Anda di halaman 1dari 15

4 ALIRAN DALAM HUKUM

ALIRAN HUKUM POSITIVISME,UTILITARIANISME DAN ALIRAN SEJARAH


SERTA ALIRAN SOSIOLOGIS
Oleh :
Nur Khalisa Sahrun
2120203874234009
( Menyusun kerangka artikel dan menulis serta merangkum referensi dan
mengubahnya kemudian Menyusun dan mengumpulkan artikel serta memparafrase
kalimat)
Mulki Nisa
(mencari dan mengumpulkan referensi dan mengetik kemudian menandai dan
menscreenshot referensi )
2120203874234002
Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum Islam
Institut Agama Islam Negeri Parepare
Abstrak
Abstrak
Ilmu yang mempelajari hukum adalah ilmu yang mempelajari hukum atau biasa
disebut dengan ilmu hukum. Ilmu ini membahas segala aspek hukum dan masalah
hukum itu sendiri dan telah disebutkan dalam tulisan-tulisannya oleh JB Daliyo. Ilmu
hukum mempelajari segala isi hukum yang kompleks, seperti asal-usul, bentuk, asas,
sistem, jenis-jenis persebaran, asal usul, perkembangan, fungsi dan letak hukum
dalam masyarakat. Jurusan hukum sering disebut sebagai fakultas hukum. Hukum
merupakan suatu hal yang kompleks, setiap mazhab memiliki pemikiran dan
pendapat ahli hukum yang berbeda-beda dari zamannya masing-masing. jadi
kesimpulannya adalah biasa disebut madzhab hukum.
Kata Kunci : Aliran Hukum

The science that tries to study the law itself is the science that studies the law
or commonly called the science of law. This science discusses all aspects of law and
the object of the law itself and has been mentioned by JB Daliyo in his writings.
Legal science studies all the intricacies of law, such as origin, form, principles,
systems, types of distribution, sources, development, function, and legal position in
society. Schools in law are often also referred to as legal schools. Law is a complex
thing, each school has the thoughts and opinions of different legal experts according
to their respective times. So the conclusion was that the schools of law were schools
of law
Key Words : flow of law

PENDAHULUAN
Bagi Wirjono Prodjodikoro pada tahun 1992 hukum merupakan seperangkat
peraturan yang mengendalikan tentang tingkah laku seorang seagai anggota warga.
Sebaliknya salah satunya tujuan hukum merupakan buat menjamin keahagiaan
keamanan serta ketertian dalam warga itu sendiri. Berikutnya Notohamidjojo
mengemukakan pemikirannya kalau hukum merupakan seperangkat peraturan baik
tertulis ataupun tidak tertulis serta kerapkali bertabiat memforsir untuk sikap
manusia. Secara universal hukum bisa ditatap selaku sesuatu norma ialah sesuatu
norma yang memiliki nilai- nilai tertentu( Darji Dormodiharjo Shidarta 200: 13) 1
Yurisprudensi merupakan cabang filsafat yang menekuni guna hukum serta
berupaya mengkaji apa itu hukum dan memasukkan serta mangulas hukum itu
sendiri serta pokok bahasannya, ialah hukum itu sendiri selaku negeri JB Daliyo.
Sebab tingkatan pengetahuan ini, bermacam komentar timbul serta berkata kalau
batasnya tidak bisa didetetapkan. Komentar ini dikemukakan oleh Curzon pada
tahun 1979. Dengan demikian, ilmu hukum hendak menekuni seluruh suatu yang
1
Prof.Dr.H.ZainalAsikin,S.H.S.U., MengenalFilsafatHukum, Penerbit Andi, 2020, Hal.5
berhubungan dengan hukum baik dari wujud, wujud, asal usul, asal usul serta
perkembangannya dan guna serta peran hukum dalam tatanan kehidupan warga..2
Begitu orang hadapi ancaman serta setelah itu diganggu oleh ahaya ataupun
serangandari alam serta sesama serta menyadari kepentingannya sendiri mereka
mulai menyadari berartinya hukum dalam kehidupan buat mempunyai seorang yang
melindungi serta menjamin kepentingannya. Salah satu hukum yang erlaku pada
dikala itu merupakan hukum adat yang elum terdapat hukum tertulisnya.
Dengan demikian hukum adat dapat bertabiat lisan maupun tidak tertulis
dan nyatanya tidak ada kepastian tentang keanekaragaman hukum sampai hukum
tertulis mencuat pada tahun 1950 SM dan yakni hukum dini dalam sejarah yang
dikenal dengan hukum Hamurai. pada waktu itu terjalin pergerakan karena
ketidakpastian serta keseragaman hukum hingga konsistensi hukum dicapai dengan
pengkodean dengan menuangkan ketentuan ke dalam seperangkat
ketentuan( codex). Terlebih perkara itu timbul dari salah satunya sumer hukum
sampai lahirnya sekolah hukum serta setelah itu jadi tempat pengajaran sumer
hukum baru.3
Pada dasarnya mazhab hukum adalah seperangkat pernyataan yang saling
berkaitan dan ketererkaitan dengan suatu sistem konsep hukum yang berkaitan
dengan aturan dan keputusan hukum yang sistemnya kemudian bersifat positif dan
sebagian lagi dianggap penting.4

PEMBAHASAN
Latar Belakang
Aliran-aliran dalam hukum sering juga disebut dengan mazhab-mazhab
hukum. Hukum merupakan sesuatu yang kompleks,dimana setiap mazhabnya
memiliki pemikiran dan pendapat para ahli hukum yang berbeda sesuai dengan
zamannya masing-masing. Namun pendapat lama tersebut dapat menjadi sebuah
karya yang berharga untuk dikaji dan hadir Kembali menjadi suatu bentuk yang
baru. Oleh karena itu, perlu kita ketahui apa saja aliran-aliran yang ada di dalam
filsafat hukum dan bagaimana awal mula terbentuk aliran-aliran tersebut. 5
Dalam cabang ilmu filsafat, filsafat hukum merupakah ilmu yang
mempelakari dan memerhatikan tingkah laku atau etika yang mempelajari hakikat
hukum. Dengan kata lain ilmu yang mempelajari hukum secara keseluruhan ataupun
filosofis adalah filsafat hukum. 6

Hukum dalam kehidupan bermasyarakat sangat penting karena untuk


mengatur kehidupan sehari-hari kemudian hukum muncul karena adanya gejala
social di masyarakat sehingga tanpa gejala social, hukum tidak akan terbentuk dan
sebaliknya7
Saat sebelum manusia memahami peradaban serta dari era ke era ataupun
dari abad ke abad, hidup hendak kacau balau seandainya hukum tidak terdapat,
tidak berperan ataupun kurang berperan. Perihal ini ialah kebenaran yang telah
teruji serta tidak terdapat kesimpulannya serta bagaimanakah wajah hukum yang
bagus itu. Bagus dalam artian bisa penuhi tujuan hukum ialah bisa menggapai
keadilan, kepastian hukum, kedisiplinan, keselarasan, silih menghormati satu sama
2
Dr.Sri.Warjiyati,S.H.,M.H., Memahami DasarIlmuHukumKonsepDasarIlmuHukum, Prenadamedia Group, 2018, Vol.174,
Hal.14
3
Prof.Dr.Drs.Abintoro Prakoso,S.H.,M.S.,Penemuan Hukum,Hal.177
4
Dr.Sri.Warjiyati,S.H.,M.H.,MemahamiDasarIlmuHukumKonsepDasarIlmuHukum, Prenadamedia Group, 2018, Vol.174,
Hal.120
5
Wibowo T.Tunardy,S.H, M.Kn, Mazhab-Mazhab Hukum: Berbagai Aliran Hukum, Jurnal Hukum,2021

