Anda di halaman 1dari 14

KEDUDUKAN DAN KEKUATAN HUKUM PERDATA ISLAM

DALAM TATA HUKUM DI INDONESIA


MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Perdata Islam
Dosen Pengampu:
Drs. H. Aziz Sholeh, M.Ag.

Oleh:
Fazri Achmad Anugrah Sitepu 1203050048
Ghralbyc Daka Besya M. 1203050054
Intan Puspita Ayu 1203050065
Mohamad Fakhryvanza F. 1203050088
Mohamad Dzaky Jafal 1203050189

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Salawat serta salam tidak lupa kami
ucapkan untuk junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. Kami bersyukur kepada
Allah SWT yang telah memberikan hidayah serta taufik-Nya kepada kami sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini.
Tak lupa pula penulis ucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada Bapak
Drs. H. Aziz Sholeh, M.Ag. sebagai dosen pengampu pada mata kuliah Hukum Perdata
Islam ini yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu  hingga  terselesaikannya  makalah  ini.  Makalah ini berjudul Kedudukan
dan Kekuatan Hukum Perdata Islam dalam Tata Hukum di Indonesia.
Kami menyadari makalah yang dibuat ini tidaklah sempurna. Oleh karena itu,
apabila ada kritik dan saran yang bersifat membangun terhadap makalah ini, kami
sangat berterima kasih. Demikian makalah ini kami susun. Semoga dapat berguna untuk
kita semua.

Bandung, 15 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Identifikasi Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan Makalah.....................................................................................2
D. Manfaat Penulisan Makalah...................................................................................2
E. Metode Penulisan...................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................4
PEMBAHASAN................................................................................................................4
A. Pengertian Hukum Perdata Islam...........................................................................4
B. Kedudukan Hukum Perdata Islam dalam Tata Hukum Nasional...........................5
a. Teori Receptie in Complexu...............................................................................5
b. Receptie..............................................................................................................6
BAB III..............................................................................................................................7
PENUTUP.........................................................................................................................7
A. KESIMPULAN......................................................................................................7
B. KRITIK DAN SARAN..........................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Membicarakan kedudukan serta kekuatan Hukum Perdata Islam di
tengah-tengah tata hukum di Indonesia merupakan sesuatu yang saling
berhubungan karena pada hakikatnya suatu hukum memiliki tujuan untuk
mengatur warganya agar hidup lebih tertata. Sebuah hukum tentunya
mempunyai sifat memaksa, mengikat, serta memiliki sanksi bagi yang
melanggar. Adapun yang dimaksud dengan hukum perdata yaitu hukum yang
bertujuan menjamin adanya kepastian dalam suatu hubungan antara orang yang
satu dengan yang lain baik sebagai anggota maupun benda dalam masyarakat,
sehingga dapat disimpulkan bahwa hukum perdata Islam adalah bagian dari
hukum Islam yang berlaku secara yuridis formal dalam tata hukum diIndonesia
yang isinya sebagian dari lingkup muamalah. Bagian hukum Islam ini ditunjuk
berdasarkan peraturan perundang-undangan. Beberapa aturan yang tercantum
dalam hukum perdata Islam diantaranya tentang hukum perkawinan, kewarisan,
wasiat, hibah, zakat, perwakafan, serta ekonomi syariah. Dengan demikian
penerapan hukum perdata Islam di Indonesia bisa dikatakan baik karena
mencakup banyak hal di dalamnya. Sistem hukum perdata di Indonesia
sebenarnya bersifat pluralisme karena hingga saat ini di Indonesa masih berlaku
hukum adat, hukum Islam, serta hukum barat. Namun dari ketiga hukum
tersebut hukum Islam memilki kedudukannya sendiri meskipun tidak semua
hukum perdata Islam adalah hukum positif di Indonesia.
Dalam UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan merupakan Undang-
Undang yang sering dijadikan rujukan dalam menyelesaikan masalah yang
terkait dengan pernikahan, talak, cerai, dan rujuk yang pengesahannya
ditandatangani oleh presiden Soeharto pada 2 Januari 1974. Agar Undang-
Undang tersebut dapat dilaksanakan secara seksama, dikeluarkanlah Peraturan
Pemerintah No. 9 Tahun 1975. Undang-Undang ini merupakan hasil usaha
untuk menciptakan hukum nasional berdasarkan agama.

