Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH AGAMA ISLAM

HUKUM ISLAM & KONTRIBUSI

( FIQIH IDARAH)

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

Amanda Rahmannisa (06111282227058)

Gisca Rivia Prameswari (06111382227066)

Istiqoma (06111282227038)

Jessy Dwivonica(06111282227010)

Laura Insan Kencana (06111282227046)

Lisma Sari (06111282227042)

VefieYonalia Putri (06111282227014)

Dosen Pengampu :

Moh. Fuadi, M.Pd.I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA TAHUN 2022

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nyasehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul hukum islam dan kontribusi (fiqih
idarah) umat islam di indonesia ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada
mata kuliah agama islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang hukum islam dan kontribusi umat islam di
indonesia bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak selaku dosen agama islam yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan selain dengan
program studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.Kami menyadari, makalah
yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Indralaya, 23 September 2022

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…….
…………………………………………………………………….......... 2
DAFTAR ISI……………….…………............................
………………………………………………. 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang………………….....................
………………………………………………… 4
1.2. Rumusan Masalah………................
………………………………………………………………... 4
1.3. Tujuan………………..................................
……………………………………………... 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Hukum Islam……….......
……………………………………………………………………. 5
B. Pembagian Hukum Islam…………….....................………………... …….............. 6-9
C. Tujuan Hukum Islam….………...........
…………………………………………………….…………10
D. Pengertian Kontribusi….. ………….........................
…………………………………………….…....................11
E. Fiqih..................................................................………………………………………
F. Idarah.......................................................…………………………………………….
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kimpulan…………………………....................................…………………………. 17
B. Saran……………………………....................................…………………………… 17
DAFTAR PUSTAKA……..…………….........................…………………………………...
18
A. Pengertian Hukum Islam

Hukum Islam terdiri dari rangkaian kata “hukum” dan “Islam”. Bagian kedua dari
Das adalah kata yang digunakan dalam bahasa Arab, ada
dalam Al-Qur'an, yang juga berlaku untuk bahasa Indonesia. “Hukum Islam” telah menjadi
bahasa Indonesia yang hidup dan universal sebagai ungkapan
. Dalam bahasa Indonesia, menurut Amir Syarifuddin, istilah "hukum" adalah seperangkat
aturan tentang perilaku manusia yang diakui oleh sekelompok orang, disusun oleh seseorang
yang diberi wewenang oleh masyarakat
, berlaku dan mengikat semua anggotanya.
Ketika "hukum" digabungkan dengan "Islam" atau "Syariah" sebagaimana didefinisikan di
atas
',
Maka 'hukum Islam' akan berarti: " seperangkat peraturan berdasarkan wahyu Allah dan
Sunah Rasul tetang tingkah laku manusia mukalaf yang diakui dan diyakini mengikat
Untuk semua yang beragama Islam2.
Sedangkan hukum dalam pengertian hukum syara' menurut istilah ulama ushul
adalah khitob (doktrin) syar'i yang berhubungan dengan perbuatan mukallaf, baik berupa
tuntutan, pilihan atau ketetapan.

"Hukum adalah khitab Allah yang berkaitan dengan perbuatan mukalaf baik berupa
perintah atau pilihan atau wadh’i
Para ahli ushul memberi istilah pada hukum yang berhubungan dengan perbuatan
mukallaf dalam bentuk tuntutan atau pilihan dengan hukum taklifi, dan hukum yang
berhubungan dengan perbuatan mukalaf dalam bentuk tuntutan atau pilihan dengan
hukum taklifi, dan hukum yang berhubungan dengan perbuatan mukalaf dalam bentuk
ketetapan
dengan hukum wadh’i.
B. Pembagian Hukum-Hukum Islam 

Jika dilihat dari pembagian hukum islam, memiliki beberapa bagian. Ada yang hukumnya
wajib, ada yang hukumnya sunnah, haram, makruh dan mubah. Berikut ulasannya.  

