SISTEM HUKUM
b. Marc Ancel, membagi sistem hukum kedalam lima keluarga hukum, yaitu
1. Sistem Eropa Kontinental dan Amerika Latin (atau disebut juga system of civil
law atau hukum Romawi);
2. Sistem Anglo-American (atau dinamakan juga Anglo Saxon atau common law
system);
3. Sistem Timur Tengah (Middle east system); misalnya Irak, Yordania, Saudi
Arabia, Libanon, Syria, Maroko, Sudan dan sebagainya.
4. Sistem Timur Jauh (Far east system); misalnya Cina dan Jepang.
5. Sistem negara-negara sosialis (Socialist law system).
c. A. Esmen, membagi dan memngelompokkan sistem hukum
kedalam lima keluarga hukum, yaitu :
1. Keluarga hukum Romawi (civil law);
2. Keluarga hukum Jerman;
3. Keluarga hukum Anglo Saxon (common law);
4. Keluarga hukum Slavia;
5. Keluarga hukum Islam.
d. Pendapat lain yang mengatakan, bahwa yang diakui saat ini tiga
hanya keluarga hukum, yakni :
1. The Romano-Germanic Family;
2. The Common Law Family; dan
3. The Family of Socialist Law
Kecuali dari empat pengelompokan keluarga hukum ini, maka masih
banyak lagi pembagian-pembagian yang dilakukan oleh para ahli yang
lain.
Ad. 1. Sistem Hukum Eropa Kontinental
Sistem hukum ini dikenal juga dengan sebutan Civil Law
atau juga Romano-Germanic Legal. Sistem hukum ini
berkembang di daratan Eropa, makanya dikenal dengan
sebutan sistem Hukum Eropa Kontinental. Sekitar 66 %
penduduk dunia bermukim di wilayah-wilayah yang
menerapkan sistem hukum Eropa Kontinental.
Hukum sipil (civil law) ini merupakan tradisi hukum yang
berasal dari hukum Romawi yang tersusun secara sistematis
(kodifikasi) dalam Corpus Julis Civilis Justinian yang berlaku
di kekaisaran Romawi pada masa pemerintahan Kaisar
Justinianus abad ke-6 sebelum masehi.
Ciri khas dan karakteristik hukum sipil atau Eropa kontinental ini,
adalah semua ketentuan hukum terkodifikasi. Artinya pembukuan
jenis-jenis hukum kedalam Kitab Undang-Undang secara
sistematis dan lengkap. Hukum memperoleh kekuatan mengikat
karena diwujudkan dalam peraturan-peraturan berbentuk undang-
undang serta tersusun secara sistematis dan lengkap dalam
sebuah kodifikasi. Dengan mengikatnya hukum, akan memberikan
suatu kepastian hukum. Kepastian hukum itu hanya dapat
diwujudkan apabila semua tindakan manusia diatur dengan
peraturan tertulis. Dengan tertulisnya tindakan manusia, maka
hakim tidak leluasa menafsirkan peraturan melaikan hanya sebatas
kewenangannya.
Demikian pula dengan terkodifikasinya peraturan, maka tidak
saja sebagai penyederhanaan hukum melainkan juga untuk
kesatuan hukum. Contoh kodifikasi hukum, antara lain
KUHPidana, KUHPerdata, KUHDagang. Ciri khas lain yang juga
melekat pada sistem hukum sipil (civil law) ini, adalah adanya
pembagian golongan hukum yaitu hukum publik dan hukum
privat. Demikian pula pada sistem hukum ini, dalam mengadili
perkara di pengadilan tidak mengenal sistem juri sebagaimana
terdapat pada sistem hukum Common law. Akan tetapi
menerapkan sistem panel/majelis hakim. Sistem hukum sipil
(civil law) atau Eropa Kontinental bersumber dari yang
terkodifikasi dalam undang-undang.
Ad.2. Sistem Hukum Anglo Saxon
Sistem hukum ini, dinamakan juga sistem Anglo Amerika atau
Common Law. Adapun nama Anglo Saxon adalah diambil dari sebutan
bagi penduduk Britania raya yaitu bangsa Germania yang berasal dari
suku-suku Anglia, Saks, dan Yut yang sejak 400 M menyeberang dari
Jerman Timur dan Skandinavia Selatan untuk menaklukan bangsa Kelt,
yang kemudian mendirikan 7 kerajaan kecil yang disebut Heptarchi
(Beni Ahmad dkk, 2016: 99).
Sistem hukum yang berkembang di Inggeris ini pada abad ke-11
dinamakan juga Common Law atau Unwritten Law (hukum tidak
tertulis). Disebut hukum tidak tertulis (Unwritten Law), karena
bersumber dari adat atau kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat.
Adapun karakteristik dari sistem hukum Common Law ini, adalah :
1. Sistem hukum Common Law, yaitu sistem hukum yang didasarkan kepada
Custom yakni adat kebiasaan. Mengambil sumber hukum dari Adat kebiasaan
dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, ditradisikan terus menerus. Adat
kebiasaan tersebut dijadikan acuan bagi hakim dalam mengambil putusan
atas penyelesaian kasus hukum (Case law). Putusan hakim (Pengadilan)
tersebut selanjutnya menjadi rujukan (precedent) bagi hakim berikutnya
dalam menyelesaikan kasus-kasus hukum (Case law). Hukum yang tercipta
melalui putusan hakim (pengadilan) ini diistilahkan judge made law. Itulah
sebabnya dikatakan bahwa sumber hukum utama dalam sistem hukum
Common law adalah putusan pengadilan.
a. Ijma’ : adalah kebukatan pendapat fuqaha mujtahidin pada suatu masa atas
sesuatu hukum sesudah masa Nabi Muhammad SAW.
b. Ijtihad : perincia ajaran Islam yang bersumber dari Al-Quran dan Al-Hadist.
c. Qiyas : mempersamakan hukum suatu perkara yang belum ada ketetapan hukumnya
dengan suatu perkara yang sudah ada ketentuan hukumnya.