HAM
Kompas.com - 28/02/2020, 19:45 WIB
Bagikan:
Komentar
Sumber:Suara Pembaruan
Bangun Sinergi Penegak Hukum, Kapolri: Harus
Ada Saling Percaya
Arsito Hidayatullah | Erick Tanjung
Rabu, 30 Desember 2015 | 08:24 WIB
"Mau saya seperti itu (menghilangkan ego sektoral antar-penegak hukum). Tapi bersinergi itu
kan tidak gampang," kata Badrodin di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (30/12/2015).
Dalam membangun sinergi antar-lembaga penegak hukum itu, Badrodin menilai harus ada
komitmen dari masing-masing lembaganya. Yang paling utama adalah adanya saling percaya
antar-lembaga. Hal itu juga ditegaskan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat meresmikan
gedung baru KPK, Selasa (29/12).
"Pertama harus kerja sama. Kedua, harus ada komitmen masing-masing. Ketiga, harus ada saling
percaya. Ini yang paling sulit. Oleh karena itu, Presiden menyampaikan harus menghilangkan
ego sektoral (antar-lembaga)," ujar Kapolri lagi.
Badrodin menegaskan, sesama penegak hukum harusnya memang saling percaya, sehingga
kerja-kerja terjalin melalui kerja sama yang baik dan menguntungkan negara. Masalahnya,
seperti diketahui selama ini, masih cukup menonjol keberadaan ego sektoral antar-lembaga.
"Masing-masing harusnya ada kepercayaan, antara Polri dengan Kejaksaan dan KPK. Kalau
tidak saling percaya, tidak mungkin ada kerja sama yang baik," terangnya.
Firli: Peran serta Polri dibutuhkan KPK
dalam pemberantasan korupsi
Rabu, 1 Juli 2020 14:31 WIB
Ibarat pepatah menegakkan benang basah, berbicara perihal penegakan hukum khususnya
pemberantasan korupsi, KPK tentunya tak dapat berdiri sendiri namun perlu bersinergi dengan
aparat penegak hukum yang lainnya
Jakarta (ANTARA) - Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri mengatakan
peran serta dan sinergitas dari Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) sangat dibutuhkan
KPK dalam pemberantasan korupsi.
Firli dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Rabu terkait memperingati Hari Bhayangkara ke-74
menyebut KPK tidak dapat berdiri sendiri dalam menjalankan fungsi, tugas, dan kewajibannya
sebagai garda terdepan pemberantasan korupsi di Indonesia.
"Ibarat pepatah menegakkan benang basah, berbicara perihal penegakan hukum khususnya
pemberantasan korupsi, KPK tentunya tak dapat berdiri sendiri namun perlu bersinergi dengan
aparat penegak hukum yang lainnya," tuturnya.
Menurut dia, peran serta dan sinergitas seluruh elemen bangsa khususnya lembaga penegak
hukum di Indonesia, termasuk dari Korps Bhayangkara, jelas sangat dibutuhkan KPK.
"Syukur Alhamdulillah sejak awal KPK berdiri dan hingga saat ini, Polri telah menugaskan
putera-puteri terbaik, anak bangsa yang memiliki jiwa Tribrata dan Catur Prasetya untuk
bersama-sama berjuang memberantas korupsi yang telah berurat akar di negeri ini," ucap mantan
Kapolda Sumatera Selatan itu.
Lebih lanjut, ia pun menyatakan dalam pertemuan antara pimpinan KPK dengan Kapolri
Jenderal Idham Azis beberapa waktu lalu ada tiga fokus yang disepakati dan harus dikerjakan
bersama merujuk pada Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2018 tentang Strategi Nasional
Pencegahan Korupsi.
Fokus pertama tentang bagaimana KPK dan Polri bersinergi dalam tata niaga dan pelayanan
publik guna pemberantasan korupsi yang berhasil guna dan berdaya guna, akuntabel, transparan
dan tidak timbul korupsi, kedua tentang pengelolaan keuangan negara, dan ketiga soal penegakan
hukum dan reformasi birokrasi.
Sementara soal peringatan Hari Bhayangkara ke-74 yang mengusung tema "Kamtibmas
Kondusif, Masyarakat Makin Produktif", kata Firli, pimpinan KPK mengapresiasi kebijakan
Kapolri terkait perayaan dengan berbagai kegiatan sosial serentak di seluruh daerah yang sangat
bermanfaat dan dirasakan masyarakat di tengah pandemik COVID-19.
"Mari kita jadikan momentum Hari Bhayangkara untuk mematri diri sendiri sebagai penjaga dan
pengawal keutuhan NKRI. Bhayangkara menjaga keselamatan masyarakat sebagai hukum
tertinggi (salus populi suprema lex ecto). Hari Bhayangkara perlu dimaknai dalam upaya
pemberantasan korupsi," ujar Firli.
Menurut dia, Hari Bhayangkara seyogyanya juga diisi dengan aksi pemberantasan korupsi
sebagai bentuk pengabdian diri kepada Ibu Pertiwi.
"Semoga semangat Hari Bhayangkara yang memiliki nilai suci penuh arti tanpa korupsi selalu
mewarnai tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara," kata dia.
Narasumber dalam Diskusi Panel bertajuk \"Tantangan Menjaga Integritas dalam Penegakan
Hukum dan Keadilan\" yang digelar pada Selasa (10/9/2019) di Fakultas Hukum UGM,
Yogyakarta. Foto: Humas/Hermanto
YOGYAKARTA, HUMAS MKRI - Seperti yang diketahui, kekuatan politik dan kepentingan
ekonomi sudah dapat dirasakan mulai dari pembentukan dan merumuskan norma hukum. Hal ini
disampaikan oleh Sigit Riyanto selaku Dekan dan Guru Besar FH UGM sebagai pembicara
terakhir dalam diskusi panel bertajuk "Tantangan Menjaga Integritas dalam Penegakan Hukum
dan Keadilan" yang digelar pada Selasa (10/9/2019) di Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta.
Sigit menjelaskan supremasi hukum dan keadilan perlu didukung dengan berbagai elemen yang
mendukung. Mulai dari penegakan hukum dan keadilan, standar etika dan standar perilaku,
kesetaraan, keadilan penerapan, transparansi dan akuntabilitas, serta kapasitas dan kompetensi.
Selain itu, Sigit juga berpendapat hal yang sama mengenai pendapat Romo Beny yang
merupakan pembicara sebelumnya pada diskusi panel bahwa dalam hukum terdapat kepercayaan
dan hati nurani. Namun bersinggungan ketika mahasiswa di kampus belajar tentang dasar ilmu
hukum, hukum merupakan sebagai ilmu menyelesaikan konflik kepentingan. Sehingga hukum
bukanlah hal yang teknis semata dalam menyelesaikan konflik, maka terdapat norma, nilai
sosial, dan rasa percaya. “Disinilah peran lembaga pengadilan untuk menjaga kepercayaan
publik,” tegas Sigit.
Kemudian, Sigit menjelaskan kebebasan pengadilan dan hakim dibangun atas kepercayaan
publik dan untuk menjaga hakim harus memiliki standar etik tertentu. Sehingga integritas
dimulai pada pengadilan hukum.
“Dalam hal ini lembaga peradilan diharapkan mampu menguji dan menerapkan hukum dengan
mempertimbangkan kebenaran dan kemanfaatannya. Selain itu, lembaga peradilan diharapkan
mampu memberi putuaan yang membangun standar sosial baru dan menafsirkan hukum,”
pungkas Sigit. (Tiara A./LA)