1. Wajib 

Saya yakin, banyak yang menyadari betul kata wajib satu ini. Dikatakan wajib apabila
mengerjakan perbuatan akan mendapatkan pahala. Apabila meninggalkan kewajiban, akan
mendapatkan siksa atau dosa. Kecuali bagi orang yang tidak mengetahui ilmu/aturan.  

2. Sunnah 

Dikatakan sunnah apabila seseorang yang  mengerjakan perintah akan mendapatkan pahala.
Jika tidak mengerjakannya pun tidak dosa atau tidak disiksa. Hanya saja, banyak orang
yang menyarankan untuk mengerjakan sunnah, karena sayang jika ada kesempatan
mengumpulkan amal, tidak dimanfaatkan. 

3. Haram 

Dalam kehidupan sehari-hari, umat muslim memiliki banyak aturan yang menyangkut
tentang ke-halal-lan dan mana yang haram. Dikatakan haram apabila hal-hal yang dilarang
tetap dilanggar, akan dicatat sebagai dosa. Jika meninggalkan hal-hal yang haram, maka
akan dicatat mendapatkan pahala. 

4. Makruh 

Dikatakan makruh apabila aturan yang dimakruhkan di tinggalkan, maka jauh lebih baik.
sedangkan jika yang dimakruhkan tetap dilakukan, maka kurang elok atau kurang baik.
Baik itu kurang baik untuk diri sendiri atau orang lain. Misalnya, merokok, bagi diri sendiri
tidak baik untuk kesehatan. Bagi orang pun juga kurang baik. 

5. Mubah 
Dikatakan mubah hal-hal yang dibolehkan dalam agama dibolehkan di kerjakan atau yang
seharusnya di tinggalkan tidak di kerjakan. 

Dari kelima pembagian hukum islam di atas, hal mana yang paling sering di langgar? Bagi
cowok. Apapun itu, semoga semakin hari semakin baik.

Tujuan Hukum Islam 

Tujuan hukum islam dalam kehidupan sehari-hari sangat banyak membantu. Setidaknya
membantu tatanan masyarakat dan mengontrol perilaku sikap manusia yang sadar akan
hukum islam.

Secara umum, tujuan hukum islam, yaitu sebagai ketetapan hukum islam, kemaslahatan
umat manusia, kemaslahatan dunia dan akhirat serta petunjuk ke jalan yang benar bagi
manusia.

Lantas, apa saja sih tujuan hukum islam? Berikut pembahasannya. 

1. Maqashid AlSyari’ah 

Maqashid Al-Syariah disebut juga dengan ketetapan hukum islam. Nah, di sini ada tiga
tingkatan, yaitu tingkatan kebutuhan primer yang wajib dipenuhi, jika tidak dipenuhi akan
berantakan. Ada juga kebutuhan sekunder sebagai kebutuhan pendukung dan kebutuhan
tersier yang sifatnya hanya melengkapi saja. 

2. Kemaslahatan Umat Manusia 

Sepertinya sudah disinggung di pembahasan sebelumnya. Bahwa hukum islam hadir


sebagai penengah atau solusi atas segala permasalahan yang terjadi. Baik masalah yang
bersifat keyakinan ataupun masalah hubungan interaksi sosial. 

3. Mewujudkan Kemaslahatan di dunia dan di akhirat 

Ternyata tidak sekedar bermanfaat untuk urusan dunia dan masalah perbedaan saja. Hukum
islam juga bertujuan dalam mewujudkan kemaslahatan di dunia dan di akhirat.

Ada lima unsur pokok terciptanya kemaslahatan di dunia dan akhirat, yaitu :  agama, jiwa,
akal, keturuan dan harta. 
Kelima unsur tersebut jika di bahas secara terfokus dan mendalam akan banyak sekali
uraiannya. Umumnya ini akan kamu pelajari jika mengambil jurusan agama atau belajar
secara mandiri. 