6
Prof.Dr.Sukarno Aburaera,S.H., Prof.Dr.Muhadar, S.H., M.Si., dan Maskun, S.H.,LL.M.,FilsafatHukumTeori&Praktik,
Kencana, 2013, Hal.5
7
Dr.Drs.H. Amran Suadi, S.H., M.Hum., M.M., FilsafatHukumRefleksiFilsafatPancasila,HakAsasiManusia, dan Etika,
Prenadamedia Group, 2019, Hal.63
lain, tanpa terdapatnya kekerasan, baik secara verbalataupun non- verbal dan
penjajahan baik itu dari model lama ataupun model baru 8
Ilmu hukum sendiri dibedakan menjadi beberapa ilmu tentang kenormaan,
pengertian serta kenyataan hukum atau biasa disebut ( normwissenschaft) dan
(tatsachenwissenschaft). , Ilmu tentang norma itu sendiri membahas tentang
penyusunan norma hukum seperti norma hukum abstrak dan konkrit itu, isi dan sifat
norma hukum, essensialia norma hukum, tugas dan apa saja kegunaan norma
hukum, serta pernyataan dan tanda pernyataan norma hukum, dan bagaimana
penyimpangan terhadap norma hukumbisa terjadi dan kapan dan bagaimana
keberlakuan norma hukum. 9sehingga dalam bertingkah laku antar manusia
membutuhkan aturan-aturan dalam bertindak dan berinteraksi, yang dimana aturan
dan tingkha laku tersebut menjadi salah satu hukum yang berlaku di masyarakat. 10
Rumusan Masalah
Dengan berdasar penjelasan dari latar belakang yang telah dipaparkan
diatas,maka rumusan masalah yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah
1. Apa itu aliran hukum positivism dan utilitiniarisme ?
2. Apa yang dimaksud aliran sejarah dan sosiologis ?
Batasan Masalah
Adanya batasan masalah yang menghindari terjadinya penyimpangan
pembahasan dibandingkan dengan rumusan masalah dan penelitian ini lebih
memiliki arah dan tujuan untuk mencapai tujuan awal penelitian. Adapun batasan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Luas lingkup pembahasan hanya mengambil informasi seputar aliran hukum


yang telah ditentukan dan dijelaskan
2. Informasi yang disajikan yaitu : Pengertian aliran hukum positivism dan jenisnya
serta aliran hukum utilitiniarisme kemudian hal-hal mengenai aliran sejarah dan
aliran sosiologis

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengetahui apa saja aliran hukum yang telah dijelaskan
pada pendahuluan dan rumusan masalah.

1.ALIRAN HUKUM POSITIVISME


Pemikir positivisme hukum yang terkemuka adalah John Austin (1790-1859)
merupakan pemikir terkemuka lahirnya aliran hukum positivism yang mengatakan
bahwa hukum merupakan perintah dan milik penguasa. Dan hakikatnya terletak
pada unsur “perintah” (command) dan kemudian dipandang sebagai suatu sistem
yang tetap, masuk akal , dan tertutup. Dalam sejarah mengemukakan bahwa teori
positivism telah muncul sebelum abad ke 18 dan pikiran mengenai teori telah ada
tetapi teori ini baru diperkuat dengan lahirnya negara modern. Di sisi lain, pemikiran
positivisme hukum juga tidak terlepas dari pengaruh perkembangan positivisme
(ilmu) dan sekaligus menunjukkan perbedaannya dari pemikiran hukum kodrat,
dimana hukum kodrat disibukkan dengan permasalahan validasi hukum buatan
manusia, sedangkan pada positivisme hukum aktivitas justru diturunkan kepada
permasalahan konkrit.11

8
Dr.Munir Fuady, S.H., M.H.,LL.M., Filsafat dan Teori Hukum Postmodern, PT Citra Aditya Bakti, 2005, Hal.1
9
Abdul Ghofur Anshori, FilsafatHukumSejarah,AlirandanPemaknaan, Gadjah Mada University Press, Anggota IKAPI,
Anggota APPTI, 2018, Hal.8
10
Abd.Shomad, Prawira Thalib, PengantarFilsafatHukum, Airlangga University Press, 2020, Hal.13
11
: Dr. Suryaningsi., S.Pd., M.H, PENGANTAR ILMU HUKUM, Mulawarman University PRESS Gedung LPPM Universitas
Mulawarman, 2018, Hal.248
Perkembangan Teori-teori Positivisme
Perkembangan teori ini sangat dipengaruhi oleh dua ahli terkemuka hukum yaitu
Jhon Austin yang dengan pendapatnya tentang command teory dan Hans Kelsen
berpendapat tentang teori konvensi sosial.
Teori Hukum Jhon Austin (1790-1859)
Aliran Hukum Positif Analitis (Analytical jurisprudence)
Ketika kebanyakan orang menggunakan kata hukum, mereka sedang
mengacu pada hukum positif. John Austin yang merupakan orang Inggris dianggap
sebagai penemu dan pelopor legal positivism yang menulis pada abad XIX yang
kemudian dihargai dan mengembangkan gagasannya tentang hukum positif dan
mengatakan hukum positif itu terdiri dari tiga bagian : aturan; dari suatu kedudukan
politis lebih tinggi kepada suatu kedudukan yang lebih rendah; dengan sanksi
memaksakan jika aturan dilanggar (G.W. Paton, 1974 : 6)
Dalam buku John Stuart Mill menuliskan tentang Austin, bahwa “Tidak ada
penulis yang kita ketahui telah lebih banyak kualitas diperlukan untuk memulai dan
menertibkan pikiran lain dalam seni yang sulit mengenai pikiran yang tepat”. Setelah
mempelajari Hukum Romawi, Austin menyadari betapa tertibnya Hukum Romawi
dan tidak teraturnya Hukum Inggris, ia membuat perbedaan yang tajam antara
jurisprudence dan the science of ethics. Jurisprudence hanya berkaitan dengan
hukum positif. Yuris akan berurusan dengan hukum sebagaimana adanya. Pembuat
undang-undang dan ahli filsafat etika harus berurusan dengan dengan hukum
sebagaimana seharusnya. Menurut kaum positivis, hukum positif tidak ada kaitannya
dengan hukum yang adil atau yang ideal.
Organ administrasi dengan mendapat delegasi kewenangan, semuanya
merupakan hukum positif. Apa yang disampaikan oleh John Austin, sebagai pelopor
positivisme dalam ilmu hukum, mengenai pengertian hukum positif tidak lain
membuktikan adanya pemisahan secara kaku antara hukum dan moral. 12
Atau dengan kata lain hukum positif merupakan perintah dari penguasa yang
hakikatnya adalah perintah itu sendiri. Hukum dipandang sebagai sesuatu yang
tetap, masuk akal dan tidak untuk umum atau bisa dibilang tertutup. Bahkan Austin
mengatakan bahwa pihak superior atau penguasa itulah yang mengatur apa yang
tidak boleh dan boleh dilakukan. Kekuasaan dari penguasa inilah yang memaksa
orang lain untuk patuh dan taat dan kemudian memberlakukan hukum dengan cara
menakut-nakutidan dan memandu perilaku dan tingkah laku orang lain kea rah dan
tujuan yang diinginkan. diinginkannya. Hukum merupakan suatu perintah yang
memaksa dan sewaktu-waktu dapat bijaksana dan adil ataupun sebaliknya. 13
Kemudian Austin menjelaskan bahwa Fungsi jurisprudence menurut Austin
adalah untuk mengungkapkan pengertian dan prinsip umum yang diabstraksikan
dari sistem hukum positif. Hukum positif memiliki karakter esensial, yaitu imperatif
sebab merupakan perintah penguasa yang dalam hal ini adalah parlemen di Inggris.
Putusan hakim dan peraturan
John Austin membedakan hukum menjadi 2 (dua) jenis, yaitu
 Hukum dari Tuhan untuk manusia;
 Hukum adalah buatan manusia. Hukum yang dibuat oleh manusia dibagi
menjadi 2 hal: hukum yang benar 2. Hukum yang salah. Hukum yang dalam
haknya sendiri juga dikenal seagai hukum aktif terdiri dari undang-undang yang
dibuat oleh mereka yang berkuasa dan kemudian undang-undang yang dibuat
oleh individu untuk menggunakan hak pribadi mereka. Sementara undang-
undang yang sebenarnya bukan undang-undang belum diperkenalkan oleh
pihak berwenang oleh karena itu undang-undang tersebut tidak memenuhi
persyaratan undang-undang seperti undang-undang organisasi olahraga. Hukum

