Anda di halaman 1dari 5

Mahkamah Konstitusi

Kedudukan : Pasal 2 UU 24 tahun 2003,


Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu lembaga negara yang melakukan kekuasaan
kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan
keadilan.
Kewenangan :
1. Mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk
menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar,
2. Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh
Undang-Undang Dasar,
3. memutus pembubaran partai politik dan
4. memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.
5. Memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwaklian Rakyat mengenai dugaan
pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut Undang-Undang Dasar
Hakim Konstitusi :
Menurut UUD 1945, Sembilan orang anggota hakim konstitusi yang ditetapkan oleh
Presiden, yang diajukan masing-masing tiga orang oleh Mahkamah Agung, tiga orang oleh
Dewan Perwakilan Rakyat, dan tiga orang oleh Presiden
Menurut UU Nomor 7 tahun 2020
Susunan Mahkamah Konstitusi terdiri atas seorang Ketua merangkap anggota, seorang Wakil
Ketua merangkap anggota, dan 7 (tujuh) orang anggota hakim konstitusi.
Hakim konstitusi harus memenuhi syarat sebagai berikut: a. memiliki integritas dan
kepribadian yang tidak tercela; b. adil; dan c. negarawan yang menguasai konstitusi dan
ketatanegaraan.
Untuk dapat diangkat menjadi hakim konstitusi, selain harus memenuhi syarat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), seorang calon hakim konstitusi harus memenuhi syarat: a. warga
negara Indonesia; b. berljazah doktor (strata tiga) dengan dasar sarjana (strata satu) yang
berlatar belakang pendidikan di bidang hukum; c. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
dan berakhlak mulia; d. berusia paling rendah 55 (lima puluh lima) tahun; e. mampu secara
jasmani dan rohani dalam menjalankan tugas dan kewajiban; f. tidak pernah dijatuhi pidana
penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap; g.
tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan; dan h. mempunyai
pengalaman kerja di bidang hukum paling sedikit 15 (lima belas) tahun dan/atau untuk calon
hakim yang berasal dari lingkungan Mahkamah Agung, sedang menjabat sebagai hakim
tinggi atau sebagai hakim agung.
Selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (21 calon hakim konstitusi
juga harus memenuhi kelengkapan administrasi dengan menyerahkan: a. surat pernyataan
kesediaan untuk menjadi hakim konstitusi; b. daftar riwayat hidup; c. menyerahkan fotokopi
ljazah yang telah dilegalisasi dengan menunjukkan ijazah asli; d. laporan daftar harta
kekayaan serta sumber penghasilan calon yang disertai dengan dokumen pendukung yang sah
dan telah mendapat pengesahan dari lembaga yang berwenang; dan e. nomor pokok wajib
pajak (NPWP).

Mahkamah Agung :
Kedudukan : UU No. 5 Tahun 2004, Mahkamah Agung adalah salah satu pelaku kekuasaan
kehakiman sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
Kewenangan :
Pasal 24A UUD 1945 Mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-undangan
di bawah undang-undang terhadap undang-undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang
diberikan oleh undang-undang.
Hakim Agung
Menurut UU No. 5 2004, Pasal 4, Susunan Mahkamah Agung terdiri atas pimpinan, hakim
anggota, panitera, dan seorang sekretaris. Pimpinan dan hakim anggota Mahkamah Agung
adalah hakim agung. Jumlah hakim agung paling banyak 60 (enam puluh) orang.
UU No. 3 tahun 2009 Pasal 8, Hakim agung ditetapkan oleh Presiden dari nama calon yang
diajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat.
Calon hakim agung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipilih oleh Dewan Perwakilan
Rakyat dari nama calon yang diusulkan oleh Komisi Yudisial.

Komisi Yudisial :
Kedudukan : Pasal 2 UU Nomor 22 tahun 2004, Komisi Yudisial merupakan lembaga negara
yang bersifat mandiri dan dalam pelaksanaan wewenangnya bebas dari campur tangan atau
pengaruh kekuasaan lainnya.
Wewenang :
Pasal 13 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2011 Tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 Tentang Komisi Yudisial, Komisi Yudisial
mempunyai wewenang:
a. mengusulkan pengangkatan hakim agung dan hakim ad hoc di Mahkamah Agung kepada
DPR untuk mendapatkan persetujuan;
b. menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim;
c. menetapkan Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim bersama-sama dengan
Mahkamah Agung; dan
d. menjaga dan menegakkan pelaksanaan Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim
Susunan Komisi Yudisial :
Pimpinan Komisi Yudisial terdiri atas seorang Ketua dan seorang Wakil Ketua yang
merangkap Anggota.
Pasal 6 :
(1) Komisi Yudisial mempunyai 7 (tujuh) orang anggota.
(2) Anggota Komisi Yudisial adalah pejabat negara.
(3) Keanggotaan Komisi Yudisial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. 2 (dua) orang mantan hakim;
b. 2 (dua) orang praktisi hukum;
c. 2 (dua) orang akademisi hukum; dan
d. 1 (satu) orang anggota masyarakat.
Pasal 26 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2011 Tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 Tentang Komisi Yudisial, Untuk dapat diangkat
menjadi anggota Komisi Yudisial, seorang calon harus memenuhi syarat:
a. warga negara Indonesia;
b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
c. setia pada Pancasila, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
d. berusia paling rendah 45 (empat puluh lima) tahun dan paling tinggi 68 (enam puluh
delapan) tahun pada saat proses pemilihan;
e. berijazah sarjana hukum atau sarjana lain yang relevan dan/atau mempunyai pengalaman di
bidang hukum paling singkat 15 (lima belas) tahun;
f. berkomitmen untuk memperbaiki sistem peradilan di Indonesia;
g. memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela;
h. memiliki kemampuan jasmani dan rohani;
i. tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana kejahatan; dan
j. melaporkan harta kekayaan.
Pasal 27 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 Tentang Komisi Yudisial, Anggota Komisi
Yudisial diangkat oleh Presiden dengan persetujuan DPR.

Kejaksaan :
Kedudukan : Pasal 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2004 Tentang
Kejaksaan Republik Indonesia,
Kejaksaan Republik Indonesia yang selanjutnya dalam UndangUndang ini disebut kejaksaan
adalah lembaga pemerintahan yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan
serta kewenangan lain berdasarkan undang-undang.
Wewenang :
Pasal 30 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2004 Tentang Kejaksaan
Republik Indonesia,
(1) Di bidang pidana, kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang:
a. melakukan penuntutan;
b. melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap;
c. melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat, putusan pidana
pengawasan, dan keputusan lepas bersyarat;
d. melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undang-undang;
e. melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan tambahan
sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam pelaksanaannya dikoordinasikan dengan
penyidik.
(2) Di bidang perdata dan tata usaha negara, kejaksaan dengan kuasa khusus dapat bertindak
baik di dalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama negara atau pemerintah.
(3) Dalam bidang ketertiban dan ketenteraman umum, kejaksaan turut menyelenggarakan
kegiatan:
a. peningkatan kesadaran hukum masyarakat;
b. pengamanan kebijakan penegakan hukum;
c. pengawasan peredaran barang cetakan;
d. pengawasan aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat dan negara;
e. pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama;
f. penelitian dan pengembangan hukum serta statistik kriminal.

Dalam Pasal 35 Jaksa Agung mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut :
a. menetapkan serta mengendalikan kebijakan penegakan hukum dan keadilan dalam ruang
lingkup tugas dan wewenang kejaksaan;
b. mengefektifkan proses penegakan hukum yang diberikan oleh undang-undang;
c. mengesampingkan perkara demi kepentingan umum;
d. mengajukan kasasi demi kepentingan hukum kepada Mahkamah Agung dalam perkara
pidana, perdata, dan tata usaha negara;
e. dapat mengajukan pertimbangan teknis hukum kepada Mahkamah Agung dalam
pemeriksaan kasasi perkara pidana;
f. mencegah atau menangkal orang tertentu untuk masuk atau keluar wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia karena keterlibatannya dalam perkara pidana sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 39, Kejaksaan berwenang menangani perkara pidana yang diatur dalam Qanun
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001 tentang Otonomi
Khusus bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam,
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

Susunan Kejaksaan :
Pasal 6 : (1) Susunan organisasi dan tata kerja kejaksaan ditetapkan oleh Presiden atas usul
Jaksa Agung.
Pasal 8: (1) Jaksa diangkat dan diberhentikan oleh Jaksa Agung.
Pasal 19 :
(1) Jaksa Agung adalah pejabat negara.
(2) Jaksa Agung diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.

Anda mungkin juga menyukai