Pada hari selasa, 7 November 2023 pembelajaran mata kuliah kewarganegaraan
dilakukan secara daring sesuai dengan kebijakan dari Fakultas Pertanian. Pembelajaran dimulai pukul 09.00, agenda pada hari itu adalah presentasi yang di moderatori oleh Yohana Lenny. Yohanna membuka sesi presentasi yang dimulai dari kelompok 1. Kelompok 1 akan membahas hasil diskusinya tentang review jurnal yang berjudul Peran Mahkamah Konstitusi Dalam Penguatan Hak Asasi Manusia di Indonesia yang beranggotakan Guevara Lana Badrah Syarifah, I Gede Adi Putra Juliantara, Bryan F.H. Sibarani, dan Nova Mawar Ramadhani. Presentasi dibuka oleh Adi yang menjelaskan sistematika review jurnal yang terdiri dari: judul, nama penulis, nama jurnal, tahun dan halaman, abstrak, kata kunci, tujuan penelitian, pendahuluan, hasil dan pembahasan, dan yang terakhir kesimpulan. Pada materi ini menjelaskan tentang hak asasi manusia merupakan hak-hak yang melekat pada setiap individu sebagai manusia, yang diakui dan dijamin oleh hukum. Hak asasi manusia telah diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945. Mahkamah konstitusi meemiliki peran penting dalam hal penguatan hak asasi manusia di Indonesia, seperti hak atas kebebasan berpendapat, hak atas kepastian hukum, hak untuk bekerja, dan hak-hak lainnya yang dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945. Dengan memahami peran Mahkamah Konstitusi dalam melindungi hak asasi manusia, diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang upaya penguatan hak asasi manusia di Indonesia. Pada bagian hasil dan pembahasan ada beberapa poin yang disampaikan oleh kelompok 1, yaitu: 1) Mahkamah Konstitusi memiliki peran yang signifikan dalam melindungi dan memperkuat hak asasi manusia di Indonesia, 2) melalui keputusannya, Mahkamah Konstitusi telah memastikan bahwa hak-hak warga negara Indonesia telah terlindungi dengan baik, 3) Mahkamah Konstitusi menginterpretasikan hak atas kebebasan berpendapat dan menyampaikan pendapat melalui media sosial, 4) Mahkamah Konstitusi memiliki peran penting dalam penguatan hak asasi manusia di Indonesia. Pada materi ini dapat disimpulkan, dengan adanya pasal-pasal tentang HAM dalam UUD 1945 membuktikan bahwa Indonesia adalah negara hukum yang berkomitmen mengakui dan menghormati HAM. Peran Mahkamah konstitusi yang sangat signifikan untuk melindungi HAM di Indonesia. Mahkamah Konstitusi dalam memastikan bahwa hak asasi manusia dihormati dan ditegakkan di Indonesia. Melalui putusan- putusannya, Mahkamah Konstitusi telah memberikan perlindungan yang lebih luas bagi hak- hak individu dan memastikan bahwa hak asasi manusia terjamin dan ditegakkan dengan baik di negara ini. Setelah kelompok 1 memberikan penutupan atas presentasinya, moderator Yohana melanjutkan presentasi kedua dengan kelompok 3 yang beranggotakan Novi Shafa, Febrina Nahdah, Mar’atus Shalihah, dan Yogi Fahri. Pembahasan presentasinya masih tetap sama dengan sebelumnya, namun hanya berbeda di judul jurnal. Kelompok tiga akan membahas jurnal dengan judul Konstitusionalisme Dan Hak Asasi Manusia. Pada materi ini membahas hubungan antara konstitusi dan konstitusionalisme. Konstitusionalisme adalah gagasan yang membatasi kekuasaan negara dan memastikan perlindungan hak-hak individu. Konstitusi memainkan peran penting dalam menetapkan konstitusionalisme dan membatasi kekuasaan negara. Konstitusi dan Konstitusionalisme adalah dua konsep yang berbeda. Konstitusi adalah dokumen hukum yang menetapkan struktur dan fungsi pemerintahan. Konstitusionalisme adalah gagasan tentang pembatasan kekuasaan negara dan perlindungan hak-hak individu. Hak Asasi Manusia (HAM) adalah bagian dari konstitusionalisme, merupakan esensi konstitusionalisme itu. Ada beberapa hal yang menjadikan konstitusionalisme itu penting: 1) Konstitusionalisme membawa prinsip rule of law, 2) memastikan supremasi hukum, 3) menciptakan kepastian dan