1
2

Sejarah perkembangan hukum perdata Islam tentunya tidak dapat


dipisahkan dari sejarah peradaban Islam. Agama Islam masuk ke Indonesia pada
abad 1 H atau pada abad VII M melalui perdagangan dengan orang arab.

B. Identifikasi Masalah
Identifikasi yang akan dibahas dimakalah ini, yaitu:
1. Apa yang dimaksud Hukum perdata Islam?
2. Apa saja hukum yang diatur dalam Hukum perdata Islam?
3. Bagaimana kedudukan hukum perdata Islam diIndonesia?

C. Tujuan Penulisan Makalah


Tujuan penulisan makalah ini, yaitu:
1. Mengetahui definisi Hukum Perdata Islam.
2. Mengetahui hukum apa saja yang diatur dalam Hukum perdata Islam.
3. Mengetahui kedudukan hukum perdata Islam.

D. Manfaat Penulisan Makalah


Manfaat dari penulisan makalah ini, yaitu:
1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi Hukum Perdata Islam.
2. Mahasiswa dapat mengetahui hukum apa saja yang diatur dalam Hukum Perdata
Islam.
3. Mahasiswa dapat mengetahui kedudukan Hukum Perdata Islam.

E. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan penulis adalah penelitian deskriptif.
Metode berasal dari bahasa Yunani, yakni Metha yang berarti langsung, dan
Hodos yang berarti cara, alat, atau kekuatan. Ahmad Tafsir juga mendefinisikan
metode, istilah yang digunakan untuk mengungkapkan cara yang paling tepat
dan tercepat dalam melakukan sesuatu. Dengan kata lain, metode berarti satu
atau lebih cara yang harus ditempuh untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Padahal menurut KBBI, menulis adalah proses, cara, dan perilaku menulis atau
menulis.
3

Metode deskriptif adalah mendeskripsikan gejala, peristiwa, dan


peristiwa yang terjadi di masa lampau penulis mencoba memotret peristiwa-
peristiwa tersebut yang menjadi fokus perhatian masyarakat, kemudian
mendeskripsikannya.1 Sedangkan metode penelitian deskriptif digunakan untuk
memecahkan dan menjawab permasalahan yang ada.2Oleh karena itu,
kesimpulan dari studi deskriptif fokus pada pemecahan masalah praktis, seperti
yang dilakukan pada saat studi dilakukan. Dalam pendidikan, peran penelitian
deskriptif lebih merupakan solusi praktis daripada pengembangan keilmuan.
Oleh karena itu, kesimpulan dari studi deskriptif fokus pada pemecahan
masalah praktis, seperti yang dilakukan pada saat studi dilakukan. Dalam
pendidikan, peran penelitian deskriptif lebih merupakan solusi praktis daripada
pengembangan keilmuan. Jenis penelitian deskriptif adalah jenis penelitian
pustaka, yaitu kegiatan mengamati berbagai dokumen yang berkaitan dengan
topik yang diajukan, baik berupa buku, karangan maupun tulisan, bermanfaat
untuk penelitian dan dapat digunakan dalam proses penelitian.

