Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS KASUS MUNIR

( HUKUM PIDANA LANJUTAN )

DI SUSUN OLEH :

RANDY OEIYANO

NIM : 182020619

PROGRAM STUDI HUKUM

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN KEPENDIDIKAN

UNIVERSITAS HEIN NAMOTEMO 2018


BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

15 tahun hampir berlalu, Kasus pembunuhan di udara belum diusut tuntas. Pembunuhan kejam
akibat melawan kalangan atas. Niat belajar malah berujung nahas. Bergerak sebagai aktivis, yang
gigih memperjuangkan keadilan meskipun situasi sedang panas. Kasus demi kasus diusut tuntas.
Pahlawan bagi rakyat yang tertindas. Itulah Munir, seorang aktivis Kemanusiaan yang telah
membantu banyak orang untuk memperjuangkan keadilan khususnya pelanggaran HAM. Namun
sayang, dia diracun saat penerbangan ke Belanda. Kasus Pembunuhan Munir belum selesai
hingga saat ini. Janji demi janji telah terucap, namun belum ada tindakan tegas dari pemerintah.

Rumusan Masalah

Apa hubungan kasus Munir dengan kemanusiaan yang ada di Indonesia?


BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Kemanusiaan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) manusia adalah makhluk yang berakal budi.
Hakikat manusia adalah berakal dan berbudi. Kata manusia selalu disandingkan dengan
perkataan kemanusiaan karena tidak hanya sekedar pandai tetapi dia memiliki budi pekerti yang
bermaksud kepandaiannya bisa untuk mempertimbangkan mana yang baik dan mana yang buruk.
Kemanusiaan merupakan cerminan bahwa manusia menjalankan layaknya seorang manusia.

Didalam pembukaan UUD 1945, Negara kita dengan tegas menolak penjajahan, karena tidak
sesuai dengan kemanusiaan.Kemanusiaan merupakan sifat manusia yang perlu dijaga, karena
kembali lagi pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang berbudi pekerti, memiliki perangai
yang baik, dan itulah sifat manusia yang disebut dengan kemanusiaan. Kemanusiaan tidak hanya
sebatas memiliki akal budi, akan tetapi manusia adalah ikut memanusiakan manusia yang lain.
Dan apabila dia ditempatkan di posisi atau keadaan yang tidak nyaman maka dia akan merasa
resah dan dia tidak mungkin membuat manusia yang merasakan hal yang ia rasakan.

Penjelasan Kasus Munir

Munir Said Thalib, beliau merupakan salah satu aktivis HAM di Indonesia. Sebagai aktivis
HAM, Munir banyak mengangani kasus, khususnya pada bidang Kemanusiaan dan HAM.
Keberaniannya dalam menentang ketidak adilan yang terjadi pada pemerintahan Orde Baru
membuat Munir tak disukai oleh para pejabat dan petinggi negara. Munir dianggap sebagai
ancaman bagi pemerintah. Munir kerap diancam oleh beberapa pihak, namun ia tetap tidak
gentar. Saat perjalanannya ke Belanda untuk melanjutkan studinya, Munir dinyatakan tewas di
pesawat. Tewasnya Munir diduga karena Munir meminum Jus Jeruk yang diduga terdapat racun
didalamnya.
Sudah hampir 15 tahun, dan hingga saat ini Kasus Munir belum menemui titik terang.
Pengadilan memang sudah memvonis Pollycarpus Budihari Priyanto yang disebut sebagai pelaku
pembunuhan. Sejumlah fakta menyebutkan bahwa terdapat BIN (Badan Intelejen Negara) yang
terlibat dalam kasus ini. Namun pada Desember 2008, Deputi V BIN, Mayjen Purn Muchdi
Purwoprandjono, yang sebelumnya menjadi terdakwa, divonis bebas dari segala dakwaan.

Istri Munir , Suciwati dan aktivis HAM lainnya tetap meminta pemerintah untuk mengusut tuntas
kasus ini. Namun Suciwati merasa pemerintah hanya saling melempar tanggung jawab. Suciwati
terus menerus mengajukan banding. Tetapi saat mengajukan Kasasi di MA, MA memutuskan
untuk menolak kasasi tersebut.Hingga saat ini belum diketahui alasan Munir dibunuh. Sejauh ini,
dugaan yang muncul adalah, Munir dibunuh karena menuntut pertanggungjawaban atas sejumlah
pelanggaran HAM di masa lalu.

Tanggapan dari Kasus Munir

Kasus Munir hanyalah salah satu dari sekian banyak kasus pelanggaran HAM yang belum
menemui titik terang. Menurut saya, hukum di Indonesia harus diperkuat khususnya tentang
HAM karena bagi saya, jaman sekarang hukum hanya berlaku pada orang-orang lemah. Orang-
orang dengan kedudukan yang lebih tinggi, lebih mudah lepas dari jeratan hukum. Kita bisa lihat
dari negara-negara lain, beberapa negara di luar sana dengan tegas menegakkan hukum tanpa
memandang pangkat dan kedudukan dari seseorang. Sedangkan di Indonesia, banyak pejabat
menyogok beberapa Lembaga negara untuk melepaskan dirinya dari jeratan hukum. Kenapa saya
mengatakan hal seperti ini? Hal ini terbukti karena banyaknya kasus kasus kemanusiaan yang tak
kunjung usai dan tak kunjung menemui titik terang. Jika hal ini terus menerus dibiarkan dan
tidak ditindak lanjuti, bukan tidak.mungkin rakyat akan bergerak untuk melawan pemerintah.
Dan bisa jadi, lama kelamaan Indonesia akan hancur dengan Sendirinya.
BAB III

REFLEKSI

Dari permasalahan ini, saya merasa geram dengan kasus yang tak kunjung menemui titik
terang, meskipun tersangka pembunuh Munir telah dipenjara dan bebas, tetapi hingga saat ini
tidak diketahui motif kenapa Munir dibunuh. Kasus yang menggantung seperti ini tentu
membuat banyak orang, khususnya aktivis HAM tidak puas terhadap kinerja pemerintah. Janji
demi janji terus diberikan, tetapi pada akhirnya kasus yang usianya hampir 15 tahun ini tidak
pernah selesai.

Dari kejadian ini saya berefleksi, kita perlu tindakan nyata, bukan hanya sekadar omong
kosong belaka. Semua yang sudah kita keluarkan dari mulut kita, harus bisa
dipertanggungjawabkan. Dari para aktivis, saya juga belajar akan kepedulian terhadap orang lain.
Hal ini diperkuat karena di Loyola kita diajari tentang Men and Women for Others, dimana kita
berusaha untuk menjadi pribadi yang berguna bagi sesama, baik manusia maupun makhluk hidup
lainnya.
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Dari kasus ini, saya menyimpulkan bahwa hukum di Indonesia perlu diperkuat lagi. Langkah
awal yang dapat dilakukan adalah dengan menuntaskan segala kasus yang belum selesai hingga
saat ini. Pemerintah sebaiknya membuat undang-undang yang lebih kuat lagi dan lebih tegas lagi
untuk membuat para pelaku pelanggaran HAM jera. Dan juga memberikan ketentraman bagi
rakyat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai