“DEMOKRASI”
Shalawat serta salam tak lupa pula kita curahkan kepada paduka alam
Habibana Wanabiyana Muhammad SAW. beserta keluarga, sahabat serta umatnya
yang senantiasa setia hingga akhir zaman. Makalah ini dibuat sebagai salah satu
syarat mengikuti Pembelajaran Mata Kuliah Hukum Tata Negara di Prodi PPKN
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat Tahun
Akademik 2014/2015.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang
sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang sudah berusaha keras memberikan
bimbingan dan bantuan baik moril maupun materil serta do’a dalam penyusunan
makalah ini, khususnya kepada dosen pengajar Drs. H. Harpani Matnuh dan
Norlaili, M.Pd. Penulis menyadari makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan
baik isi maupun bentuk penulisannya, karena keterbatasan pengetahuan yang
penulis miliki. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan penulisan makalah selanjutnya. Dengan segala
kerendahan hati semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN...................................................................................1
A. Latar Belakang ..................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................2
C. Tujuan................................................................................................2
D. Manfaat..............................................................................................2
E. Metode Penulisan...............................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN....................................................................................3
A. Pengertian Demokrasi.....................................................................................3
B. Perkembangan Demokrasi di Dunia dan Indonesia........................................3
C. Demokrasi Semu Amerika Serikat..................................................................9
D. Demokrasi Pancasila.......................................................................................12
E. Bentuk-Bentuk Demokrasi..............................................................................13
BAB III: PENUTUP .............................................................................................16
A. Kesimpulan......................................................................................................16
B. Saran ...............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Proses penguatan hak rakyat dan penduduk negeri akhir-akhir ini makin
menguat seiring dengan meningkatnya tekonologi informasi dan kesadaran
tentang hak inidividu untuk menyuarakan pendapatnya, dan hak untuk mengetahui
yang sebenarnya. Hal ini hampir terjadi disemua Negara kecuali negara-negara
yang masih mempertahankan sistem diktator seperti Myanmar, Korea Utara, Kuba
dan lain-lain. Jika dalam sebuah negara oposisi tidak diijinkan ada, maka dapat
dipastikan negara tersebut menganut sistem diktator. Oleh karena itu, demokrasi
banyak diminati oleh negara-negara di dunia.
1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang penulis angkat dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
a. Apa yang dimaksud dari Demokrasi?
b.Bagaimana perkembangan Demokrasi di dunia dan Indonesia?
c. Apa yang dimaksud dengan Demokrasi Pancasila?
d. Bagaimana bentuk-bentuk Demokrasi ?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui apa yang dimaksud dari Demokrasi.
b. Mengetahuibagaimana perkembangan Demokrasi di dunia dan Indonesia.
c. Mengetahuiapa yang dimaksud dengan Demokrasi Pancasila.
d. Mengetahui bagaimana bentuk-bentuk Demokrasi.
D. Manfaat
Adapun yang diharapkan dari penulisan ini yaitu berupa manfaat teoritis
dan praktis. Manfaat teoritis agar bertambahnya wawasan bagi penulis ataupun
pembaca, sedangkan manfaat praktis agar mempermudah dalam penyampaian
diskusi ataupun presentasi.
E. Metode Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Demokrasi
Secara etimologis, demokrasi berasal dari dua kata, yaitu demos yang
artinya rakyat dan cratein yang artinya memerintah. Jadi demokrasi berarti suatu
negara yang pemerintahannya dipegang oleh rakyat.
Dalam Demokrasi, presiden dan seluruh jajaran birokrat adalah PRT alias
pembantu rumah tangga rakyat. Rakyat membayarnya, menyediakan kantor,
rumah dinas, kendaraan, serta segala perlengkapan untuk menjalankan tugasnya.
Pemerintah adalah pihak yang dipilih, sementara rakyat adalah pihak yang
3
memilih, yang memilih lebih tinggi derajatnya dan lebih berkuasa dari yang
dipilih.
Ciri utama demokrasi yang dipraktekkan pada bangsa yunani kuno adalah
adanya majelis, yaitu sebuah pertemuan rakyat yang teratur dimana para warga
Negara terhormat bebas mengemukakan pendapat. Majelis memilih 10 jendral
untuk mengurus hal-hal yang berkaitan dengan kemiliteran. Namun majelis yang
memerintah yang berjumlah 500 orang dengan para pegawai Negara lainnya
dipilih dengan cara diundi. Dengan cara itu setiap warga memiliki kesempatan
yang sama. Hak-hak warga Negara lainnya diakui untuk menjamin system
berjalan sebagaimana diharapkan. Yang paling penting dari semuanya itu adalah
adanya kebebasan berpendapat. Tanpa kebebasan berpendapat, tidak akanada
debat baik dalam majlis.
