Anda di halaman 1dari 26

NILAI-NILAI MORAL PANCASILA DALAM KEIDUPAN SEHARI-HARI

Nilai-nilai Moral Pancasila.

Dalam sejarah perjuangan bangsa, sejarah perjuangan merebut kemerdekaan sampai


Indonesia merdeka, perjuangan mengisi kemerdekaan dengan pembangunan. Disetiap aspek kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara antara lain reformasi dibidang politik, ekonomi, sosial budaya
dan pertahanan, pancasila pun tidak luput dari pasang surut penghayatan dan pengalamannya oleh
setiap warga negara Indonesia. Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrua walau berbeda-beda
tetapi tetap satu Banga yaitu Bangsa Indonesia.

Nilai-nilai luhur pancasila tidak akan pernah lapuk karena hujan, tidak pernah hancur karena
panas, tidak pernah out up date (ketinggalan zaman).

Sila Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, nilai keyakinan, dan kepercayaan Tuhan Yang Maha Esa,
Allah swt Yang Maha Kuasa, Maha Agung, Maha Tinggi, Maha Rahman dan Rahim, serba maha,
diakui oleh bangsa maupun negara. Tidak ada bangsa yang menolak eksistensi Tuhan Yang Maha
Kuasa, agama apapun yang dianut oleh suatu bangsa di dunia mengakui adanya Tuhan kecuali bangsa
yang menganut paham atheis.

“ Hingga kini pancasila masih tetap relavan bagi bangsa dan rakyat Indonesia. Tidak hanya
sebagai Ideologi dan Dasar Negara, tetapi juga sebagai pandangan Hidup Bangsa.
Pandangan hidup tersebut disebut pancasila atau bukan tetap berlaku, Karenna digali dari
nila-nilai yang berlaku didalam masyarakaat, Bung Karno pernah mengingatkan agar
bangsa Indonesia harus melihat sejarah. Bila melihat sejarah maka mata bangsa Indonesia
akan terbuka lebar. Bahwa bangsa Indonesia adalah bangsayang berTuhan dan cinta tanah
air. Dari sana pula Bung Karno menemukan lima sila yang terkandung dalam pancasila, lalu
dikembangkan untuk kepentingan nasional menyangkut ekonomi, sosial budaya, dan lain-
lain.”

Sila Kedua, Kemanusian yang Adil dan Beradab. Nilai keberadaban dijunjung tinggi oleh bangsa di
dunia, sifat-sifat kemanusian yang tidak berperikemanusiaan, tidak beradab harus dihapuskan di bumi
ini, seperti penjajahan harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab sejatinya tumbuh subur di Republik Indonesia ini apabila setiap
kepemimpinan nasional dan elitelit politik memiliki hati nurani yang bersih, yang ikhlas berbuat
mengabdi kepada tanah air, bangsa dan rakyat, jujur bertutur dan bijak bertindak.
Pesan Bung Karno, pejuang pendiri dan proklamator Republik ini kepada kita semua:

“ Hai, hati-hati saudara! Semua ini tergantung pada manusianya” bila sistem jelek, tetapi
manusianya baik, maka si manusia akan mau memperbaiki sistem. Tetapi bila sistemnya
bagus, tetapi mental manusianya jelek, maka manusia akan merubah sistem untuk
kepentingannya sendiri. Jadi, sebagian jiwa elit politik ‘mesti di cuci’ agar kotorannya
hilang. Pancasila itu suatu realita yang tidak dapat disingkirkan begitu saja sementara
manusianya bisa saja silih berganti. Pancasila merupakan dasar-dasar moral dan etika
untuk kekuasaan negara dan pemerintah agar jagan sampai kekuasaan disalahgunakan,
dikorup, dan dimanipulir.”

(R.Soeprapto, 2004:xv)

Sila Ketiga, Persatuan Indonesia. Bangsa manapun dan negara manapun bila ingin kuat maka
bangsanya harus bersatu, bersatu kita teguh bercerai kita runtuh. Artinya, bangsa-bangsa yang
warga gampang terpecah belah, negara tidak kuat akibatnya gampang dijajah. Keadaan seperti ini
pernah dialami oleh bangsa-bangsa terjajah termasuk Indonesia. Politik devide et empera (politik
adu domba dan memecah belah) pernah dipraktikkan di Indonesia, oleh Belanda yang menajajah
Indonesia waktu itu sebelum kemerdekaan.

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah harga mati. NKRI merupakan salah
satu pilar pembangunan dari empat pilar pembangunan. Pilar lainnya adalah pancasila, UUD 1945
dan Bhineka Tunggal Ika. Kekuatan empat pilar ini harus dijaga, apabila salah satu pilar roboh,
akan mengganggu pilar-pilar lainnya dan mengganggu pula stabilitas pembangunan nasional.
Untuk menjaga kekokohan atau kekuatan empat pilar tersebut, bangsa Indonesia harus, kapanpun
harus merapatkan barisan, bersatu dalam bingkai persatuan dan kesatuan. Bangsa ini adalah
bangsa yang pluralistik, bangsa yang berbeda etnis, agama dan budaya namun optimis mencapai
Indonesia baru, masyarakat yang sejahtera, aman dan damai.

Kedamaian akan terwujud bila rakyat dan bangsa Indonesia dengan penuh kesadaran yang
tinggi, toleransi yang tinggi, persaudaraan yang tinggi, mau menerima perbedaan tersebut baik itu
perbedaan etnis, agama dan budaya.

Sila Keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan
Perwakilan. Semua bangsa dan negara di dunia menjunjung tinggi nilai-nilai musyawarah untuk
mencapai mufakat. Artinya nilai musyawarah untuk mufakat adalah bersifat universal. Dalam
kehidupan sehari-hari dalam keluarga bermusyawarah untuk mencapai mufakat berpegang pada
pribahasa “bulat air dipembuluh bulat kata dimufakat” inilah akar budaya, adat istiadat, norma-
norma kehidupan yang melahirkan sila keempat Pendiri Bangsa.

Sila Kelima, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Agama apapun mengajarkan
tentang keadilan. Dalam kehidupan bermusyawarah berbangsa dan bernegara haruslah keadilan
dikedepankan. Negara dan bangsa apapun berpegang teguh pada prinsip keadilan.
Nilai-nilai Moral Pancasila dari sila-sila pancasila; Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh
Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial Bagi Seluruh
Rakyat Indonesia. Dijabarkan seperti berikut ini :

a. Keyakinan dan Kerukunan.


Moral pancasila yang pertama adalah keyakinan sebagai wujud nyata dari ketakwaan dan
keimanan terhadap eksistensi Tuhan Yang Maha Esa, meyakini adanya zat yang Maha Kuasa,
meyakini kebenaran dibawa dan diajarkan oleh para Nabi dan Rasul-Nya. Bangsa Indonesia
adalah bangsa yang multi agama. Kerukunan antar umat beragama, inter umat beragama dan
antar umat beragama dengan pemerintah adalah kunci keberhasilan untuk mencapai masyarakat
adil, makmur, aman dan sejahtera.

Nilai-nilai moral yang terkandung di dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa:

1. Keyakinan terhadap eksistensi Allah swt Tuhan Yang Maha Kuasa dalam bentuk konsistensi
menjalankan perintah ajaran agama (beribadah dalam arti luas).
2. Keyakinan tehadap Tuhan Yang Maha Esa membuahkan perilaku yang bermoral dalam
kehidupan sehari-hari, dalam perilaku nyata yang dilandasi keyakinan masing-masing
pemeluk agama.
3. Keyakinan terhadap perilaku saling menghormati, toleransi antar pemeluk agama dan inter
pemeluk agama, merupakan ajaran untuk mewujudkan kerukunan dan mengharmoniskan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
4. Kebebasan menjalankan ibadah menurut agama yang diyakini, tidak ada pemaksaan kehendak
kepada orang lain untuk memeluk agama tertentu.
5. Keyakinan bahwa mewujudkan Habluminallah dan Habluminannas adalah ajaran agama yang
mulia.

b. Keberadaban (Beradab)
Moral pancasila yang kedua adalah keadilan yang beradab. Bunyi rumusan sila kedua adalah
Kemanusiaan Yang Adil dan Berdab. Keadilan yang dimaksud adalah yang benar bukan
keadilan yang tidak berlandaskan pada kebenaran dan keadilan yang berlandaskan pada
keberadaban. Oleh karena itu, prisip-prinsip untuk menegakan keadilan yang beradab atau
keadilan yang berlandaskan kebenaran antara lain :

1. Mengikuti ajaran kebenaran yang hakiki. Dengan kata lain, mengatakan yang benar itu benar
(yang haq itu haq) dan yang salah itu salah (yang bathil itu bathil).
2. Menghindari dari yang menyatakan haram itu halal dan yang halal itu haram.
3. Menghindari dari membenarkan yang biasa, tetapi konsisten membiasakan yang benar.
Kebenaran yang dimaksud adalah kebenaran menurut adab beradab yang berlaku, yang
diputuskan secara bijaksana yang dapat diterima orang banyak karena sesuai dengan keberadaban
yang berlaku.