12
Ari Purwadi, ProblemEtikDalamHukumPositif, Perspektif ,Vol XII No. 3 Tahun 2007 Edisi September, Hal.178-179

13
Kamarusdiana, Filsafat Hukum, UIN Jakarta Press, Pusat Penelitian dan Penerbitan (Puslitpen), Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M0, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018, Hal.69
sebenarnya memiliki (empat) unsur yaitu 2). Memesan; 2) Penalti 3). obligasi
dan ). kedaulatan.14

Hans Kelsen (Aliran Positivisme Yuridis (1881-1973)


Aliran Positivisme Hukum Murni (Reine Rechtslehre)
Aliran ini dimulai oleh Hans Kelsen (1881-1973). Kelsen adalah seorang neo-Kantian
tetapi pemikirannya sedikit ereda dari pemikiran Rudolf Stammler. Bedanya dia
menolak menggunakan hukum alam. Stanmmler selalu menerima dan menganut
erlakunya hukum alam meskipun ajarannya tentang hukum alam diatasi oleh ruang
dan waktu. Sementara itu Hans Kelsen secara tegas menyatakan ahwa ia tidak
menganut erlakunya hukum alam meskipun Kelsen mengklaim adanya prinsip-
prinsip common law.
Ringkasnya dapat dikatakan ahwa Hans Kelsen ingin memersihkan ilmu
hukum dari unsur-unsur non-hukum seperti sejarah etika sosiologi politik dan lain-
lain. Kelsen misalnya menampik persoalan keadilan seagai agian dari pemahasan
dalam ilmu hukum. Bagi Kelsen keadilan adalah masalah ideologi yang diidealkan.
Kelsen hanya ingin menerima hukum apa adanya yaitu erupa peraturan-peraturan
yang dientuk dan diakui oleh negara..

Adapun pokok-pokok ajaran Kelsen adalah sebagai berikut:


 Tujuan teori ilmu hukum itu sama halnya dengan ilmu yang lain yakni dengan
cara meringkas dan merumuskan bahan-bahan yang tidak beraturan dan
keanekaragaman menjadi sesuatu yang sepadan dan serasi .
 Teori filsafat hukum adalah ilmu, bukan masalah apa yang dikehendaki, masalah
cipta, bukan rasa dan karsa
 • Hukum adalah ilmu normatif bukan ilmu alam (natuurwetenschap) yang diatur
oleh hukum sebab akibat.
 Teori/filsafat hukum adalah teori yang tidak bersangkut paut dengan kegunaaan
atau efektivitas norma-norma hukum.
 Teori hukum adalah formal, teori tentang arah atau jalannya mengatur
perubahan-perubahan dalam hukum secara khusus.
 Hubungan kedudukan antara teori hukum dengan sistem hukum positif tertentu
adalah hubungan antara hukum yang serba mungkin dan hukum yang
senyatanya.15

Menurut Satjipto Rahardjo, pengaruh positivisme terhadap hukum mulai


terasa di abad kesembilan belas seiring dengan kehadiran hukum modern yang
menata masyarakat secara rasional. Sejak abad kesembilan belas hukum menjadi
aturan yang nyata, baik dalam bagian, metode maupun administrasi. Dalam hal
substansi, hukum menitikberatkan pada aturan yang ia buat sendiri, yaitu legislated
rules. Tidak ada aturan selain dari aturan yang dibuat di dalam masyarakat kecuali
dari badandan intuisi hukum yang dalam hal ini suatu badan yang khusus dibentuk
untuk membuat peraturan.16

Dalam mazhab hukum positivis diperlukan pemisahan yang tegas antara


hukum dan etika rasional teknologi dan universal sehingga tidak ada hukum kecuali
perintah penguasa ahkan mazhab ini juga berpendapat bahwa hukum identik
dengan hukum dan harus dipahami. dari perspektif akal dan logika serta entuk dan
prosedur..17

14
Kamarusdiana, Filsafat Hukum, UIN Jakarta Press, (Puslitpen), (LP2M0, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018, Hal.69-
70
15
Lukman Santoso AZ & Yahyanto,PENGANTAR ILMU HUKUM, Yogyakarta,2014, Hal.138
16
Victor Imanuel Nalle, KritikPositivismedalamHukumModern, Jurnal Sapientia et Virtus | Volume 2 Nomor 1 Maret 2015,
Hal.37
Sejak undang-undang terseut secara aktif diundangkan terutama dalam
pengemangan pengetahuan hukum praktis oleh penegak hukum telah menolak
daya pikir dan menghilangkan kemanusiaan hukum dengan orang-orang dengan
masalah sosial. Seagai model yang tidak tumuh dan erkemang dari nilai-nilai yang
ada dalam masyarakat Indonesia tetapi mendapat pengakuan de facto oleh
penegak hukum ia menjadi seuah anomali dan anomali hukum yang terus diciptakan
dipertahankan dan tidak diselesaikan. Pancasila yang merupakan cita hukum
(rechtsidee) dan cita-cita negara (staatsidee) elum tersaring dengan aik oleh pemuat
undang-undang. Jadi seagai seorang filosof (filsafatfilsafat dasar angsa Indonesia)
Pancasila hanya erhenti pada tataran gagasan dan wacana. 18

Mengapa hukum kepositifan memerlukan penetapan tambahan ini mengapa


hal itu menimbulkan pertanyaan dalam penerapannya? Pertanyaan ini tampaknya
sederhana; namun pada kenyataannya jawabannya kompleks dan melibatkan
(membawa) banyak analisis filosofis. Bahwa undang-undang sering dipertanyakan
paling mendasar mengenai struktur undang-undang.19

2.ALIRAN HUKUM UTILITINIARISME


Kata Utilitarianisme berasal dari kata Latin utilis, yang berarti manfaat atau
kegunaan dengan kata lain adalah paham atau suatu aliran dalam salah satu
cabang filsafat moral yang mengdepankan prinsip kegunaan dan manfaat sebagai
prinsip moral yang paling dasar.20
Utilitarianisme menawarkan pesan filosofis dasar bahwa semua tindakan dan
perilaku keadaan harus ditentukan dengan tujuan dan konsekuensi untuk masa
depan mereka termasuk penerapan hukum kepada orang lain yang menjadi subjek
hukum. Jeremy Bentham adalah salah satu pendukung pragmatisme yang sangat
populer dalam pemahasan filsafat hukum terutama yang berkaitan dengan
pertanyaan tentang hukuman yang adil atau kewajaran hukuman. Bentham telah
memberikan kontribusi pemikiran yang sangat signifikan mengenai masalah muka
atau keadilan hukum Jeremy Bentham (Fremerikus Fios) 301 model kalimat yang
benar21
Konsep utilitarianisme John Stuart Mill memiliki perbedaan dengan pendapat
utilitarianisme Bentham. Setidaknya ada dua poin mendasar yang membedakan
antara Mill dan Bentham terkain utilitarianisme. Poin yang pertama, John Stuart Mill
tidak setuju dengan Bentham tentang ukuran kuantitatif eragai nilai kesenangan dan
keahagiaan (tepatnya keahagiaan). Bagi Mill sendiri tolak ukur tidak hanya soal
kuantitas (kuantitatif) tetapi kualitas juga perlu diperhatikan. Karena ada keahagiaan
ada yang statusnya leih tinggi dari standar dan ada juga orang yang statusnya
dangkal. Sementara itu untuk poin selanjutnya Mill erpendapat ahwa keahagiaan
atau kegemiraan fisik dan mental harus menjadi milik semua. Tidak hanya untuk
individu yang kesepian tetapi juga untuk menemukan jarak sosial di dalamnya. 22
Tapi Bentham yang merupakan seorang pembaharu sosial dan hukum sama
sekali bukan seorang anarkis. Dia tahu dia harus melayani setiap individu dalam
masyarakat. Baginya tujuan akhir legislasi adalah kebahagiaan terbesar. Seperti
yang ditunjukkan Hob house rumusan Bentham tentang prinsip ini harus
menempatkan hak individu di bawah kebutuhan masyarakat. Prinsip kebahagiaan