4
yang duduk di pemerintahan. Setelah itu rakyat juga diizinkan untuk memegang
beberapa jabatan dan memilih pemimpin mereka sendiri.
5
kepentingan raja/ratu. Pada tahun-tahu awal, majelis semajam ini hanya mewakili
sekelompok kecil masyarakat, namun selama abad-abad berikutnya semakin
banyak orang yang diberi kesempatan untuk mengambil bagian.
Yang paling terkenal dari semua majelis ini, dan yang paling
mempengaruhi perkembangan demokrasi, adalah perlemen Inggris. Perlemen ini
menganut system dua kamar atau two houses. Kaum bangsawan kaya(nobles)
yang berpengaruh duduk di perlemen yang disebut majelis tinggi. Mereka ini
adalah penasehat raja/ratu. Para wakil dari kelas menengah yang memiliki
kekayaan dipilih oleh rakyat dan duduk dalam majelis rendah, yang dalam waktu
yang singkat menjadi berpengaruh daripada majelis tinggi.
Kedua majelis ini baik secara terpisah maupun bersama-sama, berhasil
membatasi kekuasaan raja/ratu, sampai akhirnya tercapai apa yang disebuat
perimbangan dan pembagian kekuasaan. Secara garis besar bias dikatakan
perlemen membuat undang-undang baru(fungsi legislatif) dan raja/ratu
melaksanakan undang-undang tersebut(fungsi eksekutif). Hakim-hakim yang
mandiri menafsirkan hokum-hukum apabila diperlukan(fungsi yudikatif). Masing-
masing dari ketiga lembaga kekuasaan ini mengecek dua yang lain.
Sistem ini dibentuk tidak sebagai jawaban terhadap tuntutan rakyat akan
demokrasi, melainkan ajang berbagi kekuasaan di antara berbagai kelompok kelas
atas dalam masyarakat. Meski demikian mereka juga ingin menuntut keterwakilan
rakyat dalam perlemen dan lebih lanjut membatasi kekuasaan raja yang hanya
mewakili dirinya sendiri saja akan bangga menyebut diri mereka sebagai pejuang
demokrasi yang lebih besar. Gagasan ini selanjutnya di perkuat oleh munculnya
protetantisme. Dalam pandangan beberapa kaun protestan, kalau semua
masyarakat sama di mata tuhan, maka mestinya semua manusia juga memiliki
kesempatan dan hak yang sama dalam melatih dan menjalankanm pemerintahan.
6
gagasan demokrasi yang melibatkan seluruh rakyat mendapatkan dukungan yang
luar biasa besarnya.
Kaum Leveler gagal, dan monarki kembali pada tahun 1660. Perjanjian baru
antara perlemen denganmonarki, yang disebut glorious revolution 1688, denagn
efektif menutup peluang rakyat jelata dalam proses politik. Pada saat itu banyak
Negara yang telah memiliki perlemen atau majelis, tetapai sama dengan di
inggris, sedikit sekali warga Negara yang diperbolehkan memilih. Semua majlis
ini tidak memiliki kekuasaan yang nyata, atau seluruhnya terdiri dari orang-orang
kaya dan memiliki hak istimewa.
Kedua revolusi ini terjadi sebagai reaksi terhadap tirani. Keduaanya
menuntut hak rakyat untuk memilih pemerintah atau penguasayang mereka
kehendaki. Orang-orang Amerika yang dijajah, yang merasa bahwa mereka
membanyar pajak kepada sebuah Negara namun tidak dilibatkan dalam
penentuannya, menciptakan selogan tidak ada pajak tanpa perwakilan. Deklarasi
kemerdekaan yang mereka tanda tangani pada tahun 1776 menekankan bahwa
pemerintahan hanya bias memberikan kekuasaan dengan persetujuan dari pihak
yang diperintahkan. Di Perancis deklarasi hak-hak memproklamasikan bahwa
sumber semua kedaulatan ada ditangan rakyat. Untuk ukuran waktu itu, deklarasi-
deklarasi ini benar-benar merupakan revolusi demokratis.
7
biasa dielakkan. Namun, beberapa pemikir politik masih merasa kuatir bahwa
demokrasi ini akan rusak dalam prosesnya.
