Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

HUKUM TATA NEGARA

“DEMOKRASI”

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Tata Negara

Dosen : Drs. H. Harpani Matnuh dan Norlaili, M. Pd

Disusun Oleh Kelompok V

1. Ayu Wulansari (A1A213221)


2. A. Jayadi Hilmi (A1A213006)
3. Ariani (A1A213071)
4. Dalilah Husna (A1A213060)
5. Dedi Fahrianda (A1A213217)
6. Elsa Widia Wati (A1A213023)
7. Yuhana (A1A213075)

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN
KEWARGANEGARAAN
BANJARMASIN
SEPTEMBER
2014
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur
penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. atas rahmat dan hidayah-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Demokrasi” sebagai tugas mata
kuliah Hukum Tata Negara dan bahan pendukung dalam diskusi.

Shalawat serta salam tak lupa pula kita curahkan kepada paduka alam
Habibana Wanabiyana Muhammad SAW. beserta keluarga, sahabat serta umatnya
yang senantiasa setia hingga akhir zaman. Makalah ini dibuat sebagai salah satu
syarat mengikuti Pembelajaran Mata Kuliah Hukum Tata Negara di Prodi PPKN
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat Tahun
Akademik 2014/2015.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang
sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang sudah berusaha keras memberikan
bimbingan dan bantuan baik moril maupun materil serta do’a dalam penyusunan
makalah ini, khususnya kepada dosen pengajar Drs. H. Harpani Matnuh dan
Norlaili, M.Pd. Penulis menyadari makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan
baik isi maupun bentuk penulisannya, karena keterbatasan pengetahuan yang
penulis miliki. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan penulisan makalah selanjutnya. Dengan segala
kerendahan hati semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Banjarmasin, 23 September 2014

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN...................................................................................1
A. Latar Belakang ..................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................2
C. Tujuan................................................................................................2
D. Manfaat..............................................................................................2
E. Metode Penulisan...............................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN....................................................................................3
A. Pengertian Demokrasi.....................................................................................3
B. Perkembangan Demokrasi di Dunia dan Indonesia........................................3
C. Demokrasi Semu Amerika Serikat..................................................................9
D. Demokrasi Pancasila.......................................................................................12
E. Bentuk-Bentuk Demokrasi..............................................................................13
BAB III: PENUTUP .............................................................................................16
A. Kesimpulan......................................................................................................16
B. Saran ...............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


Setiap warga negara dalam kesehariannya selalu berhubungan dengan
aspek-aspek politik, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kehidupan
politik yang telah menjadi bagian dari keseharian warga negara dalam sebuah
negara ini menimbulkan atau membentuk pendapat, pandangan dan pengetahuan
tentang perilaku politik. Pandangan, pendapat, dan pengetahuan itu memunculkan
orientasi seseorang terhadap kehidupan politik atau objek politik sehingga
melahirkan budaya politik dalam sebuah Negara. Sebuah Negara memiliki sistem
politik yang berbeda. Disamping itu, sebuah Negara pasti memiliki sebuah sistem
pemerintahan, dan sistem pemerintahan yang dianut sesuai dengan keinginan dan
kesepakan Negara tersebut.
Dalam sebuah kehidupan bernegara sebuah negara sangat memerlukan
sistempemerintahan, agar mereka dapat tertuntun dan sebuah sistem pemerintahan
tersebut menjadi cara yang dianut oleh semua masyarakat dalam sebuah Negara.
Sistem pemerintahan yang dianut dan paling sering digunakan adalah sistem
pemerintahan demokrasi.

Proses penguatan hak rakyat dan penduduk negeri akhir-akhir ini makin
menguat seiring dengan meningkatnya tekonologi informasi dan kesadaran
tentang hak inidividu untuk menyuarakan pendapatnya, dan hak untuk mengetahui
yang sebenarnya. Hal ini hampir terjadi disemua Negara kecuali negara-negara
yang masih mempertahankan sistem diktator seperti Myanmar, Korea Utara, Kuba
dan lain-lain. Jika dalam sebuah negara oposisi tidak diijinkan ada, maka dapat
dipastikan negara tersebut menganut sistem diktator. Oleh karena itu, demokrasi
banyak diminati oleh negara-negara di dunia.

1
B.  Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang penulis angkat dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
a. Apa yang dimaksud dari Demokrasi?
b.Bagaimana perkembangan Demokrasi di dunia dan Indonesia?
c. Apa yang dimaksud dengan Demokrasi Pancasila?
d. Bagaimana bentuk-bentuk Demokrasi ?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui apa yang dimaksud dari Demokrasi.
b. Mengetahuibagaimana perkembangan Demokrasi di dunia dan Indonesia.
c. Mengetahuiapa yang dimaksud dengan Demokrasi Pancasila.
d. Mengetahui bagaimana bentuk-bentuk Demokrasi.
D. Manfaat

Adapun yang diharapkan dari penulisan ini yaitu berupa manfaat teoritis
dan praktis. Manfaat teoritis agar bertambahnya wawasan bagi penulis ataupun
pembaca, sedangkan manfaat praktis agar mempermudah dalam penyampaian
diskusi ataupun presentasi.

E. Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan penulisdalam penyusunan makalah ini,


menggunakan metode yuridis normatif yang berbentuk studi pustaka, yaitu teknik
pengambilan data yang didasarkan pada sumber-sumber baik dari buku maupun
internet.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Demokrasi
Secara etimologis, demokrasi berasal dari dua kata, yaitu demos yang
artinya rakyat dan cratein yang artinya memerintah. Jadi demokrasi berarti suatu
negara yang pemerintahannya dipegang oleh rakyat.

Sementara itu, Pidie (1986) menguraikan makna demokrasi yang didekati


dalam arti formal dan material. Demokrasi dalam arti formal adalah sebagai suatu
sistem politik atau sistem pemerintahan dimana kedaulatan rakyat itu
dilaksanakan sendiri oleh rakyat, melainkan melalui wakil-wakil yang dipilihnya
di lembaga perwakilan. Sedangkan demokrasi dalam arti material disebut
demokrasi sebagai asas, yang dipengaruhi oleh kultur, historis suatu bangsa
sehingga dikenal demokrasi konstitusional, demokrasi rakyat, dan demokrasi
pancasila.

Demokrasi adalah bagaimana menghormati pendapat oranglain,


mendengarkan mereka, tidak berperasangka tentang kemunafikan, jangan
menghukum mereka atau memfitnah mereka secara tak semena-mena, meskipun
ia seorang penghianat besar. Demorasi adalah bagaimana seseorang mengakui
kemungkinan kesalahan atas diri sendiri.

Demokrasi itu dimana otoritas Negara ada di tangan rakyat. Kedaulatan


Apa saja adalah milik rakyat. Tetapi mustahil semua rakyat menjadi pemimpin
(presiden) dalam sebuah negara, maka dari itu mereka mengadakan pemilu,
memilih wakil-wakil, kemudian para wakil memilih sejumlah orang yang dibayar
untuk mengurusi segala yang diperlukan oleh rakyat dalm ketatanegaraan.
Pengurus itu dijejer dari paling atas Namanya presiden selanjutnya sampai ke
level yang terbawah sampai ajudan Pak RT.

Dalam Demokrasi, presiden dan seluruh jajaran birokrat adalah PRT alias
pembantu rumah tangga rakyat. Rakyat membayarnya, menyediakan kantor,
rumah dinas, kendaraan, serta segala perlengkapan untuk menjalankan tugasnya.
Pemerintah adalah pihak yang dipilih, sementara rakyat adalah pihak yang

3
memilih, yang memilih lebih tinggi derajatnya dan lebih berkuasa dari yang
dipilih.

B. Perkembangan Demokrasi di Dunia dan Indonesia


Budaya demokrasi sesungguhnya sudah berkembang sejak zaman purba,
yaitu pada zaman berburu. Banyangkan sekelompok laki-laki purba berkumpul
dimalam hari mengelilingi api unggun sambil berdiskusi untuk memastikan
apakah mereka akan berburu keesokan harinya atau tidak. Mereka adalah
pemburu berpengalaman di sukunya dan merasa sama-sama pantas untuk
mengemukakan pandangannya masing-masing dan ingin didengarkan.Di
sekeliling api unggun, para lelaki itu sedang mengambil bagian dari demokrasi.
Demokrasi sebagai proses melibatkan masyarakat dalam pemerintahan
muncul dibeberapa kota di Yunani kuno sekitar abad ke VI SM. Kemungkinan
besar warga Athenalah yang mencetuskan kata demokratia(demokrasi), yang
merupakan gabungan dari dua kata demos(rakyat), dan kratos(memerintah), unuk
menggambarkan system pemerintahan mereka.

Ciri utama demokrasi yang dipraktekkan pada bangsa yunani kuno adalah
adanya majelis, yaitu sebuah pertemuan rakyat yang teratur dimana para warga
Negara terhormat bebas mengemukakan pendapat. Majelis memilih 10 jendral
untuk mengurus hal-hal yang berkaitan dengan kemiliteran. Namun majelis yang
memerintah yang berjumlah 500 orang dengan para pegawai Negara lainnya
dipilih dengan cara diundi. Dengan cara itu setiap warga memiliki kesempatan
yang sama. Hak-hak warga Negara lainnya diakui untuk menjamin system
berjalan sebagaimana diharapkan. Yang paling penting dari semuanya itu adalah
adanya kebebasan berpendapat. Tanpa kebebasan berpendapat, tidak akanada
debat baik dalam majlis.

