SKRIPSI
Oleh :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2021
ii
Oleh:
D1A017074
Menyetujui,
TANGGAL:________________________________
Oleh :
DEWAN PENGUJI
Ketua,
Anggota I,
Anggota II,
Mengetahui,
Dekan,
Nim : D1A017075
KATA PENGANTAR
Dengan segara puji dan syukur penyusun tunjukan atas kehadirat allah
SWT, karena berkat rahmat, nikmat, dan karunianya serta limpahan kesehatan
yang diberikan kepada penyusun sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
karena bantuan, dukungan, bimbingan, dan arahan dari semua pihak. Untuk tidak
2. Bapak Arief Rahman, SH., M.Hum., selaku kepala bagian Hukum Perdata.
4. Bapak Hasan Asy’ari, SH., MH., sebagai dosen pembimbing kedua yang
Mataram.
7. Kedua orang tua tercinta yaitu Jauhar Arifin, dan Yuni Sutraningsih yang
menjadi alasan penyusun mengapa hingga hari ini terus berjuang, yang
9. Teman tercinta penyusun yaitu Yahdi Putra Aditya S,T., yang telah
10. Sahabat tercinta penyusun yaitu Dinul Apriliano Akbar, Detto Kharisma
11. Temen-teman dalam grup UKF GIBAH 2017 yaitu Akbar, Detto, Dimas,
Deva, Tiffani, Devi, Epin, Cindy, Budi, Buyu, Hamdani, bunga, Devi
12. Semua pihak yang turut membantu sehingga terselesaikannya skripsi ini.
diri pribadi penyusun dalam proses belajar memahami dalam penulisan skripsi ini,
sehingga kritik serta saran dan pemikiran sangat dinantikan dalam rangka
dengan senang hati dan tangan terbuka serta dengan lapang dada.
Akhirnya sekian ucapan terima kasih dari penyusun, semoga skripsi ini
Mataram, 2021
RINGKASAN
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM HAL DEBITUR
MEMINJAMKAN OBJEK JAMINAN FIDUSIA KEPADA PIHAK
KETIGA
( Studi Putusan Nomor 05/Pdt.G/2013/PN Kis. )
Oleh : Denny Imaduddin Akbar
Pembimbing I : H. Zaenal Arifin Dilaga, SH., M.Hum.
Pembimbing II : Hasan Asy’ari, SH., MH.
Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi sejak diberlakukannya Undang-
Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, dalam implementasinya
masih terdapat pelanggaran-pelanggaran hukum yang dilakukan oleh pihak
debitur (pemberi fidusia) dan menimbulkan akibat hukum yang dimana debitur
menyewakan objek jaminan fidusia kepada pihak ke tiga tanpa persetujuan pihak
kreditur. Permasalahan yang dibahas dalam penulisan skripsi ini ialah pertama,
bagaimana perlindungan hukum bagi kreditur dalam hal debitur meminjamkan
objek jaminan fidusia kepada pihak ketiga tanpa persetujuan pihak kreditur.
Kedua, bagaimana pertanggung jawaban debitur dalam hal meminjamkan objek
jaminan fidusia tanpa persetujuan kreditur. Ketiga, bagaimana pertimbangan
hakim dalam Putusan Nomor 05/Pdt.G/2013/PN Kis.
Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif, dengan menggunakan
pendekatan konseptual, pendekatan kasus dan pendekatan undang-undang.
Sumber hukum yang digunakan adalah research document yaitu sumber hukum
yang didapat dari literatur-literatur peraturan perundang-undangan, atau refrensi
dalam bentuk buku-buku yang berkenaan dengan judul yang ingin diteliti.
Analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif yaitu suatu cara
menganalisis hasil penelitian yang menghasilkan data deskriptif analitis.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dalam kasus Putusan Pengadilan
Negeri Nomor 05/Pdt.G/2013/PN. Kis dilihat dari segi perlindungan hukum
preventif, maka pada perjanjian antara debitor dengan kreditor tersebut
dicantumkan klausul yang menyatakan bahwa debitor tidak diperbolehkan untuk
menyewakan objek jaminan tanpa sepengetahuan ataupun tanpa seizin pihak
kreditor. Sedangkan perlindungan hukum represif yang didapat oleh kreditor
adalah untuk mengajukan gugatan terhadap debitor. Gugatan tersebut diajukan ke
Pengadilan Negeri domisili debitor dimana selanjutnya kreditor dapat pula
mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi hingga mengajukan kasasi ke
Mahkamah Agung. Dalam hal ini putusan hakim berkuatan tetap dan dapat
dieksekusi sehingga bersifat memaksa dan para pihak harus melaksanakannya.
tanggung jawab debitur yang mengalihkan objek jaminan fidusia yaitu ganti rugi
berupa pemulihan seperti keadaan semula, ganti kerugian ini dikarenakan debitur
telah melakukan perbuatan melawan hukum, tanggung jawab secara pidana
debitur dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda
paling banyak Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sesuai dengan pasal 36
x
ABSTRAK
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM HAL DEBITUR
MEMINJAMKAN OBJEK JAMINAN FIDUSIA KEPADA PIHAK
KETIGA
( Studi Putusan Nomor 05/Pdt.G/2013/PN Kis. )
Jaminan fidusia merupakan salah satu jaminan kebendaan yang dikenal dalam
hukum positif. Dalam perjanjian jaminan fidusia benda yang dijadikan objek
jaminan fidusia adalah tetap dalam penguasaan debitur dan tidak dikuasai oleh
kreditur, jadi dalam hal ini adalah penyerahan kepemilikan benda tanpa
menyerahkan fisik bendanya. Debitur harus mempunyai itikad baik untuk
memelihara benda jaminan dengan sebaik-baiknya. Dalam pasal 23 Undang-
Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia debitur dilarang
mengalihkan, menggadaikan atau menyewakan kepada pihak lain benda yang
menjadi objek jaminan fidusia yang tidak merupakan benda persediaan, kecuali
dengan persetujuan tertulis terlebih dahulu dari kreditur. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui legalitas pengalihan objek jaminan fidusia jika tidak ada
persetujuan kreditur, tanggung jawab debitur yang mengalihkan objek jaminan
fidusia dan pertimbangan hakim dalam memutus perkara pengalihan objek
jaminan fidusia tanpa persetujuan kreditur.
ABSTRACT
xii
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................. 5
D. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 6
E. Orisinalitas Penelitian ........................................................................... 7
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
finance) ini masyarakat tidak perlu menyediakan dana yang terlalu besar
dibutuhkan, cukup dengan menyediakan 10% sampai 20% saja dari harga
mencicil. 2
1
D.Y Witanto, Hukum Jaminan Fidusia Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen,
Mandar Maju, Bandung, 2015, hlm.6.
2
Ibid, hlm. 10
2
modal dan kepastian hukum lembaga tersebut. Istilah jaminan berasal dari
dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan hukum. 3 Jaminan itu
selesai. Jaminan pokok secara fidusia berupa barang yang dibiayai oleh
3
H Tan Kamello, Hukum Jaminan Fidusia, Cetakan ke-2, Bandung: PT Alumni, 2006,
hal. 31.
4
Sunaryo, Hukum Lembaga Pembiayaan, Cetakan ke-2, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, hal.
97.
3
dengan lembaga jaminan fidusia terletak pada aspek penguasaan atas objek
jaminannya.
baru, tapi sudah lama digunakan dalam dunia usaha, Sri Soedewi
mana pada masa itu dikenal dengan istilah Fidusia Cum Creditore, di
perlindungan hukum baik bagi pihak kreditur maupun pihak debitur .Pada
bahwa :
5
Munir Fuady, Jaminan Fidusia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003, hlm. 13.
4
meliputi benda bergerak, benda yang tidak dibebani hak tanggungan, dan
benda berwujud.
di atas maka penelitian ini menarik untuk dibahas dengan judul penelitian
B. Rumusan Masalah
Kreditur ?
1. Tujuan Penelitian
tiga.
