PROPOSAL SKRIPSI
OLEH
Proposal yang disusun Oleh: Ari Safaryan Jaya, NIM: 19021009 yang berjudul
“Pengaruh Konseling Behavioristik Terhadap Toxic Relationship Pada Siswa
Kelas VIII Di SMPN 4 Mataram Tahun Pelajaran 2023/2024”, telah diperiksa dan
dapat dikembangkan menjadi skripsi.
Dekan
Suharyani, M.Pd
NIK: 200709045
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyusun proposal dengan judul
“Pengaruh Konseling Behavioristik Terhadap Toxic Relationship Pada Siswa Di
SMPN 4 Mataram Tahun Pelajaran 2023/2024” sebagaimana mestinya.
Proposal ini disusun dalam rangka untuk memenuhi syarat – syarat guna
untuk melakukan penelitian dalam rangka penyusunan skripsi Ilmu Pendidikan
Dan Psikologi Universitas Pendidikan Mandalika.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Pembimbing I Hariadi Ahmad, M.Pd atas segala saran, maupun bimbingan
kepada penulis selama penyusunan proposal.
2. Pembimbing II Ni Made Sulastri, M.Pd atas segala saran, maupun bimbingan
kepada penulis selama penyusunan proposal.
3. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung dan tidak langsung
selama proses penyusunan proposal ini.
Semoga dengan adanya ini proposal ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca pada umumnya dan terkhusus kepada peneliti.
Peneliti,
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN LOGO...............................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
DAFTAR TABEL................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................4
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................4
D. Manfaat Penelitian........................................................................................4
E. Lingkup Penelitian........................................................................................5
F. Definisi Oprasional.......................................................................................5
A. Deskripsi Teori..............................................................................................6
1. Konseling Behavioristik.......................................................................................6
a. Pengertian Konseling Behavioristik.................................................................6
b. Tahapan Konseling Behavior..........................................................................7
c. Teknik Behavioristik Modeling.....................................................................10
2. Toxic Relationship......................................................................................13
v
D. Kerangka Berfikir.......................................................................................24
E. Hipotesis Penelitian.....................................................................................25
A. Rancangan Penelitian..................................................................................26
1. Populasi..............................................................................................................29
2. Sampel................................................................................................................29
C. Instrumen Penelitian...................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................35
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja adalah masa perkembangan transisi yang terjadi antara masa
anak-anak dan masa dewasa yang mencangkup perubahan biologis yterkait dengan
tubuh, kognitif yang terkait dengan pemikiran bersifat kongkret, dan
sosioemosional terkait hubungan dengan lawan jenis (Aulia, F. 2014:09). Masa
remaja ini menjadi ajang untuk mencari jati diri untuk membentuk sebuah karakter
dan untuk penyesuaian diri di lingkungan tempatnya berada. Dimana pada masa
ini remaja akan mengalami pasang surut berupa emosi bahkan di sertai dengan
peroses pertumbuhan fisik maupun perubahan mental yang pesat. Masa remaja ini
pada dasarnya dapat dipengaruhi oleh adanya faktor lingkungan yang dapat
memicu terjadinya rasa frustasi di dalam dirinya, memicu terjadinya konflik di
dalam dunia pertemanan maupun dalam dunia pacaran dengan demikian dapat
mengakibatkan rasa ketersaingan di dalam kehidupan sosial budaya dengan seiring
berjalannya waktu dapat mengakibatkan terjadinya toxic relationship dalam masa
pertemanan.
