Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS GENDER

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas

Mata Kuliah Gender dan HAM

Dosen Pengampu : Siti Kasiyati, S.Ag., M.Ag.

Penyusun :

Khotimah 202121093

Restu Afni Amaliyah 202121098

Muth Mainnah 202121099

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA

2022

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
karunia dan hidayah-Nya, sehingga tim penyusun dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “ANALISIS GENDER”. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
mata kuliah Hukum Acara Peradilan Agama, dengan dosen pengampu bapak Siti
Kasiyati, S.Ag., M.Ag.

Tim penyusun berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan terhadap isi yang tim penyusun sajikan dalam makalah
ini. Penyusun juga menyadari bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna.

Tim penyusun memohon maaf apabila terdapat kesalahan kata yang kurang
berkenan di dalam penulisan makalah ini serta penyusun memohon kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca supaya makalah ini dapat lebih baik lagi ke
depannya.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Surakarta, 30 November 2022

Tim penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 4

A. Latar Belakang ............................................................................................. 4

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5

C. Tujuan .......................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 6

A. Pengertian Analisis Gender .......................................................................... 6

B. Manfaat Analisis Gender.............................................................................. 7

C. Teknik Analisis Gender................................................................................ 7

D. Analisis Gender dan Ketidakadilan ............................................................ 10

E. Analisis Gender Dalam Gerakan Tranformasi Perempuan ....................... 12

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 14

A. Kesimpulan ................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Istilah Gender Digunakan Untuk Menjelaskan Perbedaan Perempuan
dan laki-laki yang bersifat bawaan sebagai ciptaan Tuhan dan perbedaan
perempuan dan laki-laki yang merupakan bentuk budaya yang di konstruksikan,
di pelajari di sosialisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Gender adalah,
pembedaan peran, kedudukan, tanggung jawab dan pembagian kerja antara laki-
laki dan perempuan yang ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat
perempuan dan laki-laki yang dianggap pantas menurut norma, adat istiadat,
kepercayaan atau kebiasaan masyarakat. Gender berubah dari waktu ke waktu
karena adanya perkembangan yang mempengaruhi nilai-nilai dan norma-norma
masyarakat.

Gender memiliki perbedaan-perbedaan bentuk antara satu masyarakat


dengan masyarakat lainnya, karena norma-norma adat istiadat, kepercayaan dan
kebiasaan masyarakat berbeda-beda. Pembedaan ini sering menciptakan
ketidak-adilan, khususnya bagi kelompok miskin dan juga perempuan. Contoh
ketidak-adilan yang terjadi diantaranya adalah, adanya perbedaan upah antara
laki-laki dan perempuan, akses dan penguasaan perempuan terhadap sumber
daya alam rendah, perempuan dan kelompok miskin tidak dilibatkan dalam
proses pengambilan keputusan dan lain sebagainya.

Ketidakadilan Gender merupakan kondisi tidak adil akibat dari sistem


dan struktur sosial dimana baik perempuan maupun laki-laki menjadi korban
dari sistem tersebut. Berbagai perbedaan peran dan kedudukan antara
perempuan dan laki-laki, baik secara langsung yang berupa perlakuan maupun
sikap dan yang tidak langsung berupa dampak suatu peraturan perundang-
undangan maupun kebijakan yang menimbulkan berbagai ketidakadilan yang

4
telah berakar dalam sejarah, adat, norma ataupun dalam berbagai struktur yang
ada di masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Analisis Gender?
2. Apa saja manfaat dari Analisis Gender?
3. Bagaimana Teknik Analisis Gender?
4. Apa Kaitannya Analisis Gender dengan Ketidakadilan?
5. Bagaimana Analisis Gender Dalam Gerakan Tranformasi Perempuan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Analisis Gender
2. Untuk mengetahui manfaat dari Analisis Gender
3. Untuk memahami dan mengetahui Teknik Analisis Gender
4. Untuk memahami dan mengetahui Kaitannya Analisis Gender dengan
Ketidakadilan
5. Untuk mengetahui Analisis Gender Dalam Gerakan Tranformasi
Perempuan.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Analisis Gender


