SKRIPSI
Oleh :
FAKULTAS HUKUM
BENGKULU
2017
2
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
Pada Fakultas Hukum Universitas Prof. Dr. Hazairin, SH. Bengkulu
Oleh :
FAKULTAS HUKUM
BENGKULU
2017
3
Disetujui Oleh :
Mengesahkan :
DEKAN
iii
4
Hari : .
Tanggal : .
Tempat : .
1. . (.)
Ketua
2.. (.)
Anggota
3. ... (.)
Anggota
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
5
Motto :
Persembahan :
- Rekan-rekan Almamaterku
v
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
6
NPM : 13010235
FAKULTAS : HUKUM
JURUSAN : HUKUM
vi
7
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena
atas rahmat dan hidayahnya sehingga skripsi ini dapat saya selesaikan tepat
pada waktunya.
Yulfiperius, MSi atas kesempatan dan pasilitas yang diberikan kepada saya
3. Bapak Indradefi, SH, M.Hum selaku pembimbing Pertama dan juga kepada
4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Prof. Dr. Hazairin, SH
vii
8
4. Bapak dan Ibu Staf Fakultas Hukum Universitas Prof. Dr. Hazairin, SH
ini.
5. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang juga
telah ikut membantu saya dalam penulisan skripsi ini, baik moril maupun
materiil.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna,
karena terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu
Penulis
viii
9
ABSTRAK
ABSTRACT
x
11
DAFTAR ISI
Hal
xi
12
Utara....................49
Bengkulu Utara.........................53
BAB IV : PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... .67
B. Saran-saran ........................................................................................ .67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kepada masyarakat luas, begitu populernya kegiatan usaha ini, sehingga cepat
sekali berkembang dan meliputi berbagai jenis bidang usaha. Di Indonesia, bisnis
bensin.
2. Ayam Goreng Wong Solo dan Tahu Tek-Tek, yang memperlopori bisnis
pebisnis waralaba asing dimana mereka memberikan izin kepada pengusaha lokal
menimbulkan saingan yang berat bagi pengusaha kecil lokal yang bergerak di
Melalui sistem bisnis waralaba ini, kegiatan usaha para pengusaha kecil di
kemasan, manajemen pelayanan, merek dagang/ jasa pihak lain dengan membayar
waralaba. Para pengusaha kecil tidak perlu bersusah payah menciptakan sendiri
lisensi bisnis.
konsep bisnis waralaba yang sudah teruji kemungkinan besar mengimbangi biaya
awal dan royalti selanjutnya dari waralaba tersebut. Besarnya biaya tersebut
15
berikut ini :
penerima waralaba.
dapat dimanfaatkan secara optimal oleh usaha nasional dalam memasarkan barang
Waralaba baik jumlah maupun jenis usaha yang diwaralabakan. Untuk itu,
Pemerintah dan calon Penerima Waralaba. Disisi lain, apabila terjadi kesepakatan
Waralaba.
kiat sukses di bisnis ini. Selain itu prinsip kehati-hatian juga harus dijaga.
Perjanjian yang akan dibuat hendaknya benar-benar dipahami oleh para pihak agar
dikemudian hari tidak terjadi sengketa yang berujung pada gugatan wanprestasi
lebih jauh yang akan penulis tuangkan dalam bentuk skripsi dengan judul :
BENGKULU UTARA.
B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak pada uraian dalam latar belakang masalah di atas maka
Utara ?
17
C. Tujuan Penelitian
penelitian adalah :
Bengkulu Utara.
D. Tinjauan Pustaka
Cansil, (2000:11) mengatakan : Aturan yang harus diturut dalam tingkah laku
kerugianjika melanggar aturan itu akan membahayakan diri sendiri atau harta,
unsur, yaitu :
dilindungi oleh hukum biasa disebut hak, dan hak memberikan wewenang
serta mempertahankan hak tersebut jika dilanggar pihak yang tidak mempunyai
hak dan yang tidak dapat mempertahankan sesuatu yang menjadi haknya adalah
pihak yang lemah. Jadi esensi dari perlindungan hukum lebih ditujukan untuk
melindungi pihak yang lemah terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan norma
19
kemampuan, dan kekuasaan baik dari aspek ekonomi, politik, dan sebagainya.
bersumber pada Pancasila dan prinsip negara hukum yang berdasarkan pada
Pancasila.
