Anda di halaman 1dari 14

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN DASAR

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN TRANSPORTASI PADA PASIEN HEMIPLEGIA

DOSEN PEMBIMBING :
Siti Fatonah, S.Kp. M.Kes

DISUSUN OLEH :
Nama : Yuza Haura Salsabella
NIM : 1914301003
Kelas : Tingkat 2 Reguler 1 Sarjana Terapan

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG


DIII KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
TAHUN AJARAN 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN TRANSPORTASI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DX MEDIS HEMIPARESIS

A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Hemiparesis berasal dari kata ‘hemi’ yang berarti satu sisi, dan kata ‘paresis’
yang berarti kelemahan. Anggota tubuh yang terkena dampak hemiparesis biasanya
adalah tangan, lengan, dada, tungkai kaki, dan otot-otot wajah. Kondisi ini bisa terjadi
pada sebelah kanan saja atau sebelah kiri saja.
Hemiparesis adalah kerusakan pada seluruh korteks piramidalis sesisi
menimbulkan kelumpuhan UMN (Upper Motor Neuron) pada belahan tubuh
sisi kontralateral.
Bila kerusakan unilateral pada jaras kortikobulbar/kortikospinal di
tingkat batang otak menimbulkan sindrom hemiplegia alternans. Sindrom
tersebut terdiri atas kelumpuhan UMN yang melanda otot-otot belahan tubuh
kontralateral yang berada di tingkat lesi, sedangkan setingkat lesinya terdapat
kelumpuhan LMN, yang melanda otot-otot yang disarafi oleh saraf kranial
yang terlibat dalam lesi. Tergantung pada lokasi lesi paralitiknya, sehingga
dapatlah dijumpai hemiplegia alternans di mesensefalon. Sebuah
gambarannya dijumpai bilamana hemilasi di batang otak menduduki
pedunkulus serebri di tingkat mesensefalon.

2. Etiologi
 Jika terdapat kelumpuhan pada lengan dan kaki pada sisi yang sama, dan
jika tanda UMN merujuk pada lesi sentral, maka lesi kemungkinan berada di
korda spinalis servikal atau otak. Nyeri leher atau pada daerah dermatom
servikal dapat menjadi bukti tempat lesi.
Penyebab tersering hemiparesis pada orang dewasa yaitu infark serebral
atau pendarahan. Awitan secara mendadak, serangan iskemik transien
sebelumnya, dan progresi menjadi derajat maksimum dalam 24 jam pada
orang dengan hipertensi atau usia lanjut merupakan indikasi telah terjadi
stroke. Jika tidak terdapat gejala-gejala serebral, dapat diduga terjadi myelitis
transversus dari korda spinalis servikal, tetapi kondisi ini berprogresi secara
lambat (beberapa hari) dan lebih sering menyerang keempat tungkai. Begitu
pula dengan sklerosis multipel yang biasanya bermanifestasi menjadi tanda
kortikospinal bilateral daripada hemiplegia murni.
Jika hemiparesis yang berasal dari serebral berprogresi dalam hari atau
minggu, dapat dicurigai lesi massa serebral, baik pada pasien anak-anak atau
dewasa. Selain tumor otak, kemungkinan lain termasuk malformasi
arteriovenosus, abses otak, atau infeksi lainnya. Kelainan otak metabolik
biasanya mengakibatkan tanda bilateral dengan gangguan mental, tetapi
merupakan penyebab hemiparesis yang jarang. Secara umum, hemiparesis
biasanya merujuk pada lesi serebral daripada lesi di leher, dan penyebabnya
dapat ditemukan dengan melihat gejala klinis dan dengan CT atau MRI.
Faktor Resiko Stroke
Faktor yang tidak dapat dirubah (Non Reversible)
- Jenis kelamin : Pria lebih sering ditemukan menderita stroke dibanding
wanita.
- Usia : Makin tinggi usia makin tinggi pula resiko terkena stroke.
- Keturunan : Adanya riwayat keluarga yang terkena stroke
Faktor yang dapat dirubah (Reversible)
- Hipertensi
- Penyakit jantung
- Kolesterol tinggi
- Obesitas
- Diabetes Melitus
- Polisetemia
- Stress Emosional
- Kebiasaan Hidup
- Merokok,
- Peminum Alkohol,
- Obat-obatan terlarang.
- Aktivitas yang tidak sehat: Kurang olahraga, makanan berkolesterol.
3. Patofisiologi

Penyebab utama dari hemiplegia adalah pendarahan otak (stroke hemoragik)


dan penyakit pembuluh darah pada cerebrum dan batang otak yang menyebabkan
terganggunya asupan darah pada otak (stroke iskemia).

