(Skripsi)
Oleh
AGTARA LIZA ASTHRI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
HUBUNGAN ANTARA KANKER NASOFARING DENGAN OTITIS
MEDIA DI POLI TELINGA HIDUNG TENGGOROK DAN KEPALA
LEHER RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK PERIODE JANUARI-
DESEMBER 2017
Oleh
AGTARA LIZA ASTHRI
Skripsi
Pada
Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP
sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak H. Ahmad Ahsan,
Bandar Lampung pada tahun 2003. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan
Pertama (SMP) diselesaikan di SMP Negeri 4 Bandar Lampung pada tahun 2012
dalam acara Medical Gathering pada tahun 2015 dan Dies Natalis Fakultas
Kedokteran ke 14.
2
SANWACANA
Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah–Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam semoga selalu
Skripsi ini yang berjudul “Hubungan Antara Kanker Nasofaring dan Otitis Media
di Poli Telinga Hidung Tenggorok dan Kepala Leher RSUD DR. H. Abdul
1. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P selaku Rektor Universitas Lampung;
2. Dr. dr. Muhartono, S.Ked, M.Kes., Sp.PA selaku Dekan Fakultas Kedokteran
4. dr. Dian Isti Angraini, S.Ked., M.P.H selaku Pembimbing Kedua penulis,
dorongan kepada penulis. Terimakasih arahan dan nasihat yang tidak pernah
5. Dr. dr. Susianti, S.Ked., M.Sc selaku Pembimbing Akademik penulis yang
6. Kedua orang tua, Papa H. Ahmad Ahsan, SH dan Mama Hj. Rosmery Rosya,
SE, MM atas segala cinta dan kasih sayangnya. Tidak ada hentinya Papa dan
selama hidup adek. Mama dan Papa adalah alasan utama adek untuk tidak
setiap keringat yang mama dan papa teteskan demi kelancaran adek dalam
menyelesaikan studi;
Hamzah, SE, Aulia Rahmi, S.Si dan Yudith Darmawan, Terimakasih selalu
yang lebih baik setiap harinya, selalu bersedia membantu tanpa mengeluh,
kelucuan, kasih sayang serta hiburan yang kakak, adin dan nana berikan
selama ini, semoga kalian bertiga tumbuh menjadi sosok pribadi yang baik
9. Seluruh keluarga besar lainnya yang mungkin tidak bisa penulis ucapkan satu
dan cerita-cerita kita selama proses penelitian dari blok riset sampai skripsi;
Alvin Widya Ananda, Robby Cahyo, dan Lefranc Galuh, Terimakasih atas
12. Ketiga Sahabatku, Cindy Carolin L. Syarief, S. Tantri Handayani Idrus dan
Ayu Budi Sayati yang selalu menjadi tumpahan penulis dalam keadaan
senang, sedih, suka, cita sejak dulu hingga titik akhir dalam penyelesaian
sulit yang sudah kita lewati bersama. Semoga suka dan duka yang kita hadapi
kemarin akan selalu menjadi memori indah di kemudian hari. Terus jaga
15. Teman-teman SMP dan SMA penulis, Annisa PL, Dita, Adli, Febi, Arrahma,
Rani, Shalsa, Nanov, Della, Eca, Femi, Arun, Mentari A, Mentari S, Intan,
iv
Novia, Mita, Mia dan Visi yang selalu memberikan dukungan, tempat cerita,
dan berkeluh kesah, yang walaupun terpisahkan jarak tetap menjadi tempat
16. Mas danang rocket, terimakasih atas bantuannya dalam proses skripsi ini
17. Terimakasih kepada dr. Surya Puspa, Ibu Endang, Ibu Tati, Ibu Iren, Bapak
Rusli dan seluruh staf RSAM yang telah memberikan izin dan bersedia
skripsi ini;
18. Segenap jajaran dosen dan civitas FK Unila atas segala bantuan yang telah
19. Rekan Asisten Dosen Biokimia, Biomol dan Fisiologi 2017/2018 atas
20. And last but not least, thankyou M. Rifki Pratama for always right there when
I need the most, struggle in ups and downs for this college life.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Akan tetapi, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna
By
Oleh
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
6. Distribusi subyek penelitian berdasarkan jenis kelamin dan otitis media ..... 55
Gambar Halaman
10. Kerangka Teori Hubungan antara kanker nasofaring dengan otitis media .... 43
Insiden penyakit KNF tertinggi terjadi di Asia yaitu provinsi Guangdong Cina
Selatan, yang terdiri dari 28,3 kasus per 100.000 penduduk di tiap tahunnya
tertinggi dari KNF, yaitu 5,6 dari 100.000 penduduk/tahun (Globocan, 2012).