Demokrasi Yunani kuno bertahan hanya beberapa ratus tahun, dan


akhirnya mati pada abad ke2 SM. Selama periode yang sama republik romawi
juga berkembang pesat. Meski bukan sebuah demokrasi sebagaimana diterapkan
di yunani kuno, republik ini memiliki ciri demokrasi. Pada awalnya hanya kaum
aristrokat, yaitu orang-orang yang mewariskan kekuasaan selama turun temurun,

4
yang duduk di pemerintahan. Setelah itu rakyat juga diizinkan untuk memegang
beberapa jabatan dan memilih pemimpin mereka sendiri.

Ketika orang-orang roma mulai menaklukkan Negara-negara lain, rakyat


yang baru ditaklukkan diizinkan untuk menjadi warga Negara roma dan
mengambil bagian dalam praktek demokrasi ini. Namun, dalam kenyataannya itu
tidak pernah terjadi. Wilayah taklukan romawi sangat luas. Dalam kondisi seperti
itu, tidak mungkin warga Negara taklukkan ini bias mempengaruhi pemerintahan
yang berpusat di roma. Gagasan untuk memilih para wakil dari daerah-daerah
taklukan keibukota romawi. Dalam kenyataan tidak pernah terjadi.
Pada abad terakhir SM lembaga-lembagademokrasi republik romawi
dihancurkan oleh para pejabat yang korup dan prajurut yang haus kekuasaan.
Republik ini diganti oleh kaisar yang sewenang-wenang. Selama 600 tahun
berikutnya, demokrasi benar-benar hilang.

Demokrasi muncul kembali di eropa utara sekitar 600 tahun setelah


masehi. Untuk menangani perselisihan dan membahas peraturan bagi
komunitasnya, kaum Viking memanggil majlis yang di sebut thing untuk
bersidang, mereka menganggap satu sama lain sederajat.

Sekitar tahun 930 M, kaum Viking di Islandia membentuk althing, yaitu


sebuah majelis untuk seluruh kepilaun. Majelis ini bertahan selama lebih dari
3abad. Selama 500 tahun berikutnya, anggota majelis regional dan nasional serupa
munjul di Skandinavia. Badan-badan serupa juga munjul di Belgia, Belanda,
Luxemburg, dan Inggris.

Berkembang pesatnya industri dan perdagangan memunjulkan kelas bisnis


baru dan kaya. Para penguasa Negara yaitu ratu/raja, seringkali sangat
membutuhkan uang. Abad berganti abad, para penguasa ini membentuk majelis
yang terdiri dari orang-orang kaya dan berpengaruh. Dengan demikian raja bukan
satu-satunya lagi orang yang menentukan berjalanya Negara. Ini dilakukan untuk
menghindari pertentangan yang keras dari kaum kaya yang dari hari ke hari
semakin disegani dalam masyarakat. Orang-orang ini kemudian akan memutuskan
bagaimana menata dan mengatur sesuai dengan kepentinagn mereka dan

5
kepentingan raja/ratu. Pada tahun-tahu awal, majelis semajam ini hanya mewakili
sekelompok kecil masyarakat, namun selama abad-abad berikutnya semakin
banyak orang yang diberi kesempatan untuk mengambil bagian.

Yang paling terkenal dari semua majelis ini, dan yang paling
mempengaruhi perkembangan demokrasi, adalah perlemen Inggris. Perlemen ini
menganut system dua kamar atau two houses. Kaum bangsawan kaya(nobles)
yang berpengaruh duduk di perlemen yang disebut majelis tinggi. Mereka ini
adalah penasehat raja/ratu. Para wakil dari kelas menengah yang memiliki
kekayaan dipilih oleh rakyat dan duduk dalam majelis rendah, yang dalam waktu
yang singkat menjadi berpengaruh daripada majelis tinggi.
Kedua majelis ini baik secara terpisah maupun bersama-sama, berhasil
membatasi kekuasaan raja/ratu, sampai akhirnya tercapai apa yang disebuat
perimbangan dan pembagian kekuasaan. Secara garis besar bias dikatakan
perlemen membuat undang-undang baru(fungsi legislatif) dan raja/ratu
melaksanakan undang-undang tersebut(fungsi eksekutif). Hakim-hakim yang
mandiri menafsirkan hokum-hukum apabila diperlukan(fungsi yudikatif). Masing-
masing dari ketiga lembaga kekuasaan ini mengecek dua yang lain.

Sistem ini dibentuk tidak sebagai jawaban terhadap tuntutan rakyat akan
demokrasi, melainkan ajang berbagi kekuasaan di antara berbagai kelompok kelas
atas dalam masyarakat. Meski demikian mereka juga ingin menuntut keterwakilan
rakyat dalam perlemen dan lebih lanjut membatasi kekuasaan raja yang hanya
mewakili dirinya sendiri saja akan bangga menyebut diri mereka sebagai pejuang
demokrasi yang lebih besar. Gagasan ini selanjutnya di perkuat oleh munculnya
protetantisme. Dalam pandangan beberapa kaun protestan, kalau semua
masyarakat sama di mata tuhan, maka mestinya semua manusia juga memiliki
kesempatan dan hak yang sama dalam melatih dan menjalankanm pemerintahan.

