat pembagian kekuasaan
antara pemerintah federal (Pusat) dengan negara-negara bagian. Hal itu diatur
di dalam konstitusinya. Pembagian kekuasaan seperti itu tidak diatur dalam
konstitusi negara kesatuan, karena pada dasarnya semua kekuasaan berada di
tangan pemerintah pusat.
5) Konstitusi Pemerintahan Presidensial dan pemerintahan Parlementer
(President Executive and Parliamentary Executive Constitution).
Ciri ciri Konstitusi sistem pemerintahan presidensial (strong) terdapat
ciri-ciri antara lain:
Presiden memiliki kekuasaan nominal sebagai kepala negara, tetapi juga
memiliki kedudukan sebagai Kepala Pemerintahan
Presiden dipilih langsung oleh rakyat atau dewan pemilih
Presiden tidak termasuk pemegang kekuasaan legislatif dan tidak dapat
memerintahkan pemilihan umum.
Ciri ciri Konstitusi sistem pemerintahan parlementer memiliki ciri-ciri
(Sri Soemantri) :
o Kabinet dipimpin oleh seorang Perdana Menteri yang dibentuk
berdasarkan kekuatan yang menguasai parlemen
o Anggota kabinet sebagian atau seluruhnya dari anggota parlemen
o Presiden dengan saran atau nasihat Perdana menteri dapat membubarkan
parlemen dan memerintahkan diadakan pemilihan umum.
7
Dalam hukum tata negara dikenal adanya dua cara perubahan UUD
sebagai konstitusi tertulis. Pertama, perubahan yang dilakukan menurut
prosedur yang diatur sendiri oleh UUD. Perubahan cara pertama ini disebut
Verfassung Anderung, yang sering disebut perubahan cara konstitusional.
Kedua, perubahan yang dilakukan tidak berdasarkan pada ketentuan yang
diatur dalam UUD. Perubahan cara kedua ini disebut Verfassung Wandlung,
perubahan ini sering disebut dengan cara yang bersifat revolusioner (Jimly
Asshiddiqie,2001).
Berlaku tidaknya UUD hasil perubahan yang revolusioner tergantung
pada kekuatan politik yang mendukung atau memberlakukannya sebagai
konstitusi negara yang bersangkutan (Subardi, 2001).
Dalam praktek ketatanegaraan modern, kita mengenal dua teknik dalam
perubahan konstitusi atau UUD, yaitu Renewal dan Amandement :
1) Renewal, adalah perubahan yang berupa pembaharuan dari konstitusi
atau UUD lama secara keseluruhan, sehingga yang diberlakukan
adalah konstitusi atau UUD yang baru secara keseluruhan. Cara ini
dianut di Eropa Kontinental seperti Belanda, Perancis, maupun Jerman,
2) Amandement (amandemen) adalah cara perubahan konstitusi atau
UUD, yakni konstitusi atau UUD yang lama tetap berlaku, sehingga
amandemen yang dilakukan dapat mengubah, dengan cara mengurangi
atau menambah pasal-pasal, dari konstitusi atau UUD, dapat
merupakan bagian lampiran, atau menyertai konstitusi atau UUD awal.
Cara amandemen ini dilakukan di Amerika Serikat dan di Indonesia.
Amandemen UUD 1945
8
multitafsir, memberikan peluang pada penguasa untuk menafsirkannya guna
mendukung dan menjadi alat pembenaran dalam kebijakan penguasa. Semua
ini telah terjadi pada era Orde Lama dan Orde Baru, sehingga mendorong
MPR hasil pemilihan umum 1999 melakukan amandemen UUD 1945
Proklamasi (Mahfud MD, 2000). Undang-undang Dasar 1945 (UUD 1945)
ditetapkan dan disahkan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
pada tanggal 18 Agustus 1945.