1
Nana Sudjana dan Ibrahim, 1989: 64.
2
Mohamad Ali, 1982: 120.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum Perdata Islam


Hukum Perdata Islam adalah sebagian dari hukum Islam yang telah
berlaku secara yuridis formal atau menjadi hukum positif dalam tata hukum
Indonesia, yang isinya hanya sebagian dari lingkup muamalah, bagian hukum
Islam ini menjadi hukum positif berdasarkan atau karena ditunjuk oleh peraturan
perundang-undangan. Contohnya adalah hukum perkawinan, kewarisan, wasiat,
hibah, zakat dan perwakafan serta ekonomi syari’ah.3
Hukum Perdata Islam adalah sebagian dari hukum Islam yang telah
berlaku secara yuridis formal atau menjadi hukum positif dalam tata hukum
Indonesia, yang isinya hanya sebagian dari lingkup mu'amalah , bagian hukum
Islam ini menjadi hukum berdasarkan atau karena ditunjuk oleh peraturan -
undangan.4
Hukum perdata Islam mencakup: (1) munakahat; mengatur segala
sesuatu yang berhubungan dengan perkawinan, perceraian, serta akibat-
akibatnya; (2) waratsab; mengatur segala masalah yang berhubungan dengan
pewaris, ahli waris, harta peninggalan, serta pembagian warisan. Hukum
kewarisan Islam ini disebut juga dengan ilmu fara’id; (3) muamalat dalam arti
khusus, mengatur masalah kebendaan dan hak-hak atas benda, tata hubungan
manusia dalam soal jual beli, sewa menyewa, pinjam-meminjam, perserikatan,
dan sebagainya.5

3
Pasal 49 UU No. 7 Tahun 1989 juncto UU No. 3 Tahun 2006.
4
Saifudien Djazulie. 2014. Pengertian Hukum Perdata di Indonesia di
http://saifudiendjsh.blogspot.com/2014/02/pengertian-hukum-perdata-Islam-di.html (diakses 15 Maret
2021).
5
Ria, Wati Rahmi. (2018). Hukum Perdata Islam (Suatu Pengantar). Bandar Lampung: CV. Anugrah
Utama Raharja.

4
5

B. Kedudukan Hukum Perdata Islam dalam Tata Hukum Nasional


Indonesia memiliki sistem hukum yang majemuk, karena di Indonesia
berlaku berbagai sistem hukum yakni, Adat, Islam dan Barat. Ketiga sistem
hukum tersebut berlaku di Indonesia padawaktu yang berlainan.
Hukum Islam telah ada di Nusantara sejak orang Islam datang dan
bertempat tinggal di Indonesia. Mengenai kedudukan Hukum Islam dalam
sistem hukum Indonesia yang bersifat majemuk dapat ditelusuri dengan
historiografi Islam, Ibnu Batutah seorang pengembara Arab Islam asal
Maroko, ketika singgah di Samudera Pasai pada Tahun 1345 M. Kerajaan Pasai
waktu itu menganut hukum Islam Mazhab Syafii. Hukum Islam diikuti dan
dilaksanakan juga oleh pemeluk Agama Islam di kerajaan Demak, Jepara,
Tuban, Gresik, dan Mataram.
Ketika VOC datang ke Indonesia pada akhir abad ke-16 (1596 M),
kebijakan yang telah dilaksanakan oleh sultan tetap dipertahankan pada daerah-
daerah kekuasaannya. Bahkan VOC memberikan keringanan fasilitas dalam
banyak hal yang bertujuan untuk Hukum Islam dapat terus berkembang
sebagaimana mestinya. Salah satu bentuk perhatian VOC adalah kodifikasi
ringkasan Hukum Islam yang disusun oleh D.W. Freijer yang dijadikan untuk
pegangan para Hakim Peradilan Islam dalam memutuskan perkara-perkaraumat
Islam.
Setelah kekuasaan VOC berakhir dan digantikan oleh pemerintah
Belanda, eksistensi Hukum Islam di Indonesia masih tetap bertahan walaupun
pemerintah Belanda merubah secara perlahan. Sebagai bukti ada beberapa teori
yang dikeluarkan oleh para ahli hukum Belanda yang kemudian dijadikan
sebagai bahan pertimbangan untuk kebijakan pemerintah Belanda terkait dengan
Hukum Islam, antara lain:
a. Teori Receptie in Complexu
Teori ini dikemukakan oleh Salomon Keyzer yang kemudian
dikuatkan oleh Christian Van Den Berg (1845-1927 M). Teori ini
menjelaskan hukum mengikat Agama yang dianut seseorang, jika seseorang
itu memeluk Agama Islam, Hukum Islam-lah yang berlaku baginya. Dengan
kata lain teori ini menyebut bagi rakyat pribumi yang berlaku bagi mereka
6

adalah hukum agamanya. Walaupun terbatas, Hukum Islam telah teraplikasi


dalam kehidupan masyarakat Islam sekalipun hanya dalam lingkup hukum
keluarga, perkawinan yang serius terhadap perjalanan Hukum Islam.
b. Teori Receptie
Teori ini dikemukakan oleh sarjana terkemuka Belanda, Christian
Snouck Hurgronje (1857-1936), yang selanjutnya dikembangkan dan
disistemisasikan secara ilmiah oleh C. Van Hollenhoven dan Ter Harr Ben.
Teori ini merupakan bantahan dari teori receptive in complex, maksud teori
ini, hukum yang berlak bagi orang Islam bukanlah hukum Islam tetapi
hukum adat. Dalam gagasan mereka intinya bahwa sebenarnya hukum yang
berlaku di Indonesia adalah hukum adat asli kemudian hukum adat ini
memang ada yang dimasuki pengaruh hukum Islam, sedikit demi sedikit
pengaruh hukum Islam itu baru mempunyai kekuatan jika telah diterima
hukum adat dan lahirlah dia sebagai hukum adat bukan hukum Islam.
Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17
Agustus 1945 pemerintah Indonesia membentuk departemen agama, dan
melalui departemen agama pemerintah meluruskan persepsi tentang
pemberlakuan hukum Islam di Indonesia. Langkah awal dari usaha ini
adalah memperbaharui Undang-Undang No. 22 Tahun 1946 tentang Nikah,
Talak dan Rujuk yang diberlakukan pada tanggal 22 November 1946,
kemudian Undang-Undang Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 yang di
dalamnya memuat tentang perwakafan di Indonesia, Undang-Undang No. 1
Tahun 1974 tentang perkawinan, Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 tentang
peradilan Agama, Inpres No. 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum
Islam, dan banyak lagi Undang-Undang yang disahkan sebagai bukti
eksistensi Hukum Islam di Indonesia.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hukum perdata Islam adalah bagian dari hukum Islam yang telah
diterapkan secara yuridis formal atau telah menjadi hukum positif dalam sistem
hukum Indonesia. Isinya hanya sebagian dari Muamalah. Bagian hukum Islam
ini berdasarkan peraturan perundang-undangan. Seperti hukum perkawinan,
hukum waris, hukum wasiat, hukum hibah, hukum zakat, dsb.

B. KRITIK DAN SARAN


Penulis tentunya menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah
tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca.

7
DAFTAR PUSTAKA
Nana Sudjana dan Ibrahim, 1989: 64.
Mohamad Ali, 1982: 120.
Pasal 49 UU No. 7 Tahun 1989 juncto UU No. 3 Tahun 2006.
Saifudien Djazulie. 2014. Pengertian Hukum Perdata di Indonesia di
http://saifudiendjsh.blogspot.com/2014/02/pengertian-hukum-perdata-Islam-di.html
(diakses 15 Maret 2021).
Ria, Wati Rahmi. (2018). Hukum Perdata Islam (Suatu Pengantar). Bandar Lampung:
CV. Anugrah Utama Raharja.