Di inggris dua proses ini(perlemen dan protestantisme) muncul pada abad


ke-17. Raja yang kers kepala Charles I, berusaha mengurangi kekuasaan perlemen
dan menjerumuskan Negara kedalam perang saudara yang dibanyarnya sendiri
dengan tahta dan hidupnya. Ia dipenggal pada tahun 1649. Dalam prose itu,

6
gagasan demokrasi yang melibatkan seluruh rakyat mendapatkan dukungan yang
luar biasa besarnya.

Sebuah kelompok unik yang disebut leveler membuat usulan-usulan yang


mengejutkan. Mereka mengemukakan bahwa semua orang memiliki hak yang
sama untuk memilih pada pemilihan umum tahunan, bahwa mereka yang terpilih
harus melaksanakan amanat rakyat, bukan mengikuti kehendak sendiri, dan bahwa
anggota perlemen seharusnya hanya menjabat paling banyak dua priode. Usulan-
usulan ini, meskipun barang kali sangat muluk, sangat sesuai dengan semangat
demokrasi yunani kuno yang sudah lama hilang.

Kaum Leveler gagal, dan monarki kembali pada tahun 1660. Perjanjian baru
antara perlemen denganmonarki, yang disebut glorious revolution 1688, denagn
efektif menutup peluang rakyat jelata dalam proses politik. Pada saat itu banyak
Negara yang telah memiliki perlemen atau majelis, tetapai sama dengan di
inggris, sedikit sekali warga Negara yang diperbolehkan memilih. Semua majlis
ini tidak memiliki kekuasaan yang nyata, atau seluruhnya terdiri dari orang-orang
kaya dan memiliki hak istimewa.
Kedua revolusi ini terjadi sebagai reaksi terhadap tirani. Keduaanya
menuntut hak rakyat untuk memilih pemerintah atau penguasayang mereka
kehendaki. Orang-orang Amerika yang dijajah, yang merasa bahwa mereka
membanyar pajak kepada sebuah Negara namun tidak dilibatkan dalam
penentuannya, menciptakan selogan tidak ada pajak tanpa perwakilan. Deklarasi
kemerdekaan yang mereka tanda tangani pada tahun 1776 menekankan bahwa
pemerintahan hanya bias memberikan kekuasaan dengan persetujuan dari pihak
yang diperintahkan. Di Perancis deklarasi hak-hak memproklamasikan bahwa
sumber semua kedaulatan ada ditangan rakyat. Untuk ukuran waktu itu, deklarasi-
deklarasi ini benar-benar merupakan revolusi demokratis.

Setelah menghapus sistem pemerintahan sebelumnya, kaum revolution


merancang perwakilan, dimana rakyat memilih beberapa orang untuk menjadi
wakil mereka di majelis yang baru.Pelaksanaan demokrasi perwakilan ini tidak

7
biasa dielakkan. Namun, beberapa pemikir politik masih merasa kuatir bahwa
demokrasi ini akan rusak dalam prosesnya.

Para pemikir Inggris Paine dan Mill menganjurkan agar pemilihan umum
diadakan sesering mungkin untuk mencegah para wakil lupa terhadap rakyatnya.
Paine dan Mill mengemukakan apabila wakil tersebut ingin dipilih lagi maka
harus mendengar apa yang disuruhkan para pemilihnya. Samaseperti kaum
Leveler, keduanya percaya masa jabatan para wakil harus terbatas.
Para pemikir lainnya, tidak setuju dengan Painedan Mill. Burke dan
Hamilton menyukai kenyataan bahwa demokrasi perwakilan menjembatani
pemerintah yang cerdas dan rakyat yang bodoh, bahkan demokrasi perwakilan
memungkinkan para wakil yang terdidik dan cerdas bisa membuat keputusan yang
bijak dan tepat daripada rakyat yang bodoh.
Ketegangan antara dua kelompok ini berlangsung sampai hari ini.
Kelompok yang satuterus mendorong terbentuknya demokrasi yang lebih besar:
yang satu lagi berjuan untuk mempraktikkan demokrasi dengan menerapkan
batasan-batasan tertentu yang bias dipahami. Umumnya bisa dikatakan bahwa
pandangan orang-orang yang menginginkan lebih banyak pengaruh rakyat dalam
pembuatan keputusan dan lebih banyak tanggungjawab demokratis, tegangan
waktu ini terlalu lama. Masa jabatan wakil jarang dibatasi, kecuali untuk presiden
Amerika Serikat, yang sejak tahu 1951 hanya diizinkan memegang dua kali masa
jabatan.