9
selamalimatahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan
yang sama hanya untuk satu kali masa jabatan.
c) Pasal 14 berbunyi : Presiden memberi grasi, amnesty, abolisi dan
rehabilitasi. Diubah menjadi :
1) Presiden memberi grasi dan rehabili dengan memperhatikan
pertimbangan Mahkamah Agung
2) Presiden memberi Amnesti dan Abolisi dengan memperhatikan
pertimbangan DPR.
d) Pasal 20 ayat 1 : Tiap-tiap Undang-udang menhendaki persetujuan DPR.
Diubah menjadi : DPR memegang kekuasaan membentuk Undang-
undang.
2. Perubahan II diadakan pada tanggal 18 Agustus 2000
Pada amandemen II ini, pasal-pasal UUD 1945 yang diubah ialah 24
pasal yaitu: Pasal 18 ayat (1) s/d (7), 18A ayar (1) dan (2), 18B ayat (1) dan
(2), 19 ayat (1) s/d (3), 20 ayat (5), 20A ayat (1) s/d (4), 22A, SSB, 25A, 26
ayat (2) dan (3), 27 ayat (3), 28A, 28B ayat (1) dan (2), 28D ayat (1) s/d (4),
28E ayat (1) s/d (3), 28F, 28G ayat (1) dan (2), 28H ayat (1) s/d (4), 28I ayat
(1) s/d (5), 28J ayat (1) dan (2), 30 ayat (1) s/d (5), 36A, 36B, 36C.
Beberapa perubahan yang penting adalah :
a. Pasal 20 berbunyi : Tiap-tiap Undang-undang menghendaki persetujuan
DPR. Diubah menjadi : Pasal 20A; DPR memiliki fungsi legislasi,
fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan.
b. Pasal 26 ayat (2) berbunyi : Syarat-syarat yang mengenai
kewarganegaraan Negara ditetapkan dengan Undang-undang. Diubah
menjadi : Penduduk ialah warga NegaraIndonesiadan orang asing yang
bertempat tinggal di Indonesia
c. Pasal 28 memuat 3 hak asasi manusia diperluas menjadi 13 hak asasi
manusia.
3. Perubahan III diadakan pada tanggal9 November 2001
Pada amandemen III ini, pasal-pasal UUD 1945 yang diubah ialah 19
pasal yaitu: Pasal 1 ayat (2) dan (3), 3 ayat (1) s/d (3), 6 ayat (1) s/d (3), 6A
ayat (1), (2), (3) dan (5), 7A, 7B ayat (1) s/d (7), 7C, 8 ayat (1) s/d (3), 11
ayat (2) dan (3), 17 ayat (4), 22C ayat (1) s/d (4), 22D ayat (1) s/d (4), 22E
10
ayat (1) s/d (3), 23F ayat (1) dan (2), 23G ayat (1) dan (2), 24 ayat (1) dan
(2), 24A ayat (1) s/d (5), 24B ayat (1) s/d (4), 24C ayat (1) s/d (6).
Beberapa perubahan yang penting adalah :
a. Pasal 1 ayat (2) berbunyi : Kedaulatan adalah ditanag rakyat dan
dilakukan sepenuhnya oleh MPR. Diubah menjadi : Kedaulatan berada
di tanagn rakyat dan dilaksanakan menurut UUD
b. Ditambah Pasal 6A : Presiden dan wakil Presiden dipilih dalam satu
pasangan secara langsung oleh rakyat
c. Pasal 8 ayat (1) berbunyi : Presiden ialah orang Indonesai asli. Diubah
menjadi : Calon Presiden dan wakil Presiden harus warga
negaraIndonesiasejak kelahirannya
d. Pasal 24 tentang kekuasaan kehakiman ditambah:
1) Pasal 24B: Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang
mengusulkan pengangkatan hakim agung
2) Pasal 24C : mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada
tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk
menguji undang-undang terhadap UUD (dan menurut amandemen
IV) UUD 1945, Komisi dan Konstitusi ditetapkan dengan ketentuan
MPR bertugas mengkaji ulang keempat amandemen UUD 1945
pada tahun 2003
4. Perubahan IV diadakan pada tanggal 10 Agustus 2002
Pada amandemen IV ini, pasal-pasal UUD 1945 yang diubah ialah 17
pasal yaitu: pasal-pasal : 2 ayat (1), 6A ayat (4), 8 ayat (3), 11 ayat (1), 16
23B, 23D, 24 ayat (3), 31 ayat (1) s/d (5), 32 ayat (1) dan (2), 33 ayat (4)
dan (5), 34 ayat (1) s/d (4), 37 ayat (1) s/d (5), Aturan Peralihan Pasal I s/d
III, aturan Tambahan pasal I dan II.
