SKRIPSI
Oleh :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
Demikian pernyataan ini saya perbuat dengan sebenar-benarnya tanpa ada paksaan
atau tekanan dari pihak manapun.
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas perkenanan dan kasih-Nya
Adapun salah satu tujuan dari disusunnya skripsi ini adalah untuk
Sumatera Utara. Skripsi ini cakupannya terfokus pada Hukum Perkawinan yang
besarnya kepada :
4. Dr. Jelly Leviza, SH, M.Hum selaku Pembantu Dekan III Fakultas
penulis ;
untuk penulis ;
hingga saat ini yang tergabung dalam “The Lawak’s Club”, yaitu
dalam penulisan skripsi ini, semoga kita semua bisa tetap solid yaaa!!!
ii
Arafah dan teman-temanku yang lain yang tidak bisa disebutkan satu-
Chris Agave Valentin Berutu, Irene Manik, Rame Liza Hutasoit, dan
penyusunan skripsi ;
Utara;
17. Rekan-rekan diluar kampus yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
iii
Sitorus yang baru saja dipanggil Yang Maha Kuasa, akan tetapi turut andil dalam
pencarian judul skripsi penulis dan Ibu terkasih Julita Rostaria Sinurat,S.Pd. Serta
saudara kandung penulis, yaitu adik Christian Imanuel Sitorus yang selalu
menemani dan mendukungku serta memotivasiku dan saudari sepupu saya yang
berada di Jakarta tetapi tetap mendukung dan tidak lupa selalu menyemangati
penulis yaitu kakak Rafika Febrina Sitorus. Keluarga yang senantiasa ada dalam
suka dan duka penulis, sekaligus sebagai semangat dan motivasi terbesar penulis
tidak mungkin disebutkan satu persatu dalam kesempatan ini, hanya Tuhan yang
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua.
Penulis
iv
Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
ABSTRAK ........................................................................................................... v
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi
GLOSARIUM ...................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah............................................................................ 12
C. Tujuan Penulisan ................................................................................ 12
D. Manfaat Penulisan .............................................................................. 13
E. Metode Penelitian............................................................................... 13
F. Keaslian Penulisan ............................................................................. 15
G. Sistematika Penulisan......................................................................... 16
vi
vii
viii
ix
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
berbagai pulau dari Sabang sampai dengan Merauke serta didiami oleh berbagai
suku bangsa. Oleh karena itu Negara Indonesia dikenal sebagai negara dengan
Itulah yang menjadi salah satu ciri khas atau keistimewaan dari Negara Indonesia.
Walaupun memiliki banyak perbedaan dari budaya, adat istiadat bahkan bahasa
tetapi bangsa Indonesia tetap satu kesatuan dengan menjunjung tinggi prinsip
Bhineka Tunggal Ika, yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu jua, yang
maksudnya walaupun memiliki keberagaman yang saling berbeda tetapi tetap satu
yaitu sama sama bangsa Indonesia tanpa pembedaan suku, ras dan agama. Salah
satu suku bangsa yang terdapat di Indonesia adalah suku Batak, yang mendiami
Provinsi Sumatera Utara dan disebutlah sebagai suku Batak atau masyarakat adat
Batak.1
Suku Batak atau masyarakat adat Batak ini bukan hanya satu jenis, tetapi
terbagi lagi menjadi lima sub suku dan masing-masing sub suku tersebut memiliki
Karo, yang mendiami wilayah dataran tinggi Karo, Deli, Hulu, Langkat Hulu, dan
1
Suriyaman Mustari Pide, Hukum Adat dahulu, kini dan akan datang, (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2014), hlm.64.
tanah alas, dan Gayo. 4) Batak Toba, yang mendiami wilayah meliputi daerah tepi
danau Toba, Pulau Samosir, dataran tinggi Toba dan Silindung, daerah
yang mendiami wilayah induk Angkola dan Sipirok, Batang Toru, Sibolga,
Padang Lawas, Baruwa, Mandailing Pakantan, dan Batang Natal. 2 Seluruh suku
atau masyarakat hukum adat ini dinamakan dengan suku Batak atau biasa orang
selalu berinteraksi satu dengan yang lainnya, antara kelompok satu dengan
atau the indigenous people, sedangkan dalam kehidupan sehari-hari lebih sering
dan populer disebut dengan istilah “ masyarakat adat”.4 Masyarakat adat adalah
komunitas manusia yang saling berhubungan satu dengan lainnya serta patuh pada
peraturan atau hukum yang mengatur tingkah laku manusia dalam hubungannya
satu sama lain berupa keseluruhan dari kebiasaan dan kesusilaan yang benar-benar
hidup karena diyakini dan dianut, dan jika dilanggar pelakunya mendapatkan
2
Ibid
3
Sony Dewi Judiasih, Harta Benda Perkawinan,( Bandung: Refika Aditama,2015),
hlm.1.
4
Djarat Samosir, Hukum Adat Indonesia,(Medan: CV Nuansa Aulia, 2013), hlm.69.
sanksi sosial dan bala dari Yang Maha Kuasa. 5 Salah satu bentuk hubungan
antara individu dalam masyarakat adalah hubungan antara seorang perempuan dan
kedua calon suami-istri saja tetapi menyangkut urusan keluarga dan masyarakat. 7
melanjutkan keturunan yang sah selain dengan cara adopsi. Manusia tidak akan
tentang perkawinan yaitu Undang- Undang Nomor 1 tahun 1974 dalam pasal 1
dimana dalam pasal ini yang dimaksud dengan perkawinan ialah ikatan lahir batin
antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan
untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
5
Laksanto Utomo, Hukum Adat, (Depok: Rajawali Pers, 2017), hlm.3.
6
Sony Dewi Judiasih, op.cit. , hlm.1.
7
Asmin, Status Perkawinan Antar Agama ditinjau dari Undang-Undang Perkawinan
No.1 tahun 1974, Cetakan Pertama, (Jakarta: PT. Dian Rakyat, 1986), hlm.11.
8
Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Adat, (Bandung: Alumni, 1983), hlm.22.
9
Rosnidar Sembiring, Hukum Keluarga Harta-Harta Benda dalam Perkawinan, (Jakarta:
Rajawali Pers,2016), hlm.43.
melainkan untuk kekal dan abadi, hidup bahagia kecuali putus hubungan karena
kematian.10
Maha Esa, maka perkawinan merupakan perikatan yang suci. Perikatan tidak
dapat dilepaskan dari agama yang dianut suami-istri. Hidup bersama suami-istri
dalam perkawinan tidak semata-mata untuk tertibnya hubungan seksual tetap pada
pasangan suami-istri tetapi dapat membentuk rumah tangga yang bahagia, rumah
tangga yang rukun, aman dan harmonis antara suami-istri. Perkawinan salah satu
sudah terlepas dari pengaruh Hukum Adat, perkawinan masih diliput Hukum Adat
sebagai hukum asli rakyat Indonesia yang hidup dan tidak tertulis dalam bentuk
10
Tan Kamello, Hukum Perdata : Hukum Orang dan Keluarga, Edisi 2, (Medan : USU
Press, 2015), hlm.42.
11
Rosnidar Sembiring, op.cit. hlm.43.
12
Hilman Hadikusuma, op.cit., hlm.13.
Indonesia asli yang beragama Islam berlaku hukum Agama yang telah diresipiir
dalam Hukum Adat, dan bagi orang-orang Indonesia asli lainnya berlaku Hukum
Adat”. Maka, dapat diartikan bahwa hukum adat mempunyai pengaruh penting
Setiap suku bangsa tentunya memiliki kebiasaan, adat ataupun tradisi yang
sudah ada sejak dahulu kala. Kebiasaan tersebut dapat diartikan sebagai suatu
tetapi ditangani oleh peradilan keluarga atau kerabat yang berdasarkan kerukunan,
Perkawinan Adat.15
Hukum adat merupakan hukum yang tidak tertulis yang hidup dan
tidak tertulis namun hukum adat mempunyai akibat hukum bagi siapa saja yang
melanggarnya. Norma-norma dan nilai-nilai yang ada di dalam hukum adat sangat
13
Wila Chandrawila Supriadi, Hukum Perkawinan Indonesia & Belanda, (Bandung:
Mandar Maju, 2002), hlm.74.
14
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, (Yogyakarta : Liberty
Yogyakarta,2005), hlm.40.
15
Wila Chandrawila Supriadi, op.cit., hlm.74.
16
A.Suriyaman Mustari Pide, op.cit. hlm.87.
Ini berarti bahwa hukum adat dengan sejumlah aturannya yang tidak tertulis,
yang menyangkut kepentingan orang banyak dapat diuji kebenarannya dan bebas
pemimpin/penguasa yang adil dan patut atau yang memang benar benar pantaslah
Perkawinan bagi hukum adat bukan hanya merupakan peristiwa penting bagi
mereka yang masih hidup saja, tetapi perkawinan juga dianggap suatu peristiwa
yang sangat penting bahkan diyakini bahwa arwah-arwah para leluhur dari kedua
hanya sebagai “perikatan secara perdata saja, akan tetapi juga perikatan secara
kelamin antara laki-laki dan perempuan, yang membawa hubungan lebih luas,
yaitu antara kelompok kerabat laki-laki dan kerabat perempuan, bahkan antara
masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain. Hubungan yang terdiri ini
17
Ibid., hlm.89.
18
Hilman Hadikusuma, op.cit., hlm.8.
masyarakat itu.19
dimana hukum itu berlaku. Demikian juga hukum adat Batak yang memiliki
tujuan untuk mengatur masyarakat batak dalam bertingkah laku, serta mengatur
segenap segi kehidupannya agar sesuai dan selaras dengan kaidah- kaidah yang
Menurut hukum adat, perkawinan bukan saja merupakan soal mengenai orang
Dalam masyarakat patrilineal, yaitu sistem keturunan yang ditarik dari garis
bapak salah satunya suku Batak menyatakan bahwa perkawinan bertujuan untuk
dimana setelah terjadinya perkawinan, istri ikut (masuk) dalam kekerabatan suami
Selaras dengan hal itu maka didalam melakukan suatu perkawinan haruslah
19
Laksanto Utomo, op.cit., hlm.89.
20
Edwar B.Hutauruk, Adat Batak, (Tarutung : Kotapos, 2001), hlm.23.
21
Taufiqurrohman Syahuri, Legistimasi Hukum Perkawinan di Indonesia, (Jakarta : Fajar
Interpratama Mandiri,2013), hlm.64.