Pertemanan sendiri merupakan hubungan sosial antar individu yang saling
menguntungkan. Pertemanan yang sehat yaitu pertemanan yang mendukung satu
sama lain, saling membantu, dan saling mengerti. Secara umum pertemanan
digambarkan sebagai dua orang atau lebih yang kerap kali menghabiskan waktu
bersama. Secara lebih mendalam, hubungan pertemanan juga dapat dikatakan
sebagai hubungan persahabatan. Pertemanan pada dasarnya mendeskripsikan
kualitas pertemanan yang bersifat saling memberikan dukungan, dan memiliki
tingkat konflik tersendiri (Terion et. al 2015:76). Terdapat beberapa masalah dari
pertemanan itu sendiri, baik dari segi internal maupun dari segi eksternal. Masalah-
masalah dari segi eksternal ini dipengaruhi dari luar diri seseorang, biasanya
disebabkan karena pengaruh lingkungan, perilaku tidak jujur, dan adanya rasa
cemburu. Sedangkan masalah internal ini merupakan faktor dari dalam seseorang
yang memberikan pengaruh cara pandang dalam berfikir ataupun berupa tindakan
secara individu, faktor internal ini disebabkan dari kepribadian seseorang seperti
1
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah: Bagaimana Pengaruh Konseling Behavioristik
Terhadap Toxic Relationship Pada Siswa SMPN 4 Mataram Tahun Pelajaran
2023/2024?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui Pengaruh Konseling Behavioristik Terhadap Toxic
Relationship Pada Siswa SMPN 4 Mataram Tahun Pelajaran 2023/2024.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini, yakni:
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan yang lebih
luas terutama pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu
Pendidikan dan Psikologi sehingga pembelajaran yang diperoleh dapat
berguna dikemudian hari dan dapat dijadikan sebagai suatu acuan dalam
peroses pengamatan untuk generasi yang selanjutnya, terkhusus pada
penelitian yang membahas tentang Pengaruh Konseling Behavioristik
Terhadap Toxic Relationship Pada Siswa SMPN 4 Mataram Tahun
Pelajaran 2023/2024.
b. Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu sarana untuk
mendapatkan suatu informasi berupa pengetahuan ataupun penelitian
dibidang pendidikan.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian dapat diharapkan memberikan suatu informasi maupun
pengetahuan yang jelas bagi seseorang peneliti yang akan melakukan
penelitian selanjutnya.
b. Hasil penelitian ini juga dapat diterapkan maupun dikembangkan pada
dunia pendidikan sehingga mendapatkan informasi yang lebih jelas.
5
E. Lingkup Penelitian
Agar ruang lingkup menjadi jelas, maka masalah-masalah yang menjadi
suatu sarana perlu dibatasi, berhubungan dengan hal tersebut, maka yang menjadi
ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:
1. Objek penelitian yaitu pada siswa siswa/siswi kelas VIII SMPN 4 Mataram
tahun pelajaran 2023/2024
2. Subjek penelitian ini adalah pada siswa/siswi yang mengalami toxic
relationship dengan menggunakan metode konseling behavioristic.
3. Lokasi penelitian dilakukan di SMPN 4 Mataram, Jl. Ade Irma Suryani No. 54,
Karang Taliwang, kecamatan Cakranegara, Kota Mataram, Nusa Tenggara
Barat.
F. Definisi Oprasional
1. Pengaruh
Pengaruh dalam penelitian ini adalah suatu daya atau kekuatan yang
ditimbulkan melalui pemberian Konseling Behavioristik Terhadap Toxic
Relationship Pada Siswa SMPN 4 MataramTahun Pelajaran 2023/2024.
2. Konseling Behavioristik
Konseling behavioristik dengan teknik modeling diberikan secara
kelompok dalam masalah toxic relationship di hadapi siswa, dalam bidang
pendidikan, karir, dan berkehidupan sosial di kalangan masyarakat. Adapun
tahapan – tahapan proses atensi, proses retensi, proses reproduksi motorik, dan
proses penguatan dan motivasi.
3. Toxic Relationship
A. Deskripsi Teori
1. Konseling Behavioristik
a. Pengertian Konseling Behavioristik
Konseling Behavior adalah konseling yang didasarkan pada suatu upaya
untuk merubah perilaku berdasarkan pada pengalaman dalam berinteraksi
dalam lingkungan sekitar yang dikondisikan (Sulthon, S.2018:2.2).
Konseling behavioral disatu sisi pada dasarnya suatu pendekatan yang efektif
dalam melakukan modifikasi pada tingkah laku, namun disisi lain konseling
behavioral tidak memandirikan konseling karena tidak melibatkan konseling
dalam prosesnya (Prabowo, A. S., & Cahyawulan, W. 2016:15-19).
Pendekatan behavioristik merupakan suatu usaha untuk memanfaatkan
secara sistematis pengetahuan teoritis dan empiris yang dihasilkan dari suatu
penggunaan metode eksperimen dalam bentuk psikologi untuk memahami
dan menyembuhkan pola tingkah laku abnormal. Pendekatan behavioral
bertujuan untuk menghilangkan tingkah laku yang salah sesuai dan
membentuk tingkah laku baru (Sanyata, S.2012:1-11).