sebanyak 28,4% dengan rasio pria:wanita adalah 3:1 (Adham et al., 2012). Di
beberapa rumah sakit rujukan di pulau jawa seperti Rumah Sakit Hasan
Sadikin terdapat 493 kasus tumor nasofaring pada tahun 2006-2010 (Esha,
(Purwanto, 2015).
2
Tumor yang timbul pada nasofaring hampir sebagian bersifat ganas dan
2014). Tumor ganas nasofaring atau kanker nasofaring (KNF) adalah kanker
yang berasal dari epitel permukaan nasofaring, kanker ini dapat berkembang
di sekitar ostium tuba eustachius dan sulit untuk terdeteksi (Cahyadi dan
dari lima tumor ganas penyebab kematian terbanyak dalam bidang Ilmu
pada semua pasien kanker nasofaring didapatkan titer virus anti Epstein-Barr
banyak faktor lain yang berhubungan seperti zat nitrosamin, keadaan sosial
karsinogenik, ras dan keturunan serta radang kronis pada daerah nasofaring
Sebagian besar dari pasien kanker nasofaring datang berobat pada stadium
lanjut, hal ini disebabkan karena gejala klinik yang bermacam-macam dan
sulit untuk terdiagnosis (Tabuchi et al., 2011). Gejala kanker nasofaring dapat
3
dan saraf serta pembesaran kelenjar getah bening (Efiaty et al., 2014).
telinga, hal ini disebabkan karena adanya hubungan antara telinga tengah dan
nasofaring oleh tuba eustachius (Maruyama et al., 2014). Gejala pada telinga
seringkali muncul pada awal pasien terdiagnosis KNF atau pada saat pasien
mulai mendapatkan terapi lanjutan (Kein et al., 2009). Tumor dari penderita
keluhan telinga terasa tersumbat yaitu rasa tidak nyaman, tinitus, dan otitis
media (Chen, 2012). Gangguan pada fungsi tuba eustachius adalah salah satu
patogenesis terjadinya otitis media supuratif dan non supuratif. Saat tuba
tekanan negatif yang akan berakibat pada transudasi cairan ke rongga telinga
Gejala klinik awal yang biasa timbul pada penyumbatan tuba oleh tumor
nasofaring adalah terbentuknya cairan pada telinga tengah (otitis media) oleh
Otitis media merupakan peradangan yang terjadi pada sebagian atau seluruh
mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid
(Djaafar dan Restuti 2008). Otitis media terbagi atas otitis media supuratif
dan otitis media non supuratif. Otitis media supuratif adalah sumbatan tuba
eustachius dengan tanda tanda infeksi yang terdiri dari otitis media akut
(OMA) dan otitis media supuratif kronik (OMSK). Otitis media non supuratif
Pada penelitian Van et al., (2013) penyakit kanker nasofaring (KNF) akan
saluran pernafasan atas. Otitis media akut (OMA) yang telah terjadi lebih dari
3 bulan, baik terus menerus atau hilang timbul disebut dengan otitis media
penderita KNF akan mengalami otitis media efusi pada stadium awal.