Konsepsi demokrasi modern di Indonesia menurut Mahfud, MD (2000)


baru dikumandangkan awal tahun 1918 oleh HOS Cokroaminoto, di depan
Volskraad. Pada waktu itu Cokroaminoto mengajukan mosi tentang pembentukan
parlemen di negeri jajahan Hindia Belanda. Pada awalnya demokrasi bangsa
Indonesia adalah demokrasi tradisional yang berdasar pada kelompok-kelompok
dan marga atau kehidupan kelompok-kelompok masyarakat yang bersifat patron.

Kehidupan demokrasi tradisional tersebut terguncang dengan kehadiran


agama Hindu dan munculnya kerajaan-kerajaan Hindu, dengan pengelompokkan
kasta-kasta yang dianut dalam starata agama Hindu. Kehidupan demokrasi mulai

8
mengalami revitalisasi dan reaktulisasi dengan berkembangnya pengaruh agama
Islam.

Perjuangan masyarakat Indonesia sebelum merdeka kearah demokrasi


ditandai dengan berdirinya Budi Utomo, organisasi-organisasi politik, organisasi
kepemudaan serta perhimpunan pelajar Indonesia sampai pada sumpah pemuda.
Nilai-nilai demokrasi mulai tersosialisasi, bahkan pada 1 Juni 1945 Bung Karno
dalam pidato di depan BPUPKI, yang memberikan prinsip dasar negara, juga
menyinggung konsep geopolitik Indonesia, yang menggambarkan konsep
demokrasi kaitannya antara ruang, negara dan rakyat. Demokrasi yang pernah
dipakai Indonesia sendiri yaitu : Demokrasi liberal di awal proklamasi, demokrasi
terpimpin pada Dekrit Presiden, dan demokrasi pancasila yang diterapkan hingga
sekarang.

C.  Demokrasi Semu Amerika Serikat

Kemenangan Bush untuk yang kedua kalinya dalam pemilu Amerika Serikat
sekali lagi membuktikan dilema demokrasi. Betapa demokrasi telah melegitimasi
seorang pemimpin yang sarat dengan agenda perang dan pembunuhan. Dan
sayang sekali, opini masyarakat dunia tidak menjadi pertimbangan utama
masyarakat Amerika untuk memilih pemimpin mereka, padahal yang sungguh-
sungguh mengalami dampak negatif dari kepemimpinan presiden Bush adalah
masyarakat dunia, bukan masyarakat Amerika semata.

Beberapa keputusan politik Bush yang menentukan, telah sedemikian


meresahkan warga dunia, terutama karena keputusan-keputusan tersebut kerapkali
jauh dari semangat rasionalisasi yang bisa dipertanggungjawabkan. Bush
seringkali hanya mendasarkan keputusannya syakwasangka dan petunjuk-
petunjuk mistis masa lalu yang tidak berdasar. Mengapa serangan Bush ke Iraq
dan ke negara manapun dalam rangka demokratisasi harus ditolak, serangan itu
tidak hanya rapuh pada tataran teoritis, melainkan juga rapuh pada tataran praksis.
Mendekati pemilu demokratis Iraq Januari 2005, intensitas pertumpahan darah
terus meningkat kian hari.

9
Tentu tidak terbayangkan bagaimana sebuah pemilu “demokratis” bisa
berjalan di tengah ancaman kemanan yang begitu nyata. Pertama, pada tataran
teoritis, demokrasi sama sekali tidak identik dengan revolusi dan pertumpahan
darah, melainkan ia merupakan mekanisme perebutan kekuasaan dengan sebuah
kesadaran yang serasional mungkin.
Kudeta, pertumpahan darah, maupun revolusi tidak bisa menjadi
instrumen demokrasi, karena hakikat demokrasi selalu mengandaikan sebuah
proses panjang. Kalau ia dipaksakan terlalu dini, maka suasana demokratis tidak
akan tercipta, yang munculmalah ketegangan berkepanjangan, dan itu sama sekali
tidak kondusif bagi demokrasi. Salah satu penyebab gelombang demokrasi, yang
dikemukakan oleh Samuel P.Huntington dalam Gelombang Demokratisasi Ketiga,
adalah intervensi Amerika Serikat. Pertanyaan yang pertama untuk teori di atas
adalah intervensi macam apa yang bisa mengubah sebuah masyarakat menuju era
demokratis?

Dan akan semakin muncul lebih banyak pertanyaan, ketika negara yang
diintervensi tersebut adalah negara-negara Muslim. Amerika, terlepas dari
kesungguhan intervensi untuk demokratisasinya, terlanjur membwa kesan negatif
bagi kalangan Muslim, maupun dunia ketiga pada umumnya. Dengan demikian,
intervensi apapun dari Amerika Serikat, apalagi menggunakan kekuatan militer,
tidak akan pernah efektif, ia akan menjadi musuh bersama baik yang pro
perubahan maupun yang kontra perubahan.Kedua, pada tataran fakta, kasus Iraq
menjadi contoh populer saat ini, Amerika Serikat ternyata sampai saat ini belum
mampu mewujudkan mimpi demokrasi di Iraq yang ia intervensi dengan
menggunakan senjata.