Analisis gender adalah proses menganalisis data dan informasi secara
sistematis tentang laki-laki dan perempuan untuk mengidentifikasi dan
mengungkapkan kedudukan, fungsi, peran dan tanggung jawab laki-laki dan
perempuan, serta faktor-faktor yang memengaruhi.1 Definisi lain untuk analisis
gender adalah suatu alat untuk menyusun kebijakan Pengarusutamaan Gender
(PUG) dalam rangka strategi untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender.
PUG dilakukan melalui penyusunan kebijakan dan program yang
memperhatikan pengalaman, aspirasi, kebutuhan dan permasalahan perempuan
dan laki-laki kedalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari
seluruh kebijakan dan program di berbagai bidang ehidupan dan pembangunan.

Pengarusutamaan Gender adalah suatu startegi yang ditempuh untuk


mencapai kesetaraan dan keadilan gender melalui perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebijakan, program dan kegiatan dalam
pembangunan.2 Analisis gender sebagai langkah awal dalam rangka
penyusunan kebijakan program dan kegiatan yang responsif gender. Untuk
analisis gender diperlukan data gender, yaitu data kuantitatif maupun kualitatif
yang sudah terpilah antara laki-laki dan perempuan. Data gender ini kemudian
disusun menjadi indikator gender. Analisis gender dianggap sebagai analisis
kritis baru yang memfokuskan perhatiannya pada relasi sosial antara laki-laki

1 Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc.. “Analisis Gender Dalam Penelitian Bidang Ilmu

Keluarga”. Makalah Seminar:Disampaiakan pada Pealtihan Metodologi Studi Gender. 2009. Hlm. 3
2 Dr. Nahiyah Jaidi Faraz, M.Pd. “Teknik Analsisi Gender”. Makalah:Fakultas Ekonomi UNY. 2012.

Hlm. 2

6
dna perempuan, terutama pada ketidakadilan struktur dan sistem yang
disebabkan oleh gender. 3

B. Manfaat Analisis Gender


Adapun manfaat analisis gender yakni:

1. Membuka wawasan dalam memeahami suatu kesenjangan gender di daerah


pada berbagai bidang, dengan menggunakan analisis baik secara kuantitatif
maupun kualitatif.
2. Melalui analisis gender yang tepat diharapkan dapat memberikan gambaran
secara garis bear atau bahkan secara detail keadaan secara objektif dan
sesuai dengan kebenaran yang ada serta dapat dimengerti secara universal
oleh berbagai pihak.
3. Analisis gender dapat menemukan akar permasalahan yang
melatarbelakangi masalah kesenjangan gender dan sekaligus dapat
menemukan solusi yang tepat sasaran sesuai dengan tingkat
permasalahannya.

C. Teknik Analisis Gender


Adapun beberapa model teknik analisis gender yang pernah
dikembangkan oleh para ahli:
1. Model Harvard
Model ini dikembangakan oleh Harvard Institute For International
Development, bekerja sama dengan Kantor Women In Development (WID)-
USAID. Model Harvard ini didasarkan pada pendekatan efisiensi WID yang
merupakan kerangka analisis gender dan perencanaan gender yang paling
awal.

3Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.


https://elearning.menlhk.go.id/pluginfile.php/854/mod_resource/content/1/analisis%20gender/analisis_gender
.html