memiliki korelasi dengan otitis media, yaitu sebagian besar penderita kanker
Menurut data penelitian Huang et al., (2012) didapatkan data yaitu sebagian
Maka dari itu peneliti tertarik mengetahui tentang hubungan antara kanker
nasofaring dengan otitis media di poli telinga hidung tenggorok dan kepala
nasofaring dengan otitis media di poli telinga hidung tenggorok dan kepala
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kanker
nasofaring dengan otitis media di poli telinga hidung tenggorok dan kepala
penyakit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
2.1.1 Nasofaring
dengan daerah hidung yaitu koana dan vomer tengah, di posterior oleh
Rongga nasofaring merupakan dinding kaku, rongga ini terdiri dari sisi
atas, belakang, depan dan lateral. Pada Gambar 1 bagian depan ronga
hidung. Pada sisi atas, dapat terjadi metastasis ke arah kepala dan dapat
Snow, 2010).
epithelium), yang mengandung sel bersilia, sel goblet, sel basal serta sel
kavum timpani bervariasi dari sel tinggi, sel kolumner dengan sel goblet
Tuba eustachius terdiri atas tulang rawan pada 2/3 ke arah nasofaring
dan sepertiganya terdiri atas tulang. Ukuran tuba pada anak berbeda
11
dengan orang dewasa, tuba pada anak lebih pendek, lebih lebar dan
pada anak di bawah 9 bulan adalah 17,5 mm dan orang dewasa 37,5
Tuba eustachius terdiri dari tiga bagian yaitu kartilago, osseus, dan
terdapat empat otot yang berhubungan yaitu tensor veli palatina, levator
al., 2016).
et al., 2009).
adenoid atau tumor nasofaring. Gejala klinik awal yang timbul pada
tengah (otitis media). Setiap pasien dewasa dengan otitis media harus
al., 2012).
Sumbatan juga dapat disebabkan oleh bakteri dan virus seperti pada
tengah, dan proteksi dari tekanan suara yang berlebih serta adanya
Kanker nasofaring (KNF) adalah tumor ganas yang berasal dari epitel
Dewi, 2014).
2.2.2 Epidemiologi
36.000 pada laki-laki dan 15.000 pada perempuan, dengan rasio 2:1.
ikan asin sehingga lebih dari setengah insiden seluruh kanker terjadi
Guangdong Cina Selatan, yang terdiri dari 28,3 kasus per 100.000
KNF memiliki dua puncak insiden yaitu pada usia 15-25 tahun dan
pada usia 50-59 tahun, pada laki-laki insiden KNF jauh lebih tinggi
2.2.3 Etiologi
keterkaitan virus ini tidak terlepas dari adanya faktor lain yang dapat
memicu terjadi KNF. Contoh faktor lain tersebut adalah zat nitrosamin,
a. Zat Nitrosamin
2011).
2014).
18
2.2.4 Klasifikasi
Tipe I: Karsinoma Sel Skuamosa Tipe ini merupakan tipe karsinoma invasif
Berkeratinisasi dengan tingkat diferensiasi yang
(Keratinizing Squamous Cell digolongkan menjadi diferensiasi baik,
Carcinoma). diferensiasi moderat, dan diferensiasi
buruk.
Ditemukkan gambaran diferensiasi
skuamosa yang jelas melalui mikroskop
cahaya. Terdapat jembatan interseluler
atau keratinisasi pada sebagian besar
tumor.
Tipe II: Karsinoma Non-Keratinisasi Terdapat dua subtipe yaitu tipe diferensiasi
(Non-Keratinizing Carcinoma). (diffierentiated) dan tidak diferensiasi
(undifferentiated).
a. Tipe differentiated
Sel tumor mengalami diferensiasi sesuai
urutan maturasi sel dan menyebabkan sel
yang terdiferensiasi tidak terlihat jelas
pada mikroskop cahaya
b. Tipe undifferentiated
Sel tumor memiliki nukleus berbentuk
oval atau vesikuler dan nukeloli prominen.
Tepi sel tidak jelas dan susunan sel tampak
lebih syncytial dibandingkan tersusun rapi.
Klasifikasi disesuaikan oleh gambaran
subtipe, yang didapat atau apabila
didapatkan keduanya dapat disebut sebagai
karsinoma non-keratinisasi dengan kedua
subtipe.
