DISUSUN OLEH :
PPKN 1A
“DEMI ALLAH ISI MAKALAH INI 100% HASIL KARYA SENDIRI, TIDAK ADA
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan
begitu banyak rahmat dan karunia-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu. Shalawat dan salam tidak lupa saya panjatkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW. Yang telah membawa umatnya dari alam kegelapan ke alam yang terang
benderang, dari zaman jahiliyah menuju alam yang bertabur ilmu yang kita nikmati saat ini.
Makalah ini di susun bertujuan untuk memenuhi penugasan akhir, adapun topik dari
makalah ini yaitu, mengenai permasalahan dalam implementasi hukum positif di indonesia
dewasa ini yang saya angkat jadi pembahasan yang mempengaruhi pengimplementasian
hukum positif yaitu penegakkan hukum yang tidak adil sebab rendahnya moralitas penegak
hukum.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak kesalahan dan jauh dari
kata sempurna yang dikarekan keterbatasan ilmu sehingga saya sangat membutuhkan segala
bentuk kritik dan saran dari pembaca maupun dari bapak Dr. Firman Umar, M.Hum selaku
pengampu mata kuliah pengantar hukum indonesia. Saya sangat berharap makalah ini dapat
menjadi renungan saya sendiri maupun kepada pembaca sehingga bisa tercipta tatanan
kehidupan berbangsa yang adil dan beradab yang berlandaskan atas nilai nilai pancasila.
21 November 2021
penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
UUD 1945 pada pasal 1 ayat 3 yang berbunyi “Negara indonesia adalah negara
hukum”, yang artinya penegak hukum harus adil dan dapat di pertanggungjawabkan
yang dimana hukum indonesia berlandaskan pada nilai nilai dan norma norma yang
terkandung dalam pancasila yang merupakan dasar negara atau pedoman hidup
baik itu rakyat, pejabat maupun pemimpin negara itu sendiri bisa di kenakan sanksi.
negara hukum yaitu, supremasi hukum, kesetaraan hukum dan penegakkan hukum
yang tidak bertentangan dengan hukum. Indonesia sendiri adalah negara hukum yang
aparat penegak hukum itu berperan sebagai pengayom dan pelindung bagi masyarakat
bukan sebaliknya. Dan indonesia termasuk negara hukum yang materil sehingga
Namun, akhir akhir ini banyak sekali kasus pelanggaran hukum baik itu
sesuai dengan hukum yang berlaku, adapun tahanan yang merupakan pejabat
ditempatkan di sel yang bisa dikatakan tidak layak karena dalam satu sel bisa di isi
puluhan orang yang jauh dari kapasitasnya hal ini menandakan adanya
ketidaksamaan kedudukan di mata hukum. Hal ini bisa sangat di pertanyakan apa
B. Pernyataan masalah
penerapannya pancasila hanya sekedar slogan saja lantaran tidak dilaksanakan secara
murni dan konsekuen terhadap nilai nilai pancasila yaitu pada sila 5 “keadilan sosial
bagi seluruh rakyat indonesia”, namun nyatanya tidaklah begitu dimana rakyat biasa
tidak memperoleh keadilan yang sebagaimana seharusnya. Hal ini menandakan bahwa
pancasila tidak dijadikan sebagai pijakan atau landasan untuk menjalankan hukum
murni dan konsekuen yang terjadi di lapangan adalah krisis moral dimana seluruh
aspek atau lapisan kehidupan bernegara dan berbangsa yang bisa membuat bangsa ini
terpecah bela.
Adapun penyebab lainnya yaitu oknum penegak hukum yang gila akan uang
dan yang bersifat duniawi sehingga mereka tidak mempedulikan rakyat yang haus
akan keadilan, justru rakyat biasa ditindak keras sedangkan mereka yang memiliki
jabatan harta melimpah bisa bebas dari jeratan hukum. Sehingga tidak heran jika
rakyat haus akan keadilan mereka akan menjalankan aksi demo untuk menuntut hak
mereka, karena mereka tidak memliki kepercayaan kepada wakil wakil mereka yaitu
DPR yang biasa acuh tak acuh terhadap kasus kasus yang terjadi yang mana mereka
pemengang ujung tombak untuk mewujudkan keadilan, justru mendapatkan kritik dari
rakyat, lantaran memutuskan perkara yang tidak adil, sehingga rakyat sendiri
binggung mau bagaimana karena kondisi hukum di negeri ini tidak sesuai dengan
nilai nilai dan norma pancasila dan amanat dari UUD 1945.
penyelesain masalah.
Dalam hal ini kesadaran terhadap hukum sangatlah penting bagi rakyat dalam
hukum.
justru para penegak hukum itu sendiri tidak memahami akan moralnya
terhadap pancasila. Sehingga hal ini yang merupakan pemicu dari tindakan
KKN yang tidak bisa selesai lantaran yang melakukan tindakan tersebut
di tengah sorotan publik. Seorang jaksa nonaktif dari Kejari Cibinong, Sistoyo, telah
tertangkap tangan oleh tim KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dan kini ditetapkan
sebagai tersangka kasus suap dalam perkara pemalsuan dokumen pembangunan Pasar
Festival, Cisarua Bogor. Lalu jaksa HS yang menjabat Kasie Pidum Kejaksaan Negeri
Lamongan, Jawa Timur, diisukan menghamili seorang wanita MIS yang menjadi
tahanan di Rutan Klas I Medaeng pada 2009. Bahkan wanita itu menuntut HS untuk
Kita melihat kasus tersebut hanya contoh kecil yang menunjukkan betapa
persoalan integritas moral dan etika para penegak hukum masih menjadi problem
pelanggaran etika, yang sejatinya menjunjung tinggi dan melindungi etika profesi
sebagai penjaga keadilan dan ketertiban hukum di mata publik. Jika kualitas moral
jaksa dan hakim seperti ini, lantas bagaimana penegak hukum yang bertanggung
jawab atas kokohnya keadilan hukum di Indonesia, Apalagi dikaitkan dengan hasrat
dan tekad semua pihak untuk memberantas korupsi di negeri ini, integritas para
penegak hukum tentu sangatlah penting. Kasus yang terungkap keluar itu sangat
mungkin ibarat gunung es, dengan kasus yang tidak terberitakan, tidak tersentuh, atau
tersembunyi mungkin jauh lebih banyak lagi. Terkait agenda pemberantasan korupsi
dan pembangunan ketertiban hukum serta keadilan, sangatlah penting untuk melihat
kembali bagaimana reformasi hukum yang sedang dijalankan mampu membawa
perbaikan pada integritas penegak hukum. Sebab, jaksa dan hakim menduduki posisi
publik secara luas. Mereka dianggap tidak bermoral terhadap kehidupan masyarakat
yang mendambakan keadilan dalam proses penegakan hukum. Mereka seolah hanya
memikirkan kenyamanan dan kenikmatan hidup sendiri dan keluarganya saja, tanpa
kekuasaan (abuse of power) di tengah banyak orang menuntut rasa keadilan di mata
hukum. Sikap dan perilaku jaksa dan hakim seperti itu jelas sangat melukai hati
rakyat. Bagaimana kita bisa mempercayai mereka yang konon siap membela
kepentingan rakyat. Ke depan, adalah tugas Komisi Kejaksaan dan Komisi Yudisial
untuk lebih proaktif mengawasi perilaku jaksa dan hakim yang cenderung ”nakal”
agar tidak menjadi penyakit menular di lingkungannya. Karena orang mudah tergoda
untuk berperilaku yang sama ketika orang-orang di sekitarnya melakukan hal tersebut.
terhadap hukum
setiap sila yang terdapat pada dasar negara Indonesia ini. Apabila semua pihak telah
sadar akan pentingnya menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan, hukum, dan kemanusiaan
yang ada dalam masyarakat, maka hukum di negeri ini pastilah dapat berjalan secara
efektif.
demokrasi dan adanya tindakan tegas dari pemerintah atas segala penyelewengan
tentang penegakan hukum di Indonesia dengan bebas tanpa adanya perasaan takut akan
Dengan kata lain, ketika seseorang diperlakukan tidak adil oleh hukum yang
berlaku, sudah seperti kewajiban moral bagi kita sebagai manusia dan bagian dari
masyarakat untuk menolak hukum tersebut, karena hukum seharusnya berlaku bagi
Kemudian, adanya penanaman moral sejak dini mengenai etika terhadap nilai
dan norma pada sila sila pancasila itu sendiri. Dan lebih mementingkan kepemtingan
dari pada kepetingan pribadi maupun kelompok tertentu saja. Degradasi moral ini
sendiri sangatlah melenceng dari ajaran agama, sehingga membuat seseorang gampang
terpengaruhi oleh sikap yang liberal. Sehingga agama sangat berperan dalam
pembentukkan karakter dan moral seseorang, lantaran seseorang memiliki moral yang
tidak baik itu berasal dari kebiasaan mereka sedari kecil, sehingga ketika mereka
dewasa perilaku yang tidak terpuji tersebut atau pelanggaran terhadap norma norma
hukum mereka anggap biasa yang biasanya mereka suap menyuap untuk terbebas dari
jeratan hukum.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
tidak membeda-bedakan antar satu golongan dengan golongan yang lain karena
hal ini bisa memicu pecahnya kesatuan dan persatuan. keadilan tidak
sepenuhnya bisa dijalankan lantaran sikap dari penegak hukum itu sendiri yang
tidak memiliki moral atas nilai dan norma norma pada sila pancasila lantaran
melanggar hukum tersebut, ini adalah kesenjangan hukum sudah berlarut larut.
B. Saran
Ketika seseorang diperlakukan tidak adil oleh hukum yang berlaku, sudah
seperti kewajiban moral bagi kita sebagai manusia dan bagian dari masyarakat
untuk menolak hukum tersebut, karena hukum seharusnya berlaku bagi semua
moral sejak dini mengenai etika terhadap nilai dan norma pada sila sila
kepetingan pribadi maupun kelompok tertentu saja. Degradasi moral ini sendiri