Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KEDUDUKAN HUKUM ISLAM DALAM NEGARA


KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas Mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam yang diampu oleh :

Bapak Drs Al-Faqih

Disusun oleh :

Aslam Zamzami (08)


Febrika Dwi Amanda (12)
Irma Firlanda (13)
Lukluk Ilmaknun (14)
M.Wildan Aulia.P. (15)
Moh,Ridho Al -Faris (19)
Nazwa Maudynda (22)
Rofi’ati Nur Diana.I. (29)
XI-H

SMA NEGERI 1 PAMEKASAN TAHUN


AJARAN 2022-202
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, pertama dan yang utama, kami panjatkan


puja dan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena tanpa Rahmat dan
Ridho-Nya, kami tidak akan dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
rampung tepat pada waktu yang ditentukan.
Makalah sederhana ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMAN 1 PAMEKASAN. Selanjutnya
kami sampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Drs
Al-Faqih S selaku guru pengajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Kami
juga mengucapkan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, dan
kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kami sendiri dan khususnya
pembaca pada umumnya.
Akhirnya, tidak ada manusia yang luput dari kesalahan dan kekurangan.
Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang sifatnya membangun
sangat kami harapkan dari para pembaca guna peningkatan kualitas makalah ini
dan makalah-makalah lainnya pada waktu mendatang.

Pamekasan, 24 Januari 2023


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………..…………………… 1


KATA PENGANTAR……………………….…………..…………....………. 2
DAFTAR ISI ………………………………………………………………..… 3
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………..………… 4
1.1 Latar Belakang …………………………………………………..…4
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………….... 4
1.3 Tujuan ………………………………………………...………….....5
1.4 Manfaat ………………………………………………………….....5
BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………..…. 5
2.1 Pengertian Hukum Islam…………………………..……...……...5-6
2.2 Pengukuhan Keberadaan Hukum Islam di Indonesia…………….6-7
2.3 Faktor-faktor yang memperngaruhi Akulturasi……………..…....7-8
2.4 Dampak ……………………………………………………..…..9-11
BAB III PENUTUP …………………………………………………………. 11
3.1 Simpulan …………………………………………………......…...11
3.2 Saran …………………………………………………..………….12
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………...…...….……13

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara hukum. Sebagai negara hukum tentu harus
memiliki hukum nasional sendiri, dimaksudkan sebagai pedoman untuk
melaksanakan roda pemerintahan. Dalam membentuk hukum nasional bangsa
Indonesia mengambil dari tiga sistem hukum. Tiga sistem hukum dimaksud
adalah hukum adat, hukum Islam dan hukum eks-Barat.
Tidak dapat dipungkiri bahwa umat Islam di Indonesia adalah unsur
paling mayoritas. Dalam tataran dunia Islam internasional, umat Islam Indonesia
bahkan dapat disebut sebagai komunitas muslim paling besar yang berkumpul
dalam satu batas teritorial kenegaraan. Masyarakat Indonesia yang mayoritas
menganut ajaran agama Islam, tentu harus senantiasa melaksanakan ajaran-ajaran
itu. Namun sebagai bangsa yang berpalsafahkan Pancasila juga harus dapat
mengkoomodir seluruh kepentingan komponen bangsa.
Karena itu, menjadi sangat menarik untuk memahami hukum islam dalam
tata hukum dan pembinaan hukum nasional di tengah-tengah komunitas Islam
terbesar di dunia ini. Pertanyaan-pertanyaan seperti: bagaimana kedudukan hukum
islam dalam pembinaan hukum nasional-misalnya, dapat dijawab dengan
pemaparanpemaparan yang akan disampaikan dalam makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengukuhan keberadaan sistem hukum islam di Indonesia?
2. Bagaimana kedudukan hukum Islam dalam negara kesatuan republic
indonesia?
3. Apakah dampak pengakuan, kendala dan problematika terhadap sistem
hukum islam sebagai bagian tak terpisahkan dari sistem hukum nasional?
1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin di capai dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk memenuhi tugas mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
b. Untuk mengetahui dasar-dasar pengertian dan pemahaman tentang
Hukum Islam dalam Tata Hukum Indonesia.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah :
1. Memahami tentang apa yang dimaksud dengan Hukum Islam.
2. Memberikan informasi tentang kedudukan Hukum Islam dalam negara
kesatuan republik Indonesia