17
Abd.Halim, Teori-teori HukumAliranPositivisme danPerkembanganKritik-kritiknya, Jurnal Asy-Syir’ah Vol. 42 No. II,
2008, Hal.388
18
Ramlani Lina Sinaulan, ParadigmafilsafatpositivismeHukumDiIndonesia, AL-DAULAH: JURNAL HUKUM DAN
PERUNDANGAN ISLAM Vol. 7, No. 2, OKTOBER 2017, Hal.323
19
B. Arief Sidharta (Penerjemah), FILSAFAT ILMU HUKUM, Universitas Brawijaya Press, 2014, Hal.9
20
Yogie Pranowo, Prinsip Utilitarisme sebagai Dasar Hidup Bermasyarakat, Jurnal Filsafat, Sains, Teknologi, dan Sosial
Budaya, Volume 26, Nomor 2, Oktober 2020, Hal.173
21
Frederikus Fios, Keadilan Hukum Jeremy Bentham Dan Relevansinya Bagi Praktik Hukum Kontemporer, humaniora
Vol.3 No.1 April 2012: 299-309, Hal.300
22
Asep Saepullah, Konsep Utilitarianisme John Stuart Mill: Relevansinya terhadap Ilmu-ilmu atau Pemikiran Keislaman,
Aqlania: Jurnal Filsafat dan Teologi Islam Vol. 11 No. 2 (Juli-Desember) 2020, p. 243-261, Hal.246
Betham pada dasarnya bertentangan dengan teori hak kodrat yang tidak dapat
diganggu gugat. 23

Ketidakadilan terhadap masyarakat adat dapat dilihat sebagai implikasi praktis


dari utilitarianisme yang sudah digunakan sebagai etika politik. Utilitarianisme,
seperti yang dikatakan Will 5 Kymlicka, dapat membenarkan pengorbanan yang
lemah dan tidak populer di masyarakat demi kebaikan mayoritas. Di sisi lain,
utilitarianisme juga dapat digunakan untuk menyerang pemegang hak istimewa
secara tidak adil dengan mengorbankan mayoritas, tetapi sayangnya, dalam
utilitarianisme, tidak ada jaminan..

Utilitarianisme tidak mengatakan ada kewajiban untuk mendapatkan hasil yang


baik begitu saja. Eksploitasi merupakan aspek penting dari penggunaan paksaan dan
pembatasan hukum atas kebebasan individu. Utilitarianisme mengambil banyak
bentuk, tetapi gagasan utamanya adalah bahwa bentuk tindakan dan institusi yang
paling umum dan tradisional harus dievaluasi hanya dari segi pengaruhnya terhadap
kebahagiaan manusia, dalam arti kesejahteraan individu dipahami secara praktis.
nalar. preferensi, keinginan, dan kebutuhan individu.24

3. ALIRAN SEJARAH ATAU MADZHAB FUNGSIONAL


Aliran ini paling dikenal terutama di negara-negara yang menganut sistem
common law. Tokoh-tokoh kunci di Sekolah Sejarah khususnya adalah; Friedrich Karl
von Savigny (1770-1861), Puchta (1798-18 6) dan Henry Summer Maine (1822-
1888). Von Savigny mengatakan bahwa hukum muncul bukan dari ketertiban atau
adat yang berdaulat, tetapi dari rasa keadilan yang bersemayam dalam jiwa bangsa
(volkgeist).
Adapun Puchta, pandangannya sangat dekat dengan pandangan Savigny. Ia
berpandangan bahwa hukum suatu negara terkait dengan jiwa bangsa yang
bersangkutan. Sementara itu, Maine mengatakan dia telah melakukan penelitian
untuk memperkuat ide-ide Von Savigny, yang menunjukkan model evolusioner
pembagian sosial dalam situasi sejarah yang serupa ...25

Tesis yang dibangun oleh aliran sejarah yang dikembangkan oleh Savigny ini di
satu sisi memiliki persamaan dan perbedaan dengan hukum alam yang ada, dan di
sisi lain juga memiliki kesamaan dengan positivisme empiris. Kesamaan dengan
aliran hukum alam terletak pada kesatuan hukum dan moralitas (tesis moral). Baik
sekolah hukum alam maupun sekolah sejarah tidak memisahkan hukum dari
moralitas.
Perbedaannya, bagaimanapun, adalah bahwa bidang sejarah etika tidak seluas
di tesis sekolah hukum kodrat, melainkan bidang tertentu. Keberadaan setiap
hukum, termasuk nilai-nilai moral, berbeda-beda tergantung dimana dan kapan
hukum itu ditegakkan. Hukum dipandang sebagai perwujudan jiwa atau semangat
suatu bangsa (volksgeist).33 Apa yang dianggap bermoral atau tidak bermoral
berbeda-beda di setiap negara tergantung pada semangatnya.26
Pada kenyataannya, ilmu hukum yang dipraktikkan di Indonesia sebagaimana
diajarkan dalam pendidikan hukum Indonesia dan dipraktikkan oleh para praktisi
hukum, baik pemerintah maupun swasta, cenderung memiliki pola praktik
pembuktian seperti yang diajarkan oleh Hans Kelsen dan Queen Rechtslehrenya.

23
Helmanida, utilitarianisme dalam filsafat hukum, simbur cahaya, majalah ilmiah fakultas hukum sriwijaya, no.45 tahun
xvi mei 2011, hal.2551
24
Aminah, Implikasi Konsep Utilitarianisme Dalam Pengelolaan Sumberdaya Hutan Terhadap Masyarakat Adat, MMH, Jilid
43 No. 2, April 2014, Hal.174
25
Sheila Fakhria, MADZHAB HUKUM ISLAM, Volume 26 Nomor 1 Januari 2015, hal.190
26
Mahrus Ali, Pemetaan Tesis dalam Aliran-Aliran Filsafat Hukum dan Konsekuensi Metodologisnya, Jurnal Hukum Ius
Quia Iustum Faculty of Law, Universitas Islam Indonesia, Volume 24 Issue 2, April 2017: pp. 213-231, ISSN 0854-8498 l
e-ISSN: 2527-502, hal.223
Menurut beberapa pengacara Indonesia, pengetahuan hukum seperti itu tidak cukup
dalam masyarakat hukum dan perubahan yang berkembang penuh.27
Menurut von Savigny, hukum tidak diciptakan atau diciptakan oleh manusia,
tetapi dikembangkan oleh manusia itu sendiri; Waktu juga akan mati jika suatu
bangsa kehilangan kepribadiannya. Menurut pendapat ini, jelaslah bahwa hukum
merupakan bagian yang tidak terpisahkan, bagian yang tidak terpisahkan dari
sejarah suatu bangsa.,
Jadi hukum selalu berubah menurut tempat dan waktu. Jelas, pandangan Von
Savigny bertentangan dengan ajaran aliran hukum kodrat, yang berpandangan
bahwa hukum kodrat itu abadi di mana-mana bagi semua manusia. (CST Kansil,
1989: 61). Garis yang menghubungkan Hukum dan Sejarah suatu negara disebut
“Sejarah Panjang”. Sejarah telah melahirkan pengetahuan hukum yang aktif. Hukum
positif atau IUS adalah dahak (Sudiman Kartohadiprojo)28
1. Pemikiran Mazhab Sejarah dari Hegel
Pemikiran hukum Hegel bertentangan dengan pemikiran hukum Kant, sebuah
fakta yang sering dikaburkan oleh istilah "idealisme", yang berlaku untuk keduanya.
Secara khusus, Hegel juga melihat hukum dari perspektif etis; Etika Hegel dan
pemikiran hukum Kant adalah satu. Keduanya dibahas dalam karya terkenal Hegel
"The Philosophy of Rights and Law, or Natural Law and Explained Political Science
(1821)"
Dalam studinya tentang prinsip-prinsip dasar ini, Hegel mempertimbangkan hukum
pertama, kemudian etika, dan akhirnya apa yang dia sebut etika (Sittlichkeit).
Sebagai bagian dari tema terakhir, ia akhirnya menjelaskan negara sebagai
pencapaian tertinggi semua warga negara dan perwujudan moralitas dalam
masyarakat. Namun demikian, konsep negara, hukum, dan moralitas tidak lagi
dibahas secara "abstrak" atau "umumnya" oleh Hegel, melainkan sebagai konsep
yang berkembang, menurut pandangan Hegel, tentang hukum, dari istilah "abstrak"
menjadi "konkret"
2. Pemikiran Mazhab Sejarah dari Herder
Refleksi tentang filsafat sejarah muncul terutama dalam dua karyanya. Filsuf
sejarah yang mula-mula tampak mencolok dan paling menarik adalah perkembangan
konsepsi teologis tentang sejarah sebagai realisasi progresif dari 'proporsi' dan
'kemanusiaan'. sebuah konsep yang diprediksi dan sangat dipengaruhi oleh Hegel.
Herder membuat eksplorasi empiris bidang keragaman mental di bawah asumsi tesis
sejarah pusat. Karena kita sering mengatakan itu. Ini menyajikan tindakan politik
dan militer relatif dan peristiwa sejarah. Jangan fokus pada "bagian dalam" para
partisipan sejarah. Pilihan ini disengaja dan disadari. Oleh karena itu, psikolog dan
penafsir tentu memainkan peran sentral dalam disiplin sejarah pastoral.