7
Adapun tujuannya adalah:
a. Untuk menunjukkan bahwa ada suatu investasi secara ekonomi yang
dilakukan oleh perempuan maupun laki-laki secara rasional.
b. Untuk membantu para perencana merancang proyek yang lebih efisien
dan memperbaiki produktivitas kerja secara menyeluruh.
c. Mencari informasi yang lebih rinci sebagai dasar untuk mencapai tujuan
efisisensi dengan tingkat keadilan gender yang optimal.
d. Untuk memetakan pekerjaan laki-laki dan perempuan dalam masyarakat
dan melihat faktor penyebab perbedaan.
2. Model Moser
Model ini juga bisa disebut dengan Kerangka Moser yang
didasarkan pada pendapat bahwa perencanaan gender bersifat teknis dan
politis dengan mengasumsikan adanya konflik dalam proses perencanaan
dan proses tranformasi serta mencirikan perencanaan sebagai suatu “debut”.
Kerangka ini dikembangkan oleh Caroline Moser, seorang peneliti senior
dengan pengalaman luas dalam perencanaan gender.
Kerangka ini didasarkan pada pendekatan Pembangunan dan
Gender (Gender and Development/ GAD) yang dibangun pada pendekatan
Perempuan dalam Pembangunan (Women in Development/ WID ) yang
lebih awal dan pada teori-teori feminisme. Kerangka ini juga kadang-
kadang diacu sebagai “Model Tiga Peranan atau Kerangka Pemikiran
Departemen Unit Perencanaan karena dikembangkan oleh Moser selagi dia
bekerja di Departemen Unit Perencanaan di University College, London.
Tujuan dari model ini yakni:
a. Mengarahkan perhatian secara dimana pembagian berdasarkan gender
memengaruhi kemampuan perempuan untuk berpartisipasi dalam
intervensi-intervensi yang telah direncanakan.
b. Membantu perencanaan untuk memahami bahwa kebutuhan-kebutuhan
wanita adalah seringkali berbeda dengan kebutuhan-kebutuhan laki-
laki.

8
c. Mencapai kesetaraan gender dan pemberdayaan melalui pemberian
perhatian kepada kebutuhan-kebutuha praktis perempuan dan
kebutuhan-kebutuhan gender strategis.
d. Memeriksa dinamika akses kepada dan kontrol pada penggunaan
sumberdaya antara perempuan dan laki-laki dalam berbagai konteks
ekonomi dan budaya yang berbeda-beda.
e. Memadukan gender kepada semua kegiatan perencanaan dan prosedur.
f. Membantu pengklarifikasian batasan-batasan politik dan teknik dalam
pelaksanaan praktek perencanaan.
3. Model Analysis Pathway (GAP)
Model analisis ini adalah model analisis untuk mengetahui metode
analisis untuk mengetahui kesenjangan gender dengan melihat aspek akses,
peran, manfaat dan kontrol yang diperoleh laki-laki dan perempuan dalam
menerima manfaat pembangunan. Selain itu model GAP kita mengetahui
kesenjangan gender dan permasalahan gender.4
Model ini salah satu alat analisis gender yang dapat membantu para
perencana dalam melakukan pengarusutamaan gender ke dalam proses
perencanaan kebijakan/program dan kegiatan pembangunan. Model ini
dikembangkan oleh BAPPENAS yang dapat juga digunakan untuk
membantu para perencana dalam melakukan pengarusutamaan gender
dalam perencanaan kebijakan program, proyek dan/atau kegiatan
pembagunan.
4. Model SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity and Threat)
Teknik ini merupakan suatu analisis manajemen dengan cara
mengidentifikasi secara internal mengenai kekuatan dan kelemahan dan
secara eksternal mengenai peluang dan ancaman. Dalam rangka menyusun
program aksi, langkah-langkah atau tindakan untuk mencapai sasaran
maupun tujuan kegiatan dengan cara memaksimalkan kekuatan dan

4 BAPPENAS 2002. https://gendernews88.wordpress.com/2010/09/07/mengenal-analisa-gender/.

Diakses pada 1 Desember 2022, Pkl. 09.10

9
peluang, serta meminimalkan kelemahan dan ancaman.5 Model SWOT ini
dipakai juga untuk mengurangi resiko dan meningkatkan efektifitas dan
efisiensi pelaksanaan.

