Anda di halaman 1dari 3

Sistem Hukum Di Dunia

A. Alasan di Balik Kemunculan Aneka Sistem Hukum

Lahirnya suatu sistem hukum yang kemudian dipergunakan di suatu negara tidak lepas dari sejarah
tradisi hukum, politik dan budaya hukum bagi masyarakat ya bersangkutan, sehingga masyarakat yang
menganggap praktik-praktik yang kebiasaan yang melembaga dan kemudian menjelma menjadi hukum
membuat sistem hukumnya menjadi tradisi sistem hukum tidak tertulis sebagai bagian spirit of the
people suatu bangsa. Sebaliknya, ketika tradisi dan budaya tata tulis telah menjadi semangat kepastian
hukum suatu bangsa, maka sistem hukumnya menjelma menjadi sistem hukum tertulis yang
dikodifikasikan.

Di dunia ini terdapat bermacam-macam sistem hukum Macam-macam sistem hukum itu mengikuti
tradisi, budaya dan politik yang dianut dalam masyarakat itu. Umumnya para jurists memahami bahwa
dalam semua sistem-sistem hukum utama di dunia, termasuk sistem hukum Pancasila yang dianut di
Indonesia merupakan sistem yang unik. Tidak ada sistem yang sama antara satu dengan yang lainnya.
Begitu pula, masing-masing memiliki nama dari sistem mereka sendiri sendiri, sebagai berikut;

1. Sistem hukum Romawi Jerman (Romano Jerman) yang lazim dikenal dengan Civil Law dianut
oleh Negara Eropa Kontinental.
2. Sistem hukum Common Law yang dianut oleh Negara Anglo Saxon, begitu pula oleh Negara
seperti Amerika Serikat, Australia, dan lain-lain,
3. Sistem hukum sosialis, yang umumnya dianut di Rusia dan Tiongkok
4. Sistem hukum berdasarkan agama dan hukum kebiasaan (adat)
5. Sistem hukum Pancasila, yang menurut teori keadilan bermartabat merupakan sistem hukum
atau tata hukum bangsa Indonesia. Cabang-cabang hukum yang dibicarakan dalam buku ini
adalah bagian-bagian yang umum yang terdapat dalam sistem hukum Pancasila.

Meskipun terdapat berbagai macam keunikan dan dengan demikian tidak dapat dipersamakan begitu
saja antara sistem yang satu dengan sistem hukum lainnya, namun sudah lazim dan hampir dapat
diterima sebagai suatu kebenaran; bahwa dalam banyak kepustakaan terdapat suatu kecenderungan
umum bagi para jurits untuk melakukan klasifikasi sistem hukum dunia itu ke dalam tiga sistem hukum,
yaitu:

1. Common Law
dari sistem hukum common law, yaitu dianutnya adversary system dalam peradilan yang berasal
dari Inggris. Dalam sistem ini tidak ada sumber hukum, sumber hukum hanya kebiasaan
masyarakat yang dikembangkan di pengadilan/keputusan pengadilan. Hukum Inggris karena
keadaan geografis dan perkembangan politik serta sosial yang terus-menerus, dengan pesat
berkembang menurut garisnya sendiri, dan pada waktunya menjadi dasar
perkembangan hukum Amerika.
2. Civil Law
Civil law merujuk pada suatu sistem hukum yang saat ini diterapkan pada sebagian besar Negara
Eropa Barat, Amerika Latin, Timur Tengah sebagian besar Afrika, Indonesia, dan Jepang. Sistem ini mirip
dengan sistem hukum Romawi Kuno. Keberadaan sistem ini terlihat di Eropa dalam wujud jus civile
Romawi. Mengatur hukum privat, diaplikasikan kepada warga negara dan di antara warga negara.
Sistem hukum ini juga disebut jus gunitium sebagai lawan sistem jus gentium untuk diaplikasikan secara
internasional yakni antarnegara. Ciri utama dari sistem tersebut adalah kompilasi dan kodifikasi.
Dalam sistem civil law dikenal perbedaan hukum perdata (civil law) dengan hukum dagang (commercial
law). Hukum dagang menjadi bagian hukum perdata tetapi diatur dalam kumpulan hukum yang berbeda
yang dimuat dalam Kitab Undang-Undang tersendiri (French Code de Commerce/Hukum Dagang di
Prancis) atau Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD di Indonesia). Dalam sistem hukum common
law tidak ada perbedaan antara hukum perdata dengan hukum dagang dengan alasan yang sederhana
bahwa hukum dagang adalah bagian dari hukum perdata sebagai lawan dari hukum pidana.

3. Socialist Law.
Sistem hukum sosialis adalah hukum dari negara-negara yang pemerintahannya secara resmi
memandang negara tersebut sebagai sosialis atau bergerak dari kapitalisme menuju sosialisme
dan menganggap sebuah masyarakat komunistik sebagai tujuan puncaknya. Hukum oleh
pemerintahnya atau pemimpinnya digunakan sebagai sarana dalam merencanakan dan
mengorganisasikan struktur ekonomi dan sosial tersebut dan ia hanya sekedar bagian dari
struktur ideologis yang mengontrol realitas materi dari sarana produksi, ia ditentukan dan
didefinisikan dalam kaitannya dengan fungsi politisnya bahwa seluruh cita hukum berkaitan
dengan negara dan karena itu merupakan sarana di mana mereka yang mengawasi alat-alat
produksi tetap mengawasi mereka yang dicabut hak miliknya. Dengan berpindahnya
kepemilikan alat-alat produksi ke tangan masyarakat, individu akan dilibatkan seperti halnya
negara dan hukum yang dibenarkan hanya oleh kebutuhan dengan paksaan.
Kelompok negara yang mempergunakan sistem hukum sosialis terbagi menjadi dua kelompok,
yaitu
1) yurisdiksi sosialis yang lebih tua, seperti Polandia, Bulgaria, Hungaria, Cekoslovakia, Romania,
Albania, RRC, Korea Utara, Vietnam, Mongolia, dan Kuba.
2) Kelompok hukum sosialis yang baru adalah Kamboja, Laos, Muzambik, Angola, Somalia,
Ethiopia, dan Ghana.
4. Sistem Hukum Islam
Hukum Islam oleh penganutnya dipandang sebagai memiliki nilai nilai yang universal
(internasional/menyeluruh atau global), berlaku bagi umat Islam di mana pun umat Islam itu
berada di dunia. Selain itu, memiliki sifat insaniah/kemanusiaan/penuh kasih atau humanity dan
mengandung banyak ajaran morality (akhlaq). Hukum Islam juga memiliki sifat yang utuh,
harmoni dan oleh umat Islam dilihat merupakan hukum yang sempurna. Sistem hukum Islam
mengenai sekurang-kurangnya empat sumber hukum, di mana keempat sumber hukum
tersebut, yaitu Al-Qur'an, Al Hadis Ijma' Ulama, dan Ijtihad.
5. Sistem Hukum Masyarakat Eropa

Sistem hukum masyarakat Eropa yang didasari oleh lahirnya Perjanjian Paris Tahun 1951 dan
Perjanjian Roma Tahun 1957 telah melahirkan suatu pondasi bagi lahirnya common law Eropa
atau Europian Ius Commune yaitu suatu peraturan yang telah diimplementasikan baik oleh
institusi yang merancang perjanjian maupun oleh agensi pembentuk dan penegak hukum dari
negara anggota yang artinya hukum ini dapat diberlakukan jika diinginkan oleh para individu dari
negara-negara anggota.

Sistem hukum masyarakat Eropa semakin kokoh menjadi sebuah peraturan tunggal bagi Uni
Eropa setelah dilakukan beberapa kali amendemen Perjanjian Roma sehingga melahirkan Single
Europe Act 1986 yang disebut dengan Undang-Undang Eropa Tunggal. Undang-Undang Eropa
yang demikian itu ditandatangani di Luxemburg dan mulai berlaku pada 1 Juli 1987. Dengan
diberlakukannya undang-undang tersebut sehingga dikenal sebagai satu undang-undang tunggal
yang berlaku di seluruh Eropa dan dikenal dengan akronim SEA atau Single European Act.

Sistem Hukum Yang Digunakan Oleh Indonesia adalah Sistem Hukum Civil Law.
System hukum ini mempunyai beberapa karakter yaitu;
1. Adanya kodifikasi hukum sehingga pengambilan keputusan oleh hakim dan oleh penegak hukum
lainnya harus mengacu pada Kitab Undang-Undang atau Perundang-undangan, sehingga undang
undang menjadi sumber hukum yang utama atau sebaliknya hakim tidak terikat pada presiden
atau yurisprudensi.
2. Adanya perbedaan yang tajam antara hukum privat dengan hukum publik meskipun secara
konseptual sistem common law maupun civil law mengakui bahwa hukum privat mengatur
hubungan antara warga negara dan antarperusahaan, sedangkan hukum publik mengatur
hubungan antarwarga negara dengan negara. Tetapi perbedaannya dalam civil law membawa
implikasi praktis yang lebih mendalam.
3. Dalam sistem civil law dikenal perbedaan hukum perdata (civil law) dengan hukum dagang
(commercial law). Hukum dagang menjadi bagian hukum perdata tetapi diatur dalam kumpulan
hukum yang berbeda yang dimuat dalam Kitab Undang-Undang tersendiri. Contohnya adalah
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD di Indonesia). Dalam sistem hukum common law
tidak ada perbedaan antara hukum perdata dengan hukum dagang dengan alasan yang
sederhana bahwa hukum dagang adalah bagian dari hukum perdata sebagai lawan
dari hukum pidana.

Anda mungkin juga menyukai