Secara ringkas fiqih adalah dugaan kuat yang dicapai oleh seorang mujtahid dalam usahanya
menemukan hukum Tuhan.16 Fiqih memiliki keterkaitan dengan hukum-hukum syara’ yang
bersifat praktis yang bersumberkan kepada dalil-dalil terperinci. Hukumhukum syara’
tersebutlah yang dinamai dengan fiqih; baik ia dihasilkan dengan jalan ijtihad ataupun tanpa
ijtihad. Sehingga jelas sekali bahwa hukum-hukum yang terkait dengan bidang akidah dan
akhlak tidak termasuk dalam pembahasan ilmu fiqih dan tidak pula dikatakan sebagai Ilmu
Fiqih.

Pengertian Kontribusi

Pengertian Kontribusi . Kata Kontribusi berasal dari bahasa Inggris yaitu kontribusi,
kontribusi, artinya adalah keikutsertaan, keterlibatan, melibatkan diri maupun sumbangan.
Maka dapat dikatakan bahwa kontribusi dapat berupa materi atau tindakan dimana Hal
yang bersifat materi seorang individu memberikan pujian terhadap pihak lain misalnya demi
bersama. Sedangkan sebagai tindakan yaitu berupa perilaku yang dilakukan oleh individu
yang kemudian memberikan dampak baik positif maupun negatif terhadap pihak lain.

Dengan kontribusi yang berarti individu tersebut juga berusaha meningkatkan efisisensi dan
efektifitas hidupnya. Hal ini dilakukan dengan cara menajamkan posisi memanfaatkan,
sesuatu yang kemudian menjadi bidang spesialis, agar lebih tepat sesuai dengan
kompetensi. Kontribusi dapat diberikan dalam berbagai bidang yaitu pemikiran,
kepemimpinan, profesionalisme, finansial, dan lainnya.

•Menurut Kamus Ekonomi, pengertian kontribusi adalah sesuatu yang diberikan bersama-
sama dengan pihak lain untuk tujuan biaya, atau kerugian tertentu atau bersama. Sehingga
kontribusi disini dapat diartikan sebagai sumbangan yang diberikan oleh pariwisata
terhadap pendapatan asli daerah (PAD).
•Menurut T. Guritno (2000). Pengertian kontribusi adalah sumbangan yang diberikan
seseorang sebagai upaya membantu kerugian atau membantu kekurangan dari hal yang
dibutuhkan. Hal yang dibutuhkan ini bisa dilakukan secara bersama dalam membantu
masyarakat yang terkenal tentang bencana.

Secara Umum, Definisi tersebut merupakan suatu keterlibatan yang diberikan oleh individu
atau badan tertentu yang kemudian memposisikan sehingga dampak tertentu dapat dinilai
dari aspek sosial maupun aspek ekonomi.

Kontribusi Umat Islam Dalam Perumusan Dan Penegakan Hukum Islam

Dilihat dari sketsa sejarah, hukum islam masuk ke indonesia bersama masuknya islam ke
Indonesia pada abad ke 1 hijriyah atau 7/8 masehi. Sedangkan hukum barat baru
diperkenalkan VOC awal abad 17 masehi. Sebalum islam masuk Indonesia, rakyat Indonesia
menganut hukum adat yang bermacam-macam sistemnya dan sangat beragam. Namun
setelah islam datang dan menjadi agama resmi di berbagai kerajaan nusantara, maka hukum
islam pun menjadi hukum resmi kerajaan tersebut dan tersebar menjadi hukum yang berlaku
di masyarakat. Secara yuridis formal, keberadaan negara kesatuan Indonesia adalah dimulai
pada saat proklamasi 17 Agustus 1945. Pada tanggal 18 Agustus 1945 kemudian diakuinya
Undang-Undang Dasar 1945. Pada saat itulah keinginan para pemimpin islam untuk kembali
menjalankan hukum islam bagi umat islam berkobar.