2. Definisi Waralaba
kejujuran atau kebebasan hak untuk menjual suatu produk atau jasa maupun
sebagai Warlaba yang terdiri dari kata wara dan laba. Wara artinya lebih atau
diartikan sebagai usaha yang dapat memberikan untung lebih atau laba istimewa.
hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap
sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan/atau
jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh
berbunyi :
dana yang relatif terbatas, karena dengan melibatkan investor lain untuk turut
serta menggunakan pengalaman, hak kekayaan intelektual, sistem atau cara kerja
lebih luas daripada lisensi. Hal ini disebakan pada waralaba di dalamnya antara
lain ada lisensi penggunaan hak kekayaan intelektual yang disertai dengan suatu
3. Perjanjian Waralaba
waralaba berbunyi :
Indonesia dan apabila masih dalam bentuk bahasa asing maka harus
22
waralaba berbunyi :
Hal tersebut seperti diatur dalam Pasal 1 ayat (1) PP No. 42 Tahun 2007 yang
berbunyi : Waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan
atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka
memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat
waralaba.
subyek hukum yang bisa menjadi pemberi waralaba adalah perorangan maupun
badan usaha. Untuk jenis-jenis bentuk hukum dari suatu badan usaha atau
1. Perusahaan perseorangan
usaha harus memiliki suatu bisnis dengan konsep yang unik. Kriteria lebih
Pendaftaran perjanjian Waralaba tersebut dapat dilakukan oleh pihak lain yang
Waralaba Lanjutan berlaku paling sedikit 5 (lima) tahun. Pemberi Waralaba dari
luar negeri wajib memiliki surat keterangan legalitas usaha yang dikeluarkan oleh
Subjek hukum adalah sesuatu yang menurut hukum dapat memiliki hak
dan kewajiban, atau sebagai pendukung hak dan kewajiban, menurut Achmad
diakui sebagai manusia pribadi, artinya diakui sebagai orang atau persoon.
25
Karena itu setiap manusia diakui sebagai subyek hukum (recht persoon lijkheid)
untuk bertindak, dan tentu kewenangan bertindak tersebut harus menurut hukum,
hukum. Namun demikian kewenangan itu dibatasi oleh beberapa faktor dan
tindakan hukum apabila dia itu dewasa dan sehat jiwanya serta tidak berada
Pengertian dari obyek hukum adalah segala sesuatu yang berguna bagi
subyek hukum dan dapat menjadi pokok suatu hubungan hukum yang
dilakukan oleh para subyek hukum. Dalam bahasa hukum, obyek hukum
dapat juga di sebut hak atau benda yang dapat dikuasai dan/ atau dimiliki
subyek hukum. Misalnya, A meminjamkan buku kepada B. di sini yang
menjadi obyek hukum dalam hubungan hukum antara A dan B adalah
buku. Buku menjadi obyek hukum dari hak yang dimiliki A.
badan usaha yang diberikan hak oleh Pemberi Waralaba untuk memanfaatkan
Nasional.
dan tata cara penerbitan surat tanda pendaftaran usaha waralaba yakni :
intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki Pemberi Waralaba
waralaba yakni :
5. Pengertian Wanprestasi
1234 KUH Perdata yaitu berupa :Tiap-tiap perikatan adalah untuk memberikan
yang berasal dari bahasa Belanda wanprestatie adalah tidak memenuhi kewajiban
yang telah ditetapkan dalam perikatan, baik yang timbul perjanjian maupun
persetujuan kedua belah pihak mengenai apa yang menjadi obyek perjanjian. Si
yang berkewajiban yang tidak melakukan apa saja yang dijanjikannya, maka
pihak yang ia melakukan wanprestasi atau ingkar janji sesuai dengan Pasal
yang berbunyi :"Tiap-tiap perikatan untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat
E. Hipotesis
uraikan di atas, maka penulis akan menguraikan jawaban sementara yang masih
menuntut adanya ganti kerugian berdasarkan apa yang telah ditetapkan jika
instansi terkait
F. Metode Penelitian
a. Populasi
pendapat ahli yaitu menurut Ronny Hanitijo Soemitro, (1990 : 44) yang
diteliti. Karena populasi biasanya sangat besar dan sangat luas, maka kerap
b. Penentuan Sampel
30
purposive sampling.
