Anda di halaman 1dari 6

Tugas Makalah Bahasa Indonesia dengan Tema Ilmu Hukum

Penegakan Hukum Indonesia yang Tumpul ke Atas dan Tajam

ke Bawah

Disusun oleh:

Diah Ayu Ma'rifatul Jannah

E1A019061

Ilmu Hukum/A

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO

2019
A. Pendahuluan

Indonesia adalah negara yang demokratis dengan Pancasila sebagai


pedomannya. Setiap negara tentu memiliki hukum yang berlaku untuk mengatur
seluruh rakyatnya. Hukum berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia.
Pelaksanaan hukum berlangsung secara normal, damai, tetapi dapat terjadi juga
pelanggaran hukum. Dalam hal ini, hukum yang telah dilanggar itu harus
ditegakkan. Setiap orang mengharapkan kepastian hukum untuk melindungi
dirinya dari tindakan yang sewenang-wenang sehingga tercipta suatu ketertiban.
Penegakkan hukum juga harus memberi manfaat bagi masyarakat sehingga tidak
menimbulkan keresahan dalam masyarakat. Dalam pelaksanaan atau penegakan
hukum juga harus dilakukan dengan adil.

Namun, dalam praktik penegakan hukum sering terjadi ketidaksesuain


antara perbuatan yang dilanggar dengan penjatuhan hukumannya. Seringkali
putusan hakim tidak sesuai dengan perbuatan seseorang yang dilanggar. Hal ini
cenderung menjadikan hukum Indonesia menjadi tumpul ke atas dan tajam ke
bawah. Sebagai contoh kasus Baiq Nurul, seorang mantan karyawan honorer
SMA 7 di Mataram. Ia harus merasakan dinginnya penjara selama 6 bulan setalah
MA memvonis bersalah karena diduga melakukan pencemaran nama baik
Muslim, mantan kepala sekolah SMA 7 Mataram. Padahal Nuril sendiri
merupakan korban dari pelecehan seksual verbal yang dilakukan oleh mantan
kepala sekolah SMA 7 Mataram.

Ia selalu di hubungi oleh Muslim dan Muslim sendiri membahas hal-hal


yang kurang pantas dibicarakan seperti hubungan dirinya dengan wanita lain.
Perbincangan-perbincangan yang dilakukan bernada pelecehan dan banyak yang
menuduh bahwa Nuril punya hubungan gelap. Karena terganggu dan tidak tahan
dengan keadaan itu, akhirnya Nuril memberanikan diri merekam percakapan
untuk membuktikan bahwa dirinya tidak punya hubungan gelap dengan pria
tersebut.
Sayangnya rekaman itu tersebar ketika berada ditangan rekan kerjanya.
Muslim yang mengetahui rekaman tersebut melaporkan Nuril ke polisi atas dasar
pasal 27 ayat 1 UU ITE. Pengadilan Negeri Mataram memproses pelaporan dan
menyatakan tidak bersalah kepada Baiq Nuril. Kemudian Jaksa Penuntut Umum
mengajukan banding hingga kasasi ke Mahkamah Agung dan pada 26 September
2018 lalu, MA memutuskan Baiq Nuril bersalah. Nuril dijatuhi 6 bulan penjara
dengan denda 500 juta, jika denda tidak dibayar maka akan digantikan dengan
pidana kurungan 3 bulan penjara.

Tentu kasus ini menuai banyak kritik dari berbagai macam pihak karena
dinilai sangat tidak adil dimata hukum. Seorang korban pelecehan dipenjara,
sedangkan pelaku bisa bebas di luar sana. Putusan kasasi menyatakan bahwa Nuril
telah mentransmisikan rekaman suara dirinya dengan Muslim, padahal temannya
yang memindahkan rekaman tersebut. Kritik juga ditujukan kepada UU ITE yang
berlaku di Indonesia. Kasus tersebut ialah salah satu kasus dari ketidaksesuain
penegakan hukum di Indonesia.

B. Pembahasan

Melihat dari kasus Baiq Nurul, istilah "hukum tumpul ke atas dan tajam ke
bawah" dapat dikatakan sesuai dengan realita yang terjadi di Indonesia. Dengan
kata lain, hukum selalu memihak kaum atas yang dinilai seakan selalu benar,
sedangkan kaum bawah dinilai selalu salah. Hal ini membuktikan bahwa hukum
di Indonesia timpang sebelah saat dihadapkan antara kaum kelas atas dengan
kaum kelas bawah. Hal ini tentu sangat merugikan kaum kelas bawah yang tidak
memiliki daya untuk melawan kaum kelas atas saat terjadi suatu permasalahan.
Putusan hakim yang seringkali tidak sesuai menyebabkan kerugian bagi kaum
kelas bawah yang sebenarnya tidak bersalah dalam suatu kasus.