8
Berita Acara Kelompok 1
Pada hari Selasa tanggal 16 Maret 2021 pada pukul 16.00 WIB, kami kelompok
1 telah menyelesaikan tugas terstruktur yang berisi mengenai “Kedudukan HPI dan
Kekuatan Hukum Perdata Islam dalam Tata Hukum di Indonesia” pada mata kuliah
Hukum Perdata Islam dengan Dosen Pengampu yaitu Dr. H. Aziz Sholeh, M. Ag..
Berikut anggota dari kelompok satu :

Fazri Achmad Anugrah Sitepu 1203050048


Ghralbyc Daka Besya M. 1203050054
Intan Puspita Ayu 1203050065
Mohamad Fakhryvanza F. 1203050088
Mohamad Dzaky Jafal 1203050189

Presentasi kelompok satu memuat 2 daftar pertanyaan dan 1 tambahan jawaban yang
diajukan oleh rekan-rekan kami:

Makhyatul Fikriya 1203050079


Fitra Ichlas Noor I. 1203050051
Moch. Luthfi Mubarak 1203050086

Berikut rincian daftar pertanyaan beserta jawabannya:


1. Makhyatul Fikriya 1203050079
Pertanyaan :
Di Indonesia sendiri adalah negara bhineka dengan beragam agama. Apakah
tidak menimbulkan kecemburuan sosial apabila HPI dijadikan sebagai salah satu hukum
negara?

Pertanyaan tersebut di jawab oleh Moh. Fakhryvanza F. 1203050088 dan Moch. Luthfi
Mubarak 1203050086, jawabannya sebagai berikut :

9
1. Moh. Fakhryvanza F. 1203050088
Penerapan HPI di Indonesia sebagai salah satu hukum negara tentunya
hanya berlaku bagi umat muslim saja, sehingga tidak akan menimbulkan
kecemburuan sosial. Karena setiap agama pun memiliki hukumnya tersendiri,
khususnya terkait perdata.
2. Moch. Luthfi Mubarak 1203050086
Jika ditinjau dari segi yuridis, kedudukan Hukum Islam dalam tata
hukum Indonesia itu sudah tercermin dalam pembukaan & batang tubuh UUD
1945.
Dimana konstitusi kita UUD NRI 1945 menjamin keberadaan Hukum Islam
begitupun agama lainnya. Salah satunya melalui Pasal 29 ayat (1) dan (2), dari
bunyi pasal tersebut bisa kita maknai dalam implementasinya:
1. dalam negara RI tidak boleh terjadi/berlaku sesuatu yg bertentangan dengan
kaidah kaidah Islam bagi para pemeluknya, kaidah kaidah nasrani bagi para
pemeluknya, dll.
2. Negara wajib menjalankan syariat Islam bagi para pemeluknya, syariat
nasrani bagi para pemeluknya,dll.
3. Syariat tidak memerlukan bantuan kekuasaan negara untuk menjalankannya
karena itu semua sudah dijamin pelaksanaannya bagi tiap2 pemeluk agama
apapun yg diakui oleh negara.

Dengan merujuk pada Pancasila dan konstitusi UUD NRI 1945 yakni
"Ketuhanan yang Maha Esa", semua implementasi Hukum adat, Hukum Islam,
Hukum agama lain pun dijamin sehingga tidak memungkinkan adanya
kecemburuan antar umat beragama.

2. Fitra Ichlas Noor I. 1203050051

Pertanyaan :

10
Bagaimana jika semisalnya dalam HPI itu ada yang bertentangan dengan tatanan
hukum nasional, apakah akan terus ditegakkan atau bagaimana?

Pertanyaan tersebut di jawab oleh Intan Puspita Ayu1203050065, jawabannya sebagai


berikut :
Mengenai pertentangan antara hukum perdata islam dengan hukum nasional.
Tentu saja didalam pelaksanan hukum perdata islam tidak boleh bertentangan dengan
hukum nasional keduanya saling berkaitan satu sama lain. Peraturan hukum perdata
islam yang memiliki pertentangan dengan hukum nasional haruslah dihilangkan agar
tidak menimbulkan perpecahan.

11

Anda mungkin juga menyukai