Para pemikir Inggris Paine dan Mill menganjurkan agar pemilihan umum
diadakan sesering mungkin untuk mencegah para wakil lupa terhadap rakyatnya.
Paine dan Mill mengemukakan apabila wakil tersebut ingin dipilih lagi maka
harus mendengar apa yang disuruhkan para pemilihnya. Samaseperti kaum
Leveler, keduanya percaya masa jabatan para wakil harus terbatas.
Para pemikir lainnya, tidak setuju dengan Painedan Mill. Burke dan
Hamilton menyukai kenyataan bahwa demokrasi perwakilan menjembatani
pemerintah yang cerdas dan rakyat yang bodoh, bahkan demokrasi perwakilan
memungkinkan para wakil yang terdidik dan cerdas bisa membuat keputusan yang
bijak dan tepat daripada rakyat yang bodoh.
Ketegangan antara dua kelompok ini berlangsung sampai hari ini.
Kelompok yang satuterus mendorong terbentuknya demokrasi yang lebih besar:
yang satu lagi berjuan untuk mempraktikkan demokrasi dengan menerapkan
batasan-batasan tertentu yang bias dipahami. Umumnya bisa dikatakan bahwa
pandangan orang-orang yang menginginkan lebih banyak pengaruh rakyat dalam
pembuatan keputusan dan lebih banyak tanggungjawab demokratis, tegangan
waktu ini terlalu lama. Masa jabatan wakil jarang dibatasi, kecuali untuk presiden
Amerika Serikat, yang sejak tahu 1951 hanya diizinkan memegang dua kali masa
jabatan.
8
mengalami revitalisasi dan reaktulisasi dengan berkembangnya pengaruh agama
Islam.
Kemenangan Bush untuk yang kedua kalinya dalam pemilu Amerika Serikat
sekali lagi membuktikan dilema demokrasi. Betapa demokrasi telah melegitimasi
seorang pemimpin yang sarat dengan agenda perang dan pembunuhan. Dan
sayang sekali, opini masyarakat dunia tidak menjadi pertimbangan utama
masyarakat Amerika untuk memilih pemimpin mereka, padahal yang sungguh-
sungguh mengalami dampak negatif dari kepemimpinan presiden Bush adalah
masyarakat dunia, bukan masyarakat Amerika semata.
9
Tentu tidak terbayangkan bagaimana sebuah pemilu “demokratis” bisa
berjalan di tengah ancaman kemanan yang begitu nyata. Pertama, pada tataran
teoritis, demokrasi sama sekali tidak identik dengan revolusi dan pertumpahan
darah, melainkan ia merupakan mekanisme perebutan kekuasaan dengan sebuah
kesadaran yang serasional mungkin.
Kudeta, pertumpahan darah, maupun revolusi tidak bisa menjadi
instrumen demokrasi, karena hakikat demokrasi selalu mengandaikan sebuah
proses panjang. Kalau ia dipaksakan terlalu dini, maka suasana demokratis tidak
akan tercipta, yang munculmalah ketegangan berkepanjangan, dan itu sama sekali
tidak kondusif bagi demokrasi. Salah satu penyebab gelombang demokrasi, yang
dikemukakan oleh Samuel P.Huntington dalam Gelombang Demokratisasi Ketiga,
adalah intervensi Amerika Serikat. Pertanyaan yang pertama untuk teori di atas
adalah intervensi macam apa yang bisa mengubah sebuah masyarakat menuju era
demokratis?
Dan akan semakin muncul lebih banyak pertanyaan, ketika negara yang
diintervensi tersebut adalah negara-negara Muslim. Amerika, terlepas dari
kesungguhan intervensi untuk demokratisasinya, terlanjur membwa kesan negatif
bagi kalangan Muslim, maupun dunia ketiga pada umumnya. Dengan demikian,
intervensi apapun dari Amerika Serikat, apalagi menggunakan kekuatan militer,
tidak akan pernah efektif, ia akan menjadi musuh bersama baik yang pro
perubahan maupun yang kontra perubahan.Kedua, pada tataran fakta, kasus Iraq
menjadi contoh populer saat ini, Amerika Serikat ternyata sampai saat ini belum
mampu mewujudkan mimpi demokrasi di Iraq yang ia intervensi dengan
menggunakan senjata.
10
perlawanan tidak hanya di Fallujah, tapi juga di Samarra, Tikrit, Najaf, Baghdad
sendiri, dan di semua wilayah Iraq. Barangkali Fallujah akan jatuh, tapi
perlawanan itu akan terus berkobar.