Nilai-nilai moral yang terkandung dalam sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab :

1. Manusia adalah makhluk yang beradab dalam arti manusia memiliki martabat, harkat, derajat
yang tinggi sebagai makhluk ciptaan Allah swt yang paling mulia dibumi.
2. Manusia adalah makhluk yang beragama dan menjalankan perintah agama menurut nilai-nilai
luhur agama yang dianut pemeluknya.
3. Manusia adalah makhluk berbudaya dan konsisten mewujudkan perilaku berbudaya dalam
kehidupan sehari-hari.
4. Manusia memiliki daya pikir, daya cipta, dan daya karsa untuk mewujudkan karya yang
berbudi demi kemaslahatan umat.
5. Manusia adalah makhluk yang tinggi budinya dan selalu menjunjung tinggi nilai-nilai
keadilan dan kebenaran. Berati manusia sejatinya diberlakukan secara adil dan beradab.

c. Kebanggaan, Kecintaan dan Kerukunan.


Moral pancasila yang ketiga adalah Kebanggaan, Kecintaan dan Kerukunan sebagai wujud
nyata dari sila Persatuan Indonesia. Persatuan artinya satu utuh tak terpisah walaupun terdiri
dari banyak etnis, budaya, agama, dan pulau-pulau besar dan kecil yang berpenghuni maupun
yang belum berpenghuni. Bhineka Tunggal Ika semboyan bagsa Indonesia, walaupun berbeda-
beda tetapi tetap satu, bangsa Indonesia mempunyai lima prinsip dasar dalam kehidupan yaitu
Pandangan Hidup Pancasila (Five Principle Of Pancasila).inilah jati diri khas Bangsa
Indonesia yang wajib dihayati dan diamalkan dalam kehidupan Bermasyarakat, Bebangsa dan
Bernegara.

Nilai-nilai moral yang terkandung dalam sila Persatuan Indonesia:

1. Kecintaan dan bangga terhadap tanah air, negara yang Berdaulat, Bahasa, dan Bendera Merah
Putih dengan berusaha semaksimal mungkin membawa nama besar Bangsa Indonesia kedunia
Internasional.m
2. Mencintai dan bangga terhadap NKRI sehingga rela berkorban jiwa, raga dan tahta.
3. Mencintai dan bangga sebagai bangsa yang merdeka dan mengisi kemerdekaan dengan
pembangunan yang mensejahterakan dan memakmurkan rakyat.
4. Kebanggan terhadap pejuang yang rela berkorban dan meneruskan perjuangan para pendiri-
pendiri Bangsa yang tercinta ini dan berusaha mneruskan karakter tersebut.
5. Mencintai dan Bangga kepada para pendiri Negeri ini tanpa pamrih dan terwujudnya Negara
Republik Indonesia yang Merdeka, Bersatu, Berdaulat, Adil dan Makmur yang berlandaskan
pada nilai kerukunan untuk tetap bersatu.
6. Kecintaan dan bangga terhadap para pendiri negeri, bekerja penuh kejujuran dan kedisiplinan,
tanggung jawab dan saling tolong-menolong.

d. Ketaatan.
Moral pancasila yang keempat adalah ketaatan sebagai wujud dari sila kerakyatan yang
dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawarah/Perwakilan. Kerakyatan yang
mengandung makna dari rakyat oleh rakyat, dan untuk rakyat, inilah yang disebut dengan
demokrasi yang hakiki. Musyawarah merupakan cara merumuskan suatu pemecahan masalah
dilandasi kehendak rakyat. Sedangkan mufakat adalah merupakan suatu pemecahan masalah
yang sudah disepakti bersama.

Nilai-nilai moral yang terkandung dalam sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan:
1. Ketaatan melaksanakan keputusan dari hasil musyawarah mufakat.
2. Ketaatan pada norma-norma ajaran agama, norma-norma kehidupan dalam masyarakat seperti
taat pada hukum adat.
3. Ketaatan pada hukum/peraturan yang diberlakukan yang tujuannya adalah untuk ketertiban,
ketentraman, dan kepentingan bersama.
4. Ketaatan pada keputusan bersama yang mengutamakann kepentingan bangsa dan negara dari
pada kepentingan pribadi dan kelompok.
5. Konsisten mentaati hasil keputusan bersama berdasarkan keputusan musyawarah dan mufakat
yang dilandasi semangat kekeluargaan.

e. Keadilan Sosial.
Moral pancasila yang kelima adalah Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Pengertian Keadilan Sosial dari kesadaran bersama para pendiri negeri ini yang menginginkan
Keadilan Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Dalam arti lain, keadilan bermakna melindungi dan
membantu yang tidak berdaya, tidak ada rasa cemburu sosial yang tinggi karena ada kelompok
tertentu diberlakukan istimewa yang didasarkan atas norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat, contohnya keadilan dalam pendidikan, keadilan dalam kesehatan, dan lain-lain.
Masyarakat yang miskin wajib mendapat perhatian dari pemerintah untuk mewujudukan
keadila, dan juga masyarakat yang trkena musibah wajib dipedulikan dan memperoleh bantuan
dari pemerintah dan siapa saja.

Nilai-nilai moral yang terkandung dalam sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat
Indonesia:
1. Adil dalam arti tidak bertindaakk sewenang-wenang terhadap individu dan kelompok lain,
lebih-lebih lagi pada waktu sedang berkuasa.
2. Adil dalam memberlakukan keputusan hukum, tidak merugikan pihak lain.
3. Adil agar warga negara memperoleh hak yang sama mendapatkan pelayanan pendidikan dan
kesehatan serta pekerjaan.
4. Adil dalm memperjuangkan Hak Asasi Manusia dan menghargai serta menghormati hak
orang lain.
5. Adil dalam mempedulikan masyarakat miskin dan terlantar.
6. Adil diterapkan berlandaskan pada ajaran agama yang luhur.
7. Adil terhadap pemeluk agama sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
8. Membela keadilan dan kebenaran.

Pancasila sebagi Ideologi atan pandangan hidup dan dasar Negara Republik Indonesia,
aktualisasi pancasila yang mengandung nilai-nilai luhur harus tetap dipertahankan eksistensinya
oleh semua pemimpin nasional dan seluruh rakyat Indonesia dalam rangka membangun karakter
bangsa (the national character building) dalam era globalisasi yang syarat dengan tantangan demi
tegaknya negara Kesatuan Republik Indonesia.

Bangsa yang beridologi, berpandangan hidup adalah bangsa yang memiliki karakter
berpegang teguh pada nilai-nilai luhur Ideologinya yaitu Pnacasila bagi Bangsa Indonesia. Telah
dikemukakan sebelumnya bahwa rumusan pancasila digali dari pola kehidupan, budaya dan adat
istiadat masyarakat bangsa Indonesia yang mengandung nilai-nilai luhur yang merupakan suatu
rangkaian sistem nilai dasar yang saling memperkuat satu sama lainnya. Kekuatan spiritual dari
sistem nilai dasar inilah yang sejatinya dihayati dan diaktualisasikan oleh paraa pendiri Republik
ini, para pemimpin Republik ini dari dahulu sampai sekarang.

Pancasila yang mempunyai nilai-nilai luhur dan nilai-nilai dasar yang tetp itu yaitu tujuan dan
cita-cita nasional.

“Tujuan nasional adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial”.

“Cita-cita nasional adalah mewujudkan suatu negara yang merdeka, bersatu, berdaulat adil
dan makmur”.

Nilai-nilai moral yang luhur dalam sila-sila pancasilaa sebagai pandangan hidup memiliki
ketahanan yaitu nilai ketakwaan, ketaatan, keberadaban, kecintaan, kebersamaan, dan nilai
kekeluargaan, nilai musyawarah dan nilai keadilan yang merupakan jati diri bangsa Indonesia
jangan sampe diusangkan atau dikunokan apalagi sampai dilenyapkan oleh datangnya nilai-nilai
baru nilai-nilai westernisasi (kebarat-baratan) nilai-nilai tersebut di atas menampilkan perilaku
sosial dalam menyelesaikan pekerjaan sosial (bakti sosial dalam berbagai bentuknya) dilakukan
secara sukarela tanpa pamrih.

Pancasila sebagai pandangan hidup memilki ketahanan. Daya tahannya sangat kuat untuk
menolak pengaruh negatif globalisasi dan liberalisasi ekonomi dalam ruang perdagangan bebas
serta keterbukaan terhadap kehidupan berpolitik dan sosial budaya. Penerapan pancasila dalam
pandangan hidup di Indonesia tidak mudah. Negara ini adalah negara yang pluralistic, jumlah
enisnya sangat banyak, setiap entisnya sangat banyak, setiap etnis dan kelompok yang sudah
nilai-nilai kehidupan yang dianutpun berbeda. Belum lagi macam-macam agamanya dengan
tatacara beribadah yang berbeda, bahasa, dialeg, watak etnisnya yang sulit dipahami oleh
pendatangan lain.

Nilai-nilai luhur pancasila merupakan akar dari perilaku yang bermoral.