Teori pembelajaran melalui pendekatan Behavioristik ini merupakan
suatu stimulus ataupun berupa respon. Stimulus yang dimaksudkan adalah
berupa apa saja yang disampaikan ataupun diberikan oleh seorang guru
kepada siswa, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan yang diterima
oleh siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Teori ini
juga pada dasarnya dapat berupa pandangan terhadap suatu individu sebagai
makhluk hidup yang relative ketika memberikan suatu respon dalam
lingkugan yang terjadi. Teori ini juga lebih mengutamakan kepada
pengukuran, sebab terjadinya pengukuran merupakan suata sarana yang
cukup penting untuk melihat hal-hal yang terjadi terhadap perubahan tingkah
laku tersebut.
Berdasarkan pada pandangan manusia pendekatan Behavioristik ini
dianggap bahwa manusia bersifat mekanistik atau dapat merespon terhadap
6
7
keadaan lingkungan yang terjadi dengan adanya suatu kontrol yang terbatas
dimana manusia memulai suatu kehidupan dan memberikan reaksi terhadap
ligkungannya dapat menghasilkan suatu pola-pola yang dapat membentuk
suatu keperibadian.
Pendekatan behavioristik dalam proses konseling membatasi perilaku
yang terjadi sebagai suatu fungsi interaksi antara pembawaan dengan
lingkungan. Perilaku yang diamati merupakan suatu rasa kepedulian dari
konselor sebagai salah satu kriteria pengukuran dalam keberhasilan
konseling. Peroses konseling ini merupkan suatu tahapan dalam
pembelajaran sehingga mendapatkan suatu pengalaman belajar untuk
terbentuknya suatu konseling sehingga dapat merubah suatu perilaku dan
dapat memecahkan masalah yang terjadi.
b. Tahapan Konseling Behavior
Menurut (Pratiwi,A 2017:57) Konseling behavior memiliki empat
tahapan yaitu:
1. Proses atensi (proses perhatian/ attention processes), proses
perhatian adalah saat seseorang memperhatikan sebuah kejadian atau
perilaku. Perhatian ini dipengaruhi oleh ikatan dan perhatian
pengamat pada modelnya, sifat model yang menyenangkan dan daya
tarik mempunyai arti penting bagi tingkah laku yang diamati bagi si
pengamat
Dalam tahapan ini siswa/siswi diharuskan memperhatikan
model yang menarik, berhasil, atraktif dan popular. Dalam tahap ini
siswa/siswi dapat meniru bagaimana cara orang lain berfikir, dan
bertindak dan penampilan model dihadapan orang lain.
Di dalam kelas guru dapat menarik perhatian siswa untuk
melakukan proses belajar mengajar agar lebih jelas, dan terkadang
guru memberikan motivasi untuk siswa agar lebih giat dan rajin
untuk belajar.
Siswa juga sering mengambil contoh dari kakak kelasnya di
sekolah maupun teman – teman di luar sekolahnya, yang membuat
8
respon dalam ingatan sehingga siswa menjadi terbiasa dengan respon baru
yang mereka adopsi.
c. Proses reproduksi motoric
Proses reproduksi motoric ini merupakan kegiatan yang menirukan
kembali apa saja yang telah dilakukan oleh model yang diperhatikan
sebelumnya. Konselor akan memberikan kesempatan kepada siswa maju
untuk memperagakan kembali perilaku apa saja yang telah diingat siswa
terkait dengan apa yang dilakuakn model. Pada proses ini siswa harus
merubah representasi simbolis dari pengamatannya menjadi sebuah
tindakan atau perilaku. Siswa akan memperagakan kembali apa saja yang
diingat dari perilaku model sebelumnya.
d. Proses penguatan dan motivasi
Proses ini adalah proses akhir yang harus dilakukan oleh seorang
konselor, ketika konselor telah memberikan proses atau tahap – tahap
dalam melakukan konseling teknik modeling konselor harus memberikan
penguatan kepada siswa agar dapat membentuk respon dan perilaku yang
baru bagi siswa.
Penguatan ini dilakukan konselor dengan cara menyuruh siswa
menirukan sebuah model dengan merasakan ketika melakukan sebuah
perilaku yang baik akan meningkatkan penguatan respon positif dan siswa
bisa memodifikasi perilaku terhadap model yang telah diamati.
Memberikan motivasi kepada siswa akan mendorong siswa
melakukan perilaku atau respon baru yang yang lebih baik dari perilaku
sebelumnya, sehingga siswa dapat memahami perilaku yang baik yang
harus diambil dan yang harus diterapkan dalam bersosialisasi, dan
membuang perilaku buruk sebelumnya.