Sumber: (Wei et al., 2017)
19
2.2.5 Stadium
berikut:
M Menggambarkan metastase
M0 Tidak ada metastase jauh
M1 Terdapat metastase jauh
Pembagian stadium KNF berdasarkan tumor, nodul, metastase
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
2014).
21
1. Rinoskopi posterior
2. Laringoskopi (direk/indirek)
3. Nasofaringoskopi
(NBI)
3. Pemeriksaan Histopatologi
1. Endoscopic biopsy
nasofaringoskopi.
atau tetes cairan dari massa tersebut. Setelah itu sel diamati
dibawah mikroskop.
23
4. Pemeriksaan Radiologis
1. Chest x-ray
paru penderita.
2. CT – Scan
tumor berkembang.
kecurigaan sel kanker dari rontgen dada. PET scan juga dapat
2.2.7 Tatalaksana
1. Radioterapi
dan anti virus. Pada pasien kanker nasofaring dosis yang diberikan
primer, untuk kelenjar leher yang membesar diberikan 6000 rad. Jika
tidak ada pembesaran diberikan juga radiasi elektif sebesar 4000 rad
2. Kemoterapi
merusak sel normal dan sehat, terutama sel sehat dalam lapisan
3. Terapi kombinasi
4. Operasi
2.3.1 Definisi
Otitis media terdiri atas otitis media supuratif dan otitis media non
dengan tanda tanda infeksi yang terdiri dari otitis media akut (OMA)
dan otitis media supuratif kronik (OMSK). Otitis media non supuratif
OMA umumnya bersifat cepat dan singkat yaitu kurang dari 2 minggu
dengan gejala dan tanda klinik lokal atau sistemik dapat terjadi secara
berlangsung lebih dari 2 bulan. OMSK terbagi atas OMSK tipe aman
dan OMSK tipe bahaya. OMSK tipe aman terjadi pada mukosa dan
Otitis media non supuratif terjadi karena adanya sekret di telinga tengah
telinga, telinga tengah dan dan telinga bagian dalam, serta sebagai
dalam telinga tengah menjadi negatif karena udara akan diabsorbsi oleh
2015).
2.3.2 Epidemiologi
kematian dari 51.000 anak usia kurang dari lima tahun di negara
berumur satu sampai empat tahun (60,99%) dan anak berusia kurang
dari satu tahun (45,28%). Angka kejadian OMA menurun pada orang
al., 2015). Di Indonesia terdapat 6,6 juta penderita OMSK dari 220 juta
Pada otitis media non supuratif atau dapat disebut otitis media serosa,
otitis media efusi, otitis media mukoid (glue ear), tercatat sebanyak
90% anak usia di bawah 10 tahun pernah menderita otitis media non
2.3.3 Etiologi
Otitis media akut disebabkan oleh bakteri dan virus. Bakteri yang
pasien dengan OMA dan cairan telinga tengah pasien dengan OMA.
2008).
penanganan kasus otitis media akut yang buruk atau penanganan yang
2011).
Menurut Efiaty et al., (2014) otitis media terdiri atas otitis media
supuratif dan otitis media non supuratif, Otitis media supuratif adalah
Klasifikasi Keterangan
Otitis Media Akut Infeksi peradangan akut pada mukosa telinga
tengah yang melibatkan sel-sel mastoid dan
didominasi pada masa kanak-kanak. Terjadi karna
faktor pertahanan tubuh yang terganggu
diakibatkan sumbatan pada tuba eustachius.
Sumbatan tersebut mengakibatkan telinga tengah
terganggu sehingga kuman masuk ke dalam
telinga tengah dan terjadi peradangan .