Beberapa perubahan yang penting adalah :
a. Pasal 2 ayat (1) berbunyi : MPR terdiri atas anggota-anggota dan
golongan-golongan menurut aturan yang ditetapkan dengan Undang-
undang. Diubah menjadi : MPR terdiri atas anggota DPR dan DPD
yang dipilih melalui Pemilihan Umum dan diatur lebih lanjut dengan
undang-undang.
b. Bab IV pasal 16 tetang Dewan Pertimbangan Agung (DPA) dihapus.
Diubah menjadi : Presiden membentuk suatu dewan pertimbangan
11
yang bertugas memberikan nasihat dan pertimbangan kepada Presiden,
yang selanjutnya diatur dalam Undang-undang
c. Pasal 29 ayat (1) berbunyi : Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang
Maha Esa. Pasal ini tetap tidak berubah (walaupun pernah diusulkan
penambahan 7 kata : dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya)
d. Aturan Peralihan Pasal III : Mahkamah Konstitusi dibentuk selambat-
lambatnya pada 17 Agustus 2003 dan sebelum dibentuk segala
kewenangannya dilakukan oleh Mahkamah.
12
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian konstitusi dalam arti sempit, hnya mencakup konstitusi
tertulis saja, yaitu Undang-Undang Dasar. Pada saat sekarang, banyak
sarjana yang menyamakan kedua istilah itu, yakni, konstitusi dan Undang-
Undang Dasar,. Karena dalam praktek ketatatnegaraan diberbagai negara
menganggap konstitusi atau UUD itu dibuat sebagai pegangan untuk
menyelanggarakan negara.
Pengertian konstitusi dalam arti luas adalah mencakup keseluruhan
peraturan, baik yang tertulis maupun tidak tertulis, yang mengatur secara
mengikat bagaimana suatu pemerintahan negara diselenggarakan dalam
masyarakat. bahwa konstitusi merupakan proses (tata cara) untuk
membatasi perilaku pemerintah secara efektif.
Konstitusi mempunyai fungsi khusus dan merupakan perwujudan
atau manesfestasi dari hukum tertinggi yang harus ditaati, bukan hanya
rakyat, tetapi juga oleh pemerintah. Pembatasan-pembatasan kekuasaan
dalam konstitusi diwujudkan dalam bentuk membagi kekuasaan dalam
negara, membatasi kekuasaan dari penguasa dalam negara, dan adanya
akses yang bebasa untuk mengawasi kekuasaan yang dilaksanakan para
penguasa, baik melalui saling mengawasi dan mengendalikan secara
seimbang dan proporsial antara lembaga negara maupun akses terbuka dan
bebas dari warganegara.
B. Saran
Konstitusi dalam sebuah negara mempunyai kedudukan tinggi
dalam mengatur, mengendalikan maupun mengawasi dalam masyarakat
dan pemerintah, oleh karena itu dalam pelaksaan dan menjalakannya
lembaga yang berwenang tidak boleh memanfaatkan konstitusi sebagai
permainan politik, doktrin kekuasaan dan berbagai hal yang bertentangan
dengan konstitusi.
13
DAFTAR PUSTAKA
14