2. Toxic Relationship
a. Pengertian Toxic Relationship
Toxic Relationship merupakan suatu hubungan yang tidak sehat yang
sering terjadi di kalangan remaja yang dapat memberikan suatu dampak
terjadinya konflik internal. Hubungan ini rentan terjadi dan membuat para
penderitanya menjadi produktif, terjadinya gangguan secara mental, bahkan
14
dapat mengakibatkan terjadinya suatu sikap emosional yang tinggi yang dapat
berujung terjadinya tindakan kekerasan (Julianto et al. 2020:103). Bentuk
hubungan yang tidak sehat memang tidak dapat dihindari pada masa distrupsi
ini, sebagai suatu akibat dari semakin besarnya tuntutan yang terjadi di tengah
masyarakat sehingga bebrapa orang dapat mengalami toxic relationship ini.
Remaja dapat dikatakan sebagai tahapan pendewasaan memerlukan suatu
adaptasi yang bersifat positive ketika berada di lingkungan yang baru atau
bersifat asingn baginya. Komunikasi yang terjalin juga sangat membantu
dalam peroses penesuaian terhadap lingkungannya (Mataputun & Saud, 2020:
32-37; Soedarsono & Wulan, 2017:447-456). Di dalam proses adaptasi yang
terjadi dapat menimbulkan suatu hubungan yang rentan dengan hadirnya toxic
relationship di dalam lingkungan sebaya pada remaja. Remaja yang sedang
mengalami tahapan adaptasi dengan lingkungan barunya tentu saja akan
mencari tokoh atau figure yang dapat iya tiru, khususnya pada lingkungan
sebayanya. Jika di dalam suatu ligkungan menimbulkan rasa pengekangan
yang terjadi dengan teman sebayanya akan menimbulkan tindakan
perundungan, saling menyinggung, menyebarkan ujaran kebencian di dalam
dirinya yang mulai timbul, hingga kekerasan fisik lainnya yang dapat melukai
sehingga akan terbentuknya “jalinan” Toxic Relationship di dalam dirinya.
Menurut (Wulandari, 2019:01) menyatakan bahwa toxic relationship pada
dasarnya dapat terjadi pada siapapun, namun pada umumnya dapat dialami
oleh kalangan remaja di dalam hubungan pertemanan dimana pada usia remaja
ini belum mampu mengontrol perasaan dan pada usia remaja ini pelampiasan
ataupun perasaan dapat memicu pada stress bahkan depresi, bahkan dapat
menimbulkan sikap-sikap negatif karena belum mampu memenejemen rasa
stress yang dirasakan. Pada usia 19 tahun termasuk kedalam kategori remaja
yang dimana usia 19 tahun ini merupakan usia yang cukup rentan mengalami
toxic relationship.
Usia 19 tahun ini merupakan usia remaja yang memiliki kategori remaja
akhir yang sering terjadi suatu hubungan pertemanan yang dapat merugikan
atau dapat dikatanan dengan toxic relationship ini. Remaja mulai memahami
dan merasakan perlakuan teman terhadap dirinya belum bisa mengontrol
15
juga bisa dikatakan sebagai ajang utuk mencari jati diri bagi seseorang,
tidak heran banyak orang yang mengalami patah hati baik dari faktor
hubungan percintaan, teman, dan keluarga.
Patah hati atau broken heart syndrome ini merupakan gangguan
yang terjadi pada hati yang sifatnya sementara, biasanya disebabkan
karena ketersinggungan perasaan yang membuat seseorang merasa tidak
nyaman dalam menjalin hubungan, membuly, menghina, dan kekecewaan
dari suatu hubungan.
Ketersinggungan merupakan sebuah perasaan negative yang
muncul ketika seseorang merasa tersinggung atau hatinya terluka yang
disebabkan oleh ucapan, tindakan, atau situasi tertentu.
Istilah bullying sering kita dengar belakangan ini, bullying dalam
bahasa Indonesia adalah penindasan, bullying ini merupakan segala bentuk
penindasan tindak kekerasan baik baik fisik atau psikis yang dilakukan
seseorang atau sekelompok orang yang lebih mendominasi atau berkuasa
terhadap orang lain.
Sedangkan menghina atau penghinaan ini bisa dikatakan tindakan
yang menyerang kehormatan dan nama baik seseorang. Penghinaan ini
disebabkan karena ketidaksukaan terhadap seseorangn karena adanya
amarah dan kebencian terhadap seseorang.
