c.
Jadi materi ,urar Presiden tersebut telah membatasi atau
mengurangl isi ketemuan pasal II Undang-Undang Dasar 1945. Dimana
dalam pasal II mewajibkan setiap perjanjian dengan negara lain harus
mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat, sedangkan surat
Presiden di atas mempersempit pengertiannya, hanya sepanjang pada
perjanjian yang berbentuk treaty (yang menga ndung soal-soal politik). Jika
perJanJlan kerjasama ekonomi dan teknis serta pem mJaman uang
mengandung muatan pol itik luar negeri. maka ia harus mendapat
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. sedangkan perjanjian kerjasallla
ekonollli dan teknis atau pinjaman luar negeri yang tidak mengandung
muatan politis tidak periu mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
Kalau kita menyimak apa yang dikatakan M. Harta lenrang
perjanjian pinjaman uang (yang salah satu persyaratannya ) adala h
"perjanjian pinjaman uang hanya akan dilakukan pemerimah sepanjang
tidak memuat ikatan-ikatan politis yang Illelllpengaruhi haluan luar negeri
kita," Illaka seharusnya pinjaman uang yang dilakukan oleh pelllerimah
Indonesia adalah perjanjian pinjalllan yang bebas dari ikatan politis. Maka
merujuk kembali pad a surat Presiden tersehul di atas. lidak perlu
perjanjian pinjaman uang itu mendapat persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat, karen a pelllerintah hanya akan melakukan perjanJian yang tidak
mempunyai ikatan po litis.
Tetapi mel ihat pad a kenyataan yang terjadi. sangat keci I
jumlahnya perjanjian pinjaman uang yang hehas dari unsur politis dari
negara pemberi pinjaman. Sudah lumrah jika negara peillberi pinjaillan
pasti menyertakan kepentingan-kepentingan negaranya di dalalll
memberikan pinjaman uang kepada suatu negara. Lihatlah apa yang
terjadi sekarang ini. dimana pinjaman IMF untuk Indonesia telah beherapa
kali mengalami penundaan pencairan, yang tentunya semua itu tidak
terlepas dari pengaruh negara donor (dana terbesar IMF diperoleh dari
Amerika, dan Amerika sang at berkepentingan sekali dengan Indonesia).
Maka pendapat M , Halta pada saat ini tidak dapat diterapkan.
Mengingat hal tersebut di atas, maka sudah selayaknya ketentuan
ini diatur dengan ketentuan yang lebih tepat, tidak saja materi tetapi juga
jenis peraturannya, karena muatannya sangat penting clan Illenentukan
nas ib seluruh rakyat Indonesia saat ini dan nantinya.
Beberapa bulan menjelang berakhirnya tailun 2000 dikeluarkanlah
Undang-undang No. 24 tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional.
Dalam pasal 10 dinyatakan bahwa :
negara. Pinjaman dan/atau hibah luar negeri sampai saat ini merupakan
sumber penerimaan negara , maka dana tersebut merupakan keuangan
negara (sebagaimana pengertian keuangan negara yang dikemukakan oleh
beberapa ilmuwan, a.1. Wirjono Prodjodikoro, menyatakan bahwa APBN
merupakan keuangan negara; maka apa yang termuat dalam APBN adalah
keuangan negara). Dana ini akan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk
kepentingan rakyat (sebagai pemegang kedaulatan) karena rakyat pula
yang nantinya harus menanggung be ban pembayaran cicilan pokok hutang
dan bunganya , maka sudah seyogyanya rakyat pula yang harus
menentukan berapa besar dana yang akan diterimanya, bukan hanya
berdasarkan jumlah dana yang dibutuhkan melainkan juga efisiensi dan
ketepatan waktu dan manfaat dana tersebut, serta kemampuan untuk
membayarkan kewajiban atasnya harus menjadi bahan pertimbangan -
jangan sampai hal itu hanya akan menjadi warisan yang tidak nikmat bagi
generasi selanjutnya. Untuk itu perlu peranan aktif dari anggota Dewan
Perwakilan Rakyat yang merupakan wakil dari rakyat. Anggota Dewan
harus menyadari posisinya dalam melakukan bargaining dengan
Pemerintah. dan mengidentilikasikan dirinya benar-benar sebagai rak yat
yang akan menentukan nasibnya sendiri dalam pembangunan ini dengan
dana pinjaman tersebut dan konsekuensi yang harus ditanggungnya nami.
Yang perlu mendapatkan kajian lebih lanjut adalah apakah
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat terhadap suaru perjanjian pinjaman
luar negeri harus diberikan pada setiap perjanjian ataukah cukup
dibicarakan dan mendapatkan persetujuan bersamaan dengan persetujuan
Undang-undang APBN ?