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Hukum Islam


Pengertian Hukum Islam (Syari’at Islam) – Hukum syara’ menurut ulama
ushul ialah doktrin (kitab) syari’ yang bersangkutan dengan perbuatan orang-
orang mukallaf yang bersangkutan dengan perbuatan orang-orang mukallaf secara
perintah atau diperintahkan memilih atau berupa ketetapan (taqrir). Sedangkan
menurut ulama fiqh hukum syara ialah efek yang dikehendaki oleh kitab syari’
dalam perbuatan seperti wajib, haram dan mubah .

Syariat menurut bahasa berarti jalan. Syariat menurut istilah berarti hukum-hukum
yang diadakan oleh Allah untuk umatNya yang dibawa oleh seorang Nabi, baik
hukum yang berhubungan dengan kepercayaan (aqidah) maupun hukum-hukum
yang berhubungan dengan amaliyah.

Menurut Prof. Mahmud Syaltout, syariat adalah peraturan yang diciptakan oleh
Allah supaya manusia berpegang teguh kepadaNya di dalam perhubungan dengan
Tuhan dengan saudaranya sesama Muslim dengan saudaranya sesama manusia,
beserta hubungannya dengan alam seluruhnya dan hubungannya dengan
kehidupan.

Menurut Muhammad ‘Ali At-Tahanawi dalam kitabnya Kisyaaf Ishthilaahaat


alFunun memberikan pengertian syari’ah mencakup seluruh ajaran Islam, meliputi
bidang aqidah, ibadah, akhlaq dan muamallah (kemasyarakatan). Syari’ah disebut
juga syara’, millah dan diin.

b. Hukum Islam berarti keseluruhan ketentuan-ketentuan perintah Allah yang


wajib diturut (ditaati) oleh seorang muslim. Dari definisi tersebut syariat
meliputi:

1. Ilmu Aqoid (keimanan)


2. Ilmu Fiqih (pemahan manusia terhadap ketentuan-ketentuan Allah)
3. Ilmu Akhlaq (kesusilaan)

Berdasarkan uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa hukum Islam adalah
syariat yang berarti hukum-hukum yang diadakan oleh Allah untuk umat-Nya
yang dibawa oleh seorang Nabi, baik hukum yang berhubungan dengan
kepercayaan (aqidah) maupun hukum-hukum yang berhubungan dengan amaliyah
(perbuatan).
2.2. Pengukuhan Keberadaan Hukum Islam di Indonesia
Keberadaan sistem Hukum Islam di Indonesia sejak lama telah dikukuhkan
dengan berdirinya sistem peradilan agama yang diakui dalam sistem peradilan
nasional di Indonesia. Bahkan dengan diundangkannya UU No.7 Tahun 1989
tentang Peradilan Agama, kedudukan Pengadilan Agama Islam itu semakin
kokoh. Hukum Islam (fiqih) sebagai salah satu sistem hukum yang
berlaku di
Indonesia telah mendapatkan tempatnya dengan jelas ketika mantan Menteri
Kehakiman Ali Said berpidato di depan simposium pembaharuan hukum perdata
nasional yang diadakan pads tanggal 21 Desember 1981 di Yogyakarta.
Keberadaan sistem Hukum Islam di Indonesia sejak lama telah
dikukuhkan dengan berdirinya sistem peradilan agama yang diakui dalam sistem
peradilan nasional di Indonesia. Bahkan dengan diundangkannya UU tentang
Peradilan Agama tahun 1998, kedudukan Pengadilan Agama Islam itu makin
kokoh. Akan tetapi, sejak era reformasi, dengan ditetapkannya Ketetapan MPR
tentang PokokPokok Reformasi yang mengamanatkan bahwa keseluruhan sistem
pembinaan peradilan diorganisasikan dalam satu atap di bawah Mahkamah
Agung, timbul keragu-raguan di beberapa kalangan mengenai eksistensi
pengadilan agama itu, terutama dari kalangan pejabat di lingkungan Departemen
Agama yang menghawatirkan kehilangan kendali administratif atas lembaga
pengadilan agama. Pembinaan kemandirian lembaga peradilan ke bawah
Mahkamah Agung itu memang dilakukan bertahap, yaitu dengan jadwal waktu
lima tahun. Tetapi, dalam masa lima tahun itu, berbagai kemungkinan mengenai
keberadaan pengadilan agama masih mungkin terjadi, dan karena itu penelitian
mengenai baik buruknya pembinaan administratif pengadilan agama di bawah
Departemen Agama atau di bawah Mahkamah Agung perlu mendapat perhatian
yang seksama.