Bengkulu Utara
a. Data Primer
responden.
b. Data Sekunder
permasalahan.
G. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
tentang :
A. Hasil Penelitian
Bengkulu Utara
B. Pembahasan
BAB IV PENUTUP
33
saran.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN UMUM
A. Pengertian Waralaba
Waralaba merupakan suatu konsep bisnis berupa hak khusus yang dalam
menggunakan suatu sistem dan metode yang ditetapkan oleh Pemberi Waralaba
Kewajiban untuk mempergunakan metode dan tata cara atau prosedur yang
telah ditetapkan oleh Pemberi Waralaba oleh Penerima Waralaba membawa akibat
lebih lanjut bahwa suatu usaha waralaba adalah usaha yang mandiri, yang tidak
tersebut seperti diatur dalam Pasal 1 ayat (1) PP No. 42 Tahun 2007 tentang yang
berbunyi : Waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan
atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka
memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat
waralaba.
Suatu cara melakukan kerja sama dibidang bisnis antara 2 (dua) atau lebih
perusahaan, di mana 1 (satu) pihak akan bertindak sebagai franchisor dan pihak
yang lain sebagai franchisee, di mana didalamnya diatur bahwa pihak
franchisor sebagai pemilik suatu merek dari know-know terkenal, memberikan
hak kepada franchisee untuk melakukan kegiatan bisnis dari/ atas suatu produk
barang atau jasa, berdasar dan sesuai dengan rencana komersil yang telah
dipersiapkan, diuji keberhasilannya dan diperbaharui dari waktu kewaktu, baik
atas dasar hubungan yang eksklusif ataupun non eksklusif, dan sebaliknya suatu
imbalan tertentu akan dibayarkan kepada franchisor sehunbungan dengan hal
tersebut.
35
1. Hak untuk melakukan penjualan alas produk berupa barang dan atau jasa
dengan mempergunakan nama dagang atau merek dagang tertentu;
2. Hak untuk melaksanakan kegiatan usaha dengan atau berdasarkan pada
suatu format bisnis yang telah ditentukan oleh Pemberi Waralaba.
Pendaftaran perjanjian dalam Pasal 11 ayat (1) dan (2) Kepmendag No.
Jadi secara garis besar disini dibedakan dua prosedur dalam pendaftaran
1. Penerima Waralaba Utama yang berasal dari Pemberi Waralaba Luar Negeri
2. Penerima Waralaba Utama yang berasal dari Pemberi Waralaba dalam negeri
(Ayam Goreng Wong Solo, es Teller 77, dll) dan Penerima Waralaba Lanjutan
yang berasal dari Pemberi Waralaba Luar Negeri dan Dalam Negeri.
Utama dengan Penerima Waralaba Lanjutan berlaku paling sedikit 5 (lima) tahun.
Sampai saat ini peraturan menteri terbaru sebagai peraturan pelaksana dari
Nomor 42 Tahun 2007 tentang waralaba, maka saat ini peraturan pelaksanan yang
Tahun 2007 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran
tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Usaha
Waralaba adalah paling lambat lambat 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak
yang berwenang dengan lampiran yang sesuai dengan Pasal 12 Kepmendag No.