D. Analisis Gender dan Ketidakadilan


Ketidakadilan gender termanifestasikan dalam berbagai bentuk
ketidakadilan, seperti marginalisasi atau proses pemiskinan ekonomi,
subordinasi atau anggapan tidak penting dalam keputusan publik, pembentukan
stereotipe (pelabelan negatif), kekerasan, beban kerja yang lebih panjang dan
lebih banyak, serta sosialisasi ideologi nilai peran gender.6

Marginalisasi (pemiskinan) perempuan dapat bersumber dari kebijakan


pemerintah, keyakinan, tafsir agama, keyakinan tradisi, kebiasaan, bahkan
asumsi ilmu pengetahuan. Contoh marginalisasi yang bersumber dari kebijakan
pemerintah adalah penggantian penanaman jenis padi batang pendek dengan
padi batang panjang. Tanpa disadari, penanaman jenis padi batang panjang
menyingkirkan perempuan sebagai pemanen padi yang menggunakan ani-ani.
Kehilangan pekerjaan dalam bidang pertanian berarti memiskinkan perempuan.
Marginalisasi perempuan yang bersumber dari tradisi terlihat dari adanya suku
yang tidak memberikan hak waris kepada perempuan atau adanya
agama/keyakinan yang memberikan perempuan setengah dari hak waris yang
dapat diberikan kepada laki-laki.

Pandangan gender bisa menimbulkan subordinasi terhadap perempuan.


Bahwa perempuan irasional dan emosional menyebabkan perempuan tidak bisa
tampil memimpin, menempatkan perempuan pada posisi yang tidak penting,
perempuan tidak perlu bersekolah tinggi-tinggi, termasuk perempuan bisa
pindah dengan alasan ikut suami, tetapi tidak sebaliknya.

5 https://memahamiwanita.weebly.com/relation-gender/analisis-gender-responding. Diakses pada 1

Desember 2022
6 Fakih Mansour. “Analisis Gender dan Transformasi Sosial”. Yogyakarta: Insist Press. Hlm. 47.

10
Pelabelan negatif (stereotipe) atau bisa dikatakan stigma yang berkaitan
dengan perempuan menimbulkan asumsi bahwa perempuan bersolek untuk
menarik lawan jenis sehingga pelecehan atau perkosaan terhadap kaum
perempuan dianggap sebagai kesalahan perempuan. Contoh lain adalah
stereotipe bahwa perempuan (istri) harus melayani laki-laki (suami).

Kekerasan adalah serangan atau invasi terhadap fisik dan integritas


mental psikologis seseorang. Kekerasan karena bias gender disebut gender-
related violence. Kekerasan antara lain bisa dipetakan seperti kekerasan fisik,
kekerasan psikis, kekerasan seksual, kekerasan ekonomi, dan kekerasan anak.
Contohnya, perkosaan terhadap perempuan, termasuk perkosaan dalam
perkawinan (pelayanan seksual tanpa kerelaan), kekerasan dalam rumah tangga,
mutilasi alat kelamin (sunat untuk perempuan), penciptaan ketergantungan, dan
pelacuran.

Pelacuran merupakan bentuk kekerasan terhadap perempuan yang


diselenggarakan melalui mekanisme ekonomi yang merugikan perempuan.
Pemerintah/negara sering menerapkan standar ganda terhadap PSK:
menangkapi/melarang praktik prostitusi, tetapi di sisi lain menarik pajak dari
bisnis ini. PSK dianggap pekerjaan kotor, tetapi ramai pengunjung. Perempuan
sering dipaksa untuk melakukan sterilisasi dalam rangka mengontrol jumlah
penduduk.

Memegang atau menyentuh bagian tubuh perempuan tanpa kerelaan si


pemilik tubuh termasuk kekerasan terselubung. Contoh pelecehan seksual
lainnya adalah lelucon jorok/vulgar, menyakiti seseorang dengan perkataan
kotor, menginterogasi seseorang tentang kehidupan seksual atau kehidupan
pribadinya, meminta imbalan seksual untuk promosi atau janji-janji lain, dan
menyentuh atau menyenggol tubuh tanpa izin yang bersangkutan.

Beban kerja yang lebih banyak harus ditanggung perempuan karena


adanya anggapan bahwa perempuan memiliki sifat memelihara dan rajin
sehingga semua pekerjaan domestik rumah tangga menjadi tanggung jawab

11
perempuan. Karena sosialisasi peran tersebut, perempuan merasa bersalah jika
tidak menjalankan tugas-tugas domestik tersebut. Sebaliknya, laki-laki merasa
itu bukan tanggung jawabnya, bahkan ada tradisi yang melarang laki-laki untuk
melakukan pekerjaan rumah tangga.
Akibatnya, perempuan yang juga bekerja di luar rumah memikul beban
kerja ganda. Selain itu, jenis pekerjaan domestik dianggap pekerjaan rendah dan
tidak bernilai ekonomis. Pada keluarga-keluarga kaya, tanggung jawab
pekerjaan domestik biasanya dipindahkan kepada pembantu rumah tangga.
Pemindahan tanggung jawab tersebut berarti pemindahan marginalisasi,
subordinasi, dan beban kerja dari istri kepada pembantu rumah tangga yang
kebanyakan perempuan.

E. Analisis Gender Dalam Gerakan Tranformasi Perempuan


Secara konseptual, feminisme merupakan gerakan yang berangkat dari
asumsi dan kesadaran bahwa kaum perempuan pada dasarnya ditindas,
dieksploitasi sehingga harus ada upaya untuk mengakhiri penindasan dan
eksploitasi tersebut. Meskipun ada beberapa aliran feminisme, pada hakikatnya
mereka sepaham bahwa perjuangan feminis adalah demi kesamaan, martabat,
dan kebebasan untuk mengontrol raga dan kehidupan, baik di dalam maupun di
luar rumah.

Feminisme memiliki aliran yang terdiri dari dua aliran besar dalam ilmu
sosial, yakni aliran status quo atau fungsionalisme dan aliran konflik.7 Teruntuk
aliran fungsionalisme yang dikembangkan oleh Robert Merton dan Talcott
Parsons berkeyakinan bahwa masyarakat adalah suatu sistem yang terdiri atas
bagian dan saling berkaitan antara agama, pendidikan, struktur politik sampai
keluarga dan tiap-tiap bagian secara terus menerus mencari keseimbangan dan
harmoni. Feminisme fungsionalisme ditemukan dalam pemikiran feminisme

7 Ibid.

12
liberal yang berakar pada pandangan bahwa kebebasan dan kesamaan berakar
pada rasionalitas dan pemisah antara dunia domestik dan publik.

Kaitannya dengan hal ini, jika sistem sudah memberikan kesempatan


yang sama kepada laki-laki dan perempuan, tetapi kaum perempuan tidak
mampu bersaing dan kalah, yang perlu disalahkan adalah kaum perempuan
sendiri. Keterbelakangan kaum perempuan sendiri disebabkan karena
pemikirannya yang cenderung irasional dan tradisional. Untuk itu, feminis
liberal hadir untuk mengatasi masalah kaum perempuan agar mampu bersaing
dan meningkatkan status perempuan itu sediri di dunia publik.

Selanjutnya, aliran konflik berpendapat bahwa setiap kelompok


memiliki kepentingan dan kekuasaan yang merupakan pusat dari setiap
hubungan sosial, termasuk hubungan kaum laki-laki dan perempuan. Kelompok
penganut aliran konflik diantaranya adalah feminisme radikal, feminisme
marxis dan feminisme sosialis. Feminisme radikal menganggap bahwa
penindasan terhadap kaum perempuan oleh laki-laki berakar pada ideologi
patriarki. Feminisme radikal menganggap bahwa revolusi dan perlawanan atas
penindasan perempuan dapat dilakukan dalam bentuk yang sangat personal
dengan memberikan peluang politik bagi kaum perempuan.

