Anda di halaman 1dari 6

Tugas Pengganti Mid Test

Tulisan Ilmiah Salah Satu dari 12 Kasus Pelanggaran Ham yang Berat di
Masa Lalu yang Menurut KOMNAS HAM Belum Terselesaikan.

“KASUS PEMBUNUHAN MUNIR.”

NAMA: ANDI RIAHNOVITA


NIM: B011201031
HUKUM & HAM (C)
A. Pendahuluan

Dalam Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 mengenai HAM


mengartikan hak asasi manusia sebagai perangkat hak keberadaan manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Hak asasi manusia adalah hak dasar
milik manusia, bersifat umum sebagai pemberian dari Tuhan Yang memiliki
semesta dari ia hidup dan berada dalam kandungan, dan hak kodrati atau asasi
yang tidak dapat dipisahkan dari keinginan pribadi manusia itu sendiri. Hak Asasi
Manusia adalah hak yang dimiliki manusia dari lahir dan Negara mempunyai
tanggung jawab untuk melindungi hak asasi setiap individu tersebut. Berdasarkan
literatur Hukum Hak Asasi Manusia karya Widiada Guna karya, bahwa Hak Asasi
Manusia (selanjutnya disebut HAM), merupakan suatu hasil perjuangan yang
sejak dahulu sampai sekarang terus diperjuangkan agar mendapat tempat
sebagaimana mestinya. Dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai istilah hak- hak
dasar manusia atau hak dan kewajiban dasar manusia, sedangkan dalam bahasa
asing dikenal dengan berbagai istilah, misalnya human rights (bahasa Inggris),
droit de I’homme (bahasa Perancis), dan menselijke rechten atau grondrechten
(bahasa Belanda).

Namun, layaknya ketidaksempurnaan yang hadir dalam hidup, kasus


pelanggaran HAM berat justru pernah terjadi di Indonesia sehingga
mengakibatkan mosi tidak percaya pada publik terhadap penegak hukum di
Indonesia. Hal tersebut dikarenakan kasus pelanggaran HAM masih belum tuntas
dan masih menjadi pembicaraan publik bahkan dijadikan kasus penting pada
jenjang pendidikan. Pada penulisan ilmiah ini, saya mengangkat kasus
pembunuhan Munir yakni kasus yang sangat terkenal di Indonesia dan terkait
dengan pembunuhan Munir Said Thalib, seorang aktivis hak asasi manusia
terkemuka. Munir ditemukan tewas dalam penerbangan Garuda Indonesia GA974
pada tanggal 7 September 2004. Dalam Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang
Berat, perlindungan hukum adalah suatu bentuk pelayanan yang wajib
dilaksanakan oleh aparat penegak hukum atau aparat keamanan untuk
memberikan rasa aman baik fisik maupun mental, kepada korban dan saksi, dari
ancaman, gangguan teror, dan kekerasan dari pihak manapun, yang diberikan pada
tahap penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan atau pemeriksaan di pengadilan.

B. Pembahasan

Munir Said Thalib Munir adalah seorang aktivis hak asasi manusia yang
sangat dikenal dan dihormati di Indonesia. Dia aktif dalam memperjuangkan hak
asasi manusia dan sering kali mengkritik tindakan pelanggaran hak asasi manusia
oleh pemerintah Indonesia. Kematian Munir Pada tanggal 7 September 2004,
Munir meninggal dalam penerbangan Garuda Indonesia GA974 dari Jakarta
menuju Amsterdam. Awalnya, kematian ini dianggap sebagai kematian alami
karena serangan jantung. Namun, pemeriksaan lebih lanjut mengungkap bahwa
Munir meninggal karena keracunan arsenik. Investigasi dan Penuntutan Kematian
Munir memicu kemarahan dan kecurigaan luas di Indonesia dan internasional.
Sejumlah pihak, termasuk keluarga Munir dan organisasi hak asasi manusia,
mendesak untuk penyelidikan mendalam. Setelah penyelidikan yang panjang dan
kontroversial, Pollycarpus Budihari Priyanto, seorang mantan pegawai Garuda
Indonesia, dihukum atas keterlibatan dalam pembunuhan Munir pada tahun 2008.
Ia dinyatakan bersalah karena meracuni Munir dengan arsenik. Meskipun
Pollycarpus Budihari Priyanto dihukum, banyak yang percaya bahwa ada
konspirasi yang lebih luas di balik pembunuhan Munir.