1. Bagi Penerima Waralaba Utama yang berasal dari Pemberi Waralaba Luar
Negeri :
Menteri Perdagangan Dirjen Perdagangan Dalam Negeri
2. Bagi Penerima Waralaba Utama yang berasal dari Pemberi Waralaba
Dalam Negeri, Penerima Waralaba Lanjutan yang berasal dari Pemberi
Waralaba Dalam dan Luar Negeri khusus untuk pengajuan permohonan di
DKI Jakarta :
Menteri Perdagangan Gubernur DKI Kadin Perdagangan
3. Bagi Penerima Waralaba Utama yang berasal dari Pemberi Waralaba
Dalam Negeri, Penerima Waralaba Lanjutan yang berasal dari Pemberi
Waralaba Dalam dan Luar Negeri khusus untuk pengajuan di luar DKI
Jakarta :
Menteri Perdagangan Bupati / Walikota Kadin Perdagangan
oleh Penerima Waralaba atau kuasanya di atas kertas bermeterai cukup, diserahkan
kepada pejabat penerbit STPUW maka paling lambat 5 (lima) hari kerja terhitung
sejak diterimanya Daftar Isian Permohonan STPUW secara lengkap dan benar,
Apabila Daftar Isian Permintaan STPUW dinilai belum lengkap dan benar,
paling lambat 5 (lima) hari kerja, pejabat penerbit STPUW membuat surat
jangka waktu lima tahun, seperti diatur dalam Pasal 12 ayat (5), (6), dan (7)
asalkan bisnis tersebut mempunyai ciri khas usaha, terbukti sudah memberikan
penawaran waralaba dari pemberi waralaba yang telah didaftarkan pada instansi
terkait, pembuatan perjanjian waralaba dan paling lambat lambat 30 (tiga puluh)
Perolehan Usaha Waralaba. Jika tidak ada ada kendala berarti maka dalam waktu
paling lambat 5 (lima) hari kerja terhitung sejak diterimanya Daftar Isian
menerbitkan STPUW.
hanya saja agak berbeda dengan pengertian lisensi pada umumnya, waralaba
prosedur, metode pemasaran dan penjualan maupun hal-hal lain yang ditentukan
oleh pemberi waralaba secara eksklusif, serta tidak boleh dilanggar maupun
cenderung bersifat eksklusif. Seorang atau suatu pihak yang menerima waralaba
tidaklah dimungkinkan untuk melakukan kegiatan lain yang sejenis atau yang
suatu bentuk perjanjian, yang isinya memberikan hak dan kewenangan khusus
1. Hak untuk melakukan penjualan alas produk berupa barang dan atau jasa
2. Hak untuk melaksanakan kegiatan usaha dengan atau berdasarkan pada suatu
sebagai suatu perjanjian, waralaba juga tunduk pada ketentuan umum yang berlaku
bagi sahnya suatu perjanjian sebagaimana diatur dalam Buku III Kitab Undang-
yang berwenang saja. Untuk pengaturan tentang bagaimana jika terjadi wanprestasi
50
diantara para pihak yang membuat perjanjian, dalam Peraturan Pemerintah tersebut
tidak mengaturnya.
Atas dasar pasal tersebut, maka syarat suatu perjanjian waralaba jika tidak
ditulis dalam bahasa Indonesia maka perjanjian tersebut harus diterjemahkan dalam
bahasa Indonesia.
Pelaksanaan dan pengawasan merupakan hal yang tidak boleh diabaikan. Tata cara
perjanjian harus secara cermat dipikirkan pada saat akan dibuatnya sebuah
yang mengganggu.
perjanjian selain membutuhkaan adanya itikad baik juga perlu dikelola secara tepat
pelaksanaannya juga akan terjadi kegagalan atau hal-hal yang dapat menghambat
yang telah diuraikan dalam Bab sebelumnya mengenai pelanggaran perjanjian yang
menaikkan fee franchise sampai dua kali lipat secara sepihak dimana hal tersebut
Hal seperti contoh tersebut bisa saja terjadi karena pihak pemberi waralaba
yang dalam hal ini secara ekonomi memang berada pada posisi yang lebih kuat jika
52
kemungkinan dengan situasi dan kondisi yang seperti tersebut akan berdampak dan
kehendaknya.
seseorang lain, atau di mana dua orang saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu.
perjanjian dengan sempurna dan dengan tepat sesuai dengan apa yang telah
waralaba sangatlah sering terjadi seperti dalam contoh kasus antara My Salon dan
pihak Rudi Hadisuwarno. Sudah menjadi hukum alam bahwa pihak yang kuat
bertindak seenaknya terhadap pihak yang lemah. Demikian pula halnya antara
dari si Pemberi Waralaba. Semakin terkenal sebuah brand dari waralaba, maka
dalam beberapa cara, misalnya salah satu pihak dengan tegas melepaskan tanggung
pelanggaran dalam suatu perjanjian yang telah dibuat, dapat disebabkan oleh dua
hal, yaitu :
1. Karena adanya wanprestasi, yakni salah satu pihak mengingkari isi atau
klausul dari perjanjian tanpa alasan yang jelas.