1. Para tokoh masyarakat seperti tokoh agama, tokoh litas budaya, tokoh adat, tokoh pemuda,
tokoh perempuan, tokoh LSM, dan lain-lain merupakan perangkat dari sub struktur yang
sangat penting berperan untuk mensosialisasikan nilai-nilai moral pancasila dan nilai-nilai
instrumental sebagai penjabaran dari nilai-nilai dasarnya.
2. Rasa kemanuiaan untuk cinta tanah air, cinta bangsa, cinta rakyat dan bela negara sejatinya
tertanam pada setiap warga negara Indonesia. Pancasila yang megandung nilai-nilai moral
yang tinggi yang dijiwai oleh nilai-nilai luhur agama ternyata dapat melawan lemahnya
karakter anak bangsa dari tataran bawah sampaai tataran atas. Pada dasarnya moral bangsa
Indonesia adalah Pancasila.
3. Kepimpinan nasional yang diharapakan adalah kepemimpinan nasional yang memiliki moral
pancasila. Moral pancasila yang harus dimiliki itu adalah moral ketakwaan, moral
kemanusiaan, moral keadilan, moral kebersamaa dan kebangsaan, moral kerakyatan, moral
kekerabatan dan moral keteladanan dan moral kecintaan.
4. Melalui kepemilikan moral kepemimpinan pancasila tersebut diharapkan terjadi pembentukan
karakter pemimpin nasional yang ditandai olh sikap arif, visioner, menegakan demokrasi
secara konsekuen berdasarkan pancasila, menghormati HAM, menegakkan suprmasi hukum,
tidak korupsi dan bahkan memberantas korupsi, memiliki kecerdasan, dan mampu
mengembalikan kepercayaan rakyat kepada pemerintah.
5. Sejatinya dirumuskan kembali kebijaksanaan dan strategis agar semua komponen bangsa
menghayati dan menguaktualisasikan kembali nilai-nilai luhur melalui revitalisasi
internalisasi nilai-nilai luhur pancasila kepada seluruh komponen bangsa.
6. Kebiaksanaan dan strategi yang dirumuskan sebaiknya berorientasi, pada usaha mendorong
masyarakat agar tumbuh rasa memiliki dan akhirnya tumbuh rasa mencintai terhadap
pancasila sebagai Ideologi (Pnadangan Hidup) bangsa Indonesia.
7. Aktualisasi nilai—nilai luhur pancasila sebagai Ideologi (Pandangan Hidup)bangsa, dan
sebagai Dasar Negara Republik Indonesia hendaknya dimulai dari kepemimpinan bangsa
melalui “keteleadanaanyaa” dalam berbagai aspek kepribadian yang luhur yaitu
bermoral/berahlak mulia.
8. Mengaktualisasikan sekongkrit mungkin nilai-nilai instrumental pancasila dalam bentuk
pembuatan peraturan-peraturan perundang-undangan dalam rangka tegaknya supremasi
hukum yang solid untuk menegakkan demokratisasi dan HAM serta pengawasan yang terukur
terhadap lingkungan hidup.

Sumber kehidupan itu memancar dalam bentuk wawasan dalam bentuk wawasan nasional yang
dikenal dengan wawasan nusantara berfungsi sebagai landasan ketahanan nasional. Pancasila itu
sendiri sifatnya empirik karena digali dari pengalaman nenek moyang bangsa Indonesia, telah
mendarah daging dalam diri insan Pancasila, dan oleh karena itu terkristalisasi menadi nila-nilai
moral yang luhur yang memancar pada sila-sila Pancasila. Ketahanan nasional bersumber dari
pancasila merupakan kondisi yang bergerak terus memang pantas berisikan keuletan dan
ketangguhan sumber daya manusia yang mampu membentuk kekuatan yang kokoh yitu kekuatan
nasional.

Wawasan nusantara itu sumbernya adalah pandangan Hidup Bangsa Indonesia yaitu
pancasila yang realisasinya harus memancar dalam berbagai bentuk wawasan yang berisi
keuletan dan ketangguhan untuk menghadapi bahaya global dalam era globalisasi. Pancasila
adalah sumber kehidupan dalam arti pandangan Hidup Bangsa Indonesia, apabila diganggu dan
dirongrong berarti mengganggu dan merongrong setiap aspek kehidupan bangsa. Sumber
kehidupan berarti nafas yang harus dijaga dari gangguan, hambatan, dan ancaman, bila tidak
maka nafas pasti berhenti dan konsekuensinya adalah mati. Kesaktian dan kekeramatan harus di
jaga dan dipelihara agar tidak using, tidak dikunokan dan agar tidak punah kesaktian dan
kekeramatan oleh sang pemiliknya. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia, oleh
karena itu kesaktian dan kekeramatannya merupakan milik Bangsa Indonesia. Suatu Pandangan
Hidup yang dimiliki suatu bangsa tidak dimiliki oleh bangsa lain merupakan jati diri suatu
bangsa. Jati diri itu memancar dari perilaku yang pada hakikatnya digali dari pola kehidupan,
adat istiadat, dan budaya nenek moyang bangsa Indonesia diangkat menjadi nilai-nilai luhur
yang dirumuskan dalam sila-sila pancasila.

Pancasila Sebagai Dasar Negara memang harus kokoh. Sesuatu yang tidak kokoh tidak dapat
dijadikan dasar. Dasar identik dengan landasan, identik dengan fondasi. Ibarat suatu bangunan
rumah yang landasan atau fondasinya tidak kuat, dan pemilik rumah yang tau keroposan dan
kerapuhan atau fondasinya setiap saat merasa was-was karena setiap saat pula bahaya akan
menimpa penghuni rumah. Landasan atau fondasi yang kuat menjamin ketahanan dan keamanan
dapat melindungi penghuninya hidup dalam kondisi aman dalam ketentraman dan tentram
dalam keamanan.

Rumah tangga merupakan salah satu pendidikan yaitu pendidikan informal. Prndidikan
informal dalam keluarga diperluas dalam bentuk pendidikan formal disekolah. Berdasarkan
Undang-undang 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa sistem pendidikan di
Indonesia terbagi menjadi tiga jenjang pendidikan yaitu: (1) jenjang pendidikan dasar terdiri dari
Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (STLP), (2) jenjang pendidikan
menengah, (3) jenjang pendidikan tinggi. Melalui jenjang-jenjang pendidikan ini diakui bahwa
untuk menginternalisasi atau mendidikkan nilai-nilai moral Pancasila merupakan wahana yang
paling efektif dan efesien.

Bung Karno pernah berkata


“....... Imperialisme berbuahkan ‘negeri-negeri mandat’, daerah pengaruh’....... yang didalam
sifatnya ‘menaklukkan’ negeri orang lain, membuahkan negeri jajahan....... syarat yang amat
penting untuk perbaikan kembali semua susunan pergaulan hidup Indonesia itu adalah
kemerdekaar nasional.......”

Bung Hatta menegaskan

“....... lebih baik Indonesia tenggelam kedasar lautan dari pada menjadi embel-embel bangsa
lain.......”

(Sri Edi Swasono,2021:8).

Mengaktualisasikan nilai-nilai moral Pancasila dalam wujud perilaku dalam kehidupan


bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara merupaka tanggung jawab setiap warga negara
terhadap bangsa. Oleh karena itu,setiap warga Negara terutama sekali oleh para Penyelenggara
Negara, kepemimpinan nasional dan elit politik pada lapisan eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
Nilai-nilai moral yang di roh-i oleh nilai-nilai luhur agama sejatinya diaktualisasikan secara
menyeluruh oleh semua komponen bangsa agar setiap gerakan perilaku, tindakan, bersikap dan
berucap mencerminkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam sila-sila Pancasila.

Pancasila merupakan Pandangan Hidup, jiwa dan kepribadian Bangsa Indonesia, dan Dasar
Negara Republik Indonesia serta cita-cita luhur yang telah dilahirkan oleh para pendiri bangsa
Indonesia tercinta ini. Pancasila merupakan dalam wujud pembangunan nasional diberbagai
sektor pembangunan nasional di sektor pembangunan. Dalam rangka mencapai cita-cita luhur,
dan mengisi pembangunan, siapapun bertempat tinggah diwilayah NKRI dan apapun pekerjaan
dan jabatannya, baik itu TNI, POLRI, pemimpin orgnisasi politik, organisasi pemuda, organisasi
perempuan, Tokoh Agama, Tokoh lintas budaya, Pegawai Negeri, Pelajar, Mahasiswa, ibu
rumah tangga sejatinya mengaktualisasikan Pandangan Hidup Bnagsa sendiri yaitu Pancasila.

Pokok-pokok pikiran yang merupakan landasan mengapa nilai-nilai moral Pancasila yang
dijiwai (di-roh-i) nilai-nilai luhur agama diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari, lebih-
lebih lagi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

1. Aktualisasi/penerapan/pengamalan nilai-nilai moral itu adalah sebagai pedoman bagi


setiap penyelenggara negara warga Negara Indonesia supaya selalu ingat akan ajaran
kebenaran dan nilai-nilai etika yang berlaku dalam kehidupan masyarakat.
2. Aktualisasi/penerapan/pengamalan nilai-nilai moral itu sebagai penyangkal bagi setiap
penyelenggara negara dan warga negara Indonesia berucap dan keperilaku menurut
ajaran agama yang benar.
3. Aktualisasi/penerapan/pengamalan nilai-nilai moral bertujuan untuk mengangkat harkat
dan martabat bangsa dimata dunia, bangsa ini mempunyai jati diri yang khas yaitu
Pancasila.
4. Aktualisasi/penerapan/pengamalan nilai-nilai moral itu supaya terjalin hubungan
pergaulan harmonis dengan individu, individu dengan kelompok, individu dan kelompok
dengan masyarakat, masyarakat dengan masyarakat ditempat lainnya atas dasar saling
menghargai dan saling menghormati sehingga tercipta bangsa yang damai, aman, dan
tentram terhindar dari konflik sosial.
5. Aktualisasi/penerapan/pengamalan nilai-nilai moral itu supaya Tokoh Organisasi, Tokoh
Pemuda, Tokoh Perempuan, Tokoh Agama, dan Tokoh-tokoh masyarakat berbuat yang
terbaik untuk bangsa dan negara, mendisiplinkan pribadi, mengendalikan pribadi supaya
selalu dalam koridor ajaran agama, koridor hukum yang berlaku, dan dalam hukum yang
berlaku, dan dalam nilai-nilai etika yang berlaku dalam masyarakat.