2.3. Kedudukan Hukum Islam dalam Pembinaan Hukum Nasional


Kedudukan hukum Islam dalam pembinaan hukum nasional, adalah bahwa
hukum Islam yang merupakan salah satu komponen tata hukum Indonesia menjadi
salah satu sumber bahan baku bagi pembentukan hukum nasional. Dengan
demikian jelas hukum Islam tidak dapat dipisahkan dari kehidupan mayoritas
masyarakat Indonesia. Oleh karenanya untuk menunjang hal tersebut, birokrasi
sebagai pemegang political will harus senantiasa dapat memperjuangkan akan
peranan hukum Islam dalam pembinaan hukum nasional Indonesia pokok-
pokoknya ditetapkan dalam Garis-Garis besar Haluan Negara, dirinci lebih lanjut
oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia.Untuk melaksanakannya, telah
didirikan satu lembaga yang (kini) bernama Badan Pembinaan Hukum Nasional,
disingkat BPHN atau Babinkumnas. Melalui koordinasi yang dilakukan oleh
badan ini diharapkan,di masa yang akan datang,akan terwujud satu hukum
nasional di tanah air kita.
Hukum Islam sebagai tatanan hukum yang dipedomani dan ditaati oleh
mayoritas penduduk dan masyarakat Indonesia adalah hukum yang telah hidup
dalam masyarakat, dan merupakan sebagian dari ajaran dan keyakinan Islam yang
eksis dalam kehidupan hukum nasional, serta merupakan bahan dalam pembinaan
dan pengembangannya.
Sejarah perjalanan hukum di Indonesia, kehadiran hukum Islam dalam
hukum nasional merupakan perjuangan eksistensi. Teori eksistensi merumuskan
keadaan hukum nasional Indonesia, masa lalu, masa kini, dan masa datang,
menegaskan bahwa hukum Islam itu ada dalam hukum nasional Indonesia, baik
tertulis maupun yang tidak tertulis. Ia ada dalam berbagai lapangan kehidupan
hukum dan praktik hukum. Teori eksistensi, dalam kaitannya dengan hukum Islam
adalah teori yang menerangkan tentang adanya hukum Islam dalam hukum
nasional Indonesia, yaitu: (1) Ada, dalam arti sebagai bagian integral dari hukum
nasional Indonesia; (2) Ada, dalam arti kemandiriannya yang diakui, adanya
kekuatan dan wibawanya, dan diberi status sebagai hukum nasional; (3) Ada,
dalam arti hukum nasional dan norma hukum Islam yang berfungsi sebagai
penyaring bahan-bahan hukum nasional di Indonesia;
(4) Ada, dalam arti sebagai bahan utama dan unsur utama.
Jadi, secara eksistensial, kedudukan hukum Islam dalam hukum nasional
merupakan sub sistem dari hukum nasional. Karenanya, hukum Islam juga
mempunyai peluang untuk memberikan sumbangan dalam rangka pembentukan
dan pembaharuan hukum nasional, meski harus diakui problema dan kendalanya
yang belum pernah usai. Secara sosiologis, kedudukan hukum Islam di Indonesia
melibatkan kesadaran keberagaman bagi masyarakat, penduduk yang sedikit
banyak berkaitan pula dengan masalah kesadaran hukum, baik norma agama
maupun norma hukum, selalu sama-sama menuntut ketaatan.
Dengan demikian, jelaslah bahwa hubungan antara keduanya sangat erat.
Keduanya sama-sama menuntut ketaatan dan kepatuhan dari warga masyarakat.
Keduanya harus dikembangkan secara searah, serasi, dan seimbang. Keduanya
tidak boleh dibiarkan saling bertentangan.
2.4. Dampak Pengakuan, Kendala dan Problematika terhadap Sistem
Hukum Islam Sebagai Bagian Tak Terpisahkan dari Sistem Hukum Nasional
dalam Upaya Pembinaan Hukum Nasional
Pembangunan hukum diarahkan pada terwujudnya sistem hukum nasional