Terdiri atas 5 stadium
1. Stadium oklusi tuba eustachius
2. Stadium hiperemis
3. Stadium supurasi
4. Stadium perforasi
5. Stadium resolusi
Otitis Media Supuratif Otitis media supuratif kronik adalah otitis media
Kronik yang bersifat permanen dikarenakan perforasi
pada membran timpani setelah infeksi telinga
tengah yang lama sehingga menyebabkan sekret
keluar dari telinga tengah terus menerus
Otitis media non supuratif Keadaan terdapatnya sekret non purulen dalam
(Nama lain : otitis media non telinga tengah, sedangkan membran timpani utuh.
supuratif adalah otitis media Adanya cairan di telinga tengah disebut dengan
serosa, otitis media efusi, otitis media efusi, apabila efusi tersebut encer
otitis media mukoid (glue disebut otitis media serosa dan apabila kental
ear)) disebut otitis media mukoid (glue ear)
Dapat akut dan kronik
Sumber : (Efiaty et al., 2014)
2.3.5 Patogenesis
(ISPA) atau alergi dan sumbatan pada telinga dari tuba eustachius
sehingga terjadi kongesti dan edema pada mukosa saluran napas atas,
dan aspirasi virus atau bakteri dari nasofaring ke dalam telinga tengah
pada sekret. Akibat dari infeksi virus saluran pernapasan atas, sitokin
pasien dengan infeksi bakteri. Jika sekret dan pus bertambah banyak
Sembuh/normal
Etiologi:
OMA
infeksi saluran
pernapasan
atas (ISPA)
atau alergi, dan
sumbatan pada
telinga
Sembuh OME OMSK
2.3.6 Diagnosis
telinga, cairan yang keluar dari telinga. Selain itu adanya tanda /
Gejala otitis media dapat dibagi menjadi sistemik (umum) dan lokal
2011).
Gambaran klinis yang dapat terlihat pada otitis media kronik tidak
khas seperti otitis media lainnya. Gejala yang tidak spesifik tersebut
dapat berupa demam, dengan kelainan telinga yang terisi penuh dan
dialami sejak lama atau berulang dan ditandai dengan kotoran telinga
35
yang berbau busuk. Otitis media kronik dapat bersifat unilateral atau
ringan sampai sedang (≤40 dB). Hal ini biasanya paling lazim pada
pada saat tes audiometri (Screening test). Tekanan dari efusi bisa
tingkat cairan dan / atau gelembung udara jika efusi adalah serosa,
2.3.7 Tatalaksana
maka dilakukan operasi yang sesuai indikasi. Terapi suportif yang biasa
klasifikasi yang spesifik yaitu otitis media akut, efusi dan kronik
baik dan lebih rendah komplikasi pada OME dikelola dengan tabung
digunakan dalam waktu singkat (tidak lebih dari 3 hari). Obat tetes
penurunan dari fungsi membran timpani dan fungsi telinga tengah. Pada
keadaan normal mukosa telinga tengah akan selalu mensekresi mukus yang
mukus, gangguan pembersihan mukus dari telinga tengah, atau gabungan dari
keduanya, akan terbentuk efusi pada telinga tengah dan berkembang menjadi
proses pembersihan sekret oleh mukosilia pada tuba eustachius, fibrosis otot
tensor veli palatini, juga inflamasi telinga tengah (Rusly et al., 2015).
Perluasan tumor KNF akan menyebar tanpa diketahui oleh penderita hingga
tidak nyaman dan terjadi tinitus, tumor akan menyebar dan menyebabkan
Kanker nasofaring (KNF) adalah tumor ganas yang berasal dari epitel
yang berada pada dinding lateral nasofaring (Cahyadi dan Dewi, 2014).
yaitu fungsi ventilasi, drainase sekresi telinga tengah, dan proteksi dari
tekanan suara yang berlebih serta adanya perubahan tekanan (Kaur et al.,
2014).