3. Pemikiran Mazhab Sejarah dari Karl von Savigny


F.Karl von Savigny (1770-1861), dalam bukunya, menolak teori hukum alam saat
ini. Walaupun kemunculan hukum sama dengan negara, namun menurutnya setiap
negara memiliki keunikan bahasanya masing-masing, bahkan jika tidak ada bahasa
yang sama, tidak ada hukum yang populer. mendikte kedaulatan atau adat, tetapi
rasa keadilan ada dalam jiwa bangsa (naluri), jiwa bangsa (volksgeiht) adalah
sumber hukum. hukum adalah ekspresi dari hukum umum). hati nurani atau jiwa),

27
Ahmad Bahiej, Refleksi Dan Relevansi Pemikiran Madzhab-Madzhab Hukum Bagi Pengembangan Ilmu Hukum, SOSIO-
RELIGIA, Vol. I, No. 4, Agustus 2002, hal.4
28
Dr. Fence M. Wantu, SH., MH., PENGANTAR ILMU HUKUM, reviva cendekia, ISBN 978-602-72133-6-4 2015, Hal.32
bahwa hukum tidak diciptakan tetapi berkembang dan berkembang dalam
masyarakat (das rechts wird nicht gemacht, es it und wird mit dem volke)29

Madzhab sejarah mengajarkan bahwa hukum tidak diciptakan tetapi berkembang


bersama masyarakat (das recht wird nicht gemacht, est ist und wird mit dem volke).
Volkgeist, menurut von Savigny, "satu-satunya, realitas tertinggi dan mistis"
sehingga dipahami tidak secara rasional tetapi secara intuitif.30

Dampak ajaran Madzab ini jelas bagi para ahli sosiologi dan hukum adat. Mereka
menyadari pentingnya mempelajari hubungan antara hukum dengan struktur sosial
dan sistem nilainya. Pengaruh pandangan Savigny juga meluas jauh ke luar Jerman,
termasuk ke Indonesia (Lili Rasjidi, 1991; 8 dan Lili Rasjidi, 1996; 70). Namun,
seperti semua ciptaan manusia lainnya, mazhab sejarah hukum tentu memiliki
kelemahan, dalam hal ini yang utama adalah kurangnya penghormatan terhadap
hukum secara keseluruhan sebagai sumber hukum (Lili Rasjidi). , 1996; 70).31

Dalam pandangan Savigny, semua hukum pada awalnya berkembang dari adat
dan kebiasaan, dan baru selanjutnya oleh yurisprudensi. Jika ditanyakan tentang
subjek di mana dan untuk mana hukum ada, maka ditemukan orang-orang yang
menjadi subjeknya. Mereka bukanlah orang-orang istimewa dengan kewenangan-
kewenangan yang khusus dalam soal hukum.

Hukum yang ada tidaklah dibentuk. Semangat orang-orang yang hidup dan
bekerjasama-lah yang melahirkan hukum. Dalam kesadaran umum suatu
masyarakat itulah berlaku dan ditemukan hukum, dan karenanya harus disebut
hukum rakyat. Hukum dengan begitu berkembang melalui kekuatan internal yang
beroperasi secara diam-diam (internal silently-operating powers), bukan oleh
kehendak sewenang-wenang dari pembentuk hukum. 32

4. ALIRAN SOSIOLOGIS
Dari segi sejarah, sosiologi hukum pertama kali dikemukakan oleh seorang Italia
bernama Anzilotti pada tahun 1882. Sosiologi hukum lahir pada hakikatnya dari
refleksi para ahli, baik dalam bidang filsafat hukum maupun ilmu pengetahuan.
dan sosiologi (Yesmil Anwar dan Adang, 2008, 109). ). Sosiologi hukum saat ini
berkembang pesat.

Ilmu ini bertujuan untuk menjelaskan hukum positif yang berlaku, yaitu
perubahan isi dan bentuk dari waktu ke waktu dan tempat, dengan bantuan faktor
sosial. Bab 1 | Pengetahuan, Pemahaman, dan Ciri-ciri Sosiologi Hukum 3 Menurut
CJM Schuyt, salah satu tugas sosiologi hukum adalah menunjukkan sebab-sebab
atau asal mula munculnya ketimpangan antara tatanan sosial dan tatanan sosial.
ketertiban yang diinginkan oleh masyarakat dan orang-orang yang ada. kondisi
sosial yang sebenarnya.
Sosiologi hukum memiliki objek kajian sebagai fenomena hukum, seperti yang
ditulis Curzon, Roscou Pound berpendapat bahwa kajian sosiologi hukum adalah
kajian yang didasarkan pada konsep hukum sebagai alat kontrol sosial. Sementara
itu, Lloyd memandang sosiologi hukum sebagai ilmu deskriptif, dengan
menggunakan teknik eksperimental. Ini menyangkut instrumen hukum dan

29
Dr. Yoyon M. Darusman. S,H.,M.M. Dr. Bambang Wiyono. S.H., M.H., TEORI DAN SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM,
UNPAM PRESS, ISBN : 978-602-5867-55-2, 2019,Hal.165-167
30
(Widodo Dwi P.utro, Perselisihan Sociological Jurisprudence dengan Mazhab Sejarah dalam Kasus ”Merarik”, Kajian
Putusan Nomor 232/Pid.B/2008/PN.Pra, 2013,Hal.57
31
Zulkarnain, kritik terhadap pemikiran hukum madzab sejarah, Digitized by USU digital library, 2003,Hal.1
32
M. Zulfa Aulia, Friedrich Carl von Savigny tentang Hukum: Hukum sebagai Manifestasi Jiwa Bangsa, Undang: Jurnal
Hukum ISSN 2598-7933 (online); 2598-7941 (cetak) Vol. 3 No. 1 (2020): 201-236, DOI: 10.22437/ujh.3.1.201-236,
Hal.210-211
mandatnya. Dia menganggap hukum sebagai produk sistem sosial dan alat untuk
mengendalikan dan mengubah sistem.33
Kemudian, aliran sosiologi ini juga muncul dari pemikiran seorang Amerika
bernama Roscoe Pound, yang dalam bahasa ibunya disebut Sociology, sebuah aliran
pemikiran dalam yurisprudensi yang berkembang di Amerika Serikat. hakim. .
bernama Oliver Wendel Holmes, yang mengatakan bahwa “walaupun hukum
memang merupakan sesuatu yang diciptakan oleh proses yang dapat mematuhi
perintah-perintah rasional, zaman hukum sama sekali tidak logis, ia bersifat
empiris.34
Menurut Satjipto Rahardjo, sosiologi hukum sebagai ilmu yang mempelajari
fenomena hukum. Dari sudut pandang yang demikian itu, Satjipto Rahardjo
memberikan beberapa karakteristik studi secara sosiologis, sebagai berikut:
 Sosiologi hukum memberikan penjelasan tentang praktik hukum.
Meskipun praktik tersebut terbagi menjadi legislatif, penegakan, dan
yudikatif, namun juga mengeksplorasi bagaimana praktik tersebut
dimainkan di masing-masing bidang aktivitas hukum ini. Sosiologi hukum
mencoba menjelaskan mengapa praktek-praktek tersebut terjadi,
mengapa, faktor-faktor apa yang mempengaruhinya, konteksnya, dll .
 Sosiologi hukum tidak “mengevaluasi” hukum. Perbuatan yang sesuai
dengan hukum dan perbuatan yang bertentangan dengannya adalah
objek pengamatan yang sama. Dia tidak mencintai dirinya sendiri.
Perhatian utamanya hanya memberikan penjelasan tentang topik yang
dia teliti..35

