Anda di halaman 1dari 5

Peran Lembaga Peradilan dalam Penegakan Hukum dan

HAM
Kompas.com - 28/02/2020, 19:45 WIB
Bagikan:
Komentar

KOMPAS IMAGES / DHONI SETIAWANGedung Mahkamah Agung.


Cari soal sekolah lainnya
Penulis Arum Sutrisni Putri
|
Editor Arum Sutrisni Putri

KOMPAS.com - Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah negara hukum


yang artinya kehidupan kenegaraan berdasarkan kepada hukum.
Untuk menjaga dan mengawasi hukum agar berjalan efektif maka dibentuklah lembaga
peradilan.
Tahukah kamu apa perbedaan peradilan dan pengadilan?
Beda peradilan dan pengadilan
Arti badan peradilan dan pengadilan sering dipersamakan di tengah masyarakat padahal
penjelasan mengenai keduanya tidak sama.
Dikutip dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, pengadilan
(rechtsbank, court) dan peradilan (rechtspraak, judiciary) memiliki arti yang berbeda.
Pengadilan adalah badan yang melakukan peradilan, yaitu memeriksa dan memutus
sengketa-sengketa hukum dan pelanggaran-pelanggaran hukum atau undang-undang.
Peradilan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tugas negara menegakkan
hukum dan keadilan.
Lembaga peradilan
Berdasarkan ketentuan UUD 1945 pasal 24 yang selanjutnya diatur di UU RI No. 48 Tahun 2009
pasal 18 tentang kekuasaan kehakiman.
Menurut UU tersebut, kekuasaan kehakiman di Indonesia ada pada dua badan, yaitu:
1. Mahkamah Agung (MA) dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam
lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer,
lingkungan peradilan tata usaha negara.
2. Mahkamah Konstitusi
Penegakan hukum melalui badan peradilan menempati kedudukan yang sangat strategis.
Dalam Etika Hakim Dalam Penyelenggaraan Peradilan (2007) karya Abdul Manan,
lembaga peradilan bertindak untuk menyelesaikan segala sengketa yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat
Serta menghukum orang-orang yang melanggar hukum sesuai dengan hukum yang telah
ditentukan.
Lembaga peradilan adalah sarana bagi masyarakat untuk mendapatkan keadilan dan
perlakuan yang semestinya di depan hukum.
Artinya, bila suatu negara yang tidak mementingkan keberadaan lembaga peradilan atau
mengecilkan peranannya, maka negara itu akan mengalami kesulitan dalam menjalankan roda
pemerintahan.
Keadilan, kepastian hukum, ketertiban dan kedamaian tidak akan terwujud bila suatu
negara tidak mementingkan keberadaan lembaga peradilan.
Selain badan peradilan, peran lembaga penegak hukum juga sangat mendukung
terwujudnya keadilan dan kedamaian.
Beberapa lembaga penegak hukum di Indonesia, yaitu:
1. Kepolisian Negara RI diatur dalam UU RI No. 2 Tahun 2002
2. Kejaksaan RI diatur dalam UU RI No. 16 Tahun 2004
3. Hakim sebagai Pelaksana Kekuasaan Kehakiman diatur dalam UU RI No. 4 Tahun 2004
4. Advokat dalam penegakan hukum diatur dalam UU RI No. 18 Tahun 2003
5. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) diatur dalam UU RI No. 30 Tahun 2002
Penting, Peran Lembaga Penegak Hukum dalam
Pembangunan Ekonomi
Jumat, 1 November 2019 | 18:57 WIB
Oleh : Rully Satriadi / RSAT

Ates (Foto: Beritasatu Photo)