Kreditur.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
6
lanjutan.
b. Manfaat Akademis
Perjanjian.
c. Manfaat Praktis
E. Orisinalitas Penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
terdiri dari dua suku kata yakni Perlindungan dan hukum. Dalam
6
Kamus Besar Bahasa Indoesia (KBBI) Online, https://kbbi.web.id/perlindungan, diakses
pada tanggal 9 Oktober 2021
10
hak dan kewajiban, dalam hal ini yang dimiliki oleh manusia sebagai
lingkungannya.
7
Harjono, Konstitusi sebagai Rumah Bangsa, Sekretariat Jendral dan Kepaniteraan
Mahkamah Konstitusi, 2008, hlm. 357.
11
suatu pelanggaran. 8
dan jujur serta bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan. Rasa
pemikiran yang tepat dengan alat bukti dan barang bukti untuk
8
Muchsin, Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia. Universitas
Sebelas Maret. Surakarta, 2003, Hal, 20.
9
Ishaq, Dasar-dasar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2009. Hlm. 43.
12
dibuat dan diundangkan secara pasti karena mengatur secara jelas dan
dan logis dalam arti ia menjadi suatu sistem norma dengan norma lain
10
Ibid, Hlm. 44.
13
Istilah jaminan fidusia ini terdapat dalam Pasal 1 angka (2) UUJF: 12
11
H. Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, PT RajaGrafindo Persada,
Jakarta, 2004, Hal. 55.
12
Indonesia, Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia, Pasal 1
Angka (2).
14
pemberi fidusia.
13
Salim HS, Ibid., hal. 57
15
diutamakan;
jaminan fidusia;
dalam hal ini sebagai debitur dalam perjanjian kredit, dan penerima
fidusia yang dalam hal ini sebagai kreditur dalam perjanjian kredit.
14
Subekti, Aneka Perjanjian, PT. Alumni, Bandung, cetakan ke-VII, 1985, hlm. 27.
15
Rachmadi Usman, Hukum Kebendaan, Jakarta, Sinar Grafika, 2013, hlm. 283-284.
16
Ibid, hlm. 285.
16
fidusia meliputi benda bergerak dan benda tetap tertentu, yang tidak
dialihkan. 17
bahwa benda adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki dan dialihkan,
maupun yang tidak terdaftar, yang bergerak maupun yang tak bergerak
17
Satrio, J, Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan Fidusia, Bandung, PT. Citra
Aditya Bakti, 2002, hlm. 179.
18
Rachmadi Usman, Op. Cit., hlm 286-287.
17
hukum. Tentu saja fidusia sebagai salah satu jenis jaminan hutang juga
mengeksekusi fidusia.19
dengan bantuan kekuatan umum apabila pihak yang kalah tidak mau
sendiri. Ini merupakan salah satu ciri jaminan kebendaan, yaitu adanya
19
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Seri Hukum Bisnis Jaminan Fidusia, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2000, hlm. 149-150.
20
Munir Fuady, Op., Cit., hlm. 57.
18
dilaksanakan.
penerima gadai.
19
BAB III
METODE PENELITIAN
guna memperoleh gambaran secara nyata tentang hal yang diperlukan guna
A. Jenis Penelitian
B. Metode Pendekatan
terkait dengan isu yang sedang dihadapi, dan telah menjadi putusan
3. Pendekatan Konseptual
21
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Cetakan ke-11, Kencana, Jakarta, 2011,
hlm. 35.
22
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Cet. ke 9, PT.
RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2016, hlm. 165
23
Ibid, hlm. 166
22
1. Bahan Hukum
yang diteliti.
Adapun jenis bahan hukum dalam penelitian ini yaitu bahan hukum
buku-buku, makalah, dan jurnal yang ditulis oleh para ahli dan
dibahas.
yaitu dengan menguraikan semua data menurut mutu, dan sifat gejala dan
permasalahan serta memaparkan kesimpulan dan saran, yang dalam hal ini
24
Edy Ikhsan dan Mahmul Siregar, Metode penelitian dan Penulisan Hukum Sebagai
Bahan Ajar , Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 2009, hlm.54.