Kekecewaan dari suatu hubungan ini biasanya disebabkan karena
ketidak puasan terhadap sesuatu keinginan, harapan, atau sesuatu yang
tidak sesuai harapan dari sebuah hubungan. Misalnya seseorang menjalin
hubungan dengan suatu kelompok untuk melakukan suatu diskusi, tetapi
respon dari kelompok teresebut tidak serius dan tidak sesuai dengan
ekspektasi.
Rasa kecewa ini umu terjadi pada seseorang da nada beberapa ciri-
ciri orang yang sudah kecewa yakni mood yang hancur, hialng minat pada
hal yang disukai, memiliki pikiran negative, dan mengalami perubahan
perilaku.
20
6. Rasa takut
Rasa takut merupakan suatu perasaan yang bisa dialami oleh setiap
orang tidak terkecuali anak – anak dalam kehidupan sehari – hari.rasa
takut sering berhubungan erat saat orang merasa takut akan sesuatu.
Perasaan takut merupakan suatu perasaan gelisah terhadap sesuatu
yang diharapkan, sebaliknya rasa takut merupakan respon terhadap sesuatu
bahaya yang timbul pada saat ini.
Rasa takut adalah yang diperoleh bayi setelah lahir, rasa takut
merupakan respon primitive dan merupakan suatu mekanisme protektif
untuk melindungi seseorang dari bahaya dan pengerusakan dini di
timbulkan karena ada ancaman yang diberikan seseorang dimasa lalu yang
membuat seseorang merasa terancam sehingga membuatnya memendam
perasaannya. (Lampus, B. S., & Gunawan, P. N. (2016-1)).
Penyabab timbulnya rasa takut pada seseorang diantaranya seperti
adanya ancaman, baik secara fisik, emosional maupun psikologis, dan
ancaman tersebut dapat bersifat nyata atau sekedar fantasi saja.
Ancaman sendiri merupakan suatu kegiatan atau perbuatan yang
mengancam, seperti niat buruk seseorang yang dapat merugikan,
menyulitkan, menyusahkan atau mencelakakan seseorang ataupun
kelompok. Ancaman fisik ini dapat berupa perompakan, pencurian, dan
kekerasan fisik seperti memukul menggunakan tangan kosong maupun
menggunakan barang atau sebagainya.
Sedangkan ancaman emosional atau psikologis sendiri merupakan
anaman yang menyerang mental pikiran seseorang, yang membuat
seseorang akan mengingat setiap perkataan yang dilontarkan oleh
seseorang yang mengancam, dan menimbulkan rasa takut ketika bertemu
disituasi tertentu.
Rasa takut juga bisa disebut dengan cemas berlebih atau dalam
bahasa Inggrisnya Anxiety Disorder, gejala awal rasa takut atau anxiety
disorder ini adalah perasaan gugup hingga jantung berdebar kencang,
tubuh dan pikiran sulit dikontrol, emosi tidak terkendali, dan membuat
seseorang merasa panic.
21
ini siswa mendapat motivasi untuk berani memulai suatu hubungan baru yang
tentunya lebih positif dari hubungan yang sebelumnya, siswa juga lebih mudah
membangun relasi baru dengan individu maupun kelompok.
Dalam teknik modeling ini terdapat tahap retensi yaitu proses mengingat
ketika siswa telah mengamati perilaku model seperti berlapang dada ketika orang
lain mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat orang lain, dan
berperilaku sewajarnya, membuat siswa lebih menghargai kelebihan dan
kekurangan dari orang lain, dan juga dapat lebih mengontrol emosi dan
perasaannya dalam menjalin hubungan, baik antar individu maupun kelompok.
Patah hati sebenarnya tidak bisa disembuhkan, tetapi patah hati hanya bisa
menjadi lebih baik seiring berjalannya waktu, dalam teknik modeling ini dapat
mengurangi rasa sakit yang diakibatkan oleh patah hati dengan model
memperagakan aktivitas yang lebih positif seperti rajin beribadah, berolahraga,
dan sering berdiskusi hal positif dengan teman agar siswa yang mengalami patah
hati bisa terhibur dan dapat melupakan rasa yang membuat hatinya sakit.
Siswa mendapat respon baru setelah mengamati dan mengingat perilaku
model yang diamati untuk mengatasi ketakutannya terhadap suatu hal seperti
menjauhi atau melaporkan oknum yang mengancam siswa kepada guru agar
oknum yang mengancam dapat diberikan sanksi agar oknum mendapat efek jera
dan siswa merasa aman..