22
Hilman Hadikusuma, op.cit., hlm.23.
hukum adat. Proses-proses ini harus dilalui apabila seorang yang menganut suku
batak ingin melakukan perkawinan. Dikarenakan hukum adat Batak yang ditaati
oleh semua orang Batak telah menetapkan bagaimana proses yang harus
Masyarakat adat Batak, tepatnya yang menganut suku Batak Toba mengenal
bahkan kematian adat masyarakat Batak Toba. Dalihan Natolu itu sendiri
memiliki arti yaitu; Dalihan yang berarti tungku yang dibuat dari batu, sedangkan
Dalihan Natolu adalah tungku tempat memasak yang terdiri dari tiga batu. Ketiga
batu ini ditanam berdekatan agar dapat berfungsi sebagai tungku tempat untuk
memasak. Dalihan harus dibuat sama besar dan ditanam sedemikian rupa sehingga
jaraknya simetris satu sama lain serta memiliki tinggi yang sama dan harmonis. 24
elek marboru, manat mardongan tubu. Yang artinya hormatlah kepada pihak
hormat terhadap teman semarga. Ketiga hal yang tercantum dalam Dalihan
Natolu itulah yang menjadi Falsafah hukum adat Batak yang menjadi pedoman
dalam kehidupan sosial yang hidup dalam tatanan masyarakat adat Batak dari
23
Saragih Djaren, Hukum Perkawinan Adat Batak , (Bandung : Tarsito, 1980), hlm.26.
24
Sulistyowati Irianto, Perempuan di Antara Berbagai Pilihan Hukum, (Jakarta :
Yayasan Pustaka Obor Indonesia,2012), hlm.111.
25
Ibid.
mengendalikan dan memberi arah kepada kelakuan dan perbuatan orang Batak.
Dalihan Na Tolu ini juga merupakan sebuah sistem yang memberi pedoman bagi
orientasi persepsi dan definisi dalam realitas masyarakat Batak Toba sehingga
melestarikan galur ( suatu generasi keturunan dari suatu individu ) suami di dalam
kelompok kerabat (seketurunan darah). Hak tanah, milik, nama, dan jabatan,
hanya dapat diwarisi oleh garis lelaki. Di Batak Toba tidak ada pengecualian
Pesta perkawinan yang dilaksanakan dengan upacara adat Batak dihadiri oleh
kerabat pengantin laki-laki, pengantin wanita dan oleh penghuni huta dimana
pesta tersebut diadakan dan pada waktu itu mas kawin dan harta lain diserahkan
kepada mereka yang menurut adat berhak menerimanya. Jadi adapun pernikahan
yang mempertemukan Dalihan Na Tolu dari orang tua pengantin laki-laki dengan
Dalihan Na Tolu dari orang tua pengantin perempuan. Jadi dapat dikatakanlah
dengan adanya pertemuan kedua belah pihak tersebut maka terbentuklah ikatan
kekerabatan baik itu dari kedua keluarga pengantin dan juga dongan sahuta
26
Nalom Siahaan, Dalihan Natolu Prinsip dan Pelaksanaannya, (Jakarta: Tulus Jaya,
1982), hlm.18.
27
JC.Vergouwen, Masyarakat dan Hukum Adat Batak Toba, (Yogyakarta : PT.Lkis
Pelangi Aksara,2004), hal.197.
1. Meminang
yang berlaku. Pada masyarakat adat Batak Toba proses meminang ini merupakan
salah satu syarat utama yang dilakukan apabila ingin melaksanakan perkawinan
barulah dapat melaksanakan proses lainnya sesuai dengan aturan hukum adat
2. Tanpa meminang
dalam masyarakat Adat Batak Toba disebut juga sebagai mangalua yang berarti
kawin lari. Mangalua ini adalah perkawinan yang dilaksanakan tidak sesuai
dengan prosedur yang berlaku dalam hukum adat Batak Toba. Hal ini dilakukan
menghindarkan diri dari pembayaran jujur ataupun mahar yang biasa disebut
sinamot oleh masyarakat adat Batak Toba. Mangalua ini biasanya didasarkan
oleh faktor ekonomi, dimana keluarga si pemuda atau pemuda itu sendiri tidak
28
P.N.H. Simanjuntak, Hukum Perdata Indonesia, (Jakarta : Prenadamedia Group, 2016),
hlm.113.
perkawinan.29
dengan proses perkawinan menurut agama dan dicatatakan di catatan sipil, akan
oleh masyarakat adat Batak Toba beserta hukum adat, karena pada prinsipnya
sempurna karena dihadiri dan terlihat peranan dari perangkat dalihan na tolu
mangalua dianggap sebagai perkawinan yang tidak sempurna atau tidak sah
menurut hukum adat Batak Toba walaupun sudah melalui proses perkawinan
secara agama dan dicatatkan di catatan sipil. Karena pada hakikatnya perkawinan
yang sempurna dalam adat Batak Toba adalah perkawinan yang dihadiri dan
pembagian jambar dan pemberian ulos serta telah dibayarkannya sinamot kepada
syarat-syarat tersebut.
Maka perkawinan yang dilaksanakan secara upacara agama dan catatan sipil
dianggap hanya sebagai unsur atau pelengkap semata. Apabila perkawinan hanya
dilakukan secara agama dan dicatatkan ke catatan sipil maka dikatakan sebagai
perkawinan gelap oleh masyarakat adat Batak dilihat dari sudut pandang dalihan
na tolu, karena dianggap tidak terlihatnya peranan dalihan na tolu dalam upacara
29
Ibid., hlm.110.
perkawinan adat batak berarti apabila terjadi keretakan atau perselisihan di dalam
suatu rumah tangga maka sudah pasti marga dari masing masing pihak yang
skripsi “ Kedudukan Dalihan Na Tolu Dalam Perkawinan Adat Batak Toba (Studi
B. Perumusan Masalah
berikut:
Siantar ?
3. Bagaimana akibat hukum yang timbul dari perkawinan adat Batak Toba di
C. Tujuan Penelitian
30
Nalom Siahaan, op.cit., hlm.18.
Siantar.
3. Untuk mengetahui akibat hukum yang timbul dari perkawinan adat Batak
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat teoritis dan praktis yang diharapkan dalam penelitian ini
Penelitian ini mempunyai manfaat teoritis dan praktis. Kegunaan dari kedua
1. Secara Teoritis
masalah perkawinan.
2. Secara Praktis
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
aksinya di setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam suatu masyarakat.
pendekatan Yuridis empiris yakni dengan melihat kenyataan yang ada dalam
ketentuan hukum yang berlaku atau dengan kata lain mengkaji hukum secara
sosiologis.
2. Lokasi Penelitian
Kota Pematang Siantar. Penelitian ini dilakukan di lokasi tersebut dengan alasan
pertimbangan bahwa Kepala Adat dan Tokoh Masyarakat Adat serta Perangkat
penulisan ini, sesuai dengan surat permohononan yang diajukan oleh penulis
sebelumnya.
Jenis data yang penulis gunakan pada tulisan ini terdiri atas 2 macam yaitu:
a. Data Primer, Yakni data yang penulis peroleh langsung dari wawancara
b. Data Sekunder, Yakni data yang penulis peroleh dari berbagai sumber
buku, media cetak, jurnal, makalah, serta berbagai pendapat para pakar
hukum.
berikut:
5. Analisis Data
Untuk tahapan pengolahan data yang telah penulis peroleh seperti yang telah
disebutkan diatas agar menjadi sebuah karya ilmiah/skripsi yang terpadu dan
sistematis, maka data yang diperoleh tersebut diolah secara kualitatif sehingga
hasilnya akan disajikan secara deskriptif dan dapat dipahami pembaca dengan
mudah.
F. Keaslian Penulisan
Tolu dalam Perkawinan Adat Batak Toba (Studi di Kecamatan Siantar Timur,
Kota Pematang Siantar)” belum pernah ditulis dan belum pernah ada pembahasan
sebelumnya. Skripsi ini adalah hasil dari ide gagasan, pemikiran dan usaha penulis
tanpa ada unsur penjiplakan yang dapat merugikan orang lain. Untuk itu penulis
G. Sistematika Penulisan
Skripsi ini dibuat dalam Lima Bab yang secara keseluruhan merupakan suatu
antara satu dengan yang lain. Pada setiap Bab juga dibagi atas beberapa sub-sub
bab dalam rangka memperjelas keterangan yang ada pada setiap bab tersebut.
BAB I : PENDAHULUAN
pemilihan skripsi ini, sekaligus merumuskan masalah, serta merupakan cara untuk
mencapai tujuan pembahasan skripsi ini dan juga membatasi ruang lingkup
pembahasan.
BAB II : Tinjauan Umum Tentang Tata Cara Perkawinan Adat Batak Toba
Bab ini menguraikan mengenai teori secara umum mengenai perihal tata cara
Dalihan Na Tolu dalam perkawinan masyarakat adat Batak Toba. Diuraikan pula
BAB IV : Akibat Hukum Yang Timbul Dari Perkawinan Adat Batak Toba
Bab ini akan mengkaji dan menguraikan mengenai bagaimana akibat hukum
yang timbul dari adanya perkawinan adat Batak Toba, akibat hukum yang timbul
Berisi kesimpulan dan saran yang ditarik berdasarkan apa yang telah di
Tata cara perkawinan adat Batak Toba memiliki proses yang cukup panjang
dan waktu yang dapat terbilang cukup lama, karna dalam proses persiapan segala
sama diketahui serta disepakati oleh kedua belah pihak yang akan melangsungkan
acara perkawinan dengan menggunakan adat Batak Toba. Bukan hanya dari pihak
Dalihan Na Tolu masing-masing pihak saja yang turut berperan tetapi juga
mengikut sertakan para dongan sahuta (satu kampung) dan juga penatua adat
perkawinan). Persiapan yang dilakukan pun bukan hanya satu dua hal tetapi
Pada hakikatnya perkawinan adat Batak Toba dimulai dari adanya atau
terjadinya proses peminangan. Peminangan berasal dari kata pinang dengan kata
baik dilakukan oleh laki-laki itu secara langsung atau dengan perantara pihak lain
Pada masyarakat adat Batak Toba saat sebelum upacara dan saat sesudah
31
Djaren Saragih, op.cit., hlm.64
18
penting karena akan dapat dinilai apakah suatu perkawinan itu sudah berjalan
sesuai dengan aturan hukum adat atau tidak. Adapun proses-proses atau tata cara
1) Martandang
ini si pemuda keluar dari rumahnya dan berkunjung kerumah si gadis untuk
berkenalan. Pada saat martandang inilah sering dilakukan mangaririt boru oleh si
pemuda.32
Kata mangaririt berasal dari kata ririt yang berarti pilih. Jadi mangaririt
berarti memilih calon pasangan hidup. Mangaririt boru berarti memilih wanita
yang diinginkan oleh si pemuda. Jadi tujuan dari martandang ini bukan hanya
sebatas untuk berkenalan, tetapi si pemuda memiliki tujuan untuk memilih gadis
Acara martandang ini Bagi orang Batak Toba akan lebih dihargai ketimbang
menemui si gadis di bioskop, mal, dan tempat di luar rumah lainnya. Orangtua si
gadis akan lebih menghormati cara seperti ini. Apalagi jika martandang berakhir
pada waktu yang belum begitu malam. Karena begitu menghormati pria yang
martandang, keluarga si gadis bahkan akan marah kalau anaknya menutup diri.
rumah. Oleh keluarganya sendiri, si gadis yang menutup diri dianggap tidak
32
Ibid.