Yurisprudensi sosiologis lebih menekankan perhatiannya pada realitas hukum


daripada tempat dan fungsi hukum dalam masyarakat. Fakta hukum pada
hakekatnya adalah kehendak masyarakat, sehingga bukan sekedar hukum dalam arti
hukum kitab tetapi sesuai dengan kebutuhan masyarakat hukum untuk menciptakan
kepastian hukum (hukum positif), dan hukum kehidupan sebagai wujudnya.
menghargai peran penting masyarakat dalam pembentukan hukum dan orientasi
hukum..36

Pada dasarnya, masyarakat dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu sudut
pandang struktural dan sudut pandang dinamis. Aspek struktural masyarakat
merupakan keseluruhan hubungan antar faktor sosial politik, yaitu norma sosial,
pranata sosial, kelompok dan kelas sosial (Selo Soemardjan).Soelaeman Soemardi,
196 ). Sedangkan penggerak masyarakat adalah proses sosial dan perubahan sosial.
Proses sosial didefinisikan sebagai interaksi antara berbagai aspek koeksistensi atau
interaksi sosial. Interaksi sosial adalah hubungan antar individu, antar kelompok
orang, dan antara individu dengan kelompok orang.37

Sosiologi merupakan studi positif tentang hukum dasar dari gejala sosial yang di
dalamnya dibedakan menjadi sosiologi statis dan dinamis. Menurut Comte, yang
dimaksud dengan sosiologi statis adalah ilmu dalam bidang sosiologi yang
memfokuskan perhatian pada pusat-pusat hukum statis yang menjadi dasar adanya
masyarakat. Hal yang dipelajari di sini adalah mengapa masyarakat ada,
perkumpulan seperti apa yang ada di masyarakat, dan apa yang melatarbelakangi
terciptanya kehidupan bermasyarakat. Masih menurut Comte, yang dimaksud
33
Fithriatus Shalihah, SOSIOLOGI HUKUM, PT rajagrafindo persada, 2017, Hal.2-5
34
Dahlia Haliah Ma’I, Muliadi Nur, Paradigma Hukum Sosiologis ( Upaya Menemukan Makna Hukum dari Realitas Publik),
Hal.130
35
I Gusti Ngurah Dharma Laksana, S.H., M.Kn I Gusti Agung Mas Rwa Jayantiari, S.H., M.Kn Anak Agung Gede Oka
Parwata, S.H., M.Si Dr. Ni Nyoman Sukerti, S.H., M.H Anak Agung Istri Ari Atu Dewi, S.H., M.H I Nyoman Wita, S.H., M.H,
BUKU AJAR SOSIOLOGI HUKUM, Pustaka Ekspresi, 2017, Hal.9-10
36
Marsudi Dedi Putra, Kontribusi Aliran Sociological Jurisprudence Terhadap Pembangunan Sistem Hukum Indonesia,
LIKHITAPRAJNA. Jurnal Ilmiah.Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan ISSN: 1410-8771. Volume. 16, Nomor 2, hal 45-
59, Hal.45
37
Rafiqi,S.H.,M.M, Sosiologi Hukum, Universitas Medan Area
dengan sosiologi dinamis adalah ilmu dalam bidang sosiologi yang menfokuskan
perhatian pada pusat perkembangan masyarakat dalam arti pembangunan. Hal yang
dipelajari di sini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kehidupan
masyarakat, apa saja yang telah diciptakan oleh masyarakat, serta hal apa saja yang
telah dilalui oleh manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang ia jalani 38
Menurut hukum yang bersifat sosiologis, hukum tidak serta merta dibuat oleh
negara, karena hukum sebenarnya bukanlah pernyataan melainkan mencakup
lembaga-lembaga hukum yang diciptakan oleh kehidupan kelompok-kelompok dalam
perusahaan. Menurut mazhab sosiologi, hakim bebas menggali asal usul masyarakat
yang sah dalam hal kebiasaan, perilaku, dan adat istiadat. Oleh karena itu sekolah
sosiologi disebut sekolah hukum liberal. Eugen Ehrlich mengatakan bahwa
keabsahan suatu hukum tergantung pada penerimaan sosial.39

Sosiologi itu logis, artinya sosiologi terstruktur secara logis, tidak bertentangan
dengan hukum-hukum logika sebagai model penarikan kesimpulan. Sosiologi bersifat
objektif, artinya sosiologi selalu didasarkan pada fakta dan data yang ada tanpa
adanya manipulasi terhadap data tersebut. Sosiologi adalah sistematis, yaitu
sosiologi diatur secara logis, menurut prinsip-prinsip ilmiah..

Sosiologi dapat diandalkan, yaitu dapat diuji ulang, dan untuk situasi tertentu
yang akan diuji, ia harus memberikan hasil yang sama. Sosiologi
dirancang/direncanakan, yaitu sosiologi dirancang sebelum melakukan kegiatan
penelitian. Sosiologi bersifat kumulatif, artinya sosiologi merupakan ilmu yang akan
selalu bertambah dan berkembang seiring dengan tumbuhnya keinginan dan
keinginan masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya .40
Masyarakat adalah subjek ilmu sosial yang yang dapat dianggap sebagai sesuatu
yang terdiri dari beberapa aspek; terdapat aspek ekonomi yang antara lain terkait
dengan produksi, distribusi, dan penggunaan barang dan jasa; ada aspek kehidupan
politik yang antara lain melibatkan penggunaan kekuasaan dalam masyarakat; dan
aspek kehidupan lainnya.
Aspek ekonomi mempelajari upaya masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
hidup atau materi dari bahan baku di mana persediaan makanan relatif terbatas
terhadap jumlah penduduk; Ilmu ekonomi juga mempelajari upaya peningkatan
produksi bahan garmen untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan lain-lain.
Sedangkan sosiologi mempelajari unsur-unsur masyarakat secara keseluruhan 41
Ritzer (2014) menjelaskan adanya dua hal mendasar yang menyebabkan
kelahiran teori sosiologi. Kedua hal mendasar yang dimaksud adalah adanya
kekuatan social dan kekuatan intelektual ynang terjadi dalam kurun waktu tertentu.
Selanjutnya Ritzer (2014) menjelaskan ada tujuh kekuatan social yang mendasari
kelahiran sosiologi. Adapun ketujuh kekuatan social yang dimaksud adalah; Revolusi
politik yang diawali revolusi Prancis; 2). Revolusi industry dan munculnya
kapitalisme; 3). Munculnya sosialisme; 4)Bangkitnya Gerakan feminism;
5).Urbanisasi; 6). Perubahan kehidupan keagamaan; 7).Pertumbuhan ilmu
pengetahuan.42