2. Karena adanya Overmacht, atau suatu peristiwa yang tidak terduga pada
saat pembuatan perjanjian. Yakni misalnya adanya kenaikan harga BBM
dikarenakan krisis ekonomi yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya
waralaba jika tidak melakukan pembinaan dan pengawasan bagi penerima waralaba
maka berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 bisa dicabut Surat
Tanda Pendaftaran Usaha Waralabanya (STPUW). Sanksi ini berlaku jika surat
peringatan sudah melayang tiga kali. Tujuannya untuk mendidik dan menertibkan
Adapun asas-asas untuk menilai suatu kerugian itu adalah sebagai berikut
Asas pokok dalam ganti rugi ini adalah bahwa pihak yang dirugikan yakni
penerima waralaba seharusnya diberi ganti rugi, tetapi tidak lebih dari pada
ganti rugi untuk setiap kerugian yang ia derita sebagai akibat dari
pelanggaran yang dilakukan oleh pemberi waralaba. Jadi ganti rugi disini
2. Ganti rugi bersifat terbatas;
Penerima Waralaba tidak dapat diberi ganti rugi untuk semua akibat yang
mungkin secara logis timbul karena pelanggaran yang dilakukan Pemberi
Waralaba. Jadi menurut asas ini tidak setiap kerugian akan diganti oleh
Pemberi Waralaba. Kerugian berupa sesuatu yang sudah diperhitungkan
sebelumnya oleh kedua belah pihak dan telah disetujui tidak dapat digugat
untuk dimintakan kompensasi.
3. Kewajiban memperkecil kerugian;
Pihak yang dirugikan (penerima waralaba) mempunyai kewajiban untuk
mengurangi atau memperkecil kerugiannya, yaitu mengambil langkah-
langkah yang patut atau perlu untuk mengurangi kerugian itu berupa
antisipasi agar kerugian tidak semakin meluas.
4 Menilai lebih dahulu kerugian yang mungkin terjadi.
Dalam beberapa hal, pihak-pihak yang meramalkan kemungkinan terjadi
pelanggaran dalam perjanjian semula, berusaha untuk menilai lebih dahulu
kerugian-kerugian yang dapat dibayar karena pelanggaran itu. Tuntutan
ganti rugi sebesar yang dituntut baru bisa dibenarkan, kalau memang
orang dapat meramalkan atau menduga adanya kemungkinan
munculnya kerugian sampai sebesar itu.
Berkaitan dengan hal tersebut, menurut Pasal 1244 KUH Perdata, jika
terjadi hal-hal yang tidak terduga (pembuktiannya di pihak debitur) yang
menyebabkan terjadinya kegagalan dalam melaksanakan perjanjian, hal
tersebut bukan termasuk ke dalam kategori force majeure, yang pengaturan
hukumnya lain sama sekali kecuali jika debitur dimintakan tanggung
jawabnya.
Waralaba
pihak.
Menurut Widjaja Gunawan, (2002: 86) ada 4 macam tata cara penyelesaian
a. Konsultasi
c. Mediasi
d. Konsiliasi
Atas dasar perbuatan melawan hukum ini pihak yang merasa dirugikan dapat
menuntut adanya ganti kerugian sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku.
1. Badan Peradilan
a) Pengadilan Negeri
dalam lingkup masalah HAKI (Hak cipta, paten, merek, dll) maka
peradilan ini upaya hukum yang ditempuh jika salah satu pihak menolak
putusan dari pengadilan tingkat pertama (judex facti) maka bisa melakukan
b) Pengadilan Niaga
adalah Arbitrase. Dalam hal ini pengadilan tidak berwenang untuk mengadili
arbitrase di Indonesia saat ini telah diatur dalam suatu peraturan perundang-
ayat (1) Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa objek perjanjian arbitrase atau dalam hal ini adalah :
hanya untuk sengketa di bidang perdagangan dan mengenai hak yang menurut
yang bersengketa.
ayat (1) Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 tersebut, namun jika dilihat
Pasal 5 ayat (1) , seharusnya juga memiliki makna yang luas. Hal ini juga
sejalan dengan ketentuan selanjutnya dalam Pasal 5 ayat (2), yang memberikan
Pasal 66 huruf (b) Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 tersebut, maka sengketa
Semakin terkenal sebuah brand dari waralaba, maka semakin kecil bargaining
BAB III
A. Hasil Penelitian
dengan responden 20 Juni Tahun 2017 dengan Ibu Siti Qoriah Rosydiana
menuntut adanya ganti kerugian berdasarkan apa yang telah ditetapkan oleh
terjadi dalam beberapa cara, misalnya salah satu pihak dengan tegas
pihaknya.