33
Richard Sinaga, Perkawinan Adat Dalihan Na Tolu, (Jakarta: Dian Utama, 2012),
hlm.66.
sopan. Terlebih kalau si pemuda tidak ada tanda-tanda ingin melakukan niat
buruk.34
Dalam proses pertemuan atau perkenalan inilah banyak hal yang menjadi
dan si gadis atau faktor pendukung lainnya. Pada saat martandang seorang
pemuda belum tentu mendapatkan gadis idamannya, maka para pemuda Batak
sering berpedoman dengan suatu istilah dalam bahasa Batak yakni “Sai
Martandang ini wajib dilakukan oleh pemuda dan bukan gadis karena ada
satu prinsip adat yang tertuang dalam peribahasa orang Batak: “Na so jadi bogot
tumandangi sige” yang memiliki arti pantanglah bila si gadis yang mendatangi si
pemuda, yang lazim dan beradat menurut adat adalah si pemuda yang mendatangi
si gadis.36
2) Patua Hata
Patua Hata yaitu sebuah proses dimana sepasang muda-mudi sudah sepakat
hendak membentuk satu rumah tangga, maka langkah berikutnya yang ditempuh
34
Blogspot, “ Budaya Batak” diakses dari
https://ndoromoe.wordpress.com/2016/07/10/5-hal-yang-wajib-kalian-ketahui-sebelum-dekati-
gadis-batak/ pada tanggal 18 Agustus 2018, pukul 06.00 WIB.
35
Richard Sinaga, op.cit., hlm.67.
36
Ibid.
Ketika sudah ada kesepakatan maka kedua belah pihak mangalehon tanda
yaitu memberikan tanda. Pemberian tanda ini dilakukan ketika sudah adanya
Kedua belah pihak yaitu pemuda dan si gadis saling memberikan tanda. Dari
3) Marhusip
Marhusip artinya berbisik. Pada acara ini sebelum utusan resmi dari orangtua
pembicaraan tak resmi antara boru dari pihak orangtua si pemuda dengan boru
dari pihak orangtua si gadis. Para perantara ini biasanya melakukan pertemuan
secara diam-diam dalam rangka menanyakan kepada pihak si gadis berapa kira-
kira jumlah uang sinamot yang harus disediakan oleh pihak keluarga si pemuda,
atau kemampuan pihak si pemuda. Hal ini dilakukan agar kedua belah pihak
dari orangtua kedua belah pihak bertambah yaitu dongan tubu dan boru dari
37
Ibid, hlm.68
38
Djaren Saragih, op.cit., hlm.68.
39
Richard Sinaga, op.cit., hlm 69.
beserta dongan tubu dan borunya sudah siap untuk menyambut utusan resmi dari
membawa makanan ringan dan keluarga si gadis cukup menyediakan teh atau
kopi.40
mengenai :
dilaksanakan di gereja, tetapi hanya berlaku bagi orang Batak yang menganut
agama Kristen Protestan, orang Batak yang menganut agama Khatolik tidak
pernikahan).
paulak une dilaksanakan seusai pesta adat atau dilaksanakan pada hari-hari
40
Ibid.
berikutnya).41
Setelah semua disepakati, maka utusan dari pihak pemuda akan pulang untuk
gadis. Dalam acara marhusip ini orangtua kedua belah pihak belum ikut campur.
Dalam waktu marhusip ini jugalah ditentukan kapan orangtua si pemuda datang
kepada orangtua si gadis secara resmi yang disebut sebagi Marhata sinamot.42
4) Manulangi Tulang
disini adalah untuk meminta doa restu agar dia dan calon istrinya memang
berjodoh dan menjadi pasangan yang harmonis. Adat manulangi tulang ini juga
pemuda dan anak perempuan dari saudara laki-laki ibunya atau tulangnya.43
Jadi apabila seorang pemuda Batak tidak menikahi paribanya maka dia harus
berharap agar calon istrinya akan diterima dan diperlakukan sebagaimana anak
tidak perlu lagi melaksanakan acara ini, akan tetapi langsung kepada acara
marhata sinamot.44
41
Ibid., hlm.73.
42
Djaren Saragih, op.cit., hlm. 69.
43
P.N.H. Simanjuntak, op.cit., hlm.112.
44
Richard Sinaga, op.cit., hlm.75.
acara patua hata dan marhusip. Biasanya acara manulanggi tulang ini diadakan
dirumah tulang tertua si pemuda atau abang yang paling besar dikeluarga ibunya.
tetapi apabila hal tersebut tidak dapat dilakukan karena beberapa hal, maka boleh
juga ditemani oleh saudara kandung ayahnya yang ditemani oleh boru.45
Bawaan untuk manulangi itu biasanya adalah pagori yang dimasak secara
khusus. Selain itu si pemuda yang tidak menikahi paribannya itu harus juga
menyiapkan amplop berisi uang yang disebut batu ni sulang dan pasituak na
tonggi. Amplop berisi batu ni sulang itu adalah amplop yang akan diberikan
kepada tulang yang disulangi. Nilainya harus melebihi dengke (ikan), ulos (kain
khas orang Batak), dan makanan yang dipersiapkan tulang untuk acara manulangi
tulang ini. Sedangkan amplop pasituak na tonggi diberikan kepada tulang dengan
5) Marhata Sinamot
Sinamot ialah sejumlah uang yang telah disiapkan keluarga laki-laki untuk
oleh keluarga si gadis untuk pesta kawin. Kalau ada orang menyebut sinamot itu
sebagai uang untuk membeli si gadis agar dapat dijadikan istri, itu tidaklah benar.
Sebab uang sinamot yang diterima orangtua si gadis, bila cukup untuk keperluan
pesta kawin atau unjuk sudah cukup bagus. Karena kenyataannya orangtua si
45
Ibid.
46
Ibid
gadis selalu menambah uang yang diterima agar cukup untuk keperluan pesta.47
Pada saat marhata sinamot ini orangtua kedua belah pihak laki-laki dan si
gadis sudah dapat ikut campur secara langsung, berbeda dengan pada saat acara
marhusip. Dan pada acara marhusip juga sudah dibicarakan kapan keluarga si
jujur (sinamot) yang harus diserahkan. Pihak orangtua laki-laki pada saat datang
Kebiasaan dan tradisi pada masyarakat adat Batak Toba pembicaraan mengenai
sinamot baru akan dilaksanakan apabila kedua pihak keluarga sudah mengadakan
acara makan bersama makanan yang telah dibawa oleh pihak keluarga si laki-
laki.48
jumlah uang yang akan diserahkan keluarga laki-laki kepada keluarga si gadis
orangtua si gadis yang istilah adat disebut dialap jual, maka jumlah sinamot akan
lebih besar dibandingkan dengan apabila pesta adat itu dilakukan di tempat si laki-
laki yang istilah adat disebut taruhon jual. Sebab orangtua si perempuan tidak lagi
dilaksanakan secara cepat antara pihak keluarga laki-laki dan pihak keluarga
47
Ibid., hlm.82.
48
Djaren Saragih, op.cit., hlm.68.
49
Richard Sinaga, op.cit., hlm.82.
perempuan. Dan jumlah sinamot tersebut itu pun tidak akan jatuh jauh dari
perkiraan pada saat acara marhusip terdahulu. Walaupun tidak sama, namun
jumlahnya tidak akan berbeda jauh dari kesepakatan sebelumnya yang dilakukan
oleh para perantara kedua belah pihak yang sebelumnya sudah melakukan
pertemuan dalam acara marhusip. Dan pembicaraan ini lebih formal dibandingkan
pada saat acara marhusip. Karena telah dihadiri oleh unsur dalihan na tolu yang
dibagi kepada :
3. Pariban, yaitu kakak si perempuan yang sudah bersuami, kalau belum ada
adatnya tintin marangkup. Sejumlah uang tersebut disatukan dengan uang dari
tulang si pengantin laki-laki. Pemberian uang ini bertujuan untuk mengajak tulang
50
Djaren Saragih, op.cit., hlm.68.
6) Martumpol
Martumpol bukanlah acara adat, tetapi acara gereja. Orang Batak yang
(berjanji). Ada juga yang mengartikan martumpol ini sebagai mangido tingting
agama. Selain pendeta, guru huria atau sintua boleh juga memimpin acara
berhubungan dengan cinta kasih. Dalam acara ini tidak ada kepentingan dari
perangkat dalihan na tolu, cukup para undangan pihak parboru dan pihak
kebulatan hati kedua calon mempelai menjadi suami istri dengan dasar saling
acara gereja, ditandatangani mereka berdua, dan ditandatangani saksi dari pihak
Dalam rangka menghadapi pesta adat atau pesta unjuk perlu juga diadakan
acara martonggo raja di pihak paranak dan marria raja di pihak parboru. Kedua
51
Richard Sinaga, op.cit., hlm.83.
52
Ibid, hlm.106.
53
Ibid.
acara ini perlu dilakukan dengan tujuan untuk menyerahkan pelaksanaan pesta
kepada dongan tubu dan boru agar pesta tersebut dapat dirasakan atau dianggap
sebagai pestanya sendiri. Di acara inilah dilakukan pembagian tugas agar masing-
Martonggo raja adalah sebutan nama acara di pihak parboru (pihak keluarga
pesta perkawinan. Biasanya acara ini dilakukan kurang lebih dua minggu
Acara martonggo raja ini dihadiri perangkat dalihan na tolu yaitu boru,
dongan sahuta, dan dongan tubu. Hula-hula (keluarga laki-laki dari pihak yang
semarga dengan istri atau ibu) tidak perlu hadir pada acara ini. Acara ini dibuat
hanya semata mata untuk membicarakan kebutuhan pesta yang mungkin belum
perkawinannya.55
Hal hal yang perlu disepakati di acara martonggo raja adalah sebagai berikut:
dipersilahkan paranak.
54
Djaren Saragih, op.cit., hlm.218.
55
Richard Sinaga,op.cit., hlm.109.
h) Menentukan wakil dongan tubu dan boru yang akan berbicara di acara
marhata sigabe-gabe.
olop-olop.
dengan doa. 56
Acara marria raja ini pun tidak berbeda dengan martonggo raja, pembedanya
hanya marria raja dilakukan di rumah pihak paranak (keluarga pihak calon
mempelai laki-laki) yang dibicarakan pun sama seputar persiapan pesta dan hal-
hal yang diperlukan dalam acara adatnya, seperti gedung, makanan, dengke, ulos
Perlu diketahui bahwa umumnya pesta mangadati atau pesta adat dilakukan
karena paranaklah yang menjadi tuan rumah. Sebagai tuan rumah haruslah
terlebih dahulu hadir di tempat pesta, jangan sampai parboru sudah datang,
56
Djaren Saragih, op.cit., hlm.218.
57
Richard Sinaga, op.cit., hlm.109.
Acara yang perlu disepakati dalam acara marria raja ini adalah sebagai
berikut:
hula-hula.
raja parhata.
dengan jumlah ulos yang telah disepakati dan agar datang lengkap dengan
Itulah kurang lebih acara martonggo raja dan marria raja, tidaklah jauh
berbeda inti dari kedua acara ini dilaksanakan. Makna yang tesirat dari
58
Djaren Saragih, op.cit., hlm. 220.
diadakannya kedua acara ini adalah untuk mengambil hati (manubut roha ni)
dongan tubu, boru dan dongan sahuta agar masing-masing berusaha membuat
acara adat itu lancar dan membuahkan suka cita (Las ni roha).59
1) Marsibuha-buhai
Kata marsibuha-buhai terbentuk dari kata buha yang artinya buka. Jadi
perempuan) pada pagi hari sebelum menerima pemberkatan di gereja. Di acara ini
pihak parboru menyediakan makanan dengan lauk dengke, tetapi bukan dengke
yang dipersiapkan khusus untuk pihak paranak (keluarga calon mempelai laki-
laki).
(daging) yang dibawa dengan ampang (keranjang) yang ditutup dengan ulos ragi
berisi daging) didampingi suaminya. Atau apabila saudara perempuan dari pihak
kepada pihak parboru. Lalu acara makan bersama diikuti dengan pemberian bunga
oleh pengantin laki laki ke pengantin perempuan, dan penyematan bunga kantong
59
Ibid.
Pesta unjuk adalah pesta perkawinan adat batak, setelah melalui tahap sibuha-
seorang wakil suhut (keluarga yang menyelenggarakan pesta) dari paranak dan
parboru untuk berbicara mengundang para undangan yang hadir di gereja untuk
perkawinan.61
3) Menerima Tamu
saat digereja datang ke wisma untuk ikut menyelenggarakan upacara adat. Tamu
yang bukan merupakan pihak hula-hula dari parboru maupun paranak (keluarga
laki-laki dari pihak yang semarga dengan istri atau ibudari pihak pengantin laki-
laki dan pengantin perempuan) boleh masuk terlebih dahulu kedalam wisma untuk
dipandu oleh raja parhata masing-masing pihak. Hula-hula parboru dan paranak
Rombongan hula-hula ini membawa dengke siuk (ikan mas) dan boras sipir
ni tondi (beras yang dibawa diatas kepala dengan tandok) yang diserahkan
Bila pengantin yang diiringi para kerabat dekat masuk, maka raja parhata
akan meminta para tamu untuk berdiri menyambut pengantin duduk di pelaminan
sambil diiringi oleh irama gondang. Setiba di pelaminan, boru dari suhut parboru
menerima bawaan dari hula-hula berupa dengke dan boras sipir ni tondi. Setelah
4) Acara Makan
pria), simandokhon (saudara laki-laki dari ayah pengantin laki-laki yang sudah
paranak untuk sama sama memegang pinggiran dari piring tudu-tudu sipanganon
sebagai tanda penjalinan kekeluargaan dan rasa syukur telah berlangsungnya acara
perkawinan.63
5) Menerima Tumpak
(daging). Biasanya jambar ini diberikan kepada pihak suhut (keluarga yang
menyelenggarakan pesta) dari parboru dan paranak, dongan tubu, boru, dongan
meminta waktu untuk menerima tumpak (amplop berisi uang yang diberikan oleh
62
Ibid.
63
Ibid, hlm. 140
sinamot, namun pada saat pesta adat dibicarakan lagi karena pada umumnya orang
sekitar setengah atau lebih agar pada saat pesta adat dapat melakukan
pembicaraan adat yang salah satunya membahas mengenai sisa sinamot yang
belum terbayarkan.65
biasanya proses panandaiaon ini disertai dengan musik gondang yang bertanda
marakhup yaitu memberikan sejumlah uang kepada pihak tulang sebagai bentuk
permintaan maaf karena tidak mengambil atau menikahi anak perempuan tulang.
Permintaan maaf ini dilakukan bukan tanpa alasan, karena laki-laki batak
tidak dilakukan harus dilakukan somba tulang sebagai tanda meminta restu dari
64
Ibid.
65
R. Tambun, op.cit., hlm.79.
marakhup yaitu sejumlah uang sebagai tanda permintaan maaf yang diberikan
Titin marakhup ini dibuat di sebuah piring yang diberikan pihak paranak
kepada pihak tulang (hula-hula). Pemberian ini disertai dengan sebuah kalimat
dari pihak paranak yaitu untuk meminta pihak hula-hula untuk menerima
Mangulosi ini merupakan suatu upacara yang dilakukan sebagai tanda ucapan
bahagia ataupun ucapan syukur karena telah terbentuk suatu rumah tangga yang
baru dan termasuk juga pemberian ulos ini sebagai tanda restu masing masing
Pada saat mangulosi yang pertama kali diberikan ulos tuhonan adalah mertua
dari pengantin wanita yang disebut sebagai ulos pansamot dan yang memberikan
ulos ini adalah orangtua dari pengantin wanita sebagai tanda memohon atau
sendiri.
disebut sebagai ulos hela. Ulos ini diberikan oleh orangtua pengantin wanita
66
Ibid
67
Richard Sinaga, op.cit., hlm.156.
sebagai tanda restu dan doa dari orangtua untuk keluarga baru anaknya. Selain itu
ulos tuhonan juga diberikan kepada abang atau adik dari pihak keluarga ayah
mempelai laki-laki yang diberikan oleh orangtua mempelai wanita disebut sebagai
ulos pamarai dan setelah itu orangtua mempelai wanita juga memberikan ulos
tuhonan kepada adik laki-laki kandung dari mempelai laki laki yang disebut
oleh kedua belah pihak keluarga yang akan diberikan oleh orangtua pihak
Selain ulos tuhonan terdapat juga beberapa macam ulos lain yaitu:
1. Ulos holong
laki maka setelah itu dilakukanlah balasan dari keluarga pihak laki-laki
juga sama seperti ulos tuhonan perbedaannya hanya pada pemberian ulos
holong ini keluarga pihak mempelai laki-laki juga ikut mengulosi atau
laki.
2. Ulos manogu
Ulos ini merupakan ulos terakhir atau penutup yang diterima oleh
pengantin. Ulos ini diberikan oleh pihak tulang dari pengantin laki-laki
68
Ibid.
rumah tangga yang baru dan menerima pengantin wanita sebagai berenya
diikuti dengan salah seorang boru (suami dari saudara perempuan bapak) dari
(protokol) pihak parboru (keluarga mempelai perempuan) dan boru (suami dari
kali.” Setelah mengucapkan kata olop-olop pihak boru dari masing-masing suhut
undangan yang ada, tanda sudah selesailah upacara adat perkawinan tersebut.
sadari. Sebenarnya ulahon sadari ini dilakukan setelah pesta adat perkawinan.
Akan tetapi sudah dimodernisasi dengan dilakukan secara formalitas pada saat
pesta adat perkawinan sudah selesai dilaksanakan. Ulaon sadari ini merupakan
acara paulak une dan maningkir tangga yang dilakukan di akhir pesta yang
69
Ibid., hlm.158
Paulak une adalah acara dimana pihak keluarga laki-laki datang ketempat
kekakuan diantara dua keluarga ini. Paulak une maksudnya supaya kembali
kebaikan itu seperti pada pesta pernikahaan berlaku. Jika dahulu hal ini
(laki-laki) dengan membawa dekke sinudur-udur dan itulah yang disebut dengan
tikkir tangga. Kedua acara ini dilakukan secara formalitas sebelum doa penutup
(boras sipir ni tondi) , ikan (dengke) dan lampet (makanan khas batak) dan
pihak keluarga mempelai laki-laki mendatangi tempat duduk dari pihak keluarga
mempelai wanita dengan membawa hal yang sama lalu meletakkannya dihadapan
kemudian. Akan tetapi dapat dilakukan sesaat setelah upacara perkawinan adat
dilaksanakan. Dengan kata lain pada hari yang sama dengan pesta perkawinan
tersebut dilaksanakan.
70
R. Tambun, op.cit., hlm.150.
perkawinan ini dihari lain setelah pesta adat perkawinan dilaksanakan, dengan
alasan waktu yang sudah terlalu lama, kelelahan para anggota keluarga, serta
Artinya bahwa setelah kira-kira satu minggu, maka kedua pengantin dengan
Mebat ini maka si wanita dengan suaminya belum boleh untuk berkunjung ke
rumah orangtua si wanita tersebut. Pada acara ini biasanya adalah untuk
b. Maningkir Tangga
Maningkir artinya melihat, berarti dalam hal ini kedua orangtua si wanita beserta
makanan adat.
c. Manjae
dengan istri untuk hidup tidak serumah dengan orangtuanya. Orangtua dari si laki-
panen dari sawah mereka. Dengan demikian suami istri yang baru itu akan berdiri
sendiri sebagai rumah tangga yang mempunyai hak dan kewajiban penuh menurut
adat.71
71
Ibid.
Makna kata budaya ialah pikiran atau akal budi. Berbudaya berarti
mempunyai pikiran atau mempunyai akal budi. Pikiran atau akal budi itu
bekerja dan menghasilkan sesuatu yang dianggap berguna dan dianggap baik
kebudayaan.72
Definisi adat budaya menurut para leluhur orang Batak ialah sebagai
yang diilhamkan Tuhan Pencipta, yang harus dipelihara setiap saat, dan
atau aturan yang harus dipelihara sepanjang hari dan dilaksanakan sepanjang
hidup. Adat budaya tersebut diterima sebagai suatu kewajiban agar perjalanan
sejahtera.73
72
H.P.Panggabean, Hukum Adat Dalihan Na Tolu tentang Hak Waris, (Jakarta: Dian
Utama,2007), hlm.90.
73
Ibid.
41
Dalihan Na Tolu merupakan salah satu bentuk hukum adat yang masih
berlaku dan dihormati oleh masyarakat adat Batak, salah satunya masyarakat
hukum yang tidak tertulis yang hidup dan berkembang sejak dulu di dalam
hukum terhadap siapa saja yang melanggarnya. Norma-norma dan nilai nilai
yang ada di dalam hukum adat sangat dipatuhi dan dipegang teguh oleh
masyarakat adat. Hukum adat bagi masyarakat berfungsi sebagai neraca yang
dapat menimbang kadar baik atau buruk, salah atau benar, patut atau tidak
patut, pantas atau tidak pantas atas suatu tindakan atau peristiwa dalam
masyarakat.75
tangan dari fungsi hukum adat di dalam masyarakat, dimana Dalihan Na Tolu
bukan hanya memiliki peran dalam upacara adat perkawinan saja, tetapi juga
Dalihan Na Tolu ini secara harfiah ialah “ tungku nan tiga” yang merupakan
lambang jika dilihat dengan sistem sosial Batak yang juga memiliki tiga tiang
74
Ibid.
75
Suriyaman Masturi Pide, Hukum adat dahulu, kini, dan akan datang, (Jakarta :
Prenadamedia Goup, 2014), hlm.87.
dengan tungku masak berkaki tiga. Pengertian dari Dalihan yaitu tungku yang
dibuat dari batu, sedangkan Dalihan Na Tolu adalah tungku tempat memasak.
Dalihan ini haruslah dibuat sama besar, ditanam dengan jarak yang simetris
dan tingginya harus sama serta harmomis agar dapat menjadi tempat masak
tiga tumpukan batu yang disusun sedemikian rupa untuk bisa menjadi tempat
tumpukan batu atau disebut juga tiga tungku itu dalam bahasa Batak disebut
dengan Dalihan. Penempatan ketiga tungku batu tersebut secara sama dan
simetris serta harmonis sesuai dengan suatu falsafah yang ada dalam
masyarakat Batak.77
76
P.L.Situmeang Doangsa, Dalihan Natolu Sistem Sosial Kemasyarakatan Batak Toba,
(Jakarta : Kerabat, 2007), hlm.205.
77
Netral News, “Falsafah orang Batak Toba”, diakses dari
http://www.netralnews.com/news/rsn/read/35703/ini-falsafah-orang-batak-toba-dalam-dalihan-
natolu, pada tanggal 18 Juli 2018, pukul 10.00
kehidupan masyarakat, maka para penatua adat atau para tua-tua adat
terdahulu membuat suatu produk hukum atau suatu rekayasa sosial dengan
tetapi dengan anggota anggota lainnya ada hubungan bebas. Dalihan na tolu
adalah nilai budaya dari pencipta yang menjadi sumber atau orientasi dari
sikap dan tingkah laku suku Batak didalam kehidupannya pada hubungan
bersosial budaya. Dalam hubungan sosial budaya tersebut dalihan na tolu itu
disebut sebagai sistim kemasyarakatan suku Batak atau dalam hubungan yang
kemasyarakatan suku batak maka disusun tiga kelompok yaitu Dongan tubu,
yang memiliki marga yang sama. Kaki kedua menggambarkan kelompok dan
fungsi dari hula-hula, yaitu kumpulan dari beragam marga asal para istri dan
orang semarga. Kaki ketiga menggambarkan kelompok dan fungsi Boru yaitu
(pilar) dalam pergaulan hidup masyarakat Batak atau dengan kata lain sebagai
78
P.L.Situmeang Doangsa, op.cit., hlm.205.
79
Raja Marpondang, Dalihan na tolu nilai budaya suku batak, (Medan : CV.
Armanda,1992), hlm.60.
80
P.L.Situmeang Doangsa, op.cit., hlm.206.
berdiri sendiri ditanam sedemikian rupa pada satu tempat dan ditata agar
ketiga tungku itu tetap harmonis dan diantara ketiga tungku yang ditanam
sejajar dan harmonis terdapat batu batu kecil sebagai penopang dalihan agar
yang artinya Tungku Nan Tiga ditambah batu keempat selaku batu sisipan.
diperlukan dalam kondisi dalihan na tolu yang berada dalam keadaan stabil.82
Fungsi sihal sihal tidak terlalu diperlukan dalam suatu persoalan tertentu,
tetapi tetap ada dalam acara adat. Tidak ada orang Batak yang ingin
dapat digambarkan sebagai penolong atau orang dekat dari struktur dalihan
na tolu tetapi bukan termasuk dalam keluarga. Sihal- sihal ini biasanya
81
Ibid.
82
Richard Sinaga, Perkawinan adat dalihan natolu, (Jakarta : Dian Utama, 2012),
hlm.20.
83
Ibid.
masing-masing mempunyai pribadi dan harga diri, tahu akan hak dan
Pada satu saat kejadian seseorang dikatakan boru tetapi pada saat kejadian
lain ia dapat menjadi suhut atau hula-hula. Hal tersebut bergantung pada
kejadian yang terjadi saat itu, yang penting diingat adalah siapa yang menjadi
pusat kejadian begitu juga dengan posisi dari sihal-sihal yang biasanya
merupakan dongan sahuta atau dapat juga disebut ale-ale atau sahabat.84
Adat dalihan na tolu akan berjalan dengan baik bila didukung oleh
pelaku adat yang lengkap. Unsur pelaku adat di sebuah acara itu ialah dongan
tubu, boru, hula-hula serta dongan sahuta atau ale-ale. Tanpa peran salah
satu unsur tersebut dapat dikatakan acara adat yang digelar itu bercela.
Karena itu kehadiran unsur pelaku adat tersebut sangat diharapkan di sebuah
acara adat.85
Jika hal itu sudah disadari maka ketiga kelompok tersebut dapat
jadi pisung, artinya tidak boleh makan sendiri atau harus mengutamakan
84
Raja Marpondang, op.cit., hlm.53.
85
Richard Sinaga, op.cit., hlm.13.
bahwa apabila memiliki marga yang sama maka asal muasalnya sama atau
dengan kata lain memiliki garis keturunan yang sama (satu nenek moyang).
tidak saling kawin. Selain karena alasan semarga ada juga alasan lain yaitu
karena adanya ikatan persahabatan yang terjadi antara suatu marga tertentu
masing-masing.88
komunitas yang baik, teratur dan tertib. Oleh sebab itu, setiap pribadi orang
86
Ibid.
87
Raja Marpondang, op.cit., hlm.53.
88
Sulistyowati Irianto, op.cit., hlm.96.
atau boru. Maka setiap pribadi Batak memiliki tiga fungsi. Fakta atau
sistem etika yang mengayomi para pihak didalam Dalihan Na Tolu, adapun
1. Somba Marhula-hula
3. Elek Marboru90
berarti sebagai berikut : “Berlakulah dengan sikap sujud dan hormat (somba)
kita, kelompok keluarga isteri putra kita serta terhadap marga yang sejenis
saudara dan semarga kita, dan berlakulah dengan sikap membujuk dan
1. Somba Marhula-Hula
b. Hormat
89
Ibid.
90
R.Tambun, op.cit, hlm.37.
91
Richard Sinaga, op.cit., hlm.21.
d. Berterimakasih
e. dan lain-lain.
dan berkah bagi dirinya (boru) dan juga merupakan sumber matahari terbit,
sujud terhadap hula-hula adalah berarti sujud terhadap Tuhan, karena melalui
sopan dan dipatuhi serta harus selalu berterimakasih melalui perbuatan dan
sikap, hati yang tulus dan ikhlas mengingat perlakuan dan kasih sayang yang
Batak terdapat:
Artinya doa restu hula-hula tujuh generasi terhindar dari marabahaya. Orang
Batak meyakini berkat atau doa restu dari hula-hula dapat membuat hidup
92
R.Tambun, op.cit, hlm.37.
pahala dan berkat dari Tuhan dan si boru tersebut akan selalu mengalami
berbagai kesulitan dalam perjalanan hidupnya, dan sekiranya pun dia kaya
bukan hanya pihak boru tersebut tetapi juga berimbas kepada keturunanya. 94
Untuk menghindari sikap tidak beradat tersebut maka orang Batak sudah
“Baris-baris ni gaja,
Di rura pangalaon;
Sitongka so oloan.”
“Iring-iringan gajah,
Di lembah Pagaloan
93
H.P.Panggabean, op.cit., hlm.93.
94
Ibid.
hula-hula yang disebut sebagai raja oleh borunya. Dan sudah seharusnya bila
baik dari pihak hula-hulanya, maka wibawa dari hula-hula tersebut haruslah
tidak ternilai harganya bagi seorang boru adalah bila dalam kehidupan sehari-
hari, ia selalu bersedia untuk bersikap hormat dan menjunjung tinggi wibawa
dari hula-hulanya. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa “somba marhula-
hula” diartikan sebagai sikap sujud, tunduk dan loyal terhadap hula-hula
Hubungan manat mardongan tubu itu diibaratkan seperti air bila ditebas
akan selalu cepat menyatu. Karena itu disebut : “songon tampulon aek do na
mardongan tubu. Sisada lulu anak sisada lulu boru.” Artinya yang semarga
tanggung jawab.97
b. Kejujuran
c. Bermusyawarah
d. Saling menghormati
95
R.Tambun, op.cit., hlm.39.
96
Ibid.
97
H.P.Panggabean, op.cit., hlm.92.
e. Saling pengertian
f. Keterbukaan
g. Kebersamaan
h. dan lain-lain.98
pada dasarnya harus berdiri sama tinggi, duduk sama rendah dalam artian
sama-sama menjunjung satu sama lainnya. Oleh sebab itu orang-orang yang
mardongan tubu atau semarga berarti saling terikat oleh hak-hak dan
maupun duka. Kesatuan dan persatuan dipelihara para pihak yang semarga
Barang siapa melanggar disiplin kesatuan dan persatuan yang dibina bersama,
maka yang bersangkutan akan mengalami kerugian besar baik moril maupun
kewajibannya secara adat jadi hilang dan yang bersangkutan akan dianggap
Dalihan na tolu harus berhati-hati terhadap dongan tubu. Hal ini adalah
98
R.Tambun, op.cit., hlm.41.
99
Ibid,hlm.41.
sikap otoritas tidak cocok diantara orang-orang yang “mardongan tubu” atau
semarga. Itu sebabnya bagi setiap orang Batak yang memiliki kedudukan
yang sama dalam suatu kelompok dalihan na tolu selalu diingatkan dengan
peribahasa :
bidang bagi orang-orang yang bersaudara, semarga yang sudah tentu harus
Kebahagiaan dan sukacita yang paling berharga dan mahal bagi sesama orang
yang mardongan tubu adalah apabila pihak dongan tubunya (saudara) bisa
manat mardongan tubu ini adalah “berat sama dipikul, ringan sama dijinjing”
100
Ibid, hlm.42.
hari.101
3. Elek Marboru
Terhadap boru haruslah di elek atau dibujuk dan dikasihi. Karena apabila
boru tidak bersikap baik, maka saudara laki-lakinya yang akan terbeban.102
b. Menyayagi
c. Menghibur
f. Mengayomi
g. Menepati janji
nya dengan kesadaran bahwa pihak boru itulah yang terutama sebagai sumber
kelompok orang dari saudara perempuan kita, dan pihak marga suaminya atau
keluarga perempuan dari marga kita. Dalam kehidupan sehari-hari sering kita
dengar istilah elek marboru yang artinya agar saling mengasihi supaya
mendapat berkat (pasu-pasu). Istilah boru dalam adat batak tidak memandang
status, jabatan, kekayaan oleh sebab itu mungkin saja seorang pejabat harus
101
H.P.Panggabean, op.cit., hlm.93.
102
Richard Sinaga, op.cit., hlm.28.
103
R.Tambun, op.cit., hlm.43.
sibuk dalam suatu pesta adat batak karena posisinya saat itu sebagai boru.104
Sehubungan dengan sikap ini maka orang Batak diingatkan dengan sebuah
peribahasa yang dianggap berkenaan dengan sikap dan kedudukan dari hula-
pinahanna, asa boi ibana pasangap iba, songon iba pasangap hula-
hulaniba”. Artinya : “Kita harus menyayangi boru, dan kita harus selalu
kesudian kita memberi semangat dan menerangi hati dan fikirannya bila
sedang kalut supaya hatinya tetap baik, rajin apabila kita meminta tolong
yang berbeda pada tempat atau adat yang diselenggarakan misalnya: waktu
dan sebaliknya jika marga dari istrinya mengadakan pesta adat, maka
posisinya sebagai boru dan sebagai dongan tubu saat teman semarganya
melakukan pesta.106
Adat dalihan natolu akan berjalan dengan baik apabila didukung oleh
104
H.P.Panggabean, op.cit., hlm.93.
105
R.Tambun, op.cit., hlm.44.