Aktualisasi/penerapan/pengamalan nilai-nilai moral itu menurut sila-sila Pancasila:

1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa


- Beriman dan bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan Yang Maha Kuasa
menurut ajaran dan kepercayaan masing-masing penganutnya.
- Iman dan Taqwa itu didasarkan pada kemanusiaan yang melahirkan hubungan dengan
Allah Swt, Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan Yang Maha Kuasa (hablumminaallah) dan
melahirkan hubungan manusia dengan manusia (hablumminnas).
- Saling menghargai antar pemeluk agama untuk mewujudkan kerukunan hidup antar umat
beragama, inter umat bergama, dan antar umat beragama dengan pemerintah.
- Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah menurut agama dan kepercayaan
penganutnya masing-masing.
- Tidak ada pemaksaan suatu agama dan kepercayaan yang satu dengan yang lain, masing-
masing beribadah menurut syariatnya masing-masing.
2. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
- Saling memahami dan mengakui hak dan kewajiban manusia sebagai khalifatullah
dibumi dalam rangka mewujudkan hablumminnas yang didasarkan kepada toleransi dan
solidaritas tinggi.
- Saling mencintai sesama manusia (hablumminannas).
- Bersikap menyenangkan orang lain, antar individu, keluarga, masyarakat sehingga
terbangun bangsa yang aman, makmur, adil dan sejahtera.
- Berucap dan beperilaku yang sopan dan santun, ramah tamah dengan teman-teman,
keluarga dan masyarakat.
- Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan sebagai wujud nyata dari kemanusiaan yang
beradab.
- Rajin melakukan kegiatan-kegiatan kemanusiaan seperti gotong royong, tolong
menolong, bakti bersama sebagai wujud nyata dari perilaku sosial, perilaku beradab,
perilaku berbudaya.
3. Sila Persatuan Indonesia
- Mengutamakan persatuan dan kesatuan untuk menjaga utuhnya Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).
- Mengutamakan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi, kelompok,
golongan dan partai.
- Bangga sebagai bangsa Indonesia, rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara
sebagai wujud nyata dari cinta tanah air, cinta bangsa dan cinta rakyat.
- Bangga sebagai bangsa Indonesia yang bertanah air satu tanah air indonesia, berbangsa
yang satu bangsa Indonesia dan menjunjung tinggi bahasa persatuan Bahasa Indonesia.
- Mewujudkan pergaulan nasional yang didasarkan pada persatuan dan kesatuan bangsa
yang bersemboyan Bhineka Tunggal Ika.
- Ikut serta dalam pencaturan pergaulan internasional dalam bingkai persaingan bangsa-
bangsa sebagai wujud tanggung jawab bangsa dalam era global.
4. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
- Dalam musyawarah lebih mengutamakan kepentingan bangsa dan negara diatas
kepentingan pribadi, kelompok, golongan, dan partai.
- Bermusyawarah untuk kepentingan bersama dalam rangka mencegah konflik sosial.
- Bermusyawarah secara sehat untuk mencapai mufakay didasarkan kepada semangat
kekeluargaan, kekerabatan, dan persahabatan.
- Tidak bertindak sewenang-wenang apalagi memaksakan kehendak kepada orang lain.
- Beritikad baik dan menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah yang
disepakati.
- Musyawarah dilandasi oleh akal sehat, nalar rasional yang dijiwai oleh hati nurani yang
ikhlas.
- Bentanggung jawab pada Tuhan Yang Maha Esa atas keputusan yang diambil.
- Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran yang diyakini.
5. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
- Berucap, berperilaku dan bertindak yang berbudi luhur.
- Bersikap adil tanpa pandang bulu.
- Mendapatkan hak hendaknya diikuti dengan tanggung jawab dan keadilan.
- Selalu menghormati dan menghargai hak-hak orang lain dan menghargai karya orang
lain.
- Menolong sesama teman, keluarga dan masyarakat yang memerlukan pertolongan.
- Tidak memaksakan kehendak terhadap orang lain, senantiasa mengedepankan keadialan.
- Berpola hidup sederhana.
- Tidak berucap dan berperilaku merugikan orang lain.
- Bekerja keras dan bersama-sama memajukan bangsa dalam rangka mewujudkan keadilan
sosial.
Dalam sila-sila Pancasila mengandung nilai-nilai moral yang amat tinggi, agung, mulia.
Oleh karena itu, moral Pancasila adalah Moral Bangsa Indonesia karena Pancasila adalah
Pandangan Hidup (ideologi) Bangsa Indonesia. Dengan kata lain, moral dalam kehidupan bangsa
Indonesia sehari-harinya adalah Moral Pancasila. Memahami Moral Pancasila sebagai Moral
Bangsa berarti Pancasila sangat dekat dan menyentuh kehidupan sehari-hari terutama sekali
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara masa kini dan dimasa-masa yang
akan mendatang.

Aktualisasi nilai-nilai Moral Pancasila dalam kehidupan sehari-hari bertujuan agar nilai-nilai
Moral Pancasila yang luhur, yang agung, dan yang tinggi itu tetap lestari hidup dalam pribadi
setiap komponen bangsa, setiap kepemimpinan nasional, elite politik, pemimpin organisasi
pemuda, tokoh pemimpin organisasi agama (tokoh agama), tokoh pemimpin perempuan (tokoh
perempuan), pemimpin (tokoh) lintas budaya, pelajar, dan mahasiswa, tokoh Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM), masyarakat dalam bidang pekerjaan apapun pegawai negeri, guru, pegawai
swasta, TNI, POLRI, petani, buruh, nelayan, kepala keluarga, ibu rumah tangga, sampai
masyarakat dalam klutser apapun dan dimanapun yang berdiam ataupun ber-tempat tinggal
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Nilai-nilai Moral Pancasila sebagai Pandangan
Hidup (ideologi) dan Dasar Negara Republik Indonesia yang kokoh dan kuat tidak dianggap
kuno, usang, dan dilunturkan oleh setiap insan Indonesia dalam kehidupan sehari-hari, ucapan
dan perilakunya hendaknya mencerminkan Moral Pancasila yang di-roh-i (dijiwai) oleh nilai-
nilai luhur agama.

Meyakini nilai-nilai luhur agama yang sama artinya meyakini ajaran-ajaran agama tentang
keyakinan terhadap eksistensi Allah Swt. Tuhan Yang Maha Esa, keyakinan terhadap malaikat
Allah, keyakinan terhadap Nabi dan Rasul Allah, keyakinan terhadap takdir Allah dan keyakinan
terhadap kitab-kitab Suci Allah, keyakinan terhadap takdir Allah dan keyakinan terhadap datang
nya hari kiamat. Keyakinan inilah yang pada dasarnya mengajarkan kepada manusia untuk
berucap dan berbuat perilaku yang baik-baik, yang terpuji, yang menyenangkan orang lain, inilah
yang pada hakikat moral yang amat mulia, akhlak mulia, berbudi pekerti, bermoral dan berwatak
mulia sebagai lawan dari moral yang tidak terpuji, moral yang senang melihat orang lain susah,
moral iri dengki, moral arogan, moral tidak ikhlas (riya’ sum’ah dan mira’) dan lain-lain moral
yang tidak terpuji.

Pemimpin nasional dan elite politik dari tataran nasional sampai tataran daerah yang
berpegang kuat dengan nilai-nilai Moral Pancasila tentu mempunyai komitmen untuk:

1. Mengentaskan kemiskinan, pengangguran, kemudaratan, keterbelakangan, dan


kebodohan.
2. Tidak suka pada terjadinya pertengkaran, gontok-gontokan, tuding-tudingan, cela-celaan,
tuduh-tuduhan apalagi sampai berkelahi, berpecah-belah dan konflik sosial.
3. Tidak suka kapitalisme baik yang asli maupun kapitalisme bangsa sendiri dengan antek-
anteknya dan kroni-kroninya imperialisme dan feodalisme.
4. Menanamkan dan menumbuhkan subur karaktekter cintah tanah air, cinta bangsa, dan
cinta rakyat, patriotisme yang mengedepankan kepentingan bangsa dan negara atas
kepentingan pribadi, kelompok, golongan dan partai serbagai wujud nyata dari hakekat
manusia sebagai makhluk sosial untuk mewujudkan tanggung jawab sosial, sebagai
makhluk yang berbudaya, dan sebagai makhluk yang beragama.
5. Memberi keteladanan kepada rakyat supaya tawadhu’, sabar, ikhlas, amanah, jujur, adil,
dan bijaksana, berkata benar dan berpola hidup sederhana, sebagai lawan dari berbuat
sewenang-wenang, benjanji dan bersumpah palsu, boros, solidaritas rendah, dan lain-lain
perbuatan yang tidak terpuji.

Menurut rumusan TAP MPR ll/MPR/1978 bahwa penjabaran sila-sila Pancasila sebagai
penuntut untuk dipraktekkan atas setiap warga negara di rinci sebagai berikut:
Pertama: Sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Mengandung lebih kurang 10 kewajiban moral
atau tuntutan tingkah laku yaitu:

1. Kita percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.


2. Kita percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa menurut agama masing-masing.
3. Kita percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa menurut kepercayaan masing-
masing.
4. Kita melaksanakan kepercayaan dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.
5. Kita harus membina, saling mengerti antar pemeluk agama yang menganut kepercayaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
6. Kita harus membina adanya kerja sama dan toleransi antar sesama pemeluk agama dan
penganut kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
7. Kita menginginkan adanya kerukunan antar sesama pemeluk agama dan penganut
kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
8. Kita mengakui bahwa hubungan antara sesama manusia dan Tuhan Yang Maha Esa
sebagai hak pribadi yang paling hakiki.
9. Kita mengakui tiap warga negara bebas menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing.
10. Kita tidak memaksakan agama dan kepercayaan kita kepada orang lain.

Kedua: Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab mengandung lebih kurang 19 kewajiban
moral atau tuntutan tingkah laku yaitu:

1. Kita mengakui bahwa kita sama-sama makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
2. Kita mengakui bahwa kita sama sederajat.
3. Kita sadar bahwa kita sama dalam hal kewajiban.
4. Kita sadar bahwa kita memiliki hak yang sama.
5. Kita tidak membeda-bedakan suku.
6. Kita tidak membedakan keturunan.
7. Kita tidak membeda-bedakan agama dan keyakinan.
8. Kita tidak membedakan jenis kelamin.
9. Kita membedakan kedudukan sosial.
10. Kita tidak membedakan warna kulit.
11. Kita mengembangkan sikap mencintai sesama manusia.
12. Kita mengembangkan sikap tenggang rasa atau ‘teposeliro’.
13. Kita mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
14. Kita menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
15. Kita gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
16. Kita berani membela keberanan dan keadialan dengan penuh kejujuran.
17. Kita mengakui bahwa bangsa Indonesia merupakan kesatuan dan menjadi bagian dari
seluruh umat manusia.
18. Kita saling menghormati dengan bangsa lain.
19. Kita saling bekerjasama dengan bangsa lain.

Kesembilan belas perincian dari sila kedua itu pada dasarnya merupakan
kewajiban moral atau tuntutan tingkah laku yang merupakan kesatuan, tidak terpisah-
pisah. Demikian pula hubungannya dengan sila-sila yang lain. Oleh karena itu
penghayatan dan pengalamannya harus menyeluruh, serasi dan terpadu. (Dirjen
PDMB:11-12)

Ketiga: Sila Persatuan Indonesia, mengandung lebih kurang 16 kewajiban moral atau tuntunan
tingkah laku yaitu:

1. Kita menempatkan kepentingan persatuan Bangsa dan Bernegara di atas kepentingan


pribadi atau golongan.
2. Kita menempatkan kepentingan kesatuan Bangsa dan Negara diatas kepentingan pribadi
atau golongan.
3. Kita menempatkan kepentingan Bangsa dan Negara diatas kepentingan pribadi atau
golongan.
4. Kita menempatkan keselamatan Bangsa dan Negara diatas keselamatan pribadi atau
golongan.
5. Kita sanggup berkorban untuk Bangsa dan Negara.
6. Kita rela berkorban untuk Bangsa dan Negara bila diperlukan.
7. Kita mencintai Tanah Air Indonesia.
8. Kita mencintai Bangsa Indonesia.
9. Kita bangga berkebangsaan Indonesia.
10. Kita bangga Bertanah Air Indonesia.
11. Kita ingin memelihara ketertiban Dunia yang ber-dasarkan Kemerdekaan.
12. Kita ingin memelihara ketertiban Dunia ber-dasarkan Perdamaian Abadi.
13. Kita ingin memelihara ketertiban Dunia ber-dasarkan Keadilan Sosial.
14. Kita menjunjung tinggi persatuan berdasarkan Prinsip Tunggal Ika.
15. Kita ingin memajukan pergaulan untuk Kesatuan Bangsa.
16. Kita ingin memajukan pergaulan untuk persatuan bangsa.

Keenam belas kewajiban moral atau tuntutan tingkah laku yang dijabarkan dari
sila Persatuan Indonesia ini merupakan kesatuan yang serasi, karena penghayatan dan
pengalamannya juga harus dilakukan secara serasi pula. Kesemuanya dengan catatan
bahwa itu hendaknya dilakukan dalam rangkaian kesatuan seluruh sila Pancasila. (Dirjen.
PDMc:17).

Keempat: Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/perwakilan, mengandung lebih kurang 27 kewajiban moral atau tujuan tingkah
laku yaitu:

1. Kita mengakui bahwa manusia Indonesia mempunyai kedudukan yang sama.


2. Kita mengakui bahwa manusia Indonesia mempunyai hak yang sama.
3. Kita mengakui bahwa manusia Indonesia memiliki kewajiban yang sama.
4. Kita mengutamakan kepentingan negara.
5. Kita harus mengutamakan kepentingan masyarakat.
6. Kita tidak boleh memaksakan kehendak kita terhadap orang lain.
7. Untuk mengambil keputusan mengenai keputusan bersama, kita harus selalu bersedia
bermusyawarah.
8. Kita harus mendahulukan kepentingan bersama dan membelakangkan kepentingan
pribadi.
9. Kita harus mencapai mufakat dalam musyawarah.
10. Dalam permusyawaratan kita harus didorong oleh semangat kekeluargaan.
11. Dalam musyawarah kita menggunakan akal sehat.
12. Kita harus menghormati dan menjunjung tinggi setiap hasil musyawarah.
13. Kita menerima setiap keputusan yang diambil bersama.
14. Kita melaksanakan keputusan yang telah diambil bersama.
15. Dalam melaksanakan keputusan, hendaknya kita landasi keputusan itu denan iktikad
baik.
16. Dalam melaksanakan keputusan bersama kita harus melakukan dengan penuh rasa
tanggung jawab.
17. Permusyawaratan hendaknya disesuaikan dengan hati nurani yang luhur.
18. Setiap keputusan dalam musyawarah harus dapat dipertanggung jawabkan dalam moral.
19. Setiap keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
20. Setiap keputusan yang diambil harus dapat menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia.
21. Setiap keputusan yang diambil harus menjunjungtinggi nilai kebenaran.
22. Setiap keputusan yang diambil harus menjunjungtinggi nilai keadilan.
23. Setiap keputusan yang diambil harus mengutamakan persatuan dan kesatuan.
24. Setiap keputusan yang diambil harus mengutamakan kepentingan bersama.

25. Kita hendaknya percaya kepada wakil-wakil kita dalam badan-badan perwakilan rakyat.
26. Kita menjunjung tinggi kebenaran prinsip bahwa rakyat yang berdaulat.
27. Kita mengakui bahwa kedaulatan rakyat itu berada pada MPR.

Kedua puluh tujuh kewajiban moral atau tuntunan tingkah lakuyang merupakan
penjabaran dari sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan itu merupakan kesatuan dalam rangkaian kebulatan dan
keutuhan sila pancasila. Oleh karena itu, penghayatan dan pengalamannya harus
dilakukan secara serasi pula (Dirjen, PDMd:20-21).

Kelima: Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia mengandung lebih kurang 21
kewajiban moral atau tuntunan tingkah laku yaitu:

1. Kita menyadari adanya hak yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam hidup
bermasyarakat.
2. Kita menyadari adanya kewajiban yang sama untuk menciptakan.
3. Kita harus mengembangkan perbuatan luhur.
4. Kita menjunjung tinggi sikap kekeluargaan.
5. Kita menjunjung tinggi suasana kekeluargaan.
6. Kita menjunjung tinggi suasana yang penuh kegotong-royongan.
7. Kita menjunjung tinggi sikap gotong-royong.
8. Kita bersikap adil terhadap sesama.
9. Kita harus menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
10. Kita menghormati orang lain.
11. Kita menolong orang agar orang itu dapat berdiri sendiri.
12. Hak milik kita harus tidak digunakan untuk memeras orang lain.
13. Kita harus hormat.
14. Kita harus hidup ekonomis dan tidak bermewah-mewah.
15. Kita harus tidak mempunyai perbuatan yang bertentangan dengan kepentingan.
16. Kita harus suka bekerja keras.
17. Kita menghormati hasil karya orang lain.
18. Kita selalu mencari kemajuan.
19. Kita selalu mengusahakan kesejahteraan bersama.
20. Kita harus mewujudkan kemajuan yang merata.
21. Kita harus mewujudkan keadilan sosial.

Kedua puluh satu kewajiban moral atau tuntunan tingkah laku yang merupakan
penjabaran dari sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Raykat Indonesia itu seluruhnya
merupakan kesatuan dalam rangkaian kebulatan atau keutuhan Pancasila. Oleh karena itu
penghayatan dan pengamalannya harus dilakukan secara serasi dan terpadu.