Bush membayangkan bahwa dengan menggulingkan Saddam Husein,


rakyat Iraq akan serta merta menyambutnya sebagai kemenangan demokrasi. Tapi
lambat laun impian itu semakin jauh panggang dari api. Perlawanan demi
perlawanan demikian subur seperti jamur di musim hujan. Impian baru Bush dan
para serdadunya, bahwa menaklukkan kota fallujah akan mengakhiri semangat
para pejuang Muslim di Iraq, tentu juga akan jauh dari kenyataan. Sebab

10
perlawanan tidak hanya di Fallujah, tapi juga di Samarra, Tikrit, Najaf, Baghdad
sendiri, dan di semua wilayah Iraq. Barangkali Fallujah akan jatuh, tapi
perlawanan itu akan terus berkobar.

Serdadu Amerika Serikat dan sekutunya akan menggunakan segala


kecanggihan persenjataan melawan gelombang perlawanan dari serdadu-serdadu
yang tidak jelas, sebab mereka berasal dari seantero dunia. Iraq menjadi surga
bagi mereka yang hobbi perang suci. Tak akan pernah berakhir, sebab tidak akan
ada yang pernah benar-benar kalah. Lalu kita sama termangu, benarkah senjata
adalah solusi?
Fareed Zakaria, dalam buku The Future of Freedom: Illiberal Democracy
at Home and Abroad, telah mewanti-wanti bahwa sangat tidak bijak memaksakn
demokrasi ke negara-negara Islam, dan dunia ketiga yang lain, di mana fondasi
struktural pendukung demokrasi tidak terbangun dengan kuat. Kalau demokrasi
dipaksakan pada kondisi rapuh seperti itu, maka yang tercipta adalah demokrasi
illiberal, di mana demokrasi hanya bermakna prosedural, yaitu adanya pemilu
berkala, tapi unsur-unsur kebebasan sipil, kebebasan beragama, berpendapat,
berkumpul, penjagaan hak privasi, kepemilikan pribadi, kebebasan malakukan
perjalanan, kebebasan berniaga, dan seterusnya tidak ada. Pada titik tertentu,
demokrasi malah akan memicu kerusuhan sosial.

Sebab demokrasi membuka kesempatan sepenuh-penuhnya bagi golongan


non-demokratis untuk eksis di dunia publik. Masyarakat yang kurang cerdas akan
sangat mudah dimobilisasi untuk melegitimasi sebuah kekuatan politik, yang
sekalipun kekuatan itu membawa agenda-agenda non-demokratis.Barangkali tidak
perlu terlalu jauh mengambil contoh, Amerika Serikat, kampium demokrasi dunia,
baru saja melakukan pesta demokrasi yang disorot oleh seluruh penjuru dunia.
Sangat tidak diragukan, bahwa proses pemungutan suara di A.S. sangat
demokratis. Tapi banyak orang menjadi terbelalak, sebab ternyata prosedur
demokratis belum tentu melahirkan hasil yang demokratis. Agenda Bush yang
bertentangan dengan prinsip kebebasan dan demokrasi, seperti penolakan aborsi
dan kawin sesama jenis, juga agenda serangan militer kepada beberapa negara

11
tanpa alasan yang kuat, ternyata menjadi pilihan masyarakat “demokratis”
Amerika. Maka demikianlah demokrasi, ia menyimpan ambivalensi di tubuhnya.

Kalau masyarakat serasional Amerika saja bisa memilih yang tidak


demokratis dalam proses demokratis, apatah lagi di sebuah negara yang tidak
memiliki basis masyarakat rasional, karena sekian lama hidup dalam keterpurukan
ekonomi? Bush betul telah menumbangkan sang diktator ulung, Saddam Husein,
tapi pada saat yang sama ia telah melakukan pembibitan diktator-diktator baru
yang sama ganasnya dan lebih banyak. Tawaran yang diajukan oleh Fareed
Zakaria adalah menunda pemilu untuk menyiapkan basic struktur yang kuat,
berupa segala perangkat kebebasan konstitusional, bagi tegaknya demokrasi yang
genuin, demokrasi liberal.Tapi alangkah tidak arifnya kalau kemudian
mengangankan Saddam berkuasa kembali di Irak untuk menyiapkan segala
perangkat tersebut.
Maka yang pertama kali harus dilakukan oleh tentara Asing A.S. dan
sekutunya adalah segera angkat kaki dari Irak. Sebab kehadiran mereka menjadi
legitimasi kelompok perlawanan Irak untuk terus melancarkan teror dan aksi
bersenjata, yang hal itu cenderung mendapat legitimasi warga sipil. Dengan
demikian, pemerintah transisional akan memperoleh jalan bagi rekonsiliasi
nasional dan proses stabilisasi keamanan dengan meminimalisir penggunaan
senjata. Legitimasi yang sangat minim kepada pemerintah transisional juga
menjadi salah satu pemicu kerusuhan. Oleh karenanya, percepatan pemilu awal
nampaknya juga harus menjadi prioritas. Sebab akan lebih mudah melakukan
konsolidasi demokrasi di bawah kekuasaan dengan legitimasi yang tinggi,
dibanding di bawah pemerintahan boneka buatan Amerika Serikat.