Gangguan pada fungsi tuba eustachius adalah salah satu faktor penyebab
otitis media supuratif dan non supuratif. (Rusly et al., 2015). Disfungsi tuba
pernapasan atas, cacat bawaan (misalnya sumbing bibir dan selera), alergi,
Sumbatan tuba eustachius juga dapat terjadi pada penyakit tonsilitis, laringitis
aspirasi virus atau bakteri dari nasofaring ke dalam telinga tengah melalui
terjadi efusi cairan ke dalam telinga tengah yang merupakan faktor pencetus
Otitis Media
Keterangan:
= Diteliti
= Tidak diteliti
= Mempengaruhi
44
2.7 Hipotesis
telinga hidung tenggorok dan kepala leher RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
terjadinya efek. Faktor resiko dalam penelitian ini adalah kanker nasofaring
dengan efek yaitu otitis media. Untuk mencari hubungan antara 2 variabel
tersebut dilakukan dengan cara membagi suatu populasi yang sama pada
faktor yang memiliki resiko dan tidak. Berdasarkan faktor yang memiliki
resiko yaitu pasien kanker nasofaring, dibandingkan dengan faktor yang tidak
memiliki resiko yaitu pasien bukan kanker nasofaring kemudian dinilai efek
Otitis Media
Kanker Nasofaring
Otitis Media
Bukan Kanker Nasofaring
Bandar Lampung.
penelitian. Populasi yang diambil adalah semua pasien rawat jalan dan
rawat inap di Poli THT RSAM Bandar Lampung pada Januari sampai
a. Kriteria inklusi
lengkap.
b. Kriteria eksklusi
sakit lain.
Variabel penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu sebagai berikut:
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pasien otitis media di RSAM
Pada penelitian ini digunakan alat bantu dalam pengumpulan data agar
a. Alat tulis
Data yang diambil pada penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder
yaitu catatan rekam medis pasien kanker nasofaring dan bukan kanker
nasofaring diambil dari rekam medis pada Januari sampai Desember 2017 di
RSAM. Data juga diambil menggunakan data primer pada rekam medis
media elektronik seperti telepon dan email. Setelah data terkumpul, analisis
Desember 2017
nasofaring
Pengolahan data dari data-data yang Wawancara pasien yang memiliki data
Analisis data
Laporan penelitian
dari pengumpulan data akan diubah ke dalam bentuk tabel, lalu data
beberapa langkah:
1. Kanker Nasofaring
2. Otitis Media
kemudian dicetak.
a. Analisis Univariat
b. Analisis Bivariat
kanker nasofaring dengan otitis media. Uji ini dipilih karena data
digunakan untuk menganalisis data. Syarat uji ini antara lain jumlah
independen, dan hanya dapat digunakan pada data diskrit atau data
ditolak.
Jika pada hasil penelitian tidak mencukupi syarat Chi square, maka
nilai sig. (p) dilihat dengan uji alternatif yaitu Fischer Exact.
(tanpa nama) dan menuliskan inisial pada lembar pengumpulan data juga
identitas responden. Penelitian ini telah melalui kaji etik dan mendapatkan
surat kelayakan etik untuk melakukan penelitian dari Komisi Etik Penelitian
5056/UN26.18/PP.05.02.00/2018.
.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
nasofaring dengan otitis media di poli telinga hidung tenggorok dan kepala
5.2 Saran
melakukan penelitian dengan cakupan sampel yang lebih banyak dan dalam
rentang waktu lebih lama sehingga tingkat keakuratan hasil penelitian akan
Aboet A. 2008. Radang telinga tengah menahun bidang Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher. Medan: FK Universitas
Sumatera Utara.
Arania R, Puji SM, Jayanti. I. 2014. Hubungan faktor usia, jenis kelamin dan
gejala klinis dengan kejadian karsinoma nasofaring di RSUD DR.H.
Abdul Moeloek. Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan. 1(3):1-15.
71
Aquinas R. 2017. Tatalaksana Otitis Media Efusi pada Anak. Cermin Dunia
Kedokteran. 44(7):472–477.
Ballenger JJ, Snow JB. 2010. Otorhinolaryngology head and neck surgery.
Ontario: BC Decker Inc.
Chen, SS. 2012. Carcinogenesis, diagnosis, and molecular targeted treatment for
nasopharyngeal carcinoma. Croatia: InTech.
Chin L, Mao C, Chia H, Suey S. 2012. New therapeutic strategy for treating otitis
media with effusion in postirradiated nasopharyngeal carcinoma patients.
Journal of The Chinese Medical Association. 75(1): 329-34.
Dhingra PL. 2014. Disease of ear, nose, and throat & head and neck surgery.
India: Elsevier.
