Anda di halaman 1dari 2

Nama: Alexander Ivan Perdana

NIM: 206114038
UTS PKN Y / 12 Oktober 2023

HUKUM DI NEGARA INDONESIA YANG BERDEMOKRASI, HARUS


SEMAKIN ADIL DAN BERDAULAT BAGI RAKYATNYA

Pelaksanaan Hukum yang terjadi di Negara Indonesia mengalami perjalanan yang


panjang, jika dilihat dari kronologinya. Sejak memerdekakan diri pada tanggal 17 Agustus
1945, dengan kumandang Proklamasi oleh Ir. Soekarno sebagai Presiden Pertama RI, tujuan
dan penghayatan hukum mengalami perkembangannya. Undang-Undang Dasar 1945
dibentuk dan Pancasila dijadikan sebagai Falsafah Negara ini yang berciri Demokrasi.
Dewasa ini, pelaksanaan hukum tersebut mengalami dinamika yang tak kadang juga memicu
konflik dan pertikaian.

Sebagaimana disampaikan dalam suatu wawancara bersama, Bpk. Lopianus Ngabalin,


beliau menyampaikan beberapa hal mengenai hukum yang terjadi di Negara Indonesia ini.
Pada wawancara yang dilakukan di hari Rabu (12/10/2023), Bpk. Lopianus Ngabalin
memberikan aspirasi dan kontribusinya bagi hukum di Indonesia. Secara kebetulan, beliau
juga menjadi anggota dari perhimpunan Advokat se-Indonesia. Ia sudah berada di
perhimpunan tersebut sejak tahun 2008 dan pernah memangku jabatan di dalamnya. Sebagai
pengacara, ia memiliki tugas dan tanggungjawab yang sudah disumpahkan atas dirinya.

Beliau menyebutkan dalam wawancara tersebut: “Seorang Pengacara atau Advokat


memiliki tugas untuk: 1. Mendampingi Klien dalam mencari dan menegakkan keadilan, 2.
Kepada para awam, mereka pastinya mencari hukum, 3. Kepentingan hukum berupa
penjatuhan pidana, 4. Pengacara memberi keringanan terhadap para terdakwa, 5. Asas
yang digunakan: Praduga tak bersalah, 6. Mengenai perdata, berbicara mengenai hak milik,
tanah, warisan, dan langsung berada pada gugatan pengadilan”. Prinsip-prinsip ini tentunya
wajib hukumnya dipegang oleh setiap pengacara, yang sudah disahkan, dilegalkan oleh
negara, melalui aturan yang mengikat sumpah setia mereka.

Dari semua hal dan pengalaman yang dikerjakan oleh Bpk. Lopianus Ngabalin, ada
kasus-kasus yang dijumpainya dan dikategorikan sebagai berat di mata perundangan secara
pidana maupun perdata. Kasus yang ia sampaikan ialah sebagai berikut: “Pada tahun 2009-
2010, ditemukan Kasus pemerkosaan anak sekolah dari sekolah Islam Al-Hilal. Korban
bernama Hasnah Tamihi. Tersangka pembunuhnya berjumlah 7 orang, dan kesemuanya
sudah ditangkap, namun para pengacara masih kesulitan menangani masalah itu. Mereka
(Para Pelaku) sangat lihai dalam menyembunyikan fakta dan barang bukti sebegitu rapinya.
Mereka pun ditahan di PolSek Keocang. Pasal 340 KUHP, dijatuhi penjara 20 tahun, dan
maksimal Hukum Mati.

Selain itu, ada juga kasus yang sudah menjadi penyelesaian kepada badan legislasi
lainnya, yaitu Narkotika. Dalam hal ini, bukan pada pengedarnya, tetapi kepada pemakainya
yang sudah overdosis. ‘Mengenai Narkotika, diterapkan Pasal 191 KUHAP. Belum pada
putusan pengadilan, tetapi berada pada pengawasan masyarakat yang berkepentingan
menangani masalah ini. Disini juga ikut terlibat di dalamnya BNN (Badan Narkotika
Nasional), sebagai tindak preventif yang diambil, untuk mencegah perbuatan “main hakim
sendiri” dari masyarakat.

Jika kedua contoh di atas masih berangkat pada kasus yang kadang kala ditemui di
sekitar Maluku, maka yang berikut ini adalah tanggapannya atas kasus yang terjadi di
Kalimantan Tengah, yaitu di daerah Seruyan. Di sana terjadi konflik antara tanah adat dan
pemilik usaha atau Investor yang dengan sengaja memberi ruang eksploitatif berupa pajak
tanah, tanpa memberdayakan lingkungan sekitar. Maka inilah pendapat pengacara tersebut:
“Perbuatan tersebut tentu melawan hukum. Konstitusi menjunjung tinggi hukum adat
perundangan. Sejak dahulu, semua pendatang harusnya pada hal ini melakukan pertemuan
bersama dalam pengelolaan tempat tersebut. Malah yang terjadi, kewenangan otoritas itu
dipermainkan. Maka dari itu haruslah ditegakkan lagi junjungan yang sebenarnya.

Dari semua yang disampaikan beliau, dapat disimpulkan bahwa tantangan hukum di
Negara Indonesia masih sangat rumit. Perlu penyelesaian berupa pihak ketiga atau netral
yang mestinya memberi solusi dan jalan keluarnya. Maka dari itu, sebagai pelaku hukum di
Negara Indonesia ini, keadilan mestinya sudah berangkat dan bermula dari diri sendiri, dalam
hidup sehari-hari. Meski tindakannya kecil, tetapi sudah menjadikan identitas keadilan itu
berada dan mengatur seadil-adilnya.

Anda mungkin juga menyukai