Sosiologi mengkaji seluruh lingkungan dan perilaku manusia karena


mempengaruhi pengalaman manusia dan proses hidup dalam kelompok. Selama
kelompok itu ada, jelas hanya sedikit yang dapat membedakan antara bentuk-
38
Drs. Agus Sudarsono, M.Pd, Agustina Tri Wijayanti, M.Pd, Pengantar Sosiologi, fakultas ilmu sosial universitas negeri
yogyakarta tahun 2016, Hal.6
39
Theadora Rahmawati, MH. & Dr. Umi Supraptiningsih, SH., M.Hum, Pengantar Ilmu Hukum dan Pengantar Hukum
Indonesia, Duta Media Publishing, 2020, hal.61-62
40
Dr.Tjipto Subadi,M.Si., Sosiologi, BP-FKIP UMS, 2008, Hal.1
41
Dr. Zaitun, M. Ag, SOSIOLOGI PENDIDIKAN : Teori dan Aplikasinya, Kreasi Edukasi Publishing and Consulting
Company, ISBN : viii, 120hal (240x175cm),2016, Hal.3
42
Muhammad Syukur, Fundamentals of Sociological Theory, Rajawali PERS Divisi Buku Ajar Perguruan Tinggi PT Raja
Grafindo Persada, Depok, 2018, H.1618
bentuk standar dari metode mekanisme masalah dan perkembangan ciri-ciri
kehidupan. kelompok.43
Banyak ahli sepakat bahwa faktor yang melatarbelakangi lahirnya sosiologi
adalah krisis yang muncul di masyarakat. Misalnya, Laeyendecker menghubungkan
kelahiran sosiologi dengan serangkaian perubahan dalam bidang sosiopolitik: yang
terkait dengan reformasi Martin Luther, kebangkitan individualisme, munculnya ilmu
pengetahuan modern, pertumbuhan kepercayaan, Revolusi Industri. pada abad ke-
18 dan Revolusi Perancis.44
Sosiologi bersifat empiris, artinya sosiologi didasarkan pada pengamatan
faktual dan akal sehat serta hasilnya tidak spekulatif. Sosiologi bersifat teoritis,
artinya sosiologi selalu berusaha menyintesiskan abstraksi-abstraksi dari hasil
penelitian. Sosiologi bersifat kumulatif, artinya sosiologi terbentuk atas dasar teori-
teori yang ada dengan arti memperbaiki, memperluas dan menyaring teori-teori
lama. Sosiologi bersifat nonetnik, artinya sosiologi tidak membahas dan
mempertanyakan secara salah atau salah tentang fakta-fakta tertentu, tetapi
bertujuan untuk menafsirkan fakta-fakta tersebut secara analitis..45
Sosiologi memandang pranata sosial sebagai keinginan bersama dari semua
individu yang terlembaga yang kemudian akan mematuhi dan melaksanakan apa
yang didiktekan oleh lembaga tersebut hukum menganggap pranata sosial sebagai
faktor penting untuk memantau berjalannya peraturan perundang-undangan dalam
masyarakat. Dengan demikian seperti halnya sosiologi hukum ia juga memiliki
kepentingan-kepentingan tersendiri pada tataran pranata sosial yang ada dalam
masyarakat..46
Hukum kelahiran tidak hanya memenuhi aspek material manusia, tetapi juga
aspek eksistensial. Oleh karena itu, hukum bukanlah suatu hal yang tidak berharga
tetapi penuh dengan nilai-nilai baik atau buruk, baik atau buruk, adil atau tidak
adil.47
G. W. Paton leih suka menggunakan istilah metode ojektif untuk
menggantikan istilah yurisprudensi sosiologis untuk menghindari keingungan antara
"yurisprudensi sosiologis" dan "sosiologi Rendah". Menurut Lily Rasjidi ada peredaan
antara keduanya: sosiologi hukum memperlakukan hukum seagai gejala sosial yang
sederhana dengan pendekatan masyarakat terhadap hukum sedangkan sosiologi
hukum erkaitan dengan huungan huungan antara hukum dan masyarakat hukum
dan masyarakat..48

Sosiologi dapat diandalkan yaitu dapat diuji ulang dan untuk situasi tertentu
yang akan diuji ia harus memerikan hasil yang sama. Sosiologi dirancang dan
direncanakan yaitu sosiologi dirancang seelum melakukan kegiatan penelitian.
Sosiologi ersifat kumulatif artinya sosiologi merupakan ilmu yang akan selalu
ertamah dan erkemang seiring dengan tumuhnya keinginan dan keinginan
masyarakat untuk memenuhi keutuhannya.. 49
Nilai-nilai sosial adalah konsep abstrak yang diyakini oleh individu atau
kelompok orang dan memandu tindakan sosial mereka. Abstrak artinya tidak terlihat.
Namun, itu memang ada dan dapat tercermin dalam perilaku individu atau kelompok

43
Zainal Arifin, M.Pd.I, Pendidikan Kemasyarakatan, Redaktur Sahabat Pena, Jawa Timur , Indonesia, 2020, hal.4
44
Dr. H. Asep Mulyana, M.Pd. Suwanto, M.Pd. Kamaludin, S.Pd. Ujang Kosmara, S.Pd., MODUL 1 SOSIOLOGI SEBAGAI
ILMU PENGETAHUAN Pendidikan Kesetaraan Program Paket C Mahir Daring, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Pusat Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (PP PAUD dan Dikmas) Jawa Barat Tahun
2017, Hal.4
45
Dr. Tjipto Subadi, M.Si, SOSIOLOGI DAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN Suatu Kajian Boro dari Perspektif Sosiologis
Fenomenologis, Zie Informatika & Gesign, Desember 2009, Hal. 1dan 2
46
M. Chairul Basrun Umanailo, M.Si, : Sosiologi Hukum, FAM PUBLISHING, Cetakan I, November 2013 (Belum ber-ISBN)
Cetakan II, Maret 2016, Hal.15
47
Dr. Yati Nurhayati, S.H., M.H, BUKU AJAR PENGANTAR ILMU HUKUM, Penerbit Nusa Media, Bandung, 2020, Hal.100
48
Badruzzaman, S. Ag., M.H , PENGANTAR ILMU HUKUM, Yogyakarta Jusuf Kalla of Government Universitas
Muhammadia Yogyakarta, Hal. 161
49
Lukman Santoso AZ & Yahyanto, PENGANTAR ILMU HUKUM, .Hal. 145
yang menganut nilai-nilai tersebut. Agar lebih mudah dipahami, mari kita berpikir
untuk memberikan uang kepada orang miskin. Pemberi uang percaya bahwa
membantu orang miskin adalah suatu kebajikan. Membantu adalah suatu kebajikan.
Membantu orang lain sebagai suatu kebajikan adalah nilai yang dihargai. Karena
membantu orang lain adalah tindakan sosial, itu adalah nilai sosial.50

DAFTAR PUSTAKA
(Widodo Dwi P.utro, Perselisihan Sociological Jurisprudence dengan Mazhab Sejarah
dalam Kasus ”Merarik”, Kajian Putusan Nomor 232/Pid.B/2008/PN.Pra, 2013,Hal.57
: Dr. Suryaningsi., S.Pd., M.H, PENGANTAR ILMU HUKUM, Mulawarman University
PRESS Gedung LPPM Universitas Mulawarman, 2018, Hal.248
Abd.Halim, Teori-teori Hukum Aliran Positivisme dan Perkembangan Kritik-kritiknya,
Jurnal Asy-Syir’ah Vol. 42 No. II, 2008, Hal.388
Abd.Shomad, Prawira Thalib, Pengantar Filsafat Hukum, Airlangga University Press,
2020, Hal.13
Abdul Ghofur Anshori, Filsafat Hukum Sejarah, Aliran dan Pemaknaan, Gadjah Mada
University Press, Anggota IKAPI, Anggota APPTI, 2018, Hal.8
Ahmad Bahiej, Refleksi Dan Relevansi Pemikiran Madzhab-Madzhab Hukum Bagi
Pengembangan Ilmu Hukum, SOSIO-RELIGIA, Vol. I, No. 4, Agustus 2002, hal.4
Aminah, implikasi konsep utilitarianisme dalam pengelolaan sumberdaya hutan
terhadap masyarakat adat, MMH, Jilid 43 No. 2, April 2014, Hal.174
Ari Purwadi, Problem Etik Dalam Hukum Positif, Perspektif ,Vol XII No. 3 Tahun
2007 Edisi September, Hal.178-179
Asep Saepullah, Konsep Utilitarianisme John Stuart Mill: Relevansinya terhadap
Ilmu-ilmu atau Pemikiran Keislaman, Aqlania: Jurnal Filsafat dan Teologi Islam Vol.
11 No. 2 (Juli-Desember) 2020, p. 243-261, Hal.246
B. Arief Sidharta (Penerjemah), FILSAFAT ILMU HUKUM, Universitas Brawijaya
Press, 2014, Hal.9
Badruzzaman, S. Ag., M.H , PENGANTAR ILMU HUKUM, Yogyakarta Jusuf Kalla of
Government Universitas Muhammadia Yogyakarta, Hal. 161
Dahlia Haliah Ma’I, Muliadi Nur, Paradigma Hukum Sosiologis ( Upaya Menemukan
Makna Hukum dari Realitas Publik), Hal.130
Dr. Fence M. Wantu, SH., MH., PENGANTAR ILMU HUKUM, reviva cendekia, ISBN
978-602-72133-6-4 2015, Hal.32
Dr. H. Asep Mulyana, M.Pd. Suwanto, M.Pd. Kamaludin, S.Pd. Ujang Kosmara,
S.Pd., MODUL 1 SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN Pendidikan Kesetaraan
Program Paket C Mahir Daring, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Pusat
Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (PP PAUD dan
Dikmas) Jawa Barat Tahun 2017, Hal.4
Dr. Tjipto Subadi, M.Si, SOSIOLOGI DAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN Suatu Kajian
Boro dari Perspektif Sosiologis Fenomenologis, Zie Informatika & Gesign, Desember
2009, Hal. 1dan 2
Dr. Yati Nurhayati, S.H., M.H, BUKU AJAR PENGANTAR ILMU HUKUM, Penerbit Nusa
Media, Bandung, 2020, Hal.100
Dr. Yoyon M. Darusman. S,H.,M.M. Dr. Bambang Wiyono. S.H., M.H., TEORI DAN
SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM, UNPAM PRESS, ISBN : 978-602-5867-55-2,
2019,Hal.165-167
Dr. Zaitun, M. Ag, SOSIOLOGI PENDIDIKAN : Teori dan Aplikasinya, Kreasi Edukasi
Publishing and Consulting Company, ISBN : viii, 120hal (240x175cm),2016, Hal.3
Dr.Drs.H. Amran Suadi, S.H., M.Hum., M.M., Filsafat Hukum Refleksi Filsafat
Pancasila, Hak Asasi Manusia, dan Etika, Prenadamedia Group, 2019, Hal.63
Dr.Munir Fuady, S.H., M.H.,LL.M., Filsafat dan Teori Hukum Postmodern, PT Citra
Aditya Bakti, 2005, Hal.1
Dr.Sri.Warjiyati,S.H.,M.H., Memahami Dasar Ilmu Hukum Konsep Dasar Ilmu
Hukum, Prenadamedia Group, 2018, Vol.174, Hal.14