Konseling behavioristik dengan menggunakan teknik modeling ini
merupakan salah satu cara yang tepat untuk mengurangi terjadinya hubungan
toxic yang berlebih dalam dunia pertemanan sehingga nantinya dapat mengurangi
perilaku yang buruk yang dapat merugikan individu maupun orang lain dengan
demikian hubungan toxic yang berlebih ini dapat dihindari dan nantinya dapat
bersifat positif.
Pengaruh yang didapatkan dari konseling behavioristik dengan teknik
modeling yakni siswa akan mendapatkan pengalaman maupun pemahaman yang
baru yang bersifat positif terkait bagaimana menjalin suatu hubungan yang sehat,
serta dapat memberikan dampak yang positif dalam bersosialisasi di lingkungan
khususnya pada dunia pertemanan.
24
D. Kerangka Berfikir
Toxic Relationship pada dasarnya merupakan suatu hubungan yang tidak
sehat yang terjadi di kalangan remaja, dimana hubungan tidak sehat ini dapat
mengakibatkan suatu konflik bahkan rasa kekhawatiran yang tinggi di dalam diri
seseorang yang mengalami toxic relationship ini. Konflik batin yang terjadi
dalam diri seseorang dapat mengakibatkan rasa kemarahan bahkan tingkat
emosional yang tinggi. Toxic relationship ini pada dasarnya dapat mempengaruhi
tingkat kepercayaan yang sulit terhadap dirinya maupun lawan jenisnya karena
adanya faktor lingkungan yang didapatkan bersifat menyimpang. Pada dasranya
toxic relationship ini dapat terjadi karena terjalinnya suatu komunikasi bersifat
pasif baik berdasarkan dunia maya ataupun keadaan lingkungan yang di dengar
maupun di lihatnya.
Pendekatan yang dapat dilakukan agar toxic relationship ini terjadi
secarara berkelanjutan maka dilakukan pendekatan Behavioristik yang dimana
pendekatan ini merupakan suatu pendekatan yang dilakukan oleh seseorang
kusioner agar mendapatkan suatu hasil dari yang seseorang korban yang
mengalami tindakan toxic relationship berupa tingkah laku yang terjadi di
kalangan hubungan pertemanan baik berupa internal maupun eksternal. Tekhnik
yang digunakan dalam konseling ini menggunakan tekhnik modeling, tekhnik
modeling ini merupakan tekhnik yang menganjurkan klien harus memperhatikan
model dan memahami apa saja hal yang positif yang dilakukan oleh model guna
merubah sifat buruk klien menjadi suatu hal yang positif.
Berdasarkan pernyataan yang telah dijelaskan, hubungan toxic relationship
dikatakan sebagai hubungan yang tidak sehat yang sering terjadi di dalam dunia
pertemanan bahkan pacaran. Dengan demikian peneliti perlu membuktikan
terlebih dahulu mengenai hubungan toxic relationship agar lebih jelas sehingga
peneliti mengangkat penelitian yang berjudul “Pengaruh Konseling Behavioristik
Terhadap Toxic Relationship Pada Siswa Kelas VII Di SMPN 4 Mataram Tahun
Pelajaran 2022/2023”.
25
TAHAPAN K. DAMPAK
TOXIC BEHAVIOR KONSELING
E. Hipotesis Penelitian
Menurut sugiyono (2016: 64) “Hipotesis merupakan jawaban
yang terkumpul.
A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan metode kuantitatif dengan menyebarkan angket kepada
siswa/siswa kelas VII, VIII, IX. Tujuan penelitian ini untuk menjawab pertanyaan
yang dirumuskan dan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan selama proses
penelitian. Ada beberapa hal yang harus dilakukan penulis saat penelitian tersebut
berlanjut, yakni Menentukan masalah yang muncul dalam penelitian. Selama
proses penelitian ini ada dua variabel yang digunakan. Variabel merupakan
serangkaian bentuk yang telah ditetapkan oleh seorang peneliti untuk dipelajari
lebih mendalam dan diteliti sehingga mendapatkan suatu data tentang tema yang
telah diangkat oleh peneliti sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan.
Sugiyono (2013: 39) menjelaskan bahwa di dalam rancangan penelitian ini
terdapat dua variabel yaitu Konseling behavioristik sebagai variabel bebas
(independen variabel) dan Toxic Relationship sebagai variabel terikat (devendent
variabel). Variabel bebas adalah kondisi yang oleh pelaku eksperimen
dimanipulasi untuk menerangkan hubungan dengan fenomena yang diobservasi.