D. Demokrasi Pancasila
Pada esensinya Demokrasi Pancasila adalah berasal dari pemikiran politik
Soekarno, yang kemudian dituangkan ke dalam UUD 1945 Proklamasi. Amat
sulit kiranya menolak andil pemikiran Soekarno terhadap Pancasila dan sistem
demokrasi yang memakai predikat pancasila adalah amat besar. Oleh karena itu,
kejujuran sejarah kiranya tidak mungkin bisa membenarkan penghapusan

12
penngaruh dominan pemikiran Soekarno dalam Demokrasi Pancasila (Alfian,
1981).
Secara teoritis kerangka pemikiran yang melandasi demokrasi Pancasila
adalah membangun sistem politik Indonesia di atas keseimbangan yang wajar
antara Konsensus dan konflik. Demokrasi pancasila sebagaimana diatur oleh
Undang-undang 1945 baik proklamasi maupun Amandemen esensinya mengakui
bahwa kedaulatan atau kekuasaan berada di tangan rakyat, yang menghendaki
agar masyarakat Indonesia yang majemuk dapat mengemukakan aspirasi dan
keinginannya secara jujur dan murni.
Demokrasi pancasila juga mendasarkan pada demokrasi berdasarkan
kekeluargaan dan gotong royong, yang ditujukan kepada kesejahteraan rakyat,
yang mencakup : Unsur religious, kebenaran, budi pekerti luhur, kepribadian
Indonesia, dan Keseimbangan dalam arti keseimbangan antara individu dan
masyarakat.

F. Bentuk-Bentuk Demokrasi
Kesepahaman tentang konsep demokrasi sebagai kekuasaan pemerintahan
di tangan rakyat, pada tingkat implementasinya dalam kehidupan bernegara,
etrdapat berbagai polan kehidupan demokraasi, sesuai dengan paham ideologi
atau paham yang dianut dan dikembangkan masing-masing negara. Selain
pembedaan bentuk demokrasi, sistem demokrasi juga dikembangkan berdasarkan
prinsip filosofi atau ideologi yang dianutnya. Misalnya demokrasi liberal, dan
demokrasi komunis.

1. Demokrasi Liberal

Prinsip semokrasi liberal didasarkan pada filosofi kenegaraan, bahwa


manusia adalah individu yang bebas. Kehidupan manusia sebagai individu
yang bebas ini, banyak menimbulkan benturan, sehingga menjadikan individu-
individu dalam masyarakat membentuk persekutuan hidup bersama. Misalnya
bagaimana teori pemimpin masyarakat dalam suatu Negara yang
dikembangkan Thomas Hobbes, Jhon Locke, maupun Rousseau. Meski ketiga
tokoh tersebut teori dasar dan terbentuknya masyarakat sama, tetapi dalam

13
konsep tangggung jawab pemimpin terhadap rakyatnya berbeda. Perbedaan
mendasar dari teori Hobbes dan Rousseau terletak pada dapat tidaknya mandat
yang diberikan ditarik lagi oleh pemberi mandat. Menurut Hobbes, pemimpin
yang mendapatkan penyerahan mandat tidak dapat diganggu gugat dan tidak
dapat ditarik lagi ditarik mandatnya, karena pemimpin yang mendapat harus
diberikan kekuasaan mengatur, dan untuk mengatur yang baik, tidak terikat
dengan pihak-pihak yang diatur.

Pada dasarnya paham pemikiran demokrasi liberal merupakan reaksi dari


tekanan kekuasaan absolut para raja di Eropa abad pertengahan. Untuk
mewujudkan keseimbangan kekuasaan absolut, rakyat perlu kekuatan yang
penyeimbang dalam bentuk perwakilan. Bentuk perwakilan ini merupakan
manifestasi perlindungan serta jaminan akan kebebasan individu, yang
akhirnya berkembang, bahwa kekuatan rakyat bukan sekedar penyeimbang,
tetapi kekuatan rakyat adalah kekuatan yang menentukan, sehingga Negara
tidak dibenarkan mencampuri urusan pribadi warga negaranya tidak lagi
relevan.