yang menjadi kepentingan nasional, dengan penyusunan awal materi hukum
secara menyeluruh yang bersumber pada Pancasila dan UUD 1945. Karena itu,
perlu ditegaskan bahwa penyusunan program legislatif nasional, termasuk upaya
pergantian peraturan perundang-undangan yang bersumber pada Pancasila dan
UUD 1945, merupakan upaya cerdas dalam proses perwujudan hukum nasional
yang dijiwai oleh nilai-nilai nasional dan keagamaan bangsa Indonesia. Pemikiran
akan terjadi perubahan hukum nasional itu, sebenarnya suatu manifestasi dari
kehendak melepaskan diri dari kehidupan yang tidak demokratis, fasistis dan
represif. Pikiran itu merupakan pergumulan dialektis dari kekuatan yang tidak
puas dengan sistem hukum warisan kolonial yang tidak sejalan dengan nilai-nilai
sosial kultural Indonesia. Konsep ini terukir dalam sejarah dan nilai-nilai
perjuangan bangsa yang dikristalisasikan dalam konsensus Piagam Jakarta,
sebagai titik kulminasi yang menjiwai dan mencetuskan Proklamasi Kemerdekaan
17 Agustus 1945. Hal ini menunjukkan bahwa hukum Islam sudah mempunyai
akar historis yang sangat jauh ke jiwa bangsa Indonesia. Di samping peluang
sosiologis sebagaimana yang dinyatakan di atas, Hukum Islam juga memiliki
beberapa kendala dan problema, utamanya menyangkut integritasnya ke dalam
hukum nasional yaitu:
Pertama, kemajemukan bangsa. Patut diingat bahwa negara Indonesia memiliki
wilayah yang sangat luas, masing-masing memiliki kondisi sosial dan kultural
sendiri-sendiri sehingga tidak mudah untuk mendekatkannya satu sama lain.
Tetapi, upaya pengintegrasian aspek sosio-kultural masing-masing elemen bangsa
ini ke dalam sistem hukum nasional, harus didahului dengan proses pemilahan
pada bidangbidang yang dilakukan direunifikasikan secara relevan.
Kedua, metode pendidikan hukum. Selama ini, pelajaran ilmu hukum yang
diajarkan kepada mahasiswa adalah trikotomi antara hukum Barat, hukum Islam,
dan hukum adat. Berhubungan dengan masyarakat Indonesia relatif heterogen dan
wilayahnya cukup luas, maka semakin berakibat pencarian titik temu di antara
elemen hukumhukum tersebut. Jadi, diperlukan sekarang adalah pemahaman
integral dari pakar hukum dari ketiga sumber hukum tadi. Itu sudah pasti
memerlukan perjuangan intelektual yang sangat berat.
Ketiga, kurangnya pengkajian akademik di bidang hukum Islam. Ketertinggalan
dalam mengembangkan pusat-pusat pengkajian Islam disebabkan oleh: (a) secara
historis, pusat pengkajian yang tidak menghargai hukum Islam yang lebih dahulu
berkembang ternyata tidak memberi tempat bagi pengkajian hukum Islam; (b)
pengkajian hukum Islam terletak di antara pengkajian ilmu agama dan pengkajian
ilmu hukum, akibatnya aspek pengkajiannya tidak mendalam; (c) perkembangan
kualitas ketaatan umat Islam yang lemah, terutama keyakinan akidah dan moral
yang sulit dikendalikan sehingga menimbulkan penurunan kualitas moral dalam
pelaksanaan hukum; (d) masih dianutnya kebijaksanaan hukum politik Belanda
yang mempunyai kepentingan politik sendiri, seperti: (1) umat Islam tidak boleh
tunduk kepada hukumnya sendiri, (2) belum sepenuhnya kemandirian Peradilan
Agama dalam sengketa perdata kecuali hukum keluarga; (e) banyak masalah yang
dihadapi umat Islam, sementara belum ada fatwa hukum yang mampu