24
BAB IV
Sepengetahuan Kreditur
para pihak, mengikat diri para pihak untuk melakukan suatu prestasi
Secara dalil yang benar yang tidak dapat dibantahkan atau disebut
berupa, sengaja, lalai, atau alpa dengan melakukan sesuatu yang telah
peraturan terkait.
KUHPerdata.
1. Pemenuhan prestasi
2. Pemutusan prestasi
3. Ganti rugi
26
sesuatu yang telah dilarang untuk dilakukan, maka untuk hal ini ada
sanksi atau hukuman yang akan diberikan kepada debitur akibat yang
depan hukum.
melakukan suatu yang tidak boleh dilakukan dalam pasal 23 ayat (2)
dan denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).
tertulis.
juga diatur secara umum, yaitu: diatur dalam KUH Perdata Pasal 1131
25
J. Satrio, Op.,Cit, hlm 143
29
baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada dikemudian hari,
maka sejak itu semua harta kekayaan baik yang sudah ada maupun
yang baru akan ada di kemudian hari menjadi tanggungan untuk segala
perikatannya.
kecuali apabila diantara para berpiutang itu ada alasan-alasan yang sah
debitur wanprestasi.
dengan pidana penjara paling lama 2 tahun dan denda paling banyak
Rp.50.000.000,00.
26
Munir Fuady, Op.,Cit, hlm. 59.
31
jawab hukum dalam ranah hukum publik dan tanggung jawab hukum
dalam ranah hukum private.27 Tanggung jawab hukum dalam ranah hukum
privat, yaitu tanggung jawab hukum dalam hukum perdata dapat berupa
tanggung jawab secara perdata juga bisa secara pidana, bahkan bisa secara
27
Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, cet. 28, Pradnya Paramita, Jakarta, 2000,
hlm. 174. Bahwa Hukum Publik adalah pertaturan perundang-undangan yang obyeknya adalah
kepentingan-kepentingan umum dan yang karena itu , soal mempertahankannya dilakukan oleh
pemerintah, sedangkan hukum privat adalah peraturan perundang-undangan hukum yang
obyeknya ialah kepentingan-kepentingan khusus dan yang soal akan dipertahankannya atau tidak
diserahkan kepada pihak yang berkepentingan.
28
Moegni Djojodirdjo, Perbuatan Melawan Hukum, Pradnya Paramita, Jakarta, 1979,
hlm. 13 Istilah Perbuatan Melawan Hukum merupakan terjemahan dari istilah onrechtmatigedaad,
namun demikian ada juga yang menterjemahkannya perbuatan melanggar hukum.Namun
demikian banyak ahli hukum yang menggunakan istilah perbuatan melawan hukum (Moegni
Djojodirjo).Istilah “melawan” lebih tetap dari “melanggar” karena pada kata melawan melekat
kedua sifat aktif maupun pasif.
32
jaminan tersebut dalam hal ini hanya hak kepemilikan yang beralih
dibebaskan dari tanggung jawab. Dengan kata lain pihak debitur yang
bertanggung jawab penuh. Hal ini ditegaskan oleh Pasal 24 UUJF, yang
menyatakan bahwa :
ketiga terhadap benda yang sudah menjadi objek jaminan yang sudah
memiliki akta yang didaftarkan. Selain itu debitur juga dilarang untuk
lain terhadap benda yang menjadi objek jaminan fidusia yang sudah
yang dilakukan oleh kreditur sesuai dengan yang diatur dalam Pasal 30
UUJF dan menerima kelebihan hasil eksekusi yang melebihi nilai jaminan,
pelunasan utang, pihak debitur tetap bertanggung jawab atas hutang yang
belum terbayar.
benda jaminan hutang debitur kepada kreditur dan memiliki sanksi pidana,
menentukan bahwa :
pihak ketiga, debitur yang berutang kepada leasing (kreditur) lah yang
29
R.Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang hukum Perdata, Pradnya
Paramita,Jakarta, 2003 hlm .346.
