Oleh:
Fazri Achmad Anugrah Sitepu 1203050048
Ghralbyc Daka Besya M. 1203050054
Intan Puspita Ayu 1203050065
Mohamad Fakhryvanza F. 1203050088
Mohamad Dzaky Jafal 1203050189
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Identifikasi Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan Makalah.....................................................................................2
D. Manfaat Penulisan Makalah...................................................................................2
E. Metode Penulisan...................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................4
PEMBAHASAN................................................................................................................4
A. Pengertian Hukum Perdata Islam...........................................................................4
B. Kedudukan Hukum Perdata Islam dalam Tata Hukum Nasional...........................5
a. Teori Receptie in Complexu...............................................................................5
b. Receptie..............................................................................................................6
BAB III..............................................................................................................................7
PENUTUP.........................................................................................................................7
A. KESIMPULAN......................................................................................................7
B. KRITIK DAN SARAN..........................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Membicarakan kedudukan serta kekuatan Hukum Perdata Islam di
tengah-tengah tata hukum di Indonesia merupakan sesuatu yang saling
berhubungan karena pada hakikatnya suatu hukum memiliki tujuan untuk
mengatur warganya agar hidup lebih tertata. Sebuah hukum tentunya
mempunyai sifat memaksa, mengikat, serta memiliki sanksi bagi yang
melanggar. Adapun yang dimaksud dengan hukum perdata yaitu hukum yang
bertujuan menjamin adanya kepastian dalam suatu hubungan antara orang yang
satu dengan yang lain baik sebagai anggota maupun benda dalam masyarakat,
sehingga dapat disimpulkan bahwa hukum perdata Islam adalah bagian dari
hukum Islam yang berlaku secara yuridis formal dalam tata hukum diIndonesia
yang isinya sebagian dari lingkup muamalah. Bagian hukum Islam ini ditunjuk
berdasarkan peraturan perundang-undangan. Beberapa aturan yang tercantum
dalam hukum perdata Islam diantaranya tentang hukum perkawinan, kewarisan,
wasiat, hibah, zakat, perwakafan, serta ekonomi syariah. Dengan demikian
penerapan hukum perdata Islam di Indonesia bisa dikatakan baik karena
mencakup banyak hal di dalamnya. Sistem hukum perdata di Indonesia
sebenarnya bersifat pluralisme karena hingga saat ini di Indonesa masih berlaku
hukum adat, hukum Islam, serta hukum barat. Namun dari ketiga hukum
tersebut hukum Islam memilki kedudukannya sendiri meskipun tidak semua
hukum perdata Islam adalah hukum positif di Indonesia.
Dalam UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan merupakan Undang-
Undang yang sering dijadikan rujukan dalam menyelesaikan masalah yang
terkait dengan pernikahan, talak, cerai, dan rujuk yang pengesahannya
ditandatangani oleh presiden Soeharto pada 2 Januari 1974. Agar Undang-
Undang tersebut dapat dilaksanakan secara seksama, dikeluarkanlah Peraturan
Pemerintah No. 9 Tahun 1975. Undang-Undang ini merupakan hasil usaha
untuk menciptakan hukum nasional berdasarkan agama.
1
2
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi yang akan dibahas dimakalah ini, yaitu:
1. Apa yang dimaksud Hukum perdata Islam?
2. Apa saja hukum yang diatur dalam Hukum perdata Islam?
3. Bagaimana kedudukan hukum perdata Islam diIndonesia?
E. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan penulis adalah penelitian deskriptif.
Metode berasal dari bahasa Yunani, yakni Metha yang berarti langsung, dan
Hodos yang berarti cara, alat, atau kekuatan. Ahmad Tafsir juga mendefinisikan
metode, istilah yang digunakan untuk mengungkapkan cara yang paling tepat
dan tercepat dalam melakukan sesuatu. Dengan kata lain, metode berarti satu
atau lebih cara yang harus ditempuh untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Padahal menurut KBBI, menulis adalah proses, cara, dan perilaku menulis atau
menulis.
3
1
Nana Sudjana dan Ibrahim, 1989: 64.
2
Mohamad Ali, 1982: 120.
BAB II
PEMBAHASAN
3
Pasal 49 UU No. 7 Tahun 1989 juncto UU No. 3 Tahun 2006.