Jakarta, Beritasatu.com - Pembangunan ekonomi adalah pembangunan lintas-sektor.
Kondisi perekonomian nasional akan berkembang jika ada dukungan dari sektor-sektor lain
termasuk adanya dukungan dari sektor hukum dan lembaga penegak hukum. Oleh sebab itu,
peran hukum dan lembaga/aparat penegak hukum dalam pembangunan ekonomi sangat penting.
Hal itu dikatakan Ketua Forum Masyarakat Peduli Reformasi Kejaksaan Agung, Ates
kepada wartawan di Jakarta, Jumat (1/11/2019).
Ates sependapat dengan arahan Presiden Joko Widodo perlunya segera melakukan reformasi
tata hukum untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dalam berbagai kesempatan Presiden
Jokowi menegaskan bahwa sering kali investor atau BUMN takut melakukan investasi dan
kegiatan bisnis dikarenakan adanya ketidakpastian hukum serta perilaku penegak hukum yang
sering mencari-cari kesalahan pelaku bisnis.
“Hal ini tentu akan sangat menghambat kegiatan pengembangan ekonomi Indonesia. Wajar
jika kemudian investor memilih negara lain untuk menanamkan investasinya,” ujar Ates.
Dikatakan apalagi saat ini kondisi ekonomi global sedang tidak menentu. Tentunya hal ini
bisa berdampak langsung terhadap perekonomian Indonesia. Untuk itu perlu memperkuat
seluruh pilar kelembagaan dan regulasi untuk menghadapi ancaman resesi ekonomi global dan
ancaman pelambatan perekonomian nasional.
Mengantisipasi hal itu, menurutnya aparat penegak hukum perlu melakukan langkah-
langkah konkret di antaranya yakni berkolaborasi dengan pelaku bisnis agar kegiatan bisnis
mendapatkan jaminan kepastian hukum.
Aparat penegak hukum harus mengembangkan kegiatan pelayanan hukum, perlindungan
hukum, dan penyadaran hukum kepada pelaku bisnis. ”Jika hal ini sudah dilakukan namun
pelaku bisnis tetap melanggar hukum, maka aparat penegak hukum harus melakukan
penindakan. Namun pencegahan dan penindakan hukum harus berjalan seiring dalam kerangka
pemecahan permasalahan bukan dalam kerangka mencari-cari kesalahan,” katanya.
Selain itu melakukan supervisi yang harmonis dan sinergis dengan seluruh komponen
bangsa, termasuk dengan asosiasi pengusaha dan organisasi masyarakat. Aparat penegak hukum
jangan hanya berkutat di antara lembaga penegak hukum saja nam un perlu memperkuat kerja
sama dengan asosiasi pengusaha dan organisasi masyarakat.
Selanjutnya mengembangkan dan menciptakan stabilitas keamanan dan hukum. Hal ini
perlu dilakukan agar dapat mewujudkan ketahanan nasional yang tangguh di tengah persaingan
global dan guna mewujudkan terlaksananya pembangunan ekonomi nasional dan daerah.
Ates juga menyarankan agar aparat penegak hukum melakukan penataan dan pembenahan
manajemen penyelidikan dan penyidikan terhadap kasus-kasus yang terkait dengan kegiatan
bisnis. Aparat penegak hukum harus mengembangkan penerapan sistem dan cara kerja yang
mengedepankan bukti-bukti yang berkualitas untuk menghindari kekeliruan dalam penerapan
pasal dan atau dibatalkannya penetapan tersangka oleh hakim praperadilan.
Kemudian mendukung langkah-langkah kementerian/lembaga lain dan pemerintah daerah
dalam penciptaan iklim perekonomian yang kondusif. Beberapa kementerian/lembaga dan
pemerintah daerah sering kali tidak memiliki keberanian untuk melakukan inovasi dikarenakan
tidak adanya dukungan dari aparat penegak hukum. “Jika kondisi ini tidak segera diatasi, maka
kegiatan bisnis yang inovatif akan macet,” tambahnya.
Terakhir menurutnya yang harus dilakukan adalah mengembangkan kerja sama pencegahan
dan penindakan kasus kejahatan bisnis lintas negara. Dengan masifnya bisnis dan perdagangan
antar negara, aparat penegak hukum perlu pengembangkan kerja sama lintas negara sehingga
dapat mencegah kerugian ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup atas praktik-praktik bisnis yang
tidak baik yang dilakukan oleh perusahaan nasional dan transnasional.

Sumber:Suara Pembaruan
Bangun Sinergi Penegak Hukum, Kapolri: Harus
Ada Saling Percaya
Arsito Hidayatullah | Erick Tanjung
Rabu, 30 Desember 2015 | 08:24 WIB

Kapolri Jenderal Badrodin Haiti. [suara.com/Kurniawan Mas'ud]

Badrodin mengakui tidak mudah membangun sinergi antar-


lembaga penegak hukum itu.
Suara.com - Kapolri Jenderal Badrodin Haiti berharap kerja sama dengan Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) bisa lebih solid, terutam dengan pimpinan KPK yang baru.
Namun begitu, dia mengakui tidak mudah membangun sinergi antar-lembaga penegak hukum,
khususnya antara kepolisian dengan KPK, termasuk dengan kejaksaan.

"Mau saya seperti itu (menghilangkan ego sektoral antar-penegak hukum). Tapi bersinergi itu
kan tidak gampang," kata Badrodin di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (30/12/2015).

Dalam membangun sinergi antar-lembaga penegak hukum itu, Badrodin menilai harus ada
komitmen dari masing-masing lembaganya. Yang paling utama adalah adanya saling percaya
antar-lembaga. Hal itu juga ditegaskan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat meresmikan
gedung baru KPK, Selasa (29/12).

"Pertama harus kerja sama. Kedua, harus ada komitmen masing-masing. Ketiga, harus ada saling
percaya. Ini yang paling sulit. Oleh karena itu, Presiden menyampaikan harus menghilangkan
ego sektoral (antar-lembaga)," ujar Kapolri lagi.

Badrodin menegaskan, sesama penegak hukum harusnya memang saling percaya, sehingga
kerja-kerja terjalin melalui kerja sama yang baik dan menguntungkan negara. Masalahnya,
seperti diketahui selama ini, masih cukup menonjol keberadaan ego sektoral antar-lembaga.

"Masing-masing harusnya ada kepercayaan, antara Polri dengan Kejaksaan dan KPK. Kalau
tidak saling percaya, tidak mungkin ada kerja sama yang baik," terangnya.
Firli: Peran serta Polri dibutuhkan KPK
dalam pemberantasan korupsi
Rabu, 1 Juli 2020 14:31 WIB

Ketua KPK Firli Bahuri. (Antara/Benardy Ferdiansyah)

Ibarat pepatah menegakkan benang basah, berbicara perihal penegakan hukum khususnya
pemberantasan korupsi, KPK tentunya tak dapat berdiri sendiri namun perlu bersinergi dengan
aparat penegak hukum yang lainnya
Jakarta (ANTARA) - Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri mengatakan
peran serta dan sinergitas dari Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) sangat dibutuhkan
KPK dalam pemberantasan korupsi.

Firli dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Rabu terkait memperingati Hari Bhayangkara ke-74
menyebut KPK tidak dapat berdiri sendiri dalam menjalankan fungsi, tugas, dan kewajibannya
sebagai garda terdepan pemberantasan korupsi di Indonesia.

"Ibarat pepatah menegakkan benang basah, berbicara perihal penegakan hukum khususnya
pemberantasan korupsi, KPK tentunya tak dapat berdiri sendiri namun perlu bersinergi dengan
aparat penegak hukum yang lainnya," tuturnya.

Menurut dia, peran serta dan sinergitas seluruh elemen bangsa khususnya lembaga penegak
hukum di Indonesia, termasuk dari Korps Bhayangkara, jelas sangat dibutuhkan KPK.

"Syukur Alhamdulillah sejak awal KPK berdiri dan hingga saat ini, Polri telah menugaskan
putera-puteri terbaik, anak bangsa yang memiliki jiwa Tribrata dan Catur Prasetya untuk
bersama-sama berjuang memberantas korupsi yang telah berurat akar di negeri ini," ucap mantan
Kapolda Sumatera Selatan itu.

Lebih lanjut, ia pun menyatakan dalam pertemuan antara pimpinan KPK dengan Kapolri
Jenderal Idham Azis beberapa waktu lalu ada tiga fokus yang disepakati dan harus dikerjakan
bersama merujuk pada Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2018 tentang Strategi Nasional
Pencegahan Korupsi.

Fokus pertama tentang bagaimana KPK dan Polri bersinergi dalam tata niaga dan pelayanan
publik guna pemberantasan korupsi yang berhasil guna dan berdaya guna, akuntabel, transparan
dan tidak timbul korupsi, kedua tentang pengelolaan keuangan negara, dan ketiga soal penegakan
hukum dan reformasi birokrasi.

Sementara soal peringatan Hari Bhayangkara ke-74 yang mengusung tema "Kamtibmas
Kondusif, Masyarakat Makin Produktif", kata Firli, pimpinan KPK mengapresiasi kebijakan
Kapolri terkait perayaan dengan berbagai kegiatan sosial serentak di seluruh daerah yang sangat
bermanfaat dan dirasakan masyarakat di tengah pandemik COVID-19.

"Mari kita jadikan momentum Hari Bhayangkara untuk mematri diri sendiri sebagai penjaga dan
pengawal keutuhan NKRI. Bhayangkara menjaga keselamatan masyarakat sebagai hukum
tertinggi (salus populi suprema lex ecto). Hari Bhayangkara perlu dimaknai dalam upaya
pemberantasan korupsi," ujar Firli.

Menurut dia, Hari Bhayangkara seyogyanya juga diisi dengan aksi pemberantasan korupsi
sebagai bentuk pengabdian diri kepada Ibu Pertiwi.

"Semoga semangat Hari Bhayangkara yang memiliki nilai suci penuh arti tanpa korupsi selalu
mewarnai tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara," kata dia.

Pewarta: Benardy Ferdiansyah


Editor: Chandra Hamdani No
Sigit Riyanto: Peran Lembaga Pengadilan dalam
Menjaga Integritas Hukum
Selasa, 10 September 2019 | 11:07 WIB
 Cetak    Dibaca: 3507756

Narasumber dalam Diskusi Panel bertajuk \"Tantangan Menjaga Integritas dalam Penegakan
Hukum dan Keadilan\" yang digelar pada Selasa (10/9/2019) di Fakultas Hukum UGM,
Yogyakarta. Foto: Humas/Hermanto

YOGYAKARTA, HUMAS MKRI - Seperti yang diketahui, kekuatan politik dan kepentingan
ekonomi sudah dapat dirasakan mulai dari pembentukan dan merumuskan norma hukum. Hal ini
disampaikan oleh Sigit Riyanto selaku Dekan dan Guru Besar FH UGM sebagai pembicara
terakhir dalam diskusi panel bertajuk "Tantangan Menjaga Integritas dalam Penegakan Hukum
dan Keadilan" yang digelar pada Selasa (10/9/2019) di Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta.

Sigit menjelaskan supremasi hukum dan keadilan perlu didukung dengan berbagai elemen yang
mendukung. Mulai dari penegakan hukum dan keadilan, standar etika dan standar perilaku,
kesetaraan, keadilan penerapan, transparansi dan akuntabilitas, serta kapasitas dan kompetensi.

Selain itu, Sigit juga berpendapat hal yang sama mengenai pendapat Romo Beny yang
merupakan pembicara sebelumnya pada diskusi panel bahwa dalam hukum terdapat kepercayaan
dan hati nurani. Namun bersinggungan ketika mahasiswa di kampus belajar tentang dasar ilmu
hukum, hukum merupakan sebagai ilmu menyelesaikan konflik kepentingan. Sehingga hukum
bukanlah hal yang teknis semata dalam menyelesaikan konflik, maka terdapat norma, nilai
sosial, dan rasa percaya. “Disinilah peran lembaga pengadilan untuk menjaga kepercayaan
publik,” tegas Sigit.

Kemudian, Sigit menjelaskan kebebasan pengadilan dan hakim dibangun atas kepercayaan
publik dan untuk menjaga hakim harus memiliki standar etik tertentu. Sehingga integritas
dimulai pada pengadilan hukum.

“Dalam hal ini lembaga peradilan diharapkan mampu menguji dan menerapkan hukum dengan
mempertimbangkan kebenaran dan kemanfaatannya. Selain itu, lembaga peradilan diharapkan
mampu memberi putuaan yang membangun standar sosial baru dan menafsirkan hukum,”
pungkas Sigit. (Tiara A./LA)

Anda mungkin juga menyukai