Dalam pembentukan hukum islam di indonesia, kesadaran berhukum islam untuk pertama
kali pada zaman kemeerdekaan adalah di dalam Piagam Jakarta 22 juni 1945 , yang di dasar
ketuhanan diikuti dengan pernyataan “dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi
pemeluk-pemeluknya” . Tetapi akhirnya untuk persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia
mengalami perubahan pada tanggal 18 Agustus 1945 yang rumusan sila pertama menjadi
“Ketuhanan yang M aha Esa” .

Meskipun demikian, dalam berbagai peraturan perundang-undangan, hukum islam telah


benar-benar memperoleh tempat yang wajar secara kontitusional yuridis.
Dengan demikian kontribusi umat islam dalam petrumusan dan penegakan hukum sangat
besar. Adapun upaya yang harus dilakukan untuk penegakan hukum dalam praktik
bermasyarakat dan bernegara yaitu melalui proses budaya dan dakwah. Jika islam telah
menjadikan suatu keebijakan sebagai kultur dalam masyarakat, maka sebagai konsekuensinya
harus ditegakkan. Bila perlu “penegakan hukum” dalam menegakkan hukum islam dengan
hukum positif yaitu melalui perjuangan legislasi. Sehingga dalam perjalananya suatu
ketentuan yang wajib menurut islam menjadi wajib pula menurut hukum.

Kontribusi Ummat Islam Pada Pelaksanaan Hukum Islam, yaitu:

Hukum islam ada dua sifat, yaitu:

• Altsabat (stabil), hukum islam sebagai wahyu akan tetap dan tidak berubah sepanjang masa.

• At-tathawwur (berkembang), hukum islam tidak kaku dalam berbagai kondisi dan situasi
sosial.

a) Al- tsabat (stabil), hukum islam sebagai wahyu akan tetap dan tidak berubah
sepanjang masab) At-tathawwur (berkembang),hukum islam tidak kaku dalam
berbagai kondisi dan situasi sosial.Hukum Islam memiliki prospek dan potensi yang
sangat besar dalam pembangunan hukum nasional. Ada beberapa pertimbangan yang
menjadikan hukum Islam layak menjadi rujukan dalam pembentukan hukum nasional
yaitu:1. Undang-undang yang sudah ada dan berlaku saat ini seperti, UU Perkawinan,
UU Peradilan Agama, UU Penyelenggaraan Ibadah Haji, UU Pengelolaan Zakat, dan
UU Otonomi Khusus Nanggroe Aceh Darussalam serta beberapa undang
undanglainnya yang langsung maupun tidak langsung memuat hukum Islamseperti
UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang mengakui keberadaan Bank
Syari'ah dengan prinsip syari'ahnya., atau UU NO. 3 Tahun 2006 tentang Peradilan
Agama yang semakin memperluas kewenangannya, dan UU Nomor 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah.2. Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai lebih
kurang 90 persen beragama Islam akan memberikan pertimbangan yang signifikan
dalam mengakomodasi kepentingannya.3. Kesadaran umat Islam dalam praktek
kehidupan sehari-hari. Banyak aktifitas keagamaan masyarakat yang terjadi selama ini
merupakan cerminan kesadaran mereka menjalankan Syari'at atau hukum Islam,
seperti pembagian zakat dan waris.4. Politik pemerintah atau political will dari
pemerintah dalam hal ini sangat menentukan. Tanpa adanya kemauan politik dari
pemerintah maka cukup berat bagi Hukum Islam untuk menjadi bagian dari tata
hukum di Indonesia.Untuk lebih mempertegas keberadaan hukum Islam dalam
konstalasi hukum nasional dapat dilihat dari Teori eksistensi tentang adanya hukum
Islam di dalam hukum nasional Indonesia. Teori ini mengungkapkan bahwa bentuk
eksistensi hukum Islam di dalam hukum nasional lndonesia itu ialah:
1. Ada dalam arti sebagai bagian integral dari hukum nasional Indonesia.
2. Ada dalam arti kemandirian, kekuatan dan wibawanya diakui adanya oleh hukum
dan diberi status sebagai hukum nasional.
3. Ada dalam hukum nasional dalam arti norma hukum Islam (agama) berfungsi
sebagai Nasional Penyaring bahan-bahan hukum nasionallndonesia.
4. Ada dalam arti sebagai bahan utama dan unsur utama hukum nasional Indonesia.