Variabel ini sering disebut sebagai variabel pengaruh, karena tujuannya untuk
mempengaruhi variabel lain. Sedangkan variabel terikat adalah kondisi yang
berubah ketika pelaku eksperimen mengganti variabel bebas. Variabel ini sering
disebut sebagai variabel yang dipengaruhi atau terpengaruhi, karena variabel ini
dipengaruhi oleh variabel lain. Sedangkan menurut Yatim Riyanto (2011: 9)
variabel adalah gejala yang menjadi objek penelitian. Dengan demikian setiap
gejala yang muncul dan dijadikan objek penelitian adalah variabel penelitian.
Variabel ini memiliki variasi makna dan nilai ketika sudah diteliti. Berdasarkan
pengertian diatas, maka dapat dirumuskan di sini bahwa variabel penelitiaan
adalah suatu nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu
26
27
yang sudah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari lebih lanjut dan ditarik
kesimpulannya.
Untuk lebih jelasnya berikut tabel One Grup Pre-test Post-test Design
(Sugiyono, 2016: 75).
O1 X O2
Ketentuan :
X : Treatment (perlakuan)
RANCANGAN PENELITIAN
Gambar 3.2 (Arikunto, 2005:74)
variabel X Variabel Y
Teknik Behavior Toxic Relationship
Indikator Indikator
1. Proses atensi 1. Kecemasan berlebih
2. Proses retensi 2. Tidak percaya diri
3. Proses reproduksi 3. Takut memulai
4. Proses pengamatan dan hubungan yang baru
Proses motivasi 4. Penghinaan
5. Patah hati
6. Rasa takut
treatment
Angket Post-Test
Analisis Data
Kesimpulan
29
KELAS VIII
2. Sampel
Dalam penelitian kuantitatif, sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki olwh populasi. (Sugiyono, 2016:147) Sedangkan
ahli lain menyatakan bahwa “ sampel adalah sebagian dari populasi yang
mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti” (Ridwan,2010:
56).
30
di bagi 3 menjadi 99:3 = 33 jadi interval dalam penelitian ini adalah 33 untuk
lebih jelasnya.
NO KRITERIA INTERVAL
1 Tinggi 99-132
2 Sedang 66-98
3 Rendah 33-65
Untuk mengetahui kriteria siswa sesuai dengan tabel yang diatas, maka
peneliti mengurutkan skor dari yang tertinggi sampai yang rendah, sehingga
peneliti dapat mencocokkan skor yang diperoleh siswa sesuai dengan kriteria
diatas.
2. Teknik Observasi
3. Teknik Wawancara
Menurut sugiyono (2013: 137 ), wawancara digunakan sebagai teknik
pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila penelitian
ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah
respondennya sedikit/kecil.
Dari pembahasan di atas maka wawancara ini akan diterapkan yaitu
wawancara terbuka untuk guru mata pelajaran, wali kelas, dan guru BK SMP
Negeri 4 Mataram, dikarenakan guru BK sudah mengetahui informasi
mengenai siswa yang memenuhi informasi bagi peneliti. Maka data yang
didapatkan dalam wawancara sebagai penunjang dalam proses mendapatkan
hasil dalam penelitian. Teknik wawancara ini bertujuan sebagai pendukung
dalam proses pengumpulan data di sekolah.
4. Dokumentasi
Md
t=
√ ∑ xd 2
N (N−1)
Keterangan:
t = Nilai test yang dicari
Md = Mean dari deviasi (d) Post-test dan Pre-test
xd = Perbedaan deviasi dengan mean deviasi
N = Banyak subyek
Adapun langkah-langkah dalam menganalisis data statistik dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Merumuskan hipotesis nihil (H0).
2. Membuat tabel kerja.
3. Memasukkan data ke dalam rumus.
4. Menguji nilai t-test.
5. Menarik kesimpulan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, N. U., & Ike, A. (2022). Hubungan Toxic Relatioship Terhadap Gangguan
Kesehatan Mental Pada Remaja. Pondok Pesantren Mathlabul Ulum Kabupaten
Sumenep
Arini, A., Gigault, J., Venel, Z., Bertucci, A., & Baudrimont, M. (2022).The
Underestimated Toxic Effects Of Nanoplastics Coming From Marine Sources:A
Demonstration On Oysters (Isognomon Alatus). Chemosphere, 295, 133824.
University Of Bordeaux Agriculture Lovely Profesional University.