Nilai-nilai Moral Pancasila Sebagai Pandangan Hidup, Dasar Negara Republik Indonesia,
Jiwa Serta Kepribadian Bangsa Indonesia

Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia pada dasarnya mempersatukan


bangsa Indonesia yang waktu itu diganggu oleh pemberontakan G30S/PKI (yaitu gerakan 30
september dimotori atau digerakkan oleh PKI). Pancasila bukan sekedar sebagai alat pemersatu
sebagaimana paradigma G30S/PKI, Pancasila sebagai Pandangan Hidup yang satu tidak dua dan
tiga dan seterusnya, yaitu Pandangan Hidup yang berwawasan nusantara yang satu yaitu
bertumpah darah yang satu Tanah Air Indonesia, Berbangsa yang Satu Bangsa Indonesia, dan
Berbahasa yang satu Bahasa Indonesia.

Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia yang juga sebagai Dasar Negara
Republik Indonesia merupakan sumber kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pancasila sebagai Pandangan Hidup yang berisikanajaran yang mengandung nilai-nilai luhur
yang rumuskan dalam sila-sila Pancasila. Banyak peristiwa yang ditulis dalam sejarah nasional
yang mencatat persepsi negatif tentang Pancasila, artinya ingin mengganti Pancasila dengan
Pandangan Hidup dan Dasar Negara lain. Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia,sejatinya
Pancasila dihayati dan direalisasikan oleh setiap warga negara Indonesia, atau setiap komponen
bangsa terutama sekali dikalangan kepemimpinan nasional, elite politik, tokoh-tokoh nasional,
tokoh-tokoh agama, tokoh-tokoh lintas budaya, tokoh-toko pemuda, tokoh-tokoh wanita, elemen
mahasiswa dan lain-lain.

Secara kongrit jabaran dari nilai-nilai Pandangan Hidup tersebut tampak dalam nilai-nilai
instrumental sebagai acuan teknis operasional untuk mengaktualisasikan nilai-nilai luhur sila-sila
Pancasila. Sifat dari nilai instrumental nilai-nilai Pancasila itu tidak lagi dalam wujud abstrak
seperti dalam rumusan Tujuan Nasional dan Cita-Cita Nasional. Rumusan nilai-nilai instumental
itu sifatnya kongrit dalam bentuk peraturan perundang-undangan seperti, Undang-undang,
Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Keputusan Presiden, Peraturan Menteri, Keputusan
Menteri dan peraturan-peraturan dibawahnya. Pancasila disepakati dalam perjanjian luhur
sebagai pandangan hidup karena nilai-nilai yang terkandung didalamnya diakui keberannya yang
hakiki, kebaikan nilai-nilai tersebut yang hakiki, oleh karenanya nilai-nilai kebenaran dan
kebaikan tersebut diaktualisasikan dalam sila-sila Pancasila oleh para pejuang dan pendiri bangsa
sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia artinya Pancasila sebagai flatform,
sebagai penuntun, sebagai pedoman dalam penyelenggaraan negara. Penuntun dan pedoman
dalam berideologi, berpolitik, berekenomi, bersosial budaya dan dalam bidang pertahanan
(Panca Gatra, lima bidang pembangunan Bangsa). Pancasila Merupakan Dasar Negara Republik
Indonesia karena Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum diwilayah NKRI.
Landasan hukum Pancasila sebagai Dasar Negara adalah dalam pembukaan UUD 1945, pada
alenia keempat yang rumusannya adalah:

Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia yang
melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial, maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang Dasar Negara
Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan
rakyat dengan berdasarkan kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan
Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmah Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan Sosial Bagi Seluruh
Rakyat Indonesia.

Pancasila sebagai Dasara Negara tersebut dapat diperinci sebagai berikut:

a. Pancasila sebagai Dasar Negara adalah merupakan sumber dari segala sumber hukum
(sumber tertib hukum) di Indonesia. Dengan demikian pancasila merupakan asas
kerohanian tertib hukum Indonesia yang dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945
dijelaskan lebih lanjut kedalam empat pokok pikiran.
b. Meliputi suasana kebatinan dari UUD 1945.
c. Mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum, Dasar Negara (baik hukum dasar tertulis
maupun tidak tertulis).
d. Mengandung norma yang mengharuskan Undang-Undang Dasar mengandung isi yang
mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara (termasuk para penyenggara
partai dan golongan fungsional) memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur. Hal
ini sebagaimana tercantum dalam pokok pikiran keempat yang berbunyi seabagai berikut:
“....... Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa, menurut Dasar Kemanusiaan
Yang Adil Dan beradab.”
e. Merupakan sumber semangat bagi Undang-Undang Dasar 1945, bagi penyelenggara
Negara, para pelaksana pemerintah (juga bagi penyelenggara partai dan golongan
fungsional). Hal ini dapat dipahami karena semangat adalah penting bagi pelaksana dan
penyelenggara negara, karena masyarakat dan Negara Indonesia senantiasa tumbuh dan
berkembang seiring dengan perkembangan zaman dan dinamika masyarakat. Dengan
semangat yang bersumber pada asas kerokhanian negar sebagai Pandangan Hidup
Bangsa, maka dinamika masyarakat dan negara akan tetap diliputi dan darajkan asas
kerokhanian negara.

Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia, sebagai jiwa bangsa Indonesia maka Pancasila
memberikan gerak supaya berkembang (berdinamika) dan sebagai pembimbing ke arah tujuan
dalam rangka mewujudkan masyarakat Pancasila. Sebagai jiwa bangsa Indonesia sudah
seharusnya Pancasila dipertahankan demi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Apabila jiwa bangsa ini terganggu berarti seluruh aspek kehidupan kepribadian bangsa Indonesia
ikut terganggu, apabila jiwa bangsa ini sakit berarti seluruh aspek kehidupan kepribadian bangsa
ikut sakit, apabila jiwa bangsa ini mati berarti bangsa Indonesia dan Negara Indonesia ini mati.

Pancasila sebagai kepribadian bangsa bahwa setiap bangsa Indonesia. Sebagai kepribadian
bangsa bahwa setiap warga negara dan semua komponen bangsa dalam bersikap, berperilaku,
berbuat dan berucap, hendaknya sesuai dengan yang diamanahkan dalam sila-sila Pancasila yang
bersumber dari sikap, dan perilaku. Perbuatan dan ucapan leluhur bangsa Indonesia yang berbudi
tinggi. Artinya nenek moyang Bangsa Indonesia, leluhur bangsa Indonesia sudah menghayati
dan mengamalkan (mengaktualisasikan) nilai-nilai moral Pancasila. Pancasila sebagai
kepribadian Bangsa Indonesia inilah pembeda antara bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa
lain. Sebagai keperibadian bangsa Indonesia bahwa Pancasila memberi warna khas kepada
bangsa Indonesia yang membedakan antara bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa lain dunia.

Pancasila sebagai sumber hukum dari segala hukum di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Artinya setiap penyelenggara negara kepemimpinan nasional, elite politik
dalam membuat peraturan perundang-undangan, membuat kebijakan untuk kepentingan bangsa
dan negara haruslah bersumber dari Pancasila. Dalam sila-sila Pancasila mengandung nilai-nilai
luhur yang dijiwai (di-roh-i) oleh nilai-nilai luhur agama yang telah digagaskan oleh para
pejuang bangsa, para pendiri bangsa Indonesia yang telah disepakati perumusannya dalam
pembukaan UUD 1945.

Pancasila sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia. Disebut perjanjian luhur karena pada
saat menjelang kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 telah disepakati dalam sidang Badan
Penyidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) tentang Dasar Negara Republik Indonesia, baik nama dasar
negara itu digagas oleh Mr. Muhammad Yamin, Ir. Soekarno, maupun Soepomo. Akhirnya
perjanjian luhur itu disepakati yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 yang rumusan
adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil Beradab, Persatuan Indonesia,
Kerakyatan Yang Dipimpinan Oleh Hikmah Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia. Cita-cita dan tujuan bangsa
Indonesia dirumuskan dalam pembukaan UUD 1945 yang selanjutnya merupakan tuntunan dan
pedoman pembangunan bangsa Indonesia. Cita-cita bangsa Indonesia adalah mewujudkan suatu
negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Tujuan bangsa Indonesia adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial.

Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan


bernegara. Oleh karena itu, dalam rumusan produk hukum maupun peraturan perundang-
undangan dalam bidang apapun selalu mencantumkan asas pancasila.

Pancasila sebagai moral pembangunan. Tujuannya adalah agar nilai-nilai luhur Pancasila
dijadikan tolak ukur dalam mewujudkan pembangunan bangsa. Tolak ukur keberhasilan
pembangunan fisik, mental spiritual (ESQ, Emosional, Sosial, Question), dilihat dari aktualisasi
nilai-nilai Moral Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Pancasila sebagai Moral Pembangunan nasional disegala bidang sebagai pengamalan nilai-
nilai luhur pancasila. Pembangunan nasional sejatinya tampak merata diseluruh daerah diwilayah
NKRI baik pembangunan fisik, psikis atau pembangunan karakter, akhlak mulia (budi pekerti)
dan moral yang pancasilais mulai dari tataran komponen bangsa ditingkat pusat sampai ke
tataran komponen bangsa didaerah.