Banyak yang menduga keterlibatan pihak-pihak lain yang tidak pernah


diadili atau dituntut dalam kasus ini. Tuduhan tersebut melibatkan berbagai pihak,
termasuk pejabat pemerintah dan intelijen. Pengaruh Pembunuhan Munir menjadi
sorotan internasional dan menyoroti masalah pelanggaran hak asasi manusia di
Indonesia. Mengapa demikian? Sebab Munir adalah tokoh yang sangat dihormati
dalam perjuangan untuk hak asasi manusia dan keadilan, dan pembunuhannya
menjadi simbol perjuangan hak asasi manusia di Indonesia. Ia merupakan
Pembela di Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (LBH) dan amat berjasa pada
kasus-kasus HAM di Indonesia salah satunya, kasus Marsinah pembunuhan
perempuan. Pada Maret 1998 ia mendirikan Komisi Untuk Orang Hilang dan
Korban Tindak Kekerasan (selanjutnya disebut Kontras) dan telah menjadi model
organisasi non pemerintah dalam penanganan kasus kekerasan negara. Beliau
sungguh amat berjasa untuk menegakkan keadilan di Indonesia sehingga
menyebabkan ia mati secara mengenaskan. Kasus pembunuhan Munir masih
menjadi perdebatan dan penyelidikan yang terus berlanjut. Banyak pihak yang
berusaha untuk memastikan bahwa semua pihak yang terlibat dalam pembunuhan
ini diungkapkan dan diadili sesuai dengan hukum. Karena kehebatan dan jasa-jasa
Munir, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membentuk Tim Pencari Fakta
dalam keputusan presiden Nomor 111 tahun 2004 yang anggotanya melibatkan
kalangan masyarakat sipil dan berfungsi membantu Polri dalam menyelidiki kasus
terbunuhnya Munir.

Menurut Philipus M. Hadjon perlindungan hukum adalah perlindungan


akan harkat dan martabat, serta pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia yang
dimiliki oleh subyek hukum berdasarkan ketentuan hukum dari kesewenangan
atau sebagai kumpulan peraturan atau kaidah yang dapat melindungi suatu hal
dari hal lainnya dan dimaknai sebagai perlindungan dengan menggunakan sarana
hukum atau perlindungan yang diberikan oleh hukum. Kasus HAM juga
menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan tanggung jawab pemerintah dan
kewajiban pemerintah sebagaimana mestinya yang tertuang dalam hal ini yakni,
Pemerintah yang wajib dan memiliki suatu tanggung jawab yakni menghormati,
melindungi, menjunjung tinggi dan menegakan Hak-hak atas dasar manusia yang
tertuang dalam Undang-undang dan peraturan Indonesia dan hukum yang bersifat
internasional yang pastinya berfokus pada Hak asasi manusia yang dapat
diimplementasikan oleh negara Republik Indonesia.

Para pegiat HAM banyak yang tidak sepaham dengan tindakan


pemerintah. Bermaksud untuk mendapatkan keadilan untuk masyarakat tetapi
tindakan seperti itulah yang dianggap melawan dan patut untuk disingkirkan
keberadaannya. Konflik Munir pun sampai sekarang tidak pernah ada
penyelesaian bahkan sepertinya para pemimpin dengan sengaja tidak ingin
menangani kembali kasus ini. Banyak teka-teki dalam hal ini mereka para
kalangan kaum atas yang tidak ingin kekuasaan nya hancur terlibat berusaha keras
untuk menutupi kebenaran yang ada pada kasus kematian Munir yang sebenarnya.