106
Ibid.
pelaku adat yang lengkap. Unsur pelaku adat di sebuah acara itu ialah dongan
tubu, boru/bere, hula-hula, dan dongan sahuta. Karena setiap kegiatan atau
acara adat Batak ketiga unsur tersebut harus hadir dan berperan agar sesuai
dengan falsafah dan kebiasaan dari suku Batak yaitu adat budaya dalihan na
tolu.107
a. Dongan Tubu
Dongan tubu adalah saudara semarga. Setiap orang Batak pasti punya
marga. Marga adalah identitas keluarga dalam suku Batak. Karena bersifat
patrilineal, maka marga hanya dapat diturunkan atau diwariskan oleh kaum
lelaki saja. Dongan tubu atau disebut juga dongan sabutuha adalah keluarga-
keluarga satu marga. Contohnya seorang wanita batak yang menikahi seorang
lelaki bermarga sitorus berarti dongan tubu atau dongan sabutuhanya adalah
sangat penting dan sangat banyak. Baik suka maupun duka, Dongan tubu
tubu lah yang harus pertama kali diberitahu rencana untuk melamar seorang
gadis. Cakupan semarga ini bisa sampai puluhan generasi keturunan seorang
keturunan atau silsilahnya dan masih tetap setia untuk tidak saling
Dongan Tubu juga adalah yang semarga dengan suhut. Suhut adalah
107
H.P.Panggabean, op.cit., hlm.94.
108
Ibid.
seorang atau sekeluarga yang berhajat menggelar acara adat. Acara adat yang
diharapkan suhut tidak akan terlaksana dengan baik bila tidak didukung oleh
unsur-unsur dalihan natolu atau para pelaku adat. Betapa pun si suhut itu
kaya, pejabat tinggi, atau semacamnya, bila suhut itu tidak berjalan pada
aturan adat maka adat yang digelar tersebut tidak akan terlaksana dengan
baik.109
dan mendukung serta menghadiri acara adat yang dilaksanakan oleh suhut
apabila si suhut tersebut pada waktu sebelumnya aktif sebagai pelaku adat
sesuai dengan posisinya disetiap acara adat. Hal ini dalam bahasa Batak Toba
posisimu, agar orang lain hadir dan melaksanakan kewajibannya pada acara
adat yang anda laksanakan”. Peribahasa ini sangat penting untuk diamalkan
dalam kehidupan sehari-hari, karena setiap adanya suatu upacara adat yang
pengantin, yang berperan dalam mengurus segala hal dalam upacara adat
adalah saudara semarga (dongan tubu) serta perangkat dalihan na tolu dari si
suhut tersebut.110
b. Hula-hula
109
Richard Sinaga, op.cit., hlm.13.
110
Ibid, hlm.14.
wanita. Hula-hula adalah sapaan terhadap saudara laki-laki istri kita, saudara
laki-laki ibu yang melahirkan kita, saudara laki-laki dari ibu yang melahirkan
ayah kita, saudara laki-laki dari ibu yang melahirkan ayah kakek kita. Selain
yang disebut diatas, saudara laki-laki dari ibu yang melahirkan istri kita,
saudara laki-laki dari istri saudara kita laki-laki, dan orang tua dari istri anak
kita adalah juga sebagai hula-hula. Sebagai contohnya yaitu misalkan seorang
gadis boru Sitorus (anak dari keluarga marga Sitorus) dan ibunya boru sinurat
Sinurat (marga dari ibu keluarga gadis yang dinikahinya). Setelah terikat oleh
pernikahan, si gadis akan masuk keluarga Situmorang, dan secara adat sudah
1. Hula-hula tangkas
2. Tulang.
3. Boaniari
4. Bonatulang.
5. Tulang Rorobot.
kalau isteri dalam satu keluarga Simbolon adalah boru (putri) dari keluarga
111
R.Tambun, op.cit .hlm.33.
tersebut.
2. Keluarga marga asal ibu. Kalau seorang suami adalah putra seorang wanita
"tulang".
3. Keluarga marga asal nenek. Misalnya nenek satu keluarga dari pihak pria
4. Keluarga marga asal nenek buyut. Kalau nenek buyut dari pihak laki-laki
"bona tulang".
5. Keluarga marga asal ibu dari istri, contohnya kalau ibu yang melahirkan
istri adalah boru Simatupang, maka semua kerabat dekat yang semarga
Dalam suatu upacara adat, hula-hula ini adalah sebagai pelaku adat yang
memberikan pasu-pasu atau restu. Itu sebabnya jika manortor, hula-hula akan
lebih tinggi dari bahu, atau sejajar dengan kepala. Gerakan ini di simbolkan
112
Ibid.
c. Boru
melaksanakan jalanya upacara adat dan ada juga berupa materi yang disebut
tumpak. Disamping kewajiban adat tersebut, boru juga mendapat hak adat
Fungsi boru di dalam acara adat adalah sebagai pelayan atau dalam bahasa
Batak Toba disebut Parhobas. Boru harus selalu siapa didekat hula-hula,
agar gampang apabila dimintai pertolongan. Tetapi harus diingat juga bahwa
boru ini kedudukannya dalam suatu acara adat tidak duduk bersama-sama
dengan hula hula tetapi berada didekatnya, dengan kata lain duduknya tidak
Dalam adat Batak Toba terutama menurut unsur dalihan natolu dikatakan
orang Batak sekarang terutama yang berada dikota menyamakan rasa hormat
113
Richard Sinaga, op.cit., hlm.34.
114
DJ.Gultom Rajamarpodang, op.cit.,hlm. 50.
tersebut dengan rasa hormat seorang karyawan terhadap bosnya. Hal tersebut
bukanlah karna materi. Adanya rasa hormat tersebut didorong karena adanya
perasaan saling menghargai dan perasaan saling membutuhkan satu sama lain
peranan dari dalihan natolu dalam pelaksanaan setiap acara adat. Karena
setiap unsur dalihan natolu tersebut telah memiliki kewajiban bahkan hak
tersendiri dalam suatu acara adat yang dilaksanakan. Dari uraian tersebut juga
Falsafah hidup suatu bangsa atau suatu suku adalah suatu pencerminan
kepribadian, keluhuran budi, serta pandangan hidup bangsa atau suku itu
sendiri yang telah berurat dan berakar dari dalam sejarah kehidupan bangsa
atau suku yang bersangkutan. Dengan falsafah atau pengangan hidup tersebut,
sesuatu bangsa atau suku tertentu dapat kuat, stabil dan tidak terombang-
115
Ibid.
116
Ibid.
Batak, yaitu suku yang diatur menurut sistem kekerabatan berdasarkan marga
dan menurut garis keturunan bapak (patrilineal). Oleh sistem ini, hubungan
yang erat. Bila seseorang orang Batak saling berjumpa, tindakan yang
maksud agar mereka saling mengetahui tatakrama dan sopan santun dalam
bertutur kata. Bila orang Batak sudah saling mengenal berdasarkan marga
Dalihan Na Tolu adalah simbol dari sistem sosial masyarakat Batak yang
117
R.Tambun, op.cit., hlm.35
118
Ibid.
119
Ibid.
masyarakat yang bertalian darah ataupun bertalian adat. Dalam hubungan ini,
Minangkabau.
c. Pertalian darah menurut garis Ibu dan Bapak (Parental) seperti pada suku
Jawa, Sunda, Aceh dan lain sebagainya. Disini untuk menentukan hak-hak
dan kewajiban seseorang, maka famili dari pihak Bapak adalah sama
kekerabatan itu dihitung dengan dasar satu ayah, satu kakek, satu nenek
atau “sub marga”. Dengan menyebut marga, maka masing- masing akan
Dongan Tubu, sehingga baik tutur kata maupun sikap serta sapaan dapat
120
P.L.Situmeang Doangsa,op.cit, hlm.210
121
Ibid.
lain, bukan saja dia yang mengikat tali kekerabatan dengan keluarga isteri
kedua golongan kerabat mempelai. Kalau ikatan kekerabatan itu sudah ada
itu berarti memperkuat ikatan yang sudah ada, tetapi andaikata diantara
Batak dan oleh karenanya setiap orang menjadi terikat dengan orang yang
dalam aktivitas dan gerak sosial. Dengan sistem kekerabatan seperti ini, maka
setiap orang Batak dikatakan kerabat atau keluarga terhadap sesamanya dan
senantiasa merasakan satu dalam jamuan, satu dalam sukacita serta satu juga
dalam penderitaan.123
122
Ibid.
123
Ibid.
sistem Dalihan Na Tolu dalam memelihara keutuhan ikatan keluarga dan juga
tersebut.124
a. Hula-hula
Hula-hula dalam adat Batak adalah keluarga laki-laki dari pihak yang
semarga dengan istri atau ibu. Dalam upacara adat hula-hula memiliki peran
yang sangat tinggi. Karena hula-hula itu posisinya sangat tinggi, maka
dianggap sebagai pemberi berkat bagi orang batak dan juga dianggap sebagai
124
R.Tambun, op.cit., hlm.33.
Hula-hula ini juga wajib mendapat mahar atau beberapa bagian dari
sinamot yang sudah disepakati yang disebut upah tulang berupa uang. Itu
dan tulang juga harus mangulosi berenya. Kalau di bagian pengantin pria
b. Boru
Boru kalau didalam adat batak misalnya dari pihak laki-laki mempunyai
saudara perempuan adik/kakak yang sudah menikah dan disebut juga sebagai
sihuti ampang. Kalau misalnya kakak dari mempelai pria tidak ada atau
belum ada yang menikah maka akan dinaikkan ke atas yaitu saudara
hula-hula. Dan arti dari boru itu harus menanggung. Boru harus memberikan
bantuan uang juga kepada yang berpesta dan imbalannya pun pihak boru
Istilahnya dalam pesta perkawinan adat Batak Toba para boru ini biasanya
menjadi parhobas (pekerja) suami dari boru juga biasanya sudah memakai
mandar (sarung) dan parang atau pisau tajam untuk membelah jambar (
c. Dongan tubu
Dongan Tubu dalam adat batak selalu dimulai dari tingkat pelaksanaan
adat bagi tuan rumah yang mengadakan pesta atau yang disebut Suhut.
Gambaran dongan tubu adalah sosok abang dan adik yang semarga .Kalau
terjadi acara adat batak namardongan tubu fungsinya adalah misalnya ketika
tumpak (bantuan berupa uang) tetapi dengan imbalan harus mendapat ulos.
mendapat tuhor ni boru dari hasuhuton. Jadi seperti itulah kedudukan serta
peranan dari perangkat dalihan na tolu dalam upacara perkawinan adat Batak
Toba.125
125
Ibid.
SIANTAR
Menurut hukum adat pada umumnya yang berlaku dalam masyarakat bangsa
sifatnya immaterial dan tidak langsung berupa perhatian dan pengawasan. Apalagi
jika yang ditegakkan itu keluarga/rumah tangga yang masih baru dengan suami-
Perkawinan menciptakan hubungan hukum suami dan istri antara seorang pria
dan seorang wanita, yang menimbulkan hak dan kewajiban masing masing
peranan dan tanggung jawab suami dan istri dalam keluarga, baik masing-masing
maupun sendiri-sendiri.127
Perkawinan menentukan, bahwa hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan
hak dan kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup
perbuatan hukum serta suami adalah kepala keluarga dan istri sebagai ibu rumah
126
Hilman Hadikusuma, op.cit., hlm.103.