4
Saifudien Djazulie. 2014. Pengertian Hukum Perdata di Indonesia di
http://saifudiendjsh.blogspot.com/2014/02/pengertian-hukum-perdata-Islam-di.html (diakses 15 Maret
2021).
5
Ria, Wati Rahmi. (2018). Hukum Perdata Islam (Suatu Pengantar). Bandar Lampung: CV. Anugrah
Utama Raharja.
4
5
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hukum perdata Islam adalah bagian dari hukum Islam yang telah
diterapkan secara yuridis formal atau telah menjadi hukum positif dalam sistem
hukum Indonesia. Isinya hanya sebagian dari Muamalah. Bagian hukum Islam
ini berdasarkan peraturan perundang-undangan. Seperti hukum perkawinan,
hukum waris, hukum wasiat, hukum hibah, hukum zakat, dsb.
7
DAFTAR PUSTAKA
Nana Sudjana dan Ibrahim, 1989: 64.
Mohamad Ali, 1982: 120.
Pasal 49 UU No. 7 Tahun 1989 juncto UU No. 3 Tahun 2006.
Saifudien Djazulie. 2014. Pengertian Hukum Perdata di Indonesia di
http://saifudiendjsh.blogspot.com/2014/02/pengertian-hukum-perdata-Islam-di.html
(diakses 15 Maret 2021).
Ria, Wati Rahmi. (2018). Hukum Perdata Islam (Suatu Pengantar). Bandar Lampung:
CV. Anugrah Utama Raharja.
8
Berita Acara Kelompok 1
Pada hari Selasa tanggal 16 Maret 2021 pada pukul 16.00 WIB, kami kelompok
1 telah menyelesaikan tugas terstruktur yang berisi mengenai “Kedudukan HPI dan
Kekuatan Hukum Perdata Islam dalam Tata Hukum di Indonesia” pada mata kuliah
Hukum Perdata Islam dengan Dosen Pengampu yaitu Dr. H. Aziz Sholeh, M. Ag..
Berikut anggota dari kelompok satu :
Presentasi kelompok satu memuat 2 daftar pertanyaan dan 1 tambahan jawaban yang
diajukan oleh rekan-rekan kami:
Pertanyaan tersebut di jawab oleh Moh. Fakhryvanza F. 1203050088 dan Moch. Luthfi
Mubarak 1203050086, jawabannya sebagai berikut :
9
1. Moh. Fakhryvanza F. 1203050088
Penerapan HPI di Indonesia sebagai salah satu hukum negara tentunya
hanya berlaku bagi umat muslim saja, sehingga tidak akan menimbulkan
kecemburuan sosial. Karena setiap agama pun memiliki hukumnya tersendiri,
khususnya terkait perdata.
2. Moch. Luthfi Mubarak 1203050086
Jika ditinjau dari segi yuridis, kedudukan Hukum Islam dalam tata
hukum Indonesia itu sudah tercermin dalam pembukaan & batang tubuh UUD
1945.
Dimana konstitusi kita UUD NRI 1945 menjamin keberadaan Hukum Islam
begitupun agama lainnya. Salah satunya melalui Pasal 29 ayat (1) dan (2), dari
bunyi pasal tersebut bisa kita maknai dalam implementasinya:
1. dalam negara RI tidak boleh terjadi/berlaku sesuatu yg bertentangan dengan
kaidah kaidah Islam bagi para pemeluknya, kaidah kaidah nasrani bagi para
pemeluknya, dll.
2. Negara wajib menjalankan syariat Islam bagi para pemeluknya, syariat
nasrani bagi para pemeluknya,dll.
3. Syariat tidak memerlukan bantuan kekuasaan negara untuk menjalankannya
karena itu semua sudah dijamin pelaksanaannya bagi tiap2 pemeluk agama
apapun yg diakui oleh negara.
Dengan merujuk pada Pancasila dan konstitusi UUD NRI 1945 yakni
"Ketuhanan yang Maha Esa", semua implementasi Hukum adat, Hukum Islam,
Hukum agama lain pun dijamin sehingga tidak memungkinkan adanya
kecemburuan antar umat beragama.
Pertanyaan :
10
Bagaimana jika semisalnya dalam HPI itu ada yang bertentangan dengan tatanan
hukum nasional, apakah akan terus ditegakkan atau bagaimana?
11