Kontribusi umat Islam dalam Perumusan Sistem Hukum Nasional

• Kontribusi umat Islam dalam perumusan dan penegakan hukum di Indonesa nampak
jelas setelah Indonesia merdeka. Walaupun demikian, bukan berarti pada fase awal
sebelum proklamasi kemerdekaan umat Islam tidak memiliki kontribusi terhadap
negara Indonesia. Banyak hal yang telah dilakukan oleh umat Islam di Indonesia
termasuk salah satunya adalah lahirnya proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945
juga merupakan hasil perjuangan umat Islam dengan beberapa komponen bangsa
yang lainnya

E.FIQIH

Fiqih (bahasa Arab: ‫فقه‬, translit. fiqh) adalah salah satu bidang ilmu dalam syariat Islam yang
secara khusus membahas persoalan hukum yang mengatur berbagai aspek kehidupan
manusia, baik kehidupan pribadi, bermasyarakat maupun kehidupan manusia dengan Allah,
Tuhannya.Fikih membahas tentang cara beribadah dan muamalah, sesuai yang tersurat dalam
Al-Qur'an dan Sunnah.
Fiqh ‫ فقه‬secara bahasa artinya pemahaman yang benar tentang apa yang diharapkan.Hadis
berikut menggunakan kata fikih sesuai makna bahasanya.

“Barangsiapa yang Allah kehendaki menjadi baik maka Allah faqihkan dia terhadap agama.
Aku hanyalah yang membagi-bagikan sedang Allah yang memberi. Dan senantiasa umat ini
akan tegak di atas perintah Allah, mereka tidak akan celaka karena adanya orang-orang yang
menyelisihi mereka hingga datang keputusan Allah.”

Syariah merupakan hukum-hukum yang terdapat dalam Al-Quran dan Hadits. Fikih
merupakan hasil pemahaman dan interpretasi para ahli atas peristiwa yang hukumnya tidak
ditemukan dalam Al Quran dan Hadits.Syariah lahir terlebih dahulu dari fikih. Syariah
ditentukan oleh Allah SWT, sedangkan fikih adalah hasil pemikiran manusia terhadap
syariah. Syariah adalah landasan fikih, sedangkan fikih adalah pemahaman tentang syariah.
Dalam literatur hukum Islam berbahasa Inggris, Syariah.

Fikih membahas hukum-hukum syara' dari perbuatan seorang mukallaf, seperti jual beli,
sewa menyewa, gadai, wakalah (perwakilan), shalat, puasa, haji, pembunuhan, dll.

Dengan demikian, objek pembahasan Fikih ada 2 macam:

1.Ibadah, yaitu perbuatan mukallaf yang berhubungan dengan Allah. Contohnya shalat,
puasa, haji, dan lain sebagainya

2.Mu'amalah, yaitu perbuatan mukallaf yang berhubungan dengan sesama manusia.


Contohnya jual beli, sewa menyewa, pegadaian, pembunuhan, tuduhan/menuduh orang lain
berzina, pencurian, wakaf, dan lain sebagainya.

Terdapat beberapa ciri khas fiqih diantaranya adalah:

1. Dasar Fiqih adalah wahyu (Al Qur’an dan Sunnah).

2. Fiqih mencakup semua kebutuhan hidup manusia, baik hubungan manusia dengan
tahunnya, dengan dirinya sendiri dan dengan orang lain.