34
antara pihak leasing ( kreditur) dengan pihak ketiga tersebut, maka yang
tersebut.
perdata dan pidana seperti yang telah diatur dalam pasal 35 dan 36 UUJF.
Kerugian yang dialami oleh kreditur secara materi sudah jelas, bahwa
kreditur dan debitur. Akibat kerugian yang dialami oleh pihak kreditur
tentunya ia dapat meminta kembali atau menarik kembali dari debitur yang
upaya-upaya hukum, baik upaya hukum biasa maupun upaya hukum luar
pengadilan tinggi dan tingkat kasasi, sedangkan upaya hukum luar biasa
30
Pasal 24 Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia dikatakan
bahwa Penerima fidusia tidak menanggung kewajiban atas akibat tindakan atau kesalahan
(kesengajaan atau kelalaian) dari pihak debitur, baik yang timbul karena hubungan kontraktual
atau timbul dari perbuatan melanggar hukum, sehubungan dengan penggunaan dan pengalihan
benda yang menjadi objek jaminan fidusia
35
dapat ditempuh melalu proses peninjuaan kembali atas segala kasus yang
ada.31
kredit dan;
Dalam kondisi demikian, kreditur tetap memiliki hak untuk melakukan sita
KUHPerdata, yaitu :
bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada di
31
Yurizal, aspek pidana dalam Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan
Fidusia, 2015, Media Nusa Kreatif, hlm.76.
36
perseorangan”.
debitur ialah harta kekayaan yang akan ada dikemudian hari atau benda
Dalam hal objek jaminan fidusia dipinjamkan oleh debitur sehingga pada
saat di lakukan eksekusi objek jaminan tidak di temukan ada pada debitur
atas kelalaian yang dilakukan oleh debitur . Hal ini dipertegas dalam Pasal
32
Lidya Mahendra, Perlindungan Hak-Hak Kreditur Dalam Hal Adanya Pengalihan
Benda Jaminan Oleh Pihak Debitur, Jurnal Ilmiah Prodi Magister Kenotariatan, 2015-
2016,Program Magister Kenotariatan Universitas Udayana, hlm. 275
37
atau dipinjamkan dan pemberian sanksi berupa denda dan pidana penjara
dari kreditur.33
33
Ibid, hlm 276
38
langsung oleh bank atas dasar Sertifikat Jaminan Fidusia yang menurut
barang milik orang lain yang ada dalam kekuasaannya bukan karena
kejahatan”.
1. Unsur debitur;
meminjamkan ;
penerima fidusia.
ditujukan bagi debitur yang dalam hal ini debitur atau pihak ketiga pemilik
yang mudah untuk dialihkan kepada pihak lain, meskipun jaminan fidusia
UUJF.
Pasal 36 UUJF baru bisa diterapkan jika perjanjian fidusia itu telah
memenuhi ketentuan Pasal 11 ayat (1) jo Pasal 14 ayat (3) UUJF tentang
Fidusia baru menimbulkan hak dan kewajiban saja bagi para pihak yang
tahun dan denda paling banyak Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah),
34
D.Y Witanto, Op.,Cit, hlm. 150.
41
terbukti jika semua unsur yang dirumuskan telah terpenuhi terlepas apakah
oleh si pemberi jaminan atau tidak, dan sebaliknya si debitur tidak dapat
dengan baik meskipun telah mengalihkan objek jaminan fidusia yang ada
dalam kekuasaannya.
fidusia.
berkaitan dengan penerapan Pasal 372 KUHP, antara lain sebagai berikut :
lain tidak dapat diterapkan pada perjanjian jaminan yang hanya memiliki
segi obligatoir.35
1. Kasus Posisi
Para pihak :
35
Ibid, hlm. 151
43
2.717.000,- (dua juta tujuh ratus tujuh belas ribu rupiah) per bulannya,
terhitung dari bulan Agustus 2013 s/d bulan Juli 2016 dengan total
puluh tiga juta tujuh ratus enam puluh dua ribu satu rupiah) dan mobil
Pendaftaran Fidusia.