“Saatnya sekarang pemerintah dengan seluruh masyarakat, rakyat dan bangsa bangkit
bersama dan tidak bisa ditangguhkan lagi untuk membangun kembali karakter dan jati diri
bangsa yang tidak lain adalah Pancasila.”

(H. Soemarno, 2011:115)

“Tidak ada alasan untuk menunda lagi peningkatan pemahaman filosofi Dasar Pancasila,
daya tahan, kemampuan dan dinamika penduduk dan keluarga Indonesia agar segera mampu
menjadi kekuatan pembangunan yang lebih dapat diandalkan.”

(Haryono Suyono,2004:6)
Kesaktian Pancasila Menyelamatkan Bangsa Dan Negara

Kesaktian pancasila yang dimaksud adalah pancasila yang mengandung nilai-nilai moral
yang merupakan kepribadian bangsa, jiwa bangsa, Dasar Negara, Pandangan Hidup (ideologi)
bangsa, perjanjian Luhur Bangsa Indonesia memiliki kemampuan mempersatukan bangsa
Indonesia yang pluralistik, berbeda budaya, berbeda adat istiadat, berbeda agama, berbeda latar
belakang pola kehidupan, dan multi perbedaan lainnya.

Aktualisasi nilai-nilai Moral Pancasila dalam kehidupan sehari-hari hendaklah memberi


arti yang nyata kepada setiap warga negara yang bertempat ditinggal diwilayah NKRI dalam
klutser apapun, dalam job apapun, dimanapun dan kepada siapapun, agama apapun, dan etnis
apapun. Pancasila adalah jiwa bangsa Indonesia, apabila jiwa ini terganggu berarti pula
mengganggu seluruh organ-organ tubuh bangsa dan negara yaitu politik, ekonomi, sosial budaya,
pertahanan, kependudukan (demography), letak grafis (geography) dan sumber kekayaan alam.

Aktualisasi nilai-nilai Moral Pancasila oleh penyelenggara negara dan generasi muda
pada dasarnya bertujuan :

1. Meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui pengalaman sejarah
agama oleh masing-masing penganutnya yang dirumuskan dalam sila Ketuhanan
Yang Maha Esa.
2. Mewujudkan prilaku dan berucap yang beradab, berbudaya menurut kearifan lokal
masing-masing etnis dan saling menghormati sebagaimana yang dirumuskan dalam
sila Kemanusiaan Yang Adil Yang Adil Yang Beradab.
3. Meningkatkan rasa Persatuan dan Kesatuan dalam karakter kepribadian yang
tangguh, kokoh, kuat, tegar, pantang putus asa, cinta tanah air, cinta rakyat, cinta
bangsa untuk mengisi kemerdekaan dengan pembangunan berdasarkan sila Persatuan
Indonesia.
4. Meningkatkan tanggung jawab nasional sebagai generasi, memimpin bangsa masa
kini dan pemimpin bangsa dimasa yang akan datang dalam rangka mewujudkan
tanggung jawab global dalam percaturan pergaulan internasional.
5. Meningkatkan mind set (pola pikir) agar secara bersama-sama bersatu mengentaskan
masalah bangsa dalam koridor musyawarah mufakat untuk saling menghargai dan
menghormati pendapat dengan mengedepankan kepentingan bangsa dan begara
dalam mengisi pembangunan sebagaimana dirumuskan dalam sila keempat yaitu
Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmah Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan .
6. Memiliki sikap adil dan bijaksana dalam memecahkan masalah bangsa, yang tidak
mau merugikan rakyat. Aktualisasi ini berdasarkan sila kelima yaitu Keadilan Sosial
Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Moral bangsa adalah jati diri atau sifat kepribadian bangsa yang khas yang membedakan
antara bangsa yang satu dengan bangsa yang lain. Moral Bangsa Indonesia tidak dimiliki oleh
bangsa lain yaitu Pancasila yang terdiri dari lima sila (five principles of pancasila).

Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudoyono mengingatkan kepada kita:

“tanpa adanya jati diri bangsa, suatu bangsa akan mudah terombang ambing dan
kehilangan arah dalam era globalisasi yang bergerak cepat dewasa ini.”

“....... Bila kita cermati permasalahan hidup dimasa kini, baik ditanah air maupun
dimanca negara, tampak nyata bahwa berbagai krisis kemanusiaan, bahkan sering dengan
identitas dan ragam yang kompleks. Sehubungan dengan hal ini, diperlukan adanya perubahan
paradigma, perubahan cara melihat persoalan dan upaya pencarian solusi masal yaitu melihat
faktor manusianya secara menyeluruh. Atau dengan kata lain, permasalahan yang harus dikaji
dari unsur manusia, terutama menyangkut jati diri dan karakter manusia.......”

(Dalam Jurnal Negarawan No.15 Tahun 2010. Hal:52)

Lima sila Pancasila adalah jati diri bangsa Indonesia yang tidak dimiliki oleh bangsa lain,
namun nilai-nilai moral yang luhur dari sila-sila Pancasila bersifat mendasar (fundamental), oleh
karena itu dijadikan Dasar Negara Republik Indonesia yang kokoh dan kuat, disamping itu
sifatnya yang universal berlaku dimana saja dan kapan saja. Jati diri bangsa Indonesia patut kita
jaga, siapa lagi kalau bukan kita bangsa Indonesia bukan bangsa-bangsa lain didunia, karena
bangsa lain tidak memiliki Five Principles Of Pancasila.

Pancasila sebagai ideologi (Pandangan Hidup) Bangsa Indonesia dan sebagai Dasar
Negara Republik Indonesia dan tidak perlu dipersoalkan lagi, karena pertanyaan dan persoalkan
dan persoalan itu adalah sia-sia.

Sejarah telah membuktikan bahwa Pancasila sebagai Pandangan Hidup bangsa Indonesia
dan Dasar Negara Republik Indonesia semakin kokoh setelah beberapa kali mengalami pasang
surut untuk menggantikan Pancasila dihentikan dengan diberlakukan kembali UUD 1945 yang
didalam Pembukaan UUD 1945 ini mencantumkan penegasan tentang Pancasila sebagai Dasar
Negara Republik Indonesia.

“Bung Karno dan Bung Hatta baru mendapat anugrah gelar Pahlawan Nasional
disebutkan oleh presiden SBY berkat jasa besarnya”....mengucapkan gagasan kebangsaan
demokrasi Ideologi Pancasila, Indonesia sebagai negara hukum, sistem ekonomi kerakyatan,
kegotongroyongan, koperasi, dan berbagai gagasan besar lainnya.....”. Gagasan dan nilai-nilai
ekstra ordiner ini dimuliakan oleh presiden SBY”.

(Kompas, senin 19 November 2012,Presiden turun tangan, Sri Edi Swarno)


Dasar Negara Pancasila berakar dari budaya, adat istiadat, pola kehidupan, sifat-sifat
bangsa Indonesia yang menjelma menjadi kepribadian bangsa Indonesia, kepribadian Bangsa
Indonesia mengandung nilai-nilai yang dijiwai oleh nilai-nilai luhur agama menjelma
menjadikan kesaktian Pancasila sebagai Dasar Negara yang kokoh untuk pondasi sebuah negara.

Pancasila sebagai Pandangan Hidup dan Dasar Negara Republik Indonesia adalah sebagai
pedoman yang berlandaskan pada nilai-nilai luhur. Dengan memiliki Pandangan Hidup maka
Bangsa Indonesia memiliki pedoman terutama sekali dalam mengentaskan dalam persoalan-
persoalan bangsa dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara maupun dalam
konteks pergaulan internasional tetap berpegang teguh pada jati diri bangsa yaitu Pancasila Sakti
yang dalam cacatan sejarah mampu menyelamatkan bangsa dan negara. Pancasila yang Sakti
merupakan jiwa bangsa Indonesia karena Pancasila sudah merupakan Pandangan Hidup yang
sekaligus merupakan Moral Bangsa Indonesia yang sudah melekat didalam jiwa yang bersumber
dari kebudayaan daerah yang menjadi kebudayaan nasional.

Pancasila lahir sejarah yang panjang, pasang surutnya perjuangan putra-putra terbaik
bangsa sampai sekarang masih kokoh sebagai Dasar Negara. Pancasila yang mengandung lima
sila (five principles of pancasila) sebagai jiwa bangsa Indonesia karena nilai-nilai luhur dalam
sila-sila Pancasila yang dirumuskan secara singkat dan jelas dan dapat dipahami dan berlaku
universal, nilai-nilai luhur inilah menggerakkan setiap insan kamil Indonesia untuk berjuang
melawan segala macam bentuk ancaman, rintangan, gangguan dan hambatan dari dalam dan luar
negeri, terutama sekali melawan inperialisme dan kapitalisme, karena nilai-nilai luhur yang
menghidupkan bangsa Indonesia terganggu.

Sila Pertama Ketuhanan Yang Maha Esa Menjiwai Sila Kedua, Ketiga, Keempat dan
Kelima

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa menjiwai sila-sila lainnya. Sila ketuhananlah yang
menuntut setiap komponen bangsa, setiap elite politik, setiap kepemimpinan nasional, setiap
penyelenggara negara untuk bersikap adil yang dilandasi oleh nilai-nilai peradaban, tidak
bertindak sewenang-wenang, tidak menyalahgunakan kekuasaan kepentingan pribadi dan
kelompok serta partai, keadilan yang beradab didepankan.