Djaafar ZA, Restuti RD. 2008. Kelainan telinga tengah. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Efiaty AS, Nurbaiti I, Jenny R. 2014. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi ke-7. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Glynn F, Keogh IJ, Ali TA. 2008. Routine nasopharyngeal biopsy in adults
presenting with isolated serous otitis media. Journal of otolaryngology-
head & neck surgery. 120(6):439-41.
Ho KY, Lee KW, Chai CY, Kuo WR, Wang HM, Chien CY, et al. 2008. Early
recognition of nasopharyngeal cancer in adults with only otitis media
with effusion. Journal of otolaryngology - head & neck surgery. 37(3):
362–65.
Huang WY, Lin CC, Jen YM, Lin KT, Yang MH, Chen CM, et al. 2012.
Association between adult otitis media and nasopharyngeal cancer: A
nationwide population-based cohort study. Elsevier Ireland Ltd. 104(3):
338–42.
Hutajulu SH, Indrasari SR, Indrawati LP, Harijadi A, Duin, S, Haryana SM., et al.
2011. Epigenetic markers for early detection of nasopharyngeal
carcinoma in a high risk population. Molecular Cancer BioMed Central
Ltd. 10(1): 48-9.
Ikatan Dokter Indonesia. 2014. Otitis Media Akut. Edisi ke-2. PPK Fasyankes.
406–8.
Khoa D, Gady E. 2012. Kanker Kepala dan Leher. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Kuo C, Wang M, Chu C, Suey S. 2012. New therapeutic strategy for treating otitis
media with effusion in postirradiated nasopharyngeal carcinoma patients.
Journal of the chinesse medical association. 2(3): 329-34.
Marieb EN. 2015. Human anatomy & physiology. Boston: Pearson Education Inc.
Primadina MA, Imanto M. 2017. Tumor nasofaring dengan diplopia pada pasien
usia 44 tahun. Jurnal Medula. 7(4) 181-86.
Purwanto H. 2015. Hubungan usia dan jenis kelamin dengan kejadian karsinoma
nasofaring di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun
2013-2014. Jurnal Medika Malahayati. 2(3): 146-50.
74
Rahman S, Budiman BJ, Subroto H. 2015. Faktor risiko non viral pada karsinoma
nasofaring. Jurnal Kesehatan Andalas. 4(3): 988–95.
Rusly RF, Anggraeni R, Dewi YA, Boesoirie SF. 2015. Pemasangan grommet
pada pasien otitis media efusi dengan riwayat karsinoma nasofaring
pasca radioterapi. Bandung: Fakultas kedokteran UNPAD.
Sadiq ST. 2018. Isolation and identification of some bacterial genes from otitis,
pharyngitis and laryngitis in dual infections and testing their
susceptibility to some antibiotic in laboratory. Izmir Katip Celebi
University Journal. 2: 1-2.
Smith ME, Scoffings DJ, Tysome JR. 2016. Imaging of the eustachian tube and
its function: a systematic review. Neuroradiology. 58(6): 543–56.
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MSS. 2014. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Edisi ke-3. Jakarta: Interna Publishing.
Tamrin AMH. 2014. Deteksi waktu transportasi mukosilier pada perokok dan non
perokok dengan uji sakharin [skripsi]. Jakarta: FK Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah
Telischi FF, Eshraghi AA, Yan D, Yao Q, Lisi, CV Mittal R., et al. 2015. Current
concepts in the pathogenesis and treatment of chronic suppurative otitis
media. Journal of Medical Microbiology. 64(10): 1103-16.
Van Dongen TMA, Van Der Heijden GJMG, Van Zon A, Bogaer D, Sanders
EAM, Schilder AGM. 2013. Evaluation of concordance between the
microorganisms detected in the nasopharynx and middle ear of children
with otitis media. Pediatric Infectious Disease Journal. 32(5): 549–52.
Wei KR, Zheng RS, Zhang SW, Liang ZH, Li ZM, Chen WQ. 2017.
Nasopharyngeal carcinoma incidence and mortality in China. Chinese
Journal of Cancer BioMed Central. 36(1): 90-1.