2. Jika pelanggaran itu cukup berat, akan memberikan hak kepada pihak yang
surat peringatan sudah melayang tiga kali. Tujuannya untuk mendidik dan
yakni pemberi waralaba dapat menuntut ganti rugi. Ini adalah upaya hukum
yang utama bagi pelanggaran perjanjian. Pada asasnya bentuk dari ganti
rugi yang lazim dipergunakan ialah kompensasi uang, oleh karena menurut
penerima waralaba dapat menuntut adanya ganti kerugian berdasarkan apa yang
wanprestasi.
1. Karena adanya wanprestasi, yakni salah satu pihak mengingkari isi atau
2. Karena adanya Overmacht, atau suatu peristiwa yang tidak terduga pada
dengan responden 21 Juni Tahun 2017 dengan Bapak Harusn sadli, Ibu Memei
menuntut adanya ganti kerugian berdasarkan apa yang telah ditetapkan dalam
perjanjian.
dengan responden 20 juni Tahun 2017 dengan Bapak Soumala Murni sebagai
penawaran waralaba dari pemberi waralaba yang telah didaftarkan pada instansi
terkait.
mengenai prosedur perolehan hak waralaba atau sering disebut dengan Surat
yaitu suatu Prospektus harus mencakup semua rincian dan fakta material
apabila menggunakan foto, diagram, atau tabel pada Prospektus, karena bahan-
waktu yang tepat seluruh Informasi Material mengenai usahanya yang dapat
dengan prospektus, pada dasarnya agar dapat diketahui secara jelas tentang
keadaan dan kondisi suatu perusahaan, karena secara riil apabila hendak
Pemberi Waralaba baik dari luar negeri dan dalam negeri guna menciptakan
Disamping itu, Pemerintah dapat memantau dan menyusun data Waralaba baik
66
jumlah maupun jenis usaha yang diwaralabakan. Disisi lain, apabila terjadi
(tiga puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal berlakunya Perjanjian Waralaba
Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba
yakni :
dengan responden 21 Juni Tahun 2017 dengan Bapak Harusn sadli, Ibu Memei
B. Pembahasan
1. Bahwa perlindungan hukum pemberi waralaba atas wanprestasi yang
untuk menggunakan suatu sistem dan metode yang ditetapkan oleh Pemberi
Kewajiban untuk mempergunakan metode dan tata cara atau prosedur yang
akibat lebih lanjut bahwa suatu usaha waralaba adalah usaha yang mandiri,
Hal tersebut seperti diatur dalam Pasal 1 ayat (1) PP No. 42 Tahun 2007 tentang
waralaba yang berbunyi : Waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang
perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha
dalam rangka memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil dan
waralaba.
69
Dari pengertian tersebut jelas bahwa subyek hukum yang bisa menjadi
pemberi waralaba adalah perorangan maupun badan usaha. Untuk bisa menjadi
Pemberi waralaba, setiap perorangan maupun badan usaha harus memiliki suatu
bisnis dengan konsep yang unik. Kriteria lebih spesifik diatur dalam Pasal 3 PP
No. 42 Tahun 2007 tentang waralaba yang menyatakan bahwa : waralaba harus
23
memenuhi kriteria sebagai berikut:
c. Memiliki standar atas pelayanan dan barang dan/atau jasa yang ditawarkan
menuntut adanya ganti kerugian berdasarkan apa yang telah ditetapkan oleh
cara, misalnya salah satu pihak dengan tegas melepaskan tanggung jawabnya
2. Jika pelanggaran itu cukup berat, akan memberikan hak kepada pihak yang
No. 42 Tahun 2007 tentang waralaba bisa dicabut Surat Tanda Pendaftaran
sudah melayang tiga kali. Tujuannya untuk mendidik dan menertibkan para
lebih dahulu, pihak yang dirugikan boleh menyatakan perjanjian itu berakhir
71
dan sekaligus melakukan gugatan, baik untuk memperoleh ganti rugi karena
penerima waralaba dapat menuntut ganti rugi. Ini adalah upaya hukum yang
utama bagi pelanggaran perjanjian. Pada asasnya bentuk dari ganti rugi yang
sengketa. Selain uang, masih ada bentuk-bentuk lain yang diperlukan sebagai
ganti rugi, yaitu : pemulihan pemenuhan prestasi perjanjian seperti semula (in
1. Karena adanya wanprestasi, yakni salah satu pihak mengingkari isi atau
2. Karena adanya Overmacht, atau suatu peristiwa yang tidak terduga pada
konstruksi dan sengketa yang dimaksud adalah sengketa perdata (bukan pidana).