Feminisme marxis berpandangan bahwa penindasan perempuan


merupakan bagian dari penindasan kelas dalam hubungan produksi (bagian dari
kerangkan pikir kapitalisme). Kaum perempuan dianggap bermanfaat bagi
sistem kapitalisme karena upah buruh perempuan lebih murah dibandingkan
dengan buruh laki-laki. Kemudian, feminisme sosialis menganggap bahwa
penindasan perempuan bisa melahirkan kesadaran revolusi, tetapi bukan
revolusi model perempuan sebagai jenis kelamin (woman as sex) seperti yang
diperjuangkan oleh feminis radikal. Bagi feminis sosialis, ketidakadilan bukan
akibat dari perbedaan biologis atau perbedaan kegiatan produksi antara laki-laki
dan perempuan, tetapi lebih karena konstruksi sosial terhadap perbedaan itu.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan diatas maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa definisi & terminologi analisis gender Istilah Gender
Digunakan Untuk Menjelaskan Perbedaan Perempuan dan laki-laki yang
bersifat bawaan sebagai ciptaan Tuhan dan perbedaan perempuan dan laki-laki
yang merupakan bentuk budaya yang di konstruksikan, di pelajari di
sosialisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Gender adalah, pembedaan peran,
kedudukan, tanggung jawab dan pembagian kerja antara laki-laki dan
perempuan yang ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat perempuan dan
laki-laki yang dianggap pantas menurut norma, adat istiadat, kepercayaan atau
kebiasaan masyarakat. Gender berubah dari waktu ke waktu karena adanya
perkembangan yang mempengaruhi nilai-nilai dan norma-norma masyarakat.

Gender tidak sama dengan kodrat, kodrat adalah sesuatu yang


ditetapkan oleh sang pencipta, sehingga manusia tidak bisa merubah maupun
menolaknya. Kodrat adalah sesuatu yang sifatnya universal (tetap sepanjang
hayat dikandung badan, pada setiap waktu, pada setiap tempat, misalnya
melahirkan, menstruasi, menyusui adalah kodratnya perempuan, dan
mempunyai sperma adalah kodratnya laki-laki). Gender adalah pembagian
peran laki-laki dan perempuan yang diatur oleh manusia (masyarakat). Gender
berbeda dari satu masyarakat ke masyarakat yang lain, bahkan di dalam suatu
masyarakatpun mengalami perubahan terus, karena Gender bukan kodrat.

Gender memiliki perbedaan-perbedaan bentuk antara satu masyarakat


dengan masyarakat lainnya, karena norma-norma adat istiadat, kepercayaan
dan kebiasaan masyarakat berbeda-beda. Pembedaan ini sering menciptakan
ketidak-adilan, khususnya bagi kelompok miskin dan juga perempuan. Contoh

14
ketidak-adilan yang terjadi diantaranya adalah, adanya perbedaan upah antara
laki-laki dan perempuan, akses dan penguasaan perempuan terhadap sumber
daya alam rendah, perempuan dan kelompok miskin tidak dilibatkan dalam
proses pengambilan keputusan dan lain sebagainya.

Ketidak-adilan Gender merupakan kondisi tidak adil akibat dari sistem


dan struktur sosial dimana baik perempuan maupun laki-laki menjadi korban
dari sistem tersebut. Berbagai perbedaan peran dan kedudukan antara
perempuan dan laki-laki, baik secara langsung yang berupa perlakuan maupun
sikap dan yang tidak langsung berupa dampak suatu peraturan perundang-
undangan maupun kebijakan yang menimbulkan berbagai ketidakadilan yang
telah berakar dalam sejarah, adat, norma ataupun dalam berbagai struktur yang
ada di masyarakat.

15
DAFTAR PUSTAKA

BAPENAS. https://gendernews88.wordpress.com/2010/09/07/mengenal-analisa-
gender/.
https://memahamiwanita.weebly.com/relation-gender/analisis-gender-responding.
Faraz, Nahiyah Jaidi. Teknik Analisis Gender. UNY: 2012.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
https://elearning.menlhk.go.id/pluginfile.php/854/mod_resource/content/1/
analisis%20gender/analisis_gender.html
Mansour, Fakih. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Insist
Press.

16

Anda mungkin juga menyukai