Aulia, F. (2014). Studi Deskriptif Help Seeking Behaviour Pada Remaja yang Pernah
Mengalami Parental Abuse Ditinjau dari Tahap Perkembangan (Masa Awal
Anak-anak–Masa Remaja) dan Identitas Gender. CALYPTRA, Universitas
Surabaya.
Damayanti, R., & Aeni, T. (2016). Efektivitas Konseling Behavioral Dengan Teknik
Modeling Untuk Mengatasi Perilaku Agresif Pada Peserta Didik Kelas Viii B
Smp Negeri 07 Bandar Lampung. KONSELI: Jurnal Bimbingan dan Konseling
(E-Journal).
Devi, P., & Kumar, P. (2020). Concept And Application Of Phytoremediation In The
Fight Of Heavy Metal Toxicity. Journal Of Pharmaceutical Sciences And
Research, 12(6). School Of
Ferdiansa, G., & Karneli, Y. (2021). Konseling Individu Menggunakan Teknik
Modeling untuk Meningkatkan Kedisiplinan Belajar Siswa. Edukatif:
Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(3) Universitas Negeri Padang, Indonesia
Gantina Komalasari, Eka Wahyuni, Karsih (2011) Teori Dan Teknik Konseling. Jakarta.
Gumantan, A., Mahfud, I., & Yuliandra, R. (2020). Tingkat kecemasan seseorang
terhadap pemberlakuan new normal dan pengetahuan terhadap imunitas tubuh.
Sport Science and Education Journal, 1(2).
Hou, J., Jiang, Y., Chen, S., Hoy, Y., Wu, J., & Fan, N. (2019). Addictive Behaviors
Reports Cognitive Mechanism Of Inimate Interpersonal Relationship And
LonelinessIn Internt-Addict : An ERP Study. Addictive Behaviors Reports,
10(July)100209.https://doi.org/10.1016/j.abrep.
IKIP Mataram. (2011). Pedoman Pembimbingan dan Penulisan Karya Ilmiah. Mataram.
36
Inayah. Z.. & Sudjarwo. S.A. (2021). The Protective Effect of Xanthone viaMalondial
dehyde and Superoxide Dismutase Expresisson on Mice Sertolicell Induced by 2-
Methoxyethanol. Indian Journal of Forensic Medicine & Toxicology. 15(13).
Petrovici, A., & Dobrescu, T. (2014). The Role Of Emotional Intelligence Inbuilding
Interpersonal Communication Skills. Procedia-Socialandbehavioral
Sciences, 116, University Of Bacau.
Prabowo, A. S., & Cahyawulan, W. (2016). Pendekatan Behavioral: Dua Sisi Mata
Pisau. Insight: Jurnal Bimbingan Konseling, 5(1), FIP UNJ.
Pradipta, A. R., & Raharja, E. (2022). Menguak Fenomena Social Loafing Di Kalangan
Mahasiswa Yang Patah Hati. Diponegoro Journal of Management, 11(5),
Universitas Diponegoro.
Soedarsono, D. K., & Wulan, R. R. (2017). Model Komunikasi Teman Sebaya Dalam
Pembentukan Identitas Diri Remaja Global Melalui
MediaInternet. JurnalAspikom, 3(3), Universitas Telkom, Bandung.
Sudyana, D. K., Satria, I. K., & Winantra, I. K. (2020). Konseling Behavioral Dan
Penguatan Positif Dalam Meningkatkan Prilaku Sosial Peserta Didik.
Universitas Hindu Indonesia, Denpasar.
Sutama, G. A., Suranata, K., & Dharsana, I. K. (2014). Penerapan Teori Behavioral
dengan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Kelas
AK C SMK Negeri 1 Singaraja Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Ilmiah
Bimbingan Konseling Undiksha, 2(1). Universitas Pendidikan Ganesha.
Wijono, S., Parengkuan, I. L., Morina, S., Supit, V. D., Jaya, D. K., Wicaksono, L. S., &
Iskandar, M. C. (2022). Effect Of Microplastic Intake On Intestinal And
Pancreatic Cell Damage. Jurnal Widya Medika, 8(2),.
Wulandari, R., Amalia, M., Aryawati, R., Hamim, S. A., & Verawaty, M. (2019,
February). The Potency Of Toxic Cyanobacteria Planktothrix Agardhii Isolated
From A Retention Pond In Palembang To Cyprinus Carpio L: A Preliminary
Study. In Journal Of Physics: Conference Series (Vol. 1167, No. 1, P. 012041).
IOP Publishing.