keamanan dalam hubungan antara individu dan pemerintah, 4) memperkuat pemerintah saat menghormati kebebasan sipil dan membatasi kekuasaan yang sewenang-wenang. Materi yang dapat disimpulkan, yaitu pentingnya konstitusionalisme dalam membatasi kekuasaan negara dan perlindungan hak-hak individu. Konstitusionalisme bisa menghadirkan situasi yang memupuk rasa aman karena adanya pembatasan terhadap keakuasan dan wewenang pemerintah. Selanjutnya moderator mempersilahkan kepada kelompok 5 untuk melanjutkan presentasi yang terakhir. Kelompok 5 yang beranggotakan Andri Susilo, Audina Khilyatul, dan Yunita Ari akan membahas review jurnal yang berjudul “Kasus Rohingya Dan Tanggung Jawab Negara Dalam Penegakkan Hak Asasi Manusia”. Namun, presentasi terakhir ini banyak terkendalan di Jaringan Audina, sehingga presentasi berjalan lancar hanya sampai slide 7. Dalam presentasi tersebut menjelaskan tentang pembantaian muslim Rohingya pada Oktober 2016 tahun lalu,1 telah mengejutkan publik di tingkat regional dan internasional. Peristiwa dugaan pelanggaran berat HAM ini, telah menyebabkan eksodus besar-besaran ribuan warga Rohingya yang mengungsi ke Indonesia, Malaysia, Thailand,dan India. Hal ini dipicu sejak munculnya gerakan Rohingya Elimination Group pada tahun 2012 yang bertujuan untuk menghapus kaum Rohingya dari bumi arakan. Gerakan Rohingya Elimination Group,telah memaksa puluhan ribu orang untuk tinggal di kampkamp konsentrasi dan menyebabkan ratusan orang lainnya meninggal dunia. Tindakan pemerintah Myanmar yang tidak memberikan kewarganegaraan bagi warga Rohingya, sikap diskriminatif, terjadinya pengungsian besar-besaran, tidak diakuinya entitas Rohingya sebagai salah satu etnis di Myanmar, pemusnahan sejumlah pemukiman dan tempat ibadah, dan berbagai tindakan lainnya oleh pemerintah Myanmar, merupakan pelanggaran HAM berat. Terdapat dua istilah tanggung jawab negara yang diguunakan, yaitu responibility dan liability. Prinsip tanggung jawab negara yang diterapkan dalam bentuk preventif, prinsip tanggung jawab negara dalam bentuk represif. Adanya perbedaan antara pertanggungjawaban negara menurut hukum internasional dan hukum nasional. Tangungg jawab timbul karena adanya pelanggaran kewajiban yang dibebankan oleh hukum internasional. Sehingga negara memiliki kewajiban berbagai instrumen hukum hak asasi manusia baik internasional maupun regional. Instruksi global maupun regional yang menafsirkan adanya kewajiban negaranegara untuk mengadili orang-orang yang bertanggung jawab atas pelanggaran HAM. Kewajiban negara untuk menghukum atau mengekstradisi orang-orang yang dituduh telah melakukan pelanggaran berat HAM dapat ditemukan diberbagai perjanjian internasional, antara lain terdapat dalam Konvensi Genosida, Konvensi Jenewa beserta Protokol Tambahan I, Konvensi Anti Penyiksaan, dan sebagainya. Ada beberapa alasan negara tidak mampu atau mau melakukan penghukuman 1) Pelaku dari orang-orang yang berkuasa atau memiliki jabatan tinggi (Presiden atau Perdana Mentri), 2) kondisi negara atau faktor situasi (sistem pengadilan tidak berlaku), 3) tidak adanya dana (peradilan, sumber daya manusia, dan sistem keamanan). Ada juga kewajiab negara untuk mengadakan penuntutan terhadap para pelaku kejahatan genosida dilakukan melalui: 1) Undang-undang bagi orang yang melakukan kejahatan genosida atau tindakan lainnya, 2) Melaksanakan peradilan nasional di negara di dalam wilayah tindakan kejahatan dilakukan, 3) Melakukan ekstradisi bagi pelaku kejahatan genosida.
Pembahasan materi dari kelompok 5 selesai, dan moderator melanjutkan ke sesi
selanjutnya, yaitu sesi tanya jawab. Yohana membuka sesi tanya jawab untuk setiap kelompok yang sudah presentasi, karena keterbatasan waktu sesi tanya jawab dilakukan secara singkat dan cepat. Dan kegiatan perkuliahan kewarganegaraan ditutup oleh kak Arif selaku dosen pengampu mata kuliah kewarganegaraan.