127
Rosnidar Sembiring, op.cit., hlm.58.
68
keagamaan dan dicatatkan di catatan sipil. Jadi akibat hukumnya pun tidak
suami dan istri, bukan saja bermakna untuk merealisasikan ibadah kepada
bahagia, kekal, abadi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, maka perlu
Suami yang telah menikah akan memiliki hak dan kewajiban. Yang
dimaksud dengan hak disini adalah sesuatu hal yang diterima oleh
seseorang dari orang lain, baik berupa materi ataupun non materi.
Dalam adat dan istiadat masyarakat adat Batak Toba, setiap suami
dan istri yang sudah berumah tangga memiliki hak dan kewajiban yang
kerukunan suami dan istri serta anak yang akan lahir di keluarganya.
keluarga atau biasa disebut sebagai marga. Karena itu jugalah laki-laki
Menafkahi istri dan anak anaknya. Apabila seorang istri dalam keluarga
tersebut juga bekerja dan memiliki penghasilan, maka tetap saja kewajiban
dan harga diri. Agar tidak malu kepada mertuanya maka seorang suami
Akan tetapi ada pengecualian, apabila memang terbukti si suami tidak lagi
sakit keras sampai hanya bisa terbaring di tempat tidur barulah si istri
131
Rosnidar Sembiring, op.cit., hlm.61.
istri dari awal sebelum menikah sudah menyatakan ingin tetap bekerja
istrinya untuk tetap bekerja dengan ketentuan bahwa si istri tidak boleh
Memberikan kesetian dan juga kasih sayang kepada istri dan juga
anak adalah salah satu kewajiban suami. Orang Batak Toba sangat
Batak hanya menikah satu kali. Orang Batak Toba yang beragama Kristen
karena kematian”. Maka dari itu konsep kesetiaan ini sangatlah dijunjung
tinggi, apabila seorang suami mendua atau menikahi wanita lain disaat
istrinya masih hidup maka dia akan menerima sanksi sosial berupa cacian
hidupnya.133
132
E.Manalu, Sintua dan raja parhata Kecamatan Siantar Timur Kota Pematang Siantar,
wawancara dilaksanakan pada hari Sabtu, 19 Agustus 2018 di Gereja HKBP Tomuan pada pukul
11.00.
133
Natalindo Sitorus, Sintua dan tokoh masyarakat adat Batak Toba di Jalan Ercis,
Siantar Timur, wawancara dilaksanakan pada hari Sabtu, 19 Agustus 2018 di Gereja HKBP
Tomuan pada pukul 18.00 WIB.
Perkawinan. Tempat kediaman yang tetap dalam artian tidak dalam waktu
terlindungi dari gangguan pihak lain, aman dan tentram. Selain itu, tempat
istrinya.135
merdeka dan mengelola hidup dengan wibawa dan kuasanya. Setiap orang
sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu dianggap penting untuk
134
Rosnidar Sembiring, op.cit., hlm.62.
135
Ibid.
Setelah itu mereka akan pindah kerumah mereka sendiri. Hal ini
orangtuanya akan dianggap tidak tahu malu atau tidak bertanggung jawab
Tentunya hal ini akan membuat laki-laki tersebut merasa terkucilkan dan
tidak dihormati. Maka dari itulah banyak orang Batak Toba pada
jawab agar tidak membuat malu nama baik keluarga dan marganya.137
136
Adel Siregar, Ketua Punguan (Kumpulan) Marga Siregar Kota Pematang Siantar,
wawancara dilaksanakan pada hari Minggu, 20 Agustus 2018, di Jl.Ercis Pematang Siantar pada
pukul 11.00 WIB.
137
Adel Siregar, Ketua Punguan (Kumpulan) Marga Siregar Kota Pematang Siantar,
wawancara dilaksanakan pada hari Minggu, 20 Agustus 2018, di Jl.Ercis Pematang Siantar pada
pukul 11.00 WIB.
bergabung maka dia akan dianggap sebagai dongan sahuta dari seseorang
yang melaksanakan pesta dari kampung atau tempat dia bertempat tinggal.
Kewajibannya lainnya dan juga termasuk suatu hal yang sangat penting
sebagai orang Batak yang sudah maradat haruslah hadir dalam setiap pesta
adat dukacita maupun sukacita. Karna prinsip dari orang Batak Toba
adalah saling menghormati satu sama lain, saling membantu satu sama
138
E.Manalu, Sintua dan raja parhata Kecamatan Siantar Timur Kota Pematang Siantar,
wawancara dilaksanakan pada hari Sabtu, 19 Agustus 2018 di Gereja HKBP Tomuan pada pukul
11.00.
boru ataupun dongan tubu tergantung dari siapa (marga) apa yang
(kampung) atau dimanapun dia bertempat tinggal. Karna adat Batak itu
mengenal memberi dan menerima. Setiap hal yang dilakukan pasti akan
oleh istri juga anaknya. Karena seorang suami juga membutuhkan kasih
sayang serta rasa hormat dari istri serta anaknya. Hak lainnya yang
didapatkan oleh seorang laki laki Batak Toba yang sudah menikah dengan
upacara adat yaitu berhak untuk bergabung dengan kumpulan marga atau
memiliki marga yang sama serta berfungsi sama seperti dongan tubunya.
139
Natalindo Sitorus, Sintua dan tokoh masyarakat adat Batak Toba di Jalan Ercis,
Siantar Timur, wawancara dilaksanakan pada hari Sabtu, 19 Agustus 2018 di Gereja HKBP
Tomuan pada pukul 18.00 WIB
140
E.Manalu, Sintua dan raja parhata Kecamatan Siantar Timur kota Pematang Siantar,
wawancara dilaksanakan pada hari Senin, 19 Agustus 2018 di Gereja HKBP Tomuan pada pukul
11.00 WIB.
Jadi apabila ingin melaksanakan upacara adat lainnya, punguan marga ini
akan dipandang oleh masyarakat adat serta akan menjadi pembicaraan oleh
para undangan yang hadir, selain pesta yang megah tentunya pekerjaan
dari kedua mempelai juga akan menjadi perhatian dari para undangan serta
biasanya dengan jumlah sinamot yang diberikan diatas rata-rata juga akan
membuat pihak keluarga mempelai wanita merasa kagum dan dari kagum
nama baiknnya terjaga tetapi juga akan menaikkan nama baik keluarga si
mempelai perempuan.142
dengan adat adalah memiliki hak untuk berbicara didalam setiap acara adat
depan umum ini memiliki kebanggaan tersendiri bagi orang Batak, dimana
141
Natalindo Sitorus, Sintua dan tokoh masyarakat adat Batak Toba di Jalan Ercis,
Siantar Timur, wawancara dilaksanakan pada hari Sabtu, 19 Agustus 2018 di Gereja HKBP
Tomuan pada pukul 18.00 WIB
142
E.Manalu, Sintua dan raja parhata Kecamatan Siantar Timur kota Pematang Siantar,
wawancara dilaksanakan pada hari Senin, 19 Agustus 2018 di Gereja HKBP Tomuan pada pukul
11.00 WIB.
dia sudah dianggap sebagai bagian dari Dalihan na tolu dan pendapatnya
kata sambutan, memberi kata kata penghiburan dan lain sebagainya. 143
Kemudian hak lainnya yaitu bila ada acara adat, dia berhak
istrinya).
dalihan na tolunya.
143
Adel Siregar, Ketua Punguan (Kumpulan) Marga Siregar Kota Pematang Siantar,
wawancara dilaksanakan pada hari Minggu, 20 Agustus 2018, di Jl.Ercis Pematang Siantar pada
pukul 11.00 WIB.
144
Adel Siregar, Ketua Punguan (Kumpulan) Marga Siregar Kota Pematang Siantar,
wawancara dilaksanakan pada hari Minggu, 20 Agustus 2018, di Jl.Ercis Pematang Siantar pada
pukul 11.00 WIB
menyelenggarakannya.146
serta keluarganya. Karena ketika seorang wanita Batak menikah maka dia
keluarga suaminya. Selain itu seorang istri juga menjadi tolak ukur
untuk suaminya.147
145
E.Manalu, Sintua dan raja parhata Kecamatan Siantar Timur kota Pematang Siantar,
wawancara dilaksanakan pada hari Senin, 19 Agustus 2018 di Gereja HKBP Tomuan pada pukul
11.00 WIB.
146
Rosnidar Sembiring, op.cit., hlm.64.
147
E.Manalu, Sintua dan raja parhata Kecamatan Siantar Timur kota Pematang Siantar,
wawancara dilaksanakan pada hari Senin, 19 Agustus 2018 di Gereja HKBP Tomuan pada pukul
11.00 WIB.
suami dan anak-anaknya. Seorang istri boleh saja bekerja seperti suami,
dimilikinya setelah melakukan perkawinan. Salah satu hak dari istri adalah
istrinya yang sangat beragam. Akan tetapi secukupnya yang berguna untuk
memiliki penghasilan yang lebih maka dia dapat memenuhi kebutuhan lain
suami.149
148
E.Manalu, Sintua dan raja parhata Kecamatan Siantar Timur kota Pematang Siantar,
wawancara dilaksanakan pada hari Senin, 19 Agustus 2018 di Gereja HKBP Tomuan pada pukul
11.00 WIB.
149
E.Manalu, Sintua dan raja parhata Kecamatan Siantar Timur kota Pematang Siantar,
wawancara dilaksanakan pada hari Senin, 19 Agustus 2018 di Gereja HKBP Tomuan pada pukul
11.00 WIB.
Dalam masyarakat adat Batak Toba konsep seperti ini juga berlaku
bagi suami istri yang sudah menikah menggunakan upacara adat. Karna
dalam hukum adat seorang istri berhak mendapat kebutuhan hidup dari
keperluan keluarganya. Diluar dari itu dapat dipenuhi berdua atau apabila
barang-barang mewah seperti tas branded, emas dan berlian dan lain lain
secara baik juga sudah merupakan kehormatan tersendiri bagi seorang istri
mengasihi serta menghargai satu sama lain maka istri tentu akan merasa
dikecewakan serta merasa tidak dihargai sama sekali. Dan hal ini tentu
150
Adel Siregar, Ketua Punguan (Kumpulan) Marga Siregar Kota Pematang Siantar,
wawancara dilaksanakan pada hari Minggu, 20 Agustus 2018, di Jl.Ercis Pematang Siantar pada
pukul 11.00 WIB
haruslah dipenuhi agar tecipta hubungan yang baik antar anggota keluarga
Menjaga nama baik istri merupakan salah satu hak yang dimiliki
yang diambil oleh seorang laki-laki untuk dijadikan istri. Jadi seorang istri
sebelum menikah tentu memiliki keluarga. Dan tentu saja seorang istri
Setelah menikah pun nama baik marga keluarga si istri harus dijaga dan
dihormati oleh suami serta keluarga dari suaminya. Agar tercipta rasa
istri apabila ada yang tidak benar, maka suami haruslah memberikan
baik istri harus dijaga dan dihormati oleh suami serta anak-anaknya.152
151
Adel Siregar, Ketua Punguan (Kumpulan) Marga Siregar Kota Pematang Siantar,
wawancara dilaksanakan pada hari Minggu, 20 Agustus 2018, di Jl.Ercis Pematang Siantar pada
pukul 11.00 WIB
152
E.Manalu, Sintua dan raja parhata Kecamatan Siantar Timur kota Pematang Siantar,
wawancara dilaksanakan pada hari Senin, 19 Agustus 2018 di Gereja HKBP Tomuan pada pukul
11.00 WIB.
setelah menikah dia berhak bergabung dan memiliki peran dalam dalihan
na tolu suaminya.153
Dalam hal hak dan kewajiban antara suami dan istri dalam
salah satu pihak atau malah keduanya untuk memenuhinya maka dapat
baik dan tidak memihak dalam rangka agar kesalahpahaman antara suami
dan istri dapat diselesaikan. Bagi orang Batak Toba, sangat tidak
penyelesaian yang baik tanpa adanya unsur memihak satu sama lainnya. 154
153
E.Manalu, Sintua dan raja parhata Kecamatan Siantar Timur kota Pematang Siantar,
wawancara dilaksanakan pada hari Senin, 19 Agustus 2018 di Gereja HKBP Tomuan pada pukul