UU ITE merupakan Undang-Undang yang mengatur tentang informasi


serta transaksi elektronik, atau teknologi informasi secara umum. UU ITE
mencakup beberapa materi, salah satunya tentang konten ilegal, yang terdiri dari
kesusilaan, perjudian, penghinaan/pencemaran nama baik, pengancaman dan
pemerasan (Pasal 27, Pasal 28, dan Pasal 29 UU ITE) sehingga orang dapat
dengan mudah melaporkan seseorang dengan bukti mencemarkan nama baik di
media sosial. Walaupun sudah direvisi, tetapi masyarakat masih banyak yang
menganggap bahwa dengan adanya UU ITE menyebabkan pembatasan
berekspresi seseorang. Masyarakat menjadi bungkam dan takut untuk
menyuarakan pendapatnya tentang ketidakadilan yang terjadi di Indonesia. Oleh
karena itu, UU ITE bisa saja menimbulkan penyalahgunaan kekuasaan.

Putusan hakim Mahkamah Agung yang membatalkan putusan bebas


Pengadilan Negeri Mataram terhadap Baiq Nuril menunjukkan kualitas peradilan
di Indonesia yang belum baik karena tidak didasarkan pertimbangan yang
lengkap, yakni ada kasus pelecehan seksual yang menimpa Baiq Nuril. Penegakan
hukum yang dilakukan hanya berdasarkan undang-undang yang dibuat Dewan
Perwakilan Rakyat bersama pemerintah, dalam banyak hal digunakan untuk
melindungi kepentingan kekuasaan dengan mengabaikan rasa keadilan. Sudah
saatnya para penegak hukum dan hakim menumbuhkan kembali kepercayaan
masyarakat. Pada hakikatnya, tujuan penegakan hukum adalah untuk mewujudkan
apa yang hendak dicapai oleh hukum. Esensi dari tujuan hukum itu sendiri adalah
terletak pada keadilan.

Pancasila sebagai dasar falsafah, pandangan hidup, dasar negara, dan


sumber tertib hukum Indonesia yang menjiwai hukum Indonesia yang menjadi
landasan pembenar bagi pembangunan ilmu hukum Indonesia. Nilai-nilai
Pancasila seharusnya diimplementasikan dalam penegakan hukum Indonesia
yakni sesuai dengan ajaran agama dan adat rakyat Indonesia yang bertujuan
menciptakan keadilan di masyarakat. Ada berbagai kasus lain yang
menggambarkan kurangnya kualitas penegakan hukum di Indonesia. Aparat
penegak hukum yang menjadi pelaku berbagai pelanggaran hukum atau tindak
pidana disebabkan karena mereka tidak memahami eksistensi dirinya sebagai
seorang manusia.
Proses hukum akan berjalan dengan baik apabila hakim memiliki
kekuasaan yang merdeka tanpa dipengaruhi tekanan pihak lain seperti yang
tertuang dalam pasal 24 ayat 1 UUD 1945 “ Kekuasaan kehakiman adalah
kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradian guna menegakkan
hokum dan keadilan. Hakim-hakim yang menjabat harus memiliki kesadaran
hukum yang kuat dan mengesampingkan segala nafsunya. Agar terciptanya
penegakan hukum yang adil. Maka diperlukan kerjasama oleh seluruh lapisan
masyarakat, baik aparat pemerintah, aparat penegak hukum, maupun dari
masyarakat sendiri.

C. Penutup

Penegakan hukum di Indonesia dapat ditegakkan melalui peraturan atau


undang-undang yang dibuat dengan mempertimbangkan asas kemanusiaan,
keadilan, dan kebenaran. Seorang hakim juga hendaknya tidak menutup mata
terhadap ketidakberdayaan seseorang seperti Baiq Nuril yang juga merupakan
korban pelecehan seksual atasannya. Seperti yang telah dijelaskan, proses hukum
akan berjalan dengan baik apabila hakim memiliki kekuasaan yang merdeka tanpa
pengaruh atau tekanan pihak lain. Aparat hukum hendaknya memegang
kepercayaan dari masyarakat dengan sebaik-baiknya. Kerjasama dari masyarakat
juga sangat diperlukan agar sistem hukum dan penegakan hukum di Indonesia
dapat berjalan dengan baik dan berkualitas unggul.
D. Daftar Pustaka

Iswanto. 2019. Pengantar Ilmu Hukum. Purwokerto: Universitas Jenderal


Soedirman.

Agiyanto, Ucuk. "Eksplorasi Konsep Keadilan Berdimensi Ketuhanan" dalam


PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA (hlm. 501). Ponorogo:
Universitas Muhammadiyah Ponorgo.

Kompasiana. 2018. Hukum yang Tumpul ke Atas Tajam ke Bawah.


https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/alexandra01/5
c03a. 99112ae947d21159b92/hukum-yang-
tumpul-keatas-tajam-kebawah. Diakses tanggal 1 November 2019.

Voaindonesia. 2019. Kasus Baiq Nuril: Pakar Nilai Putusan MA Tak Beri
Kepastian Hukum.

https://www.google.com/amp/s/www.voaindonesia.com/amp/4760594.ht
ml. Diakses tanggal 2 November 2019.

Arahjaya. 2019. Menolak Putusan Hukum Dan Hakim Tidak Memenuhi Prinsip
Keadilan. https://arahjaya.com/2019/08/06/menolak-putusan-hukum-dan-
hakim-tidak-memenuhi-prinsip-keadilan/. Diakses tanggal 5 November
2019.

Anda mungkin juga menyukai