11
tanpa alasan yang kuat, ternyata menjadi pilihan masyarakat “demokratis”
Amerika. Maka demikianlah demokrasi, ia menyimpan ambivalensi di tubuhnya.
D. Demokrasi Pancasila
Pada esensinya Demokrasi Pancasila adalah berasal dari pemikiran politik
Soekarno, yang kemudian dituangkan ke dalam UUD 1945 Proklamasi. Amat
sulit kiranya menolak andil pemikiran Soekarno terhadap Pancasila dan sistem
demokrasi yang memakai predikat pancasila adalah amat besar. Oleh karena itu,
kejujuran sejarah kiranya tidak mungkin bisa membenarkan penghapusan
12
penngaruh dominan pemikiran Soekarno dalam Demokrasi Pancasila (Alfian,
1981).
Secara teoritis kerangka pemikiran yang melandasi demokrasi Pancasila
adalah membangun sistem politik Indonesia di atas keseimbangan yang wajar
antara Konsensus dan konflik. Demokrasi pancasila sebagaimana diatur oleh
Undang-undang 1945 baik proklamasi maupun Amandemen esensinya mengakui
bahwa kedaulatan atau kekuasaan berada di tangan rakyat, yang menghendaki
agar masyarakat Indonesia yang majemuk dapat mengemukakan aspirasi dan
keinginannya secara jujur dan murni.
Demokrasi pancasila juga mendasarkan pada demokrasi berdasarkan
kekeluargaan dan gotong royong, yang ditujukan kepada kesejahteraan rakyat,
yang mencakup : Unsur religious, kebenaran, budi pekerti luhur, kepribadian
Indonesia, dan Keseimbangan dalam arti keseimbangan antara individu dan
masyarakat.
F. Bentuk-Bentuk Demokrasi
Kesepahaman tentang konsep demokrasi sebagai kekuasaan pemerintahan
di tangan rakyat, pada tingkat implementasinya dalam kehidupan bernegara,
etrdapat berbagai polan kehidupan demokraasi, sesuai dengan paham ideologi
atau paham yang dianut dan dikembangkan masing-masing negara. Selain
pembedaan bentuk demokrasi, sistem demokrasi juga dikembangkan berdasarkan
prinsip filosofi atau ideologi yang dianutnya. Misalnya demokrasi liberal, dan
demokrasi komunis.
1. Demokrasi Liberal
13
konsep tangggung jawab pemimpin terhadap rakyatnya berbeda. Perbedaan
mendasar dari teori Hobbes dan Rousseau terletak pada dapat tidaknya mandat
yang diberikan ditarik lagi oleh pemberi mandat. Menurut Hobbes, pemimpin
yang mendapatkan penyerahan mandat tidak dapat diganggu gugat dan tidak
dapat ditarik lagi ditarik mandatnya, karena pemimpin yang mendapat harus
diberikan kekuasaan mengatur, dan untuk mengatur yang baik, tidak terikat
dengan pihak-pihak yang diatur.
2. Demokrasi Komunis
14
komunis ala Cina telah berhasil menunjukkan dirinya sebagai kekuatan besar
di dunia.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demokrasi adalah bagaimana menghormati pendapat oranglain,
mendengarkan mereka, tidak berperasangka tentang kemunafikan, jangan
menghukum mereka atau memfitnah mereka secara tak semena-mena, meskipun
ia seorang penghianat besar. Demorasi adalah bagaimana seseorang mengakui
kemungkinan kesalahan atas diri sendiri.
Kata ‘demokrasi’ berasal dari kata Yunani ‘demos’ yang berarti ‘people’
(rakyat, orang-orang, kelompok orang), lalu ‘kratein’ yang berati ‘to rule’
(memerintah). Permulaan model dan penerapan demokrasi murni tidak ditemukan
di negeri manapun selain Yunani di abad ke 6 Sebelum Masehi. Jadi, arti
sebenarnya dari demokrasi adalah “rule by the people”.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah selanjutnya diharapkan lebih memperbanyak
sumber bahan pustaka baik dari buku maupun internet. Dan lebih baik lagi setiap
pembahasan ditambahkan dengan contoh-contohnya.
16
DAFTAR PUSTAKA
http://wikipedia.com
http://updaterus.com
Mahfud. MD, Moh. 2003. Demokrasi dan Konstitusi Indonesia, studi interaksi
Politik dan Kehidupan Ketatanegaraan. Jakarta: Rineka Cipta.
17