11.00 WIB.
154
Adel Siregar, Ketua Punguan (Kumpulan) Marga Siregar Kota Pematang Siantar,
wawancara dilaksanakan pada hari Minggu, 20 Agustus 2018, di Jl.Ercis Pematang Siantar pada
pukul 11.00 WIB
1974 Nomor 1 Tahun 1974. Bagi yang beragama Islam dapat mengajukan
Negeri.155
diterima oleh anak yang diterima dari orangtuanya yaitu salah satunya
adalah anak berhak menerima kasih sayang dari kedua orangtuanya. Kasih
sayang sangat dibutuhkan oleh anak dalam keluarga agar tumbuh dan
cukup dari kedua orang tuanya maka akan menyebabkan si anak akan
155
Tan Kamello, op.cit., hlm.65.
156
Ibid., hlm.66.
memiliki sifat simpati dan empati bukan hanya untuk keluarganya tetapi
tempramen yang keras sehingga nada suaranya keras serta wajah yang
anaknya, tentu saja orangtua dapat mendidik anaknya dengan cara yang
benar agar timbul ikatan saling mengasihi dan menghargai dalam suatu
rumah tangga.158
157
E.Manalu, Sintua dan raja parhata Kecamatan Siantar Timur kota Pematang Siantar,
wawancara dilaksanakan pada hari Senin, 19 Agustus 2018 di Gereja HKBP Tomuan pada pukul
11.00 WIB.
158
E.Manalu, Sintua dan raja parhata Kecamatan Siantar Timur kota Pematang Siantar,
wawancara dilaksanakan pada hari Senin, 19 Agustus 2018 di Gereja HKBP Tomuan pada pukul
11.00 WIB.
alat tulis, pakaian, sepatu dan tas. Maka orangtua haruslah bisa memenuhi
Hak lainnya yang harus diterima oleh anak dari orangtuanya adalah
akan tetapi cukup dapat menjadi tempat berteduh dari panas dan hujan
merasa nyaman apabila tingal dirumah besar dan mewah. Ada yang
Hak seorang anak dalam konteks adat juga ada, yaitu seorang anak
berhak Bisa menikah secara adat Batak dan dihadiri oleh perangkat
159
Adel Siregar, Ketua Punguan (Kumpulan) Marga Siregar Kota Pematang Siantar,
wawancara dilaksanakan pada hari Minggu, 20 Agustus 2018, di Jl.Ercis Pematang Siantar pada
pukul 11.00 WIB
160
Adel Siregar, Ketua Punguan (Kumpulan) Marga Siregar Kota Pematang Siantar,
wawancara dilaksanakan pada hari Minggu, 20 Agustus 2018, di Jl.Ercis Pematang Siantar pada
pukul 11.00 WIB
arahannya. Apalagi seorang bapak yang dihormati oleh anak dan istrinya
kebaikan serta masa depan yang cerah untuk anaknya. Akan tetapi seorang
melakukan hal-hal yang dapat dinilai baik oleh orangtuanya. Orang Batak
yang berkarakter tegas biasanya akan sangat marah dan menolak kemauan
161
E.Manalu, Sintua dan raja parhata Kecamatan Siantar Timur kota Pematang Siantar,
wawancara dilaksanakan pada hari Senin, 19 Agustus 2018 di Gereja HKBP Tomuan pada pukul
11.00 WIB.
162
E.Manalu, Sintua dan raja parhata Kecamatan Siantar Timur kota Pematang Siantar,
wawancara dilaksanakan pada hari Senin, 19 Agustus 2018 di Gereja HKBP Tomuan pada pukul
11.00 WIB.
dan akan mulai menerima kemauan si anak. Karakter orangtua yang keras
memang dapat diandaikan seperti batu, akan tetapi batu pun bisa hancur
apabila terus menerus terkena air. Begitu juga karakter orangtua Batak
dibangun si anak.163
Yang paling utama bagi orang Batak adalah nama baik. Maka anak
nama baik keluarga dan orangtuanya. Bagi orang Batak dengan nama baik
suami dalam keluarga tersebut berhasil dan mampu untuk mengatur dan
memiliki sifat bahkan keinginan mencoba sesuatu hal yang baru, akan
tetapi tetap harus memperhatikan apakah hal tersebut baik dan benar, dan
Karna inilah bagi orang Batak di kecamatan Siantar Timur Kota Pematang
Siantar ini, kewajiban utama anak adalah untuk menjaga kehormatan dan
163
Natalindo Sitorus, Sintua dan tokoh masyarakat adat Batak Toba di Jalan Ercis,
Siantar Timur, wawancara dilaksanakan pada hari Sabtu, 19 Agustus 2018 di Gereja HKBP
Tomuan pada pukul 18.00 WIB
164
Natalindo Sitorus, Sintua dan tokoh masyarakat adat Batak Toba di Jalan Ercis,
Siantar Timur, wawancara dilaksanakan pada hari Sabtu, 19 Agustus 2018 di Gereja HKBP
Tomuan pada pukul 18.00 WIB
perkawinan sangat penting karena salah satu faktor yang cukup signifikan
benda melainkan faktor lain. Harta benda hanya merupakan penopang dari
kesejahteraan.165
ialah semua harta yang dikuasai suami dan istri selama mereka terikat
dalam ikatan perkawinan, baik harta perseorangan yang berasal dari harta
macam, yaitu:
harta bawaan.
165
Tan Kamello, op.cit.,hlm.66.
perkawinan.166
Semua harta yang didapat dalam ikatan perkawinan menjadi harta bersama
atau harta persatuan yang dikuasai oleh suami sebagai kepala keluarga.
tidak akan dipergunakan oleh anaknya, tetapi akan memakai marga dari
166
Rosnidar Sembiring, op.cit., hlm.86.
167
E.Manalu, Sintua dan raja parhata Kecamatan Siantar Timur kota Pematang Siantar,
wawancara dilaksanakan pada hari Senin, 19 Agustus 2018 di Gereja HKBP Tomuan pada pukul
11.00 WIB.
hukum adat Batak Toba lebih tinggi dibanding istrinya, dimana suami
ahli waris pusaka dan pengurus dan pelaksana hukum adat. Maka setelah
168
E.Manalu, Sintua dan raja parhata Kecamatan Siantar Timur kota Pematang Siantar,
wawancara dilaksanakan pada hari Senin, 19 Agustus 2018 di Gereja HKBP Tomuan pada pukul
11.00 WIB.
169
E.Manalu, Sintua dan raja parhata Kecamatan Siantar Timur kota Pematang Siantar,
wawancara dilaksanakan pada hari Senin, 19 Agustus 2018 di Gereja HKBP Tomuan pada pukul
11.00 WIB.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
aturan hukum adat yang berlaku. Pada masyarakat adat Batak Toba proses
meminang ini merupakan salah satu syarat utama yang dilakukan apabila
proses lainnya sesuai dengan aturan hukum adat Batak Toba yang berlaku.
a. Martandang
b. Patua Hata
c. Marhusip
d. Manulangi Tulang
e. Marhata Sinamot
f. Martumpol
a. Marsibuha-buhai
91
c. Menerima tamu
d. Acara makan
e. Menerima Tumpak
marakhup
g. Mangulosi
h. Mangolop-olop
b. Maningkir Tangga
c. Manjae
a. Hula-Hula
Hula-hula dalam adat Batak adalah keluarga laki-laki dari pihak yang
Hula-hula ini juga wajib mendapat mahar atau beberapa bagian dari
sebagai upah tulang dan tulang juga harus mangulosi berenya. Kalau
b. Boru
Boru ini biasanya menjadi parhobas (pekerja) suami dari boru juga
c. Dongan Tubu
Gambaran dongan tubu adalah sosok abang dan adik yang semarga.
c. Akibat hukum yang timbul terhadap anak yaitu kewajiban dari anak
nama baik keluarganya. Hak dari anak yaitu menerima kasih sayang
d. Akibat hukum yang timbul terhadap harta yaitu harta dari suami dan
istri ada yang berupa harta asal dan juga harta bersama. Akan tetapi
adat Batak Toba, laki laki lah yang menjadi pusat dari kekuasaan
B. SARAN
dampak buruk terhadap kedudukan hukum dari suami dan istri, seperti
berperan juga seperti seorang suami dalam hal mencari nafkah. Hal ini
kesamaan kedudukan suami dan istri, padahal dalam hukum adat posisi
suami memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada istri. Dalam hal
kedua belah pihak suami dan istri tetap mempertahankan nilai dan
norma adat yang sudah diatur dalam hukum adat sehingga mencapai
1. BUKU
Judiasih Sony, Dewi, Harta Benda Perkawinan, Bandung: Refika Aditama, 2015.
Kamello, Tan, Syarifah Lisa Andrianti. Hukum Perdata : Hukum Orang dan
Keluarga. Edisi 2, Medan : Usu Press, 2015.
Samosir, Djarat, Hukum Adat Indonesia, Medan: CV. Nuansa Aulia, 2013
Pide, Suriyaman, Mustari, Hukum Adat dahulu, kini dan akan datang, Jakarta :
Prenadamedia Group, 2014.
97
Sinaga, Richard. Perkawinan Adat Dalihan Na Tolu. Jakarta : Dian Utama, 2012.
2. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
3. INTERNET
Blogspot, “Dalihan na tolu dan nilai-nilai kekerabatannya” diakses dari
http://mynewtpsl.blogspot.com/2016/07/v-behaviorurldefaultvmlo.html pada
tanggal 18 Juli 2018.
4. WAWANCARA
E.Manalu, Sintua dan raja parhata Kecamatan Siantar Timur kota Pematang
Siantar, wawancara dilaksanakan pada hari Sabtu, 19 Agustus 2018 di Gereja
HKBP Tomuan pada pukul 11.00 WIB
Natalindo Sitorus, Sintua dan tokoh masyarakat adat Batak Toba di Jalan
Ercis, Siantar Timur, wawancara dilaksanakan pada hari Minggu, 19 Agustus
2018 di Sopo Sejahtera Tomuan, Siantar Timur pada pukul 18.00 WIB