merangkumkannya dalam satu perundangundangan yang bisa diterima oleh semua
elemen masyarakat Islam. Inilah masalah-masalah yang dihadapi umat Islam
dewasa ini, tatkala umat ini ingin memberikan kontribusi hukum Islam dalam
proses pembangunan hukum nasional.
Pengakuan terhadap sistem Hukum Islam sebagai bagian tak terpisahkan
dari sistem hukum nasional, akan berdampak sangat positif terhadap upaya
pembinaan hukum nasional. Setidak-tidaknya, kita dapat memastikan bahwa di
kalangan sebagian terbesar masyarakat Indonesia yang akrab dengan nilai - nilai
Islam, kesadaran kognitif dan pola perilaku mereka dapat dengan memberikan
dukungan terhadap norma-norma yang sesuai kesadaran dalam menjalankan
syari'at agama. Dengan demikian. pembinaan kesadaran hukum supremasi hukum
di masa yang akan datang. Hal itu akan sangat berbeda jika norma-norma hukum
yang diberlakukan justru bersumber dan berasal dari luar kesadaran hukum
masyarakat.
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Keberadaan sistem Hukum Islam di Indonesia sejak lama telah
dikukuhkan dengan berdirinya sistem peradilan agama yang diakui dalam
sistem peradilan nasional di Indonesia. Bahkan dengan diundangkannya
UU No.7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, kedudukan Pengadilan
Agama Islam itu semakin kokoh
2. Kedudukan hukum Islam dalam pembinaan hukum nasional, adalah bahwa
hukum Islam yang merupakan salah satu komponen tata hukum Indonesia
menjadi salah satu sumber bahan baku bagi pembentukan hukum nasional.
Dengan demikian jelas hukum Islam tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan mayoritas masyarakat Indonesia. Oleh karenanya untuk
menunjang hal tersebut, birokrasi sebagai pemegang political will harus
senantiasa dapat memperjuangkan akan peranan hukum Islam dalam
pembinaan hukum nasional. Sehingga dengan demikian hukum Islam
dapat mewarnai sekaligus menjiwai setiap perundang-undangan nasional
Indonesia.
3. Pengakuan terhadap sistem Hukum Islam sebagai bagian tak terpisahkan
dari sistem hukum nasional, akan berdampak sangat positif terhadap upaya
pembinaan hukum nasional. Setidak-tidaknya, kita dapat memastikan
bahwa di kalangan sebagian terbesar masyarakat Indonesia yang akrab
dengan nilai nilai Islam, kesadaran kognitif dan pola perilaku mereka
dapat dengan memberikan dukungan terhadap norma-norma yang sesuai
kesadaran dalam menjalankan syari'at agama.
3.2. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan, maka
dari itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Agar makalah ini menjadi lebih baik di masa yang akan datang,kami
mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun dari para pembaca.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan kita
terutama dalam bidang hukum pada umumnya,dan menambah pengetahuan di
bidang hukum islam pada khususnya
DAFTAR PUSTAKA

Istika, Arum, 2017. “Hukum Islam dalam Tata Hukum Indonesia”


(https://www.kompasiana.com/istikaarum/59b889f1ab12ae1e9f110d43/hukumislamdala
m-tata-di-indonesia , diakses Maret 2019)

Mujjiburahman, 2010. “Pengertian Hukum Islam”


(https://studihukum.wordpress.com/2013/07/22/pengertian-hukum-islam/ ,
diakses Maret 2019) www.digilib.itb.ac.id www.google.com
www.theceli.com

Anda mungkin juga menyukai