Jika memang kematian Munir hanyalah kasus pembunuhan biasa


seharusnya masalah itu sudah terselesaikan atau seharusnya pemerintah serius
dalam menanganinya sejak lama mungkin kasus itu juga sudah terselesaikan.
Mungkin para kaum atas berpendapat bahwa Munir memang sudah seharusnya
disingkirkan agar mereka tetap berkuasa tanpa ada orang yang mengancam
kekuasaan mereka tersebut. Seharusnya para penguasa sadar bahwa negara
Indonesia sebenarnya adalah negara pengurus. Mereka seharusnya mengurus
rakyatnya dengan baik bukan hanya memiliki niat untuk tetap mempertahankan
kekuasaannya saja dan merugikan rakyat demi kepentingan mereka sendiri.1
Bagaimanapun juga warga negara adalah tanggungan dari negara yang seharusnya
dipastikan Hak dan Kewajiban sehingga ia merasa aman dan tentram tinggal di
Indonesia.2

C. Penutup

Ketika HAM tercipta maka ia seperti tangan Tuhan dalam bentuk kalimat
yang memberikan perlindungan secara penuh. Tidak ada satupun yang boleh
mengganggu HAM manusia meskipun sekelas pemerintah. Sudah seyogyanya
pemerintah paham terkait urgensi dari HAM tersebut, dimana dalam HAM
terdapat keadilan dan kebenaran yang harus ditegakkan. Bukan malah sebaliknya,
menurut penulis, kasus HAM Munir memperlihatkan arogansi pemerintah kepada
masyarakat, bahwa mereka bukan mengayomi namun malah memberikan tekanan
penuh terhadap kekuasaan yang mereka miliki. Ibarat transaksi jual beli, mereka
telah membeli hukum yang ada di Indonesia. Mengusut kasus Munir hingga tuntas
rasa-rasanya hanyalah sebuah hal tidak penting bagi mereka. Padahal, Negara
menjamin terkait perlindungan kepada warga negaranya yang tertuang dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2002 tentang prosedur Perlindungan

1
Riyadi, E. (2018). Hukum Hak Asasi Manusia Perspektif Internasional, Regional Dan Nasional.
Jakarta: Raja Grafindo Persada
2
Yordan Gunawan, 2021, Hukum Internasional: Sebuah Pendekatan Modern, Yogyakarta, LP3M
UMY, hal 216
Korban dan Saksi Dalam Pelanggaran HAM Berat, perlindungan hukum yakni
suatu bentuk pelayanan public yang ada di dalam pemerintah untuk memberi rasa
aman dari golongan mana saja, di pengadilan. Suatu perlindungan dapat dikatakan
benar-benar sebagai perlindungan apabila mengandung nilai-nilai sebagai berikut
yaitu :
1. Terdapat unsur pengayoman dari peran pemerintah terhadap warganya
2. Hukum atau jaminan atas hukum yang diterimanya
3. Hak-hak atas warga negara Indonesia
4.Terdapat saksi hukuman bagi siapa saja yang melanggarnya tanpa pandang bulu.

Namun, pada kasus pelanggaran HAM masa lampau terhadap Munir tidak
ada satupun poin diatas yang terealisasikan, dimana Pada tanggal 31 Desember
2008, majelis hakim menjatuhkan vonis bebas kepada Muchdi Pr atas
keterlibatannya dalam pembunuhan Munir Said Thalib. Padahal, dalam proses
persidangan Muchdi PR memberikan keterangan yang tidak sesuai dari awal
sampai akhir dan beberapa kali berperilaku kurang sopan. Usaha para jaksa untuk
memecahkan kasus pembunuhan dan menuntut pelaku pembunuh kandas di
tangan majelis hakim PN Jakarta Selatan yang diketuai Suharto. Gambaran
tersebut menjadi indikator betapa lemahnya penyelesaian pemerintah mengenai
kasus HAM di Indonesia. Otoritas pemerintah membuat hukum yang seharusnya
suci justru menjadi ternoda dengan kepentingan oknum tertentu. Sehingga,
Indonesia sebagai negara demokrasi seperti tulisan sampah diatas kertas. Jika
pemerintah tidak melakukan ketegasan maka cepat atau lambat akan terjadi
kasus-kasus pelanggaran HAM, akan terdapat Munir Munir baru yang tidak
memperoleh indahnya demokrasi dan keadilan. Jadi sudah seharusnya aparat
negara memaparkan apa yang seharusnya rakyat miliki yang diantaranya adalah
hak keadilan dan hak kebenaran negara yang bukan hanya tempat tinggal untuk
warganya tetapi menjadi penjamin secara penuh atas Hak dan kewajiban sebagai
mestinya dan kita sama memiliki perlindungan atas negara tidak ada yang
dikurangi atau dilebihkan semua sama dimata hukum.

Anda mungkin juga menyukai