Anda di halaman 1dari 34

KELEMBAGAAN

MAHKAMAH KONSTITUSI
KELOMPOK 7

1. Ariani A1A213071
2. Ikhsan Maulana A1A213061
3. Jamaliah A1A213203
4. Nurul Fajariah A1A213010
5. Rudi A1A213076
Sejarah Lahirnya Mahkamah Konstitusi

Ide ‘constitutional review’ (pengujian


konstitusional) sudah dipraktikkan oleh
pengadilan Amerika Serikat sejak awal
abad ke-19. Tepatnya, kasus perkara
Marbury versus Madison (1803).

Namun, Negara pertama di dunia yang


membentuk lembaga Mahkamah Konstitusi
adalah Austria, yaitu pada tahun 1920.
Riwayat Pembentukan
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia
Urgensi Pembentukan
 Mahkamah Konstitus
i perlu dibentuk supaya
 Mahkamah Konstitusi
prinsip negara hukum yang dianut dipertegas
dengan diaturnya mekanisme penegakan hukum
dimulai  dari 
penegakan konstitusi sebagai hukum tertinggi. 
 Indonesia negara ke-78 yg membentuk MK.
 MK mempunyai UU tersendiri yaitu: UU No.24 Tahun
2003 Jo. UU No.8 Tahun 2011 Tentang MK.
Kedudukan Kelembagaan
Mahkamah Konstitusi

 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia adalah


lembaga (tinggi) negara yang baru yang sederajat
dan sama tinggi kedudukannya dengan
Mahkamah Agung (MA).

 Mahkamah konstitusi juga berkedudukan di Ibu


Kota Republik Indonesia.
TAMPAK PADA PETA
FUNGSI
Mahkamah Konstitusi
(oleh Jimly Asshiddiqie)

1) Pengawal konstitusi.
2) Pengawal demokrasi
3) Pelindungan hak asasi manusia dan hak konstitusional warga
negara.
4) Penafsir final konstitusi negara
Kewenangan dan Kewajiban
Mahkamah Konstitusi
1) Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili MK wajib memeriksa, mengadili, dan memutus
pada tingkat pertama dan terakhir yang terhadap pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau
putusannya bersifat final untuk menguji UU
wapres telah melakukan pelanggaran hukum
terhadap UUD 1945;
berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi,
2) Memutus sengketa kewenangan lembaga negara
penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau
yang kewenangannya diberikan oleh Undang-
perbuatan tercela, dan/atau tidak lagi memenuhi
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945; syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden
3) Memutus pembubaran partai politik; dan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
4) Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”.
umum.
Keanggotaan
Mahkamah Konstitusi

Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia terdiri


atas tiga pranata (institusi), yaitu:
(i)Para hakim konstitusi
(ii)Kepaniteraan
(iii)Sekretariat jenderal.
Pemilihan Hakim Konstitusi
Hakim Konstitusi 3 orang dipilih oleh DPR, 3
orang ditunjuk oleh Mahkamah Agung, dan
3 orang lainnya ditentukan oleh Presiden.

Kesembilan orang tersebut ditetapkan


sebagai hakim konstitusi dengan Keputusan
Presiden.

Masa pengabdian para hakim konstitusi


adalah untuk 5 (lima) tahun dan sesudahnya
hanya dapat dipilih kembali hanya untuk
satu periode (lima tahun berikutnya).
Larangan merangkap Jabatan
(Pasal 17 UU No.24 Thn 2003 Jo. UU No.8 Thn 2011 ttg MK)

• Hakim konstitusi dilarang merangkap menjadi:


(a) pejabat negara lainnya;
(b) anggota partai politik;
(c) pengusaha;
(d) advokat; atau
(e) pegawai negeri.
Syarat menjadi Hakim Konstitusi
a. Memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela;
b. Adil; dan
c. Negarawan yang menguasai konstitusi dan ketatanegaraan. (Pasal 15 Ayat (1)
UU No.8 Thn 2011 ttg MK)
Selain itu seorang calon hakim konstitusi harus memenuhi syarat:
a. warga negara Indonesia;
b. berijazah doktor dan magister dengan dasar sarjana yang berlatar
belakang pendidikan tinggi hukum;
c. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia;
d. berusia paling rendah 47 (empat puluh tujuh) tahun dan paling tinggi 65
(enam puluh lima) tahun pada saat pengangkatan;
e. mampu secara jasmani dan rohani dalam menjalankan tugas dan
kewajiban;
f. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap;
g. tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan; dan
h. mempunyai pengalaman kerja di bidang hukum paling sedikit 15 (lima
belas) tahun dan/atau pernah menjadi pejabat negara. (Pasal 15 Ayat (2) UU No.8
Thn 2011 ttg MK)
Kepaniteraan dan Sekretaris Jenderal
 Kepaniteraan merupakan jabatan fungsional yang menjalankan tugas
teknis administratif peradilan MK (administrasi  justisial ).

 Sekretariat   Jenderal menjalankan tugas teknis administratif MK


(administrasi  non-justisial ).

 Kepaniteraan  maupun Sekretariat  Jenderal masing-masing dipimpin 


oleh  seorang  pejabat  tinggi  yg ditetapkan dgn Keputusan  Presiden.
Struktur Organisasi
Mahkamah Konstitusi
Susunan Mahkamah Konstitusi terdiri atas:

•Seorang ketua merangkap anggota


•Seorang wakil ketua merangkap anggota, dan
•7 (tujuh) orang anggota hakim konstitusi.

Masa Jabatan ketua dan wakil ketua MK : 2 (dua) tahun 6 (enam) bulan.

Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi yang terpilih, dapat dipilih
kembali dalam jabatan yang sama untuk 1 (satu) kali masa jabatan.

UU No.24 tahun 2003 jo. UU No.8 tahun 2011 ttg MK


Pimpinan / Ketua
Mahkamah Konstitusi
2003 - sekarang

Jimly Asshiddiqie Mohammad Mahfud MD M. Akil Mochtar Hamdan Zoelva Arif Hidayat
(2003 – 2008) (2008 – 2013 ) (3 April – 5 Okt 2013) (2013 - 2015 ) (2015 - petahana)
DIBERHENTIKAN
Pemberhentian Hakim Konstitusi
UU No.24 tahun 2003 jo. Pasal 15 UU No.8 tahun 2011 ttg MK

 Secara Hormat
Hakim konstitusi diberhentikan dengan hormat dengan alasan:
(a) meninggal dunia;
(b) mengundurkan diri atas permintaan sendiri yang diajukan kepada Ketua
Mahkamah Konstitusi;
(c) telah berusia 70 (tujuh puluh) tahun;
(d. berakhir masa jabatannya; atau
(e) sakit jasmani atau rohani secara terus-menerus selama 3 (tiga) bulan
sehingga tidak dapat menjalankan tugasnya yang dibuktikan dengan
surat keterangan dokter.
Pemberhentian
Secara Tidak Hormat
Hakim konstitusi diberhentikan tidak dengan hormat apabila:
(a). dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara; (b). melakukan
perbuatan tercela; (c). tidak menghadiri persidangan yang menjadi tugas dan kewajibannya selama 5
(lima) kali berturut-turut tanpa alasan yang sah; (d). melanggar sumpah atau janji jabatan; (e).
dengan sengaja menghambat Mahkamah Konstitusi memberi putusan dalam waktu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7B ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
(f). melanggar larangan rangkap jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17; (g). tidak lagi
memenuhi syarat sebagai hakim konstitusi; dan/atau (h). melanggar Kode Etik.
Hubungan Mahkamah Konstitusi
dengan MA, KY, DPR dan Presiden

Mahkamah Konstitusi
dalam menjalankan
kekuasaannya sering kali
melibatkan MA, KY, DPR
dan Presiden.
LEGAL STANDING

 Legal standing adalah keadaan dimana


seseorang atau suatu pihak ditentukan
memenuhi syarat dan oleh karena itu
mempunyai hak untuk mengajukan
permohonan perselisihan atau sengketa atau
perkara di depan Mahmakah Konstitusi.
Kriteria dan Syarat Pemohon:
Pemohon adalah pihak yang menganggap hak dan/atau
kewenangan konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya undang-
undang, yaitu:
a.perorangan warga negara Indonesia;
b.kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan
sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang;
c.badan hukum publik atau privat; atau
d.lembaga negara.
Dalam, permohonannya, pemohon wajib menguraikan
dengan jelas bahwa:

pembentukan undang-undang tidak memenuhi ketentuan
berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945; dan/atau

materi muatan dalam ayat, pasal, dan/atau bagian undang-
undang dianggap bertentangan dengan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam mengajukan
permohonan ke MK, sebagai berikut:

1.Ditulis dalam Bahasa Indonesia
2.Ditandatangani oleh pemohon sendiri atau kuasanya dalam 12 (
dua belas) rangkap
3.Memuat uraian yang jelas mengenai permohonannya : Perihal
4 Kewenangan dan 1 Kewajiban MK.
Permohonan sekurang-kurangnya harus memuat:
a.nama dan alamat pemohon;
b.uraian mengenai perihal yang menjadi dasar permohonan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30; dan
c.hal-hal yang diminta untuk diputus.

disebutkan pula “pengajuan permohonan sebagaimana dimaksud

harus disertai dengan alat bukti yang mendukung


permohonan tersebut”.
PERMOHONAN
PENDAFTARAN PERKARA
KE MK
Persidangan MK

1. Sidang Yudisial;

2. Sidang Non-yudisial;
 Sidang yudisial:
1. Sidang Panel Mahkamah
2. Sidang Pleno Mahkamah.
Sidang Panel Mahkamah dilaksanakan untuk memeriksa
kelengkapan dan kejelasan materi permohonan yang dihadiri
oleh paling kurang 3 (tiga) Hakim.
Sidang Pleno Mahkamah dilaksanakan untuk memeriksa,
mengadili dan memutus perkara yang dihadiri oleh 9
(sembilan) Hakim, kecuali dalam keadaan luar biasa.
Sidang Non-yudisial:

Sidang Pleno Khusus Mahkamah yang


diselenggarakan dalam rangka pengucapan
sumpah Ketua dan/atau Wakil Ketua
Mahkamah. Sidang Pleno Khusus dihadiri oleh
9 (sembilan) Hakim, kecuali dalam keadaan luar
biasa, dimana dapat dihadiri oleh 7 (tujuh)
Hakim.

Anda mungkin juga menyukai