selama 3 bulan pertama, akan tetapi memasuki angsuran ke-4 tidak lagi
Penggugat merasa bahwa Para Tergugat tidak lagi memiliki itikad baik
a. Kerugian materiil :
185.611.000,
dijalankan;
2. Pertimbangan Hakim
terhitung dari bulan Agustus 2013 s/d Bulan Juli 2016 dengan total
dengan tertib dan teratur selama 3 (tiga) bulan hingga bulan Oktober
2014 sebesar Rp. 2.717.000,- setiap bulannya akan tetapi sejak bulan
Kisaran Para Tergugat tidak lagi mau membayar angsuran kredit mobil
tersebut ;
sampai dengan P – 4 ;
48
dilakukan oleh salah satu pihak baik suami maupun istri maka juga
Kreditor yaitu PT. Toyota Astra Financial Services dan pihak Debitor
dan kewajian pihak Kreditor maupun Debitor, dan dalam pasal 4 point
dalam perjanjian ini..” dan bukti P-4 tersebut telah di Paraf tiap
undang-undang” ;
terkait dengan perjanjian yang dibuat oleh pihak PT. Toyota Astra
tersebut telah ditarik atau tidak berlaku lagi, sehingga Majelis Hakim
dinyatakan dikabulkan ;
mempertimbangkan sbb :
50
Fidusia Nomor 246 yang dibuat dihadapan Notaris Vincent, SH, M.Kn
Lengga yang bertindak untuk dan atas nama Leli Arwita (Tergugat II)
Iskandar Muda No. 15B Medan yang dalam bukti P-2 disebut sebagai
Penerima Fidusia, yang mana dalam bukti P-2 pada halaman 4-5
terhitung sejak hari ini dan selama berlakunya perjanjian ini Obyek
Jaminan Fidusia dikuasai oleh Debitur bukan lagi dalam hubungan hak
Fidusia…” ;
Sertifikat Fidusia oleh an. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I
bertindak untuk dan atas nama Leli Arwita (Tergugat II) dan Rustam
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I Kepala Kantor Wilayah
dikabulkan ;
(bukti P-2) yang mana dalam bukti P-2 tersebut pada Pasal 1
menyebutkan bahwa :
sejak hari ini dan selama berlakunya perjanjian ini Obyek Jaminan
Fidusia dikuasai oleh Debitur bukan lagi dalam hubungan hak milik,
Jaminan Fidusia” ;
Akta Jaminan Fidusia Nomor 246 tersebut adalah 1 unit mobil, merek
53
Fidusia oleh an. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I Kepala
Melawan Hukum ;
dinyatakan ditolak ;
54
Nomor Mesin : 3SZ DDT75735, Warna Black Mica, Nilai Pasar Rp.
Penggugat ;
dinyatakan dikabulkan ;
sebagian ;
sebagian dan para Tergugat berada di pihak yang kalah, maka para
3. Putusan
Dalam Provisi ;
Fidusia ;
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
yaitu: diatur dalam KUH Perdata Pasal 1131 dan 1132 dan Undang-
Undang No.42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Pasal 1131 KUH
yang baru akan ada dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala
mengikatkan diri pada suatu perjanjian maka sejak itu semua harta
kekayaan baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada di
Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) hal ini diatur dalam Bab VI,
B. Saran
fidusia atau tidak, hal ini dapat meminimalisir pengalihan suatu barang
keuangan bank maupun non bank sebagai pihak kreditur serta kepada
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku
Edy Ikhsan dan Mahmul Siregar, 2009, Metode penelitian dan Penulisan
Hukum Sebagai Bahan Ajar, Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, 2000, Seri Hukum Bisnis Jaminan
Fidusia, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Munir Fuady, 2003, Jaminan Fidusia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.
Van Apeldoorn, 2000, Pengantar Ilmu Hukum, cet. 28, Pradnya Paramita,
Jakarta.
2. Peraturan Perundang-Undangan
3. Jurnal