50
Nyndaz Zhabrina dan miranty Nur Utami, Makala sosiologi. Hal. 07
Dr.Sri.Warjiyati,S.H.,M.H., Memahami Dasar Ilmu Hukum Konsep Dasar Ilmu
Hukum, Prenadamedia Group, 2018, Vol.174, Hal.120
Dr.Tjipto Subadi,M.Si., Sosiologi, BP-FKIP UMS, 2008, Hal.1
Dr.Zainal Arifin, M.Pd.I, Sosiologi Pendidikan, Penerbit Sahabat Pena Kita, Jawa
Timur, Indonesia, 2020, Hal.4
Drs. Agus Sudarsono, M.Pd, Agustina Tri Wijayanti, M.Pd, Pengantar Sosiologi,
fakultas ilmu sosial universitas negeri yogyakarta tahun 2016, Hal.6
Fithriatus Shalihah, SOSIOLOGI HUKUM, PT rajagrafindo persada, 2017, Hal.2-5
Frederikus Fios, keadilan hukum jeremy bentham dan relevansinya bagi praktik
hukum kontemporer, humaniora Vol.3 No.1 April 2012: 299-309, Hal.300
Helmanida, utilitarianisme dalam Filsafat Hukum, Simbur Cahaya, Majalah Ilmiah
Fakultas Hukum Sriwijaya, No.45 Tahun XVI Mei 2011, Hal.2551
I Gusti Ngurah Dharma Laksana, S.H., M.Kn I Gusti Agung Mas Rwa Jayantiari,
S.H., M.Kn Anak Agung Gede Oka Parwata, S.H., M.Si Dr. Ni Nyoman Sukerti, S.H.,
M.H Anak Agung Istri Ari Atu Dewi, S.H., M.H I Nyoman Wita, S.H., M.H, BUKU AJAR
SOSIOLOGI HUKUM, Pustaka Ekspresi, 2017, Hal.9-10
Kamarusdiana, Filsafat Hukum, UIN Jakarta Press, Pusat Penelitian dan Penerbitan
(Puslitpen), Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M0, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018, Hal.69
Kamarusdiana, Filsafat Hukum, UIN Jakarta Press, Pusat Penelitian dan Penerbitan
(Puslitpen), Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M0, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018, Hal.69-70
Lukman Santoso AZ & Yahyanto, PENGANTAR ILMU HUKUM, .Hal. 145
Lukman Santoso AZ & Yahyanto, PENGANTAR ILMU HUKUM, Yogyakarta,2014,
Hal.138
M. Chairul Basrun Umanailo, M.Si, : Sosiologi Hukum, FAM PUBLISHING, Cetakan I,
November 2013 (Belum ber-ISBN) Cetakan II, Maret 2016, Hal.15
M. Zulfa Aulia, Friedrich Carl von Savigny tentang Hukum: Hukum sebagai
Manifestasi Jiwa Bangsa, Undang: Jurnal Hukum ISSN 2598-7933 (online); 2598-
7941 (cetak) Vol. 3 No. 1 (2020): 201-236, DOI: 10.22437/ujh.3.1.201-236,
Hal.210-211
Mahrus Ali, Pemetaan Tesis dalam Aliran-Aliran Filsafat Hukum dan Konsekuensi
Metodologisnya, Jurnal Hukum Ius Quia Iustum Faculty of Law, Universitas Islam
Indonesia, Volume 24 Issue 2, April 2017: pp. 213-231, ISSN 0854-8498 l e-ISSN:
2527-502, hal.223
Marsudi Dedi Putra, Kontribusi Aliran Sociological Jurisprudence Terhadap
Pembangunan Sistem Hukum Indonesia, LIKHITAPRAJNA. Jurnal Ilmiah.Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan ISSN: 1410-8771. Volume. 16, Nomor 2, hal 45-59,
Hal.45
Muhammad Syukur, Dasar-Dasar Teori Sosiologi, Rajawali PERS Divisi Buku
Perguruan Tinggi PT RajaGrafindo Persada, Depok, 2018, Hal.16-18
Nyndaz Zhabrina dan miranty Nur Utami, Makala sosiologi. Hal. 07
Prof.Dr.Drs.Abintoro Prakoso,S.H.,M.S.,Penemuan Hukum,Hal.177
Prof.Dr.H.Zainal Asikin,S.H.,S.U., Mengenal Filsafat Hukum, Penerbit Andi, 2020,
Hal.5
Prof.Dr.Sukarno Aburaera,S.H., Prof.Dr.Muhadar, S.H., M.Si., Maskun, S.H.,LL.M.,
Filsafat Hukum Teori & Praktik, Kencana, 2013, Hal.5
Rafiqi,S.H.,M.M, Sosiologi Hukum, Universitas Medan Area
Ramlani Lina Sinaulan, Paradigma filsafat positivism Hukum Di Indonesia, AL-
DAULAH: JURNAL HUKUM DAN PERUNDANGAN ISLAM Vol. 7, No. 2, OKTOBER
2017, Hal.323
Sheila Fakhria, MADZHAB HUKUM ISLAM, Volume 26 Nomor 1 Januari 2015, hal.190
Theadora Rahmawati, MH. & Dr. Umi Supraptiningsih, SH., M.Hum, Pengantar Ilmu
Hukum dan Pengantar Hukum Indonesia, Duta Media Publishing, 2020, hal.61-62
Victor Imanuel Nalle, Kritik Positivisme dalam Hukum Modern, Jurnal Sapientia et
Virtus | Volume 2 Nomor 1 Maret 2015, Hal.37
Wibowo T.Tunardy,S.H, M.Kn, Mazhab-Mazhab Hukum: Berbagai Aliran Hukum,
Jurnal Hukum,2021
Yogie Pranowo, Prinsip Utilitarisme sebagai Dasar Hidup Bermasyarakat, Jurnal
Filsafat, Sains, Teknologi, dan Sosial Budaya, Volume 26, Nomor 2, Oktober 2020,
Hal.173
Zulkarnain, kritik terhadap pemikiran hukum madzab sejarah, Digitized by USU
digital library, 2003,Hal.1

Anda mungkin juga menyukai