3. Fiqih bercirikan atas hal-hal yang disifati dengan kategori hukum yang lima (Halal, Haram,
Sunnah, Mubah, Makruh).

4. Fiqih berkaitan dengan akhlak.

5. Hukuman bagi yang melanggar hukum-hukum fiqih adalah di dunia dan akhirat.
6. Naz’ah (Kecenderungan) Fiqih adalah Jama’iyyah, yaitu fiqih menjaga kemaslahatan
individu dan masyarakat.

7. Fiqih ada yang berlaku kekal dan ada yang dapat menerima perubahan atau luwes.

8. Tujuan Akhir Fiqih yaitu mendatangkan kebaikan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Pelaksanaannya didorang oleh kaidah dan akhlak.

Hukum-hukum fiqih ini di tangan para ulama mempunyai tingkatan dalam penerapannya.
Imam As-Subki dalam Al-Fatawa (Kumpulan Fatwa) [Juz 3, hal. 269-271] membaginya
menjadi tiga tingkatan.

1.Hukum fiqih yang masih berada dalam konsep umum (kulli) sebagaimana yang tertera
dalam kitab-kitab fiqih. Hukum-hukum fiqih dalam tingkatan ini belum menyentuh kepada
masalah atau kasus (waaqi’ah) secara khusus atau faktual. Konsep-konsep umum ini dapat
kita temukan dari para ulama ahli fiqih yang menulis karya-karya fiqih (mushannif) dan yang
mengajarkan ilmu fiqih (mu’allim) serta yang diperoleh para pelajar fiqih
(muta’allim/mutafaqqih). Di tangan mereka fiqih adalah konsep yang umum atau general.

2.Hukum fiqih yang sudah menyentuh masalah atau kasus secara khusus. Inilah yang
dilakukan para ulama yang berfatwa (mufti).

3.Hukum fiqih saat menjadi keputusan hakim. Dalam tingkatan ini, fikih menjadi lebih
khusus lagi dari pada fiqih saat menjadi fatwa.

F.Idarah

Dalam pengertian manajemen masjid, oleh Kemenag aspek idarah diartikan dengan
manajemen.

Sedangkan secara pengertian, idarah adalah kegiatan pengelolaan yang menyangkut


perencanaan, pengorganisasian, pengadministrasian, keuangan, pengawasan, dan pelaporan.

Idarah adalah kegiatan pengelolaan masjid yang menyangkut perencanaan, pengorganisasi,


pengadministrasian, keuangan, pengawasan dan pelaporan. Karena itu Struktur kepengurusan
masjid, khususnya Bidang Idarah, selain dikepalai oleh Ketua atau Kordinator Bidang
Imarah, jika memungkinkan dapat dibantu oleh Seksi-seksi:

1. Perencanaan

2. Administrasi
3. Dokumen

Idarah masjid disebut juga manajemen masjid, pada garis besarnya dibagi menjadi 2 bidang
yaitu

1.idarah binail maddiyiy (physical management) yang biasa disebut dengan manajemen
secara fisik yang meliputi kepengurusan masjid, pengaturan pembangunan fisik masjid,
penjagaan kehormatan, kebersihan, ketertiban dan keindahan masjid

2.idarah binail ruhiyyi (functional management) yaitu pengaturan tentang pelaksanaan fungsi
masjid sebagai wadah pembinaan umat, sebagai pusat pembangunan umat lewat pendidikan,
pengajaran (majlis taklim) dan kebudayaan Islam seperti dicontohkan oleh Rasulullah SAW
yang meliputi pengentasan bid'ah dan pendidikan aqidah Islamiyah, pembinaan akhlakul
karimah, penerangan ajaran Islam secara teratur menyangkut pembinaan ukhuwah islamiyah
dan persatuan umat, melahirkan fikrul islamiyah dan kebudayaan Islam, serta mempertinggi
mutu keislaman dalam diri pribadi dan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai