Anda di halaman 1dari 5

Novia Nita (201610110311330)

Syarat-syarat dan Cara Pengangkatan Hakim Mahkamah Konstitusi

Pengangkatan hakim konstitusi utamanya diatur dalam pasal 24C ayat 3 UUD
1945 yang memuat perspektif split and quota. Selain itu, pasal 24C ayat 5 dan 6
dan pasal 25 UUD NRI 1945 juga mengatur tentang pengangkatan hakim
konstitusi dimana kesemuanya itu berisi amanat pembentukan suatu derivat aturan
pengangkatan dan syarat-syarat hakim konstitusi yang dimuat dalam suatu
Undang-Undang. Secara jelas, konsep pengangkatan hakim konstitusi yang
diamanatkan dalam UUD 1945 hanya meliputi ketentuan lembaga Negara yang
berwenang mengajukan dan mengangkat hakim konstitusi serta syarat utama
sebagai seorang hakim konstitusi saja. Selanjutnya sebagai penyelenggaraan
amanat UUD 1945, aturan mengenai konsep pengangkatan hakim konstitusi
dimuat dalam Undan-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan
Kehakiman (UU KK) dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 sebagai
perubahan dari Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah
Konstitusi (UU MK).1

Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman mengatur mengenai pengangkatan hakim


konstitusi melalui pasal 33 sampai 35 Undan-Undang Nomor 48 Tahun 2009
Tentang Kekuasaan Kehakiman, yang berbunyi sebagai berikut:

pasal 33

Untuk dapat diangkat sebagai hakim konstitusi, seseorang harus memenuhi syarat
sebagai berikut:

a. memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela;


b. adil; dan
c. negarawan yang menguasai konstitusi dan ketatanegaraan.

Pasal 34

1
Mira Fajriyah, Jurnal: Refraksi dan Alinasi Pengangkatan Hakim Konstitusi, Volume 12, Nomor
2, Juni 2015, hal: 239-240
(1) Hakim konstitusi diajukan masing-masing 3 (tiga) orang oleh Mahkamah
Agung, 3 (tiga) orang oleh Dewan Perwakilan Rakyat, dan 3 (tiga) orang
oleh Presiden.
(2) Pencalonan hakim konstitusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan secara transparan dan partisipatif.
(3) Pemilihan hakim konstitusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan secara objektif dan akuntabel.

Pasal 35

Ketentuan mengenai syarat dan tata cara pengangkatan Hakim Konstitusi diatur
dengan undang-undang.2

Sementara itu Undang-Undang Mahkamah Konstitusi mengatur mengenai


pengangkatan hakim konstitusi melalui pasal 15 sampai pasal 21 dalam suatu
Bagian Bab tersendiri yaitu Bab IV yang disebut Pengangkatan, yang berbunyi
sebagai berikut:

Pasal 15

(1)Hakim konstitusi harus memenuhi syarat sebagai berikut:


a. memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela;
b. adil; dan
c. negarawan yang menguasai konstitusi dan ketatanegaraan.
(2)Untuk dapat diangkat menjadi hakim konstitusi, selain harus memenuhi
syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), seorang calon hakim konstitusi
harus memenuhi syarat:
a. warga negara Indonesia;
b. berijazah doktor dan magister dengan dasar sarjana yang berlatar
belakang pendidikan tinggi hukum;
c. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia;

2
Undan-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman
d. berusia paling rendah 47 (empat puluh tujuh) tahun dan paling tinggi 65
(enam puluh lima) tahun pada saat pengangkatan;
e. mampu secara jasmani dan rohani dalam menjalankan tugas dan
kewajiban;
f. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap;
g. tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan; dan
h. mempunyai pengalaman kerja di bidang hukum paling sedikit 15 (lima
belas) tahun dan/atau pernah menjadi pejabat negara.
(3)Selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) calon
hakim konstitusi juga harus memenuhi kelengkapan administrasi dengan
menyerahkan:
a. surat pernyataan kesediaan untuk menjadi hakim konstitusi;
b. daftar riwayat hidup;
c. menyerahkan fotokopi ijazah yang telah dilegalisasi dengan menunjukkan
ijazah asli;
d. laporan daftar harta kekayaan serta sumber penghasilan calon yang
disertai dengan dokumen pendukung yang sah dan telah mendapat
pengesahan dari lembaga yang berwenang; dan
e. nomor pokok wajib pajak (NPWP).

Pasal 17

Hakim konstitusi dilarang merangkap menjadi:

a. pejabat negara lainnya;


b. anggota partai politik;
c. pengusaha;
d. advokat; atau
e. pegawai negeri.

Pasal 18
(1)Hakim konstitusi diajukan masing-masing 3 (tiga) orang oleh Mahkamah
Agung, 3 (tiga) orang oleh DPR, dan 3 (tiga) orang oleh Presiden, untuk
ditetapkan dengan Keputusan Presiden.
(2)Keputusan Presiden sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam
jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak pengajuan calon
diterima Presiden.

Pasal 19

Pencalonan hakim konstitusi dilaksanakan secara transparan dan partisipatif.

Pasal 20

(1)Ketentuan mengenai tata cara seleksi, pemilihan, dan pengajuan hakim


konstitusi diatur oleh masing-masing lembaga yang berwenang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1).
(2)Pemilihan hakim konstitusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan secara obyektif dan akuntabel.

Pasal 21

(1)Sebelum memangku jabatannya, hakim konstitusi mengucapkan sumpah atau


janji menurut agamanya, yang berbunyi sebagai berikut:
Sumpah hakim konstitusi:
“Demi Allah saya bersumpah bahwa saya akan memenuhi kewajiban hakim
konstitusi dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan
menjalankan segala peraturan perundangundangan dengan selurus-lurusnya
menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
serta berbakti kepada nusa dan bangsa”
Janji hakim konstitusi:
“Saya berjanji bahwa saya dengan sungguh-sungguh akan memenuhi
kewajiban hakim konstitusi dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya,
memegang teguh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, dan menjalankan segala peraturan perundang-undangan dengan
selurus-lurusnya menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, serta berbakti kepada nusa dan bangsa”
(2)Pengucapan sumpah atau janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan di hadapan Presiden.
(3)Sebelum memangku jabatannya, Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah
Konstitusi mengucapkan sumpah atau janji menurut agamanya di hadapan
Mahkamah Konstitusi yang berbunyi sebagai berikut:
Sumpah Ketua/Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi:
“Demi Allah saya bersumpah bahwa saya akan memenuhi kewajiban
Ketua/Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi dengan sebaik-baiknya dan seadil-
adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, dan menjalankan segala peraturan perundang-
undangan dengan selurus-lurusnya menurut Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, serta berbakti kepada nusa dan bangsa”
Janji Ketua/Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi:
“Saya berjanji bahwa saya dengan sungguh-sungguh akan memenuhi
kewajiban Ketua/Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi dengan sebaik-baiknya
dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, dan menjalankan segala peraturan
perundang-undangan dengan selurus-lurusnya menurut Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta berbakti kepada nusa
dan bangsa”.3

3
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 sebagai perubahan dari Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2003 Tentang Mahkamah Konstitusi.

Anda mungkin juga menyukai