Dalam perkembangan faham liberal-kapitalis dalam demokrasi liberal


adalah munculnya kekuatan individu pemilik modal yang berhasil
mempengaruhi dan memenangkan melalui proses pemilihan umum. Akibatnya
kekuasaan capital sangat menguasai kehidupan Negara. Keadaan ini terbukti
pada era globalseperti sekarang ini, kaum kapitalis dunia mampu menjalankan
kapitalnya tanpa terkendala pada batas-batas Negara.

2. Demokrasi Komunis

Ideologi komunis yang dikembangkan Marx memiliki pengaruh cukup


meluas dan berhasil diterapkan dalam praktik ketatanegaraan oleh beberapa
negara di dunia, bahkan Uni Soviet pernah menjadi kekuatan besar dalam
bersaing dan perang dingin dengan kelompok liberalis di bawah koordinasi
kepemimpinan Amerika Serikat.

Pada era terkini, nampaknya Cina dengan pemerintahan di bawah partai


Komunis menjadi pengganti Uni Soviet, sebagai negara pengusung ideology

14
komunis ala Cina telah berhasil menunjukkan dirinya sebagai kekuatan besar
di dunia.

Bila dalam demokrasi kapitalis, kebebasan politik tercermin dalam


keberadaan partai politik penguasa dan oposisi, sehingga partai politik pada
demokrasi liberal sedikitnya ada dua partai. Dalam demokrasi komunis hanya
dibenarkan hidup satu partai, tidak mengenal adanya partai penguasa dan
oposisi, karena persaingan individu dalam interaksi partai komunis.

Demokrasi komunis sebagai wujud perjuangan ideologi komunis, ada dan


tumbuh melalui gerakan revolusioner, berada pada kondisi era posliberalis.
Dalam ideologi komunis, tidak aka nada toleransi terhadap praktik-praktik
liberal, termasuk sistem demokrasi dengan multipartai. Pada era transisi
kekuasaan liberal kea rah komunis, telah ditetapkan seorang yang kuat dengan
segala bentuk kekuasaan yang mutlak dengan kewenagan penuh sebagai
dikatator proletariat, sehingga tidak relevan lagi dalam kehidupan demokrasi
komunis akan jaminan kebebasan individu dalam kehidupan praktik
demokrasi sebagaimana pada ideologi dan demokrasi liberal.

15
BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Demokrasi adalah bagaimana menghormati pendapat oranglain,
mendengarkan mereka, tidak berperasangka tentang kemunafikan, jangan
menghukum mereka atau memfitnah mereka secara tak semena-mena, meskipun
ia seorang penghianat besar. Demorasi adalah bagaimana seseorang mengakui
kemungkinan kesalahan atas diri sendiri.
Kata ‘demokrasi’ berasal dari kata Yunani ‘demos’ yang berarti ‘people’
(rakyat, orang-orang, kelompok orang), lalu ‘kratein’ yang berati ‘to rule’
(memerintah). Permulaan model dan penerapan demokrasi murni tidak ditemukan
di negeri manapun selain Yunani di abad ke 6 Sebelum Masehi. Jadi, arti
sebenarnya dari demokrasi adalah “rule by the people”.

Budaya demokrasi sesungguhnya sudah berkembang sejak zaman purba,


yaitu pada zaman berburu. Demokrasi di Indonesia telah ada sebelum merdeka,
yaitu pada zaman nenek moyang dan kerajaan-kerajaan Hindu. Bentuk-bentuk
demokrasi di dunia yaitu demokrasi liberal dan demokrasi komunis.

Demokrasi pancasila juga mendasarkan pada demokrasi berdasarkan


kekeluargaan dan gotong royong, yang ditujukan kepada kesejahteraan rakyat,
yang mencakup : Unsur religious, kebenaran, budi pekerti luhur, kepribadian
Indonesia, dan Keseimbangan dalam arti keseimbangan antara individu dan
masyarakat.

B. Saran
Dalam pembuatan makalah selanjutnya diharapkan lebih memperbanyak
sumber bahan pustaka baik dari buku maupun internet. Dan lebih baik lagi setiap
pembahasan ditambahkan dengan contoh-contohnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Bambang Tri Purwanto, 2010.Membangun Wawasan Kemerdekaan. Solo:


Platinum.
H. Kaelan, 2007.Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta:Paradigma.

Kazuo Shimogaki, 2011. Kiri Islam.Yogyakarta : LkiS.

http://wikipedia.com

http://updaterus.com

Mahfud. MD, Moh. 2003. Demokrasi dan Konstitusi Indonesia, studi interaksi
Politik dan Kehidupan Ketatanegaraan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sarbaini dan Akhyar Zainul. 2013. Pendidikan Kewarganegaraan.Banjarmasin:


Laboratorium PPKn FKIP Unlam.

17

Anda mungkin juga menyukai