Sila ketuhanan menjiwai nilai-nilai Persatuan Indonesia. Persatuan Indonesia adalah yang
berdaulat penuh dalam Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Wilayah NKRI
tidak boleh terpecah belah oleh kekuatan apapun, oleh siapapun, oleh bangsa apapun, NKRI
adalah harga mati.

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa menjiwai sila keempat yaitu sila kerakyatan. Demokrasi
yang asli adalah dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Kedaulatan rakyat dijunjung tinggi
dimana rakyat menetapkan kebijakan maupun peraturan untuk rakyat. Agama mengajarkan
bahwa untuk menyelesaikan suatu masalah yang dapat diterima oleh rakyat hendaklah melalui
cara musyawarah untuk mencapai mufakat.
Musyawarah untuk mencapai mufakat tujuannya adalah untuk menghindari terjadinya
perkelahian, permusuhan dan peperangan (gejolak sosial) yang dapat menimbulkan korban harta
dan nyawa.

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa menjiwai sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Keadilan harus ditegakkan tanpa pandang bulu berdasarkan ajaran keberanan dan
kebaikan yang bersumber dari nilai-nilai luhur ajaran agama.

Kesimpulan dari uraian tentang sila-sila Pancasila diatas adalah sila Ketuhanan Yang
Maha Esa menjiwai sila Ketiga Persatuan Indonesia, menjiwai sila keempat Kerakyatan Yang
Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan dan menjiwai sila
kelima Keadilan Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Dalam kehidupan sehari-hari misalnya tampak pada waktu menyelesaikan pekerjaan


yang dikerjakan bersama-sama tanpa pamrih semata-mata mendapatkan ridho Allah Swt karena
yakin terhadap ke Esaan Allah Tuhan Yang Maha Kuasa.

Saling menghormati, saling menghargai, saling menyanyangi didorong oleh inting


kemanusian, tidak semata-mata kepada keluarga, tetangga, masyarakat dan bangsa sendiri tetapi
juga terhadap bangsa-bangsa lain dan dunia.

Musyawarah dan mufakat tujuannya adalah untuk mencapai keadilan, dalam


menyelesaikan masalah tidak ada dipihak yang dirugikan, semua pihak merasa puas karena
pemimpin negeri ini memusyawarahkan dan memufakatkan kebijaksanaan yang diputuskan
berpihak kepada rakyat secara adil, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia merupakan
cita-cita bangsa Indonesia yang salah satu rumusannya dalam pembukaan UUD 1945 yaitu
mewujudkan masyarakat Indonesia Yang Adil dan Makmur.

Nasionalisme Pancasilais

Untuk melahirkan kembali semangat nasiolisme yang merupakan nilai-nilai luhur untuk
mencintai Tanah Air, bangsa dan rakyat diperlukan kepemimpinan yang berpegang teguh pada
moral Pancasila.

- Berucap dan berprilaku moral Pancasila, masudnya adalah berucap dan berprilaku yang
berbobot, yang berkualitas yang dapat mengatasi masalah-masalah bangsa.
- Ucapan dan prilaku kepemimpinan yang bermoral seyogyanya menyentuh carut marut
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara supaya menjadi terang benderang
yang melegakan nafas rakyat yang bertempat tinggal di Republik ini.
- Keberanian dalam membuat terobosan menginternlisasi dan mengaktualisasikan kembali
flatform nilai-nilai moral yang terkandung dalam pancasila yang sudah diakui sebagai
ideologi (Pandangan Hidup) dan Dasar Negara Republik Indonesia.
- Kemampuan mempertahankan NKRI yang tercabik-cabik, terkoyak-koyak sana sini
akibat ulah dari sekelompok atau beberapa kelompok anak negeri yang tidak bertanggung
jawab, ibarat musuh dalam selimut, ibarat api dalam sekam, ibarat menggunting dalam
lipatan.
- Kemampuan membangun kembali (mengaktualisasikan kembali) kepribadian anak
bangsa yang sedang tidur, jangan sampai tertidur terus menerus terbius zaman globalisasi
yang penuh dengan tantangan, hambatan, dan rintangan dari dalam negeti dan luar negeri
seperti terorisme, aliran sesat, NII, desigrasi bangsa, berkeliaran obat-obat terlarang
(narkoba) dengan segala macam jenisnya yang dibuat didalam dan datang pula dari luar
negeri, dan banyak lagi permasalahan bangsa yang harus diselesaikan bangsa yang harus
diselesaikan anak bangsa yang bermoral pancasila yang sakti atau berkarakter pancasila.
- Kepemimpinan yang berpegang kokoh pada semangat nasiolisme-pancasilais(anak
bangsa yang bermoral pancasila) artinya mengedepankan kepentingan bangsa, negara,
dan rakyat diatas kepentingan pribadi, kelompok, golongan, maupun partai.
- Kepemimpinan membiasakan yang benar karena yang benar itu memang benar (had)
menghindar dari membenarkan yang biasa karena yang biasa itu belum tentu benar.

Nilai-nilai sila-sila Pancasila dilengkapi pula dengan nilai-nilai spirit nasionalisme,


kecintaan, ketaatan, solidaritas(kepedulian), keihklasan, kesabaran, kejujuran, kemandirian dan
kedisiplinan.

- Nilai keyakinan melahirkan kepribadian yang patuh (taat) terhadap ajaran agama, patuh
(taat) terhadap aturan-aturan, ikhlas bekerja dan berbuat karena yakin bahwa ikhlas
berjuang akan mendapat ganjaran pahala dari Allah Swt, sabar menghadapi cobaan,
hambatan dan godaan karena yakin bahwa orang sabar kekasih Allah, orang ikhlas dan
sabar selalu mendapat pertolongan dari Allah Swt dan Rasullahnya dan kepribadian yang
sopan santu serta ramah tamah.
- Nilai keberadaban melahirkan sifat-sifat kepribadian yang sopan santun dan ramah tamah
(dalam ucapan dan pembuatan), saling sesama teman, kerabat dan tetangga.
- Nilai persatuan melahirkan kepribadian yang kuat sebagai pejuang bangsa (patriotisme),
bersahabat, keberanian, kuat (gigih, tegar), toleransi yang tinggi untuk menghindari dari
bercerai-berai, kejuangan yang tinggi, kompak dalam mewujudkan prilaku sosial (prilaku
kolektif) demi menjaga harkat dan martabat bangsa, saling menghargai, saling
menghormati, dan saling mencintai.
- Nilai musyawarah melahirkan sifat kepribadian bersahabat, toleransi, patuh (taat) pada
keputusan musyawarah, bulat kata dimukafat, bulat air dipembuluh, cerdas dalam
bermusyawarah, supaya aman dan damai, saling menghormati dan saling mecintai.
- Nilai spirit nasionalisme melahirkan kepribadian yang kuat sebagai patriotisme, rela
berkorban demi cinta tanah air, bangsa dan negara, semangat kejuangan yang tinggi tidak
ada tandingan, pantang menyerah sebelum mencapai cita-cita, dan pantang menyerah
sebelum mencapai cita-cita, dan pantang putus asa dalam kondisi sesulit apapun.
- Nilai kecintaan terhadap apa saja melahirkan kepribadian yang kuat sebagai pejuang
(patriotisme) rela berkorban demi cinta pada tanah air, cinta pada bangsa, dan cinta pada
rakyat, dermawan, bersahabat, sopan dan santun/ramah karena cinta sesama makhluk
Allah saling mencintai, saling menghargai dan saling menghormati.
- Nilai solidaritas (kepedulian) melahirkan sifat kepribadian yang senang bersahabat,
saling menolong, saling menghargai dan saling menghormati, mengutamakan
kepentingan bangsa dan negara dari pada kepentingan pribadi, kelompok (kroni)
golongan dan partai, dan tolenransi terhadap perbedaan (agama, etnis, dan budaya) yang
menciptakan kehidupan yang damai, aman dan nyaman.
- Nilai kejujuran melahirkan sifat kepribadian yang amanah (jujur), berkata benar (siddiq),
tepat janji, bijaksana, adil dan cerdas dalam menetapkan yang adil dan bijaksana, serta
keluhuran budi.
- Nilai kemandirian melahirkan sifat kepribadian pantang putus asa, pantang menyerah,
kerja keras, kuat (tegar), percaya diri, rajin dan tekun, produktif, inovatif, cerdas,
dinamis, dan kompetitif (kemampuan bersaing) untuk sukses (mencapai keberhasilan
dengan kemampuan sendiri).
- Nilai kedisiplinan melahirkan sifat kepribadian yang bertanggung jawab, taat (patuh),
berani, tepat janji, dan tepat waktu (disiplin), dalam segala hal.
- Disiplin nasional dimulai dari disiplin masyarakat, disiplin masyarakat dimulai disiplin
keluarga, disiplin keluarga dimulai dari disiplin individu. Disiplin dapat melahirkan karya
yang produktif karena individu yang disiplin tidak mau mensia-siakan waktu untuk hal-
hal yang tidak bermanfaat untuk dirinya, keluarganya, masyarakatnya, dan bangsanya.

Anda mungkin juga menyukai