Beberapa ahli berpendapat bahwa persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat atas perjanjian pinjaman luar negeri tidak perlu d iberikan pad a
setiap perjanjian . tapi sudah tercakup ketika Dewan Perwaki lan Rakyat
memberikan persetujuannya mengenai Undang-undang APBN. Landasan
berfikir yang dikemukakan adalah karena pinjaman tersebut merupakan
salah satu sumber penerimaan dalam APBN, maka persetujuan terhadap
APBN berarti juga menyetujui adanya pinjaman luar negeri. sehingga
perjanjian pinjaman luar negeri tidak perlu lagi mendapat persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat. Memang benar dana pinjaman tersebut
merupakan salah satu sumber penerimaan negara, tetapi perlu diingat yang
disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat disini hanyalah mengena i
jumlahnya secara keseluruhan, sedangkan mengenai negara mana saja
yang akan bertindak sebagai negara peminjam, berapa cicilan pokok yang
harus dibayar, berapa bunga yang menyertainya, dan berapa tahun
pinJaman tersehut hanls dikembal ikan, se rta persya ratan lainnya yang
mengikuti perjanjian terse hut dan juga urgensi dan kemanfaatan dari
pinjaman itu untuk pemhangunan tidaklah mungkin dapat secanl mendetail
dibiearakan bersamaan dengan materi APBN lainnya yang ridak blah
pentingnya untuk dibahas. mengingat waktu pembailasan U ndang-undang
APBN juga te rbatas. Sehagai i1uslrasi keterbatasan dari Undang-undang
APBN adalah perineian proyek dan program clitelap kan lehih lanlul
de ngan Kepumsan Presiden. Oleh kare na itu. m eng ingat ani pelllingn),a
pembailasan dan persemjuan perjanjian pinjaman oleil Dewan Pe rwakilan
Rakyat. seki ranya sudah seharusnya setiap peljanjian pinjaman lua r negeri
mendapat perselujuan Dewan Perwakilan Rakyat dan rid a k hisa lagi
ciitempelkan pad a persemjuan Dewan Perwakilan Rak yal alas lI ndang-
undang APBN .
Undang-undang No. 24 tailun 2000 . dalam pasal II . me m'lllg
menyatakan hall\va pengesailan perjanjian pinjaman dan/alaU hihah lua r
negeri harus mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rak ya t. pc rlu
diperjelas lagi dalam Undang-undang selal~jutnya yang mengatur peljanjian
pinjaman luaf negeri. Memang seca ra te rsurat dapat cJikata kan se tiap
perjanj ian mengenai pinlaman dan /alaU hihail luar nege ri Ilarus diseluj ui
Dewan Perwakilan Rakyal. Tetapi apakail henar demikian yang dillla ksud
oleh pasal tersehut dan akankah diikuli o leh lJndang-undang peng alurannl·a.
mengingat Ji Inuonesia ser ingkali apa ya ng tertulis ualam sualu peratu ran
dapalmempunyai heherapa lafs iran (ditafsirkan herheda uari yang Icr,urall.
Sebaiknya Dewan Perwakilan Rakyat telah didengarkan penda pallll'a
sehelum uan pad a saal proses perjanjia n tersehut dilakukan. dim ana
persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat atas isi perjanlian le rs chul
dapat diperol eh Pemerintah sehelum perjanjian itu dirandalangani o leh
ked ua belail pihak (negara pemheri dana dan peminjalll dana ). seh ingga
Pemerintah Indonesia mcmilik i kesatuan suara dan wihawa Ji Ill a ta negara
peminjam. Jika persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat dilak ukan serelah
perjanjian ditandatangani . maka terdapat dua kemungkinan. yairu Dewan
Perwakilan Rakyal setuju atas perjanjian tersehut - dan Ill ) lidak
menimbulkan masalail: dan ya ng kedua Dewan Perwakilan Rak yal lidak
me nye tujui perjanjian yang dilakukan Pemerintah- ini Illenilllhulkan
masalah hukul11 dan menurunkan wibawa Pemerintah di Illata dunia. yang
tentunya dapal herakihat tilllbuinya ketidakpercayaan negara la in terhadap
Peillerintah Indonesia. yang tentunya akan merugikan Indonesia dalam
melakukan perjanjian lainnya . Ma ka perlu kiranya herhagai pihak
Illenyadari konse kuensi dari suatu perjanjian pinjaman bagi rakyat.
DAFTAR PUSTAKA
Atmadja, Arifin P. Soeri a. " Hak Budget Delllan Penvakilan Rakym-RI. "
Hukum dan Pembangunan I (1984).
----------. Mekanisme Perranggungjawaban Keuangall Negara. Jakarta:
Gramedia, 1986 .
Soepangat , Edi dan Haposan Lumban Gaol. Pengantar Ilmu K eual1fiw/
Negara. Jakarta: Gramedia, 1991.
Undang-undang No. 24 tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional.
Undang-undang No. 35 tahun 2000 temang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun Anggaran 200 I.
Surat Presiden No. 2826 / HK/60 temang Pembuatan Peljanjian-perja njian
dengan Negara lain.