Arbitrase. Dalam hal ini pengadilan tidak berwenang untuk mengadili sengketa
forum peradilan dikhawatirkan oleh pihak pemberi waralaba akan menjadi suatu
forum "bukabukaan" bagi Penerima Waralaba yang tidak beriktikad baik. Untuk
arbitrase di Indonesia saat ini telah diatur dalam suatu peraturan perundang-
dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Menurut ketentuan Pasal 5 ayat (1) Undang-
perjanjian arbitrase atau dalam hal ini adalah sengketa yang akan diselesaikan di
perdagangan dan mengenai hak yang menurut hukum dan peraturan perundang-
undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang bersengketa. Tidak ada suatu
No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase tersebut, namun jika dilihat pada Pasal 66
Arbitrase tersebut dikatakan bahwa yang dimaksud dengan ruang lingkup hukum
seharusnya juga memiliki makna yang luas. Hal ini juga sejalan dengan ketentuan
selanjutnya dalam Pasal 5 ayat (2), yang memberikan perumusan negatif, di mana
penyelesaian sengketa yang dalam prosesnya lebih mudah dibandingkan lewat jalur
pengadilan.
mengenai prosedur perolehan hak waralaba atau sering disebut dengan Surat Tanda
harus mencakup semua rincian dan fakta material mengenai Penawaran Umum dari
Publik, dan pihak lain untuk menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu
yang tepat seluruh Informasi Material mengenai usahanya yang dapat berpengaruh
prospektus, pada dasarnya agar dapat diketahui secara jelas tentang keadaan dan
kondisi suatu perusahaan, karena secara riil apabila hendak membeli suatu barang
berwujud.
baik dari luar negeri dan dalam negeri guna menciptakan transparansi informasi
usaha yang dapat dimanfaatkan secara optimal oleh usaha nasional dalam
dapat memantau dan menyusun data Waralaba baik jumlah maupun jenis usaha
Pemerintah.
Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba adalah paling lambat lambat 30 (tiga puluh)
dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba yakni :
dokumen asli dan akan dikembalikan kepada pemohon STPUW setelah selesai
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
adanya ganti kerugian berdasarkan apa yang telah ditetapkan oleh KUHPerdata
B. Saran
dahulu sehingga kerugian yang di derita penerima waralaba tidak bertambah lagi
dengan adanya proses hukum melalui pengadilan yang akan memakan waktu dan
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-buku
Cst Kansil, dkk., 2000, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai
Pustaka, Jakarta.
Dudu Duswara Machmudin, 2001, Pengantar Ilmu Hukum Sebuah Sketsa, Refika
Aditama, Bandung.
Gunawan Widjaya, 2004, Lisensi Atau Waralaba, Suatu Panduan Praktis, Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Hardijan Rusli, 1996, Hukum Perjanjian Indonesia dan Common Law, Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta.
Munir Fuady, 2001, Hukum Kontrak Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, PT. Citra
Aditya Bakti, Bandung.
---------, 2002, Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek, Citra Aditya Bhakti,
Bandung.
80
---------, 2005, Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern di Era Global, Citra
Aditya Bakti, Bandung.
Roy Sembel Tedy Ferdiansyah, Tujuh Jurus Pendanaan Di Tahun Kuda Air,
USAHAWAN No. 03 Th. XXXI, Jakarta, 2002.
B. Peraturan Perundang-undangan