Kondisi lain yang dapat memicu terjadinya hemiplegia adalah trauma atau
cedera pada otak. Penyebab utama lainnya yang lebih tidak akut adalah tumor atau
luka pada otak, abses otak, penyakit yang menghancurkan selubung sel saraf
(multiple sclerosis), pembuluh darah, komplikasi infeksi virus atau bakteri
(meningitis) dan peradangan otak (ensefalitis).

Apabila lesi otak menyebabkan hemiplegia, luka otak biasanya berada di sisi
otak sebaliknya dari sisi yang lumpuh. Pada kasus yang langka, hemiplegia
disebabkan oleh penyakit menular akibat poliovirus (poliomyelitis) atau gangguan
sel saraf motorik (neuron) pada saraf tulang belakang, batang otak dan korteks
motorik (penyakit sistem motorik).

4. Manifestasi Klinik/tanda dan gejala


Gejala - gejala stroke muncul akibat daerah tertentu tak berfungsi yang
disebabkan oleh terganggunya aliran darah ke daerah tersebut. Gejala itu
muncul bervariasi, bergantung bagian otak yang terganggu.

Gejala-gejala itu antara lain bersifat:

a. Sementara
Timbul hanya sebentar selama beberapa menit sampai beberapa jam dan
hilang sendiri dengan atau tanpa pengobatan. Hal ini disebut Transient
ischemic attack (TIA). Serangan bisa muncul lagi dalam wujud sama,
memperberat atau malah menetap.
 b. Sementara, namun lebih dari 24 jam
Gejala timbul lebih dari 24 jam dan ini disebut reversible ischemic
neurologic defisit (RIND)

Gejala makin lama makin berat (progresif)


Sudah menetap/permanen
Hal ini disebabkan gangguan aliran darah makin lama makin berat yang
disebut progressing stroke atau stroke inevolution

Komplikasi
a. Hipoksia serebral karena terjadi sebagai akibat dari oksigen yang ke
otak tidak adekuat
 b. Edema cerebri: karena adanya infark di otak menyebabkan Na+ dalam
cairan ekstrasel terdepolarisasi masuk ke intrasel sehingga menarik cairan ke
intra sel yang mengakibatkan terjadinya edema serebri.
c. Disritmia jantung: irama jantung terganggu karena adanya sumbatan di
otak.

Gangguan yang muncul :


a. Defisit Neurologis
- Homonimus hemianopsia ( kehilangan setengah lapang penglihatan).
- Tidak menyadari orang / objek ditempat kehilangan penglihatan,
mengabaikan salah satu sisi tubuh, kesulitan menilai jarak.
- Kehilangan penglihatan perifer.
- Kesulitan melihat pada malam hari, tidak menyadari objek atau
 batas objek 
- Diplopia : penglihatan ganda.
b. Defisit Motorik 
- Hemiparese
- kelemahan wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama.
- Hemiplegia
- Paralisis wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama.
- Ataksia
- Berjalan tidak mantap, tegak, tidak mampu menyatukan kaki, perlu dasar
berdiri yang luas.
- Disartria
- Kesulitas dalam membentuk kata
- Disfagia
- Kesulitan dalam menelan
c. Defisit Sensori
- Afasia ekspresif 
- Ketidakmampuan menggunakan simbol berbicara
- Afasia reseptif 
- Tidak mampu menyusun kata-kata yang diucapkan
- Afasia global
- Kombinasi baik afasia reseptif dan ekspresif 
d. Defisit Kognitif 
- Kehilangan memori jangka pendek dan jangka menengah
- Penurunan lapang perhatian
- Kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi
- Alasan abstrak buruk 
- Perubahan penilaian
- Defisit Emosional
- Kehilangan control diri
- Labilitas emosional
- Penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stress
- Menarik diri, rasa takut, bermusuhan dan marah
- Perasaan isolasi
5. Pemeriksaan Penunjang
a. CT Scan
- Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya infark 
- Angiografi serebral
- Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti
-  perdarahan atau obstruksi arteri
- Pungsi Lumbal
- Menunjukan adanya tekanan normal
- Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan
adanya perdarahan
b. MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
c. EEG: Memperlihatkan daerah lesi yang spesifik 
d. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena
e. Sinar X kepala : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal
(DoengesE, Marilynn,2000 hal 292)
f. Penatalaksanaan Medis
a. Diuretika : untuk menurunkan edema serebral .

b. Anti koagulan: mencegah memberatnya trombosis dan embolisasi.


(Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131

B. KONSEP KEBUTUHAN DASAR

1. Definisi
Gangguan Mobilitas Fisik adalah keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu
atau lebih ekstremitas secara mandiri.
2. Anatomi Fisiologi Yang berhubungan Dengan Gangguan Mobilitas Fisik
1. Tulang

Tulang merupakan organ yang memiliki berbagai fungsi, yaitu fungsi mekanis
untuk membentuk rangka dan tempat melekatnya berbagai otot, fungsi sebagai
tempat penyimpanan mineral khususnya kalsium dan fosfor yang bisa dilepaskan
setup saat susuai kebutuhan, fungsi tempat sumsum tulang dalam membentuk sel
darah, dan fungsi pelindung organ-organ dalam. Terdapa tiga jenis tulang, yaitu
tulang pipih seperti tulang kepala dan pelvis, tulang kuboid seperti tulang
vertebrata dan tulang tarsalia, dan tulang panjang seperti tulang femur dan tibia.
Tulang panjang umumnya berbentuk lebar pada kedua ujung dan menyempit di
tengah. Bagian ujung tulang panjang dilapisi kartilago dan secara anatomis terdiri
dari epifisis, metafisis, dan diafisis. Epifisis dan metafisis terdapat pada kedua
ujung tulang dan terpisah dan lebih elastic pada masa anak-anak serta akan
menyatu pada masa dewasa.

2. Otot dan Tendon

Otot memiliki kemampuan berkontraksi yang memungkinkan tubuh bergerak


sesuai dengan keinginan. Otot memiliki origo dan insersi tulang, serta
dihubungkan dengan tulang melalui tendon yang bersangkutan, sehingga
diperlukan penyambungan atau jahitan agar dapat berfungsi kembali.

3. Ligamen
Ligamen merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan tulang.
Ligament bersifat elastic sehingga membantu fleksibilitas sendi dan mendukung
sendi. Ligamen pada lutut merupakan struktur penjaga stabilitas, oleh karena itu
jika terputus akan mengakibatkan ketidakstabilan.

4. Sistem Saraf

Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat (otak dan modula spinalis) dan
sistem saraf tepi (percabangan dari sistem saraf pusat). Setiap saraf memiliki
somatic dan otonom. Bagian somatic memiliki fungsi sensorik dan motorik.
Terjadinya kerusakan pada sistem saraf pusat seperti pada fraktur tulang belakang
dapat menyebabkan kelemahan secara umum, sedangkan kerusakan saraf tepi
dapat mengakibatkan terganggunya daerah yang diinervisi, dan kerusakan pada
saraf radial akan mengakibatkan drop hand atau gangguan sensorik pada daerah
radial tangan.

5. Sendi

Sendi merupakan tempat dua atau lebih ujung tulang bertemu. Sendi membuat
segmentasi dari rangka tubuh dan memungkinkan gerakan antar segmen dan
berbagai derajat pertumbuhan tulang. Terdapat beberapa jenis sendi, misalnya
sendi synovial yang merupakan sendi kedua ujung tulang berhadapan dilapisi oleh
kartilago artikuler, ruang sendinya tertutup kapsul sendi dan berisi cairan synovial.
Selain itu, terdapat pula sendi bahu, sendi panggul, lutut, dan jenis sendi lain
sepertii sindesmosis, sinkondrosis dan simpisis.

3. Fisiologi Proses Gangguan Mobilitas Fisik


1. Respon fisiologik dari perubahan mobilisasi, adalah perubahan pada :
2. Muskuloskeletal seperti kehilangan daya tahan, penurunan massa otot, atropi
dan abnormalnya sendi (kontraktur) dan gangguan metabolisme kalsium.
3. Kardiovaskuler seperti hipotensi ortostatik, peningkatan beban kerja jantung,
dan pembentukan thrombus.
4. Pernafasan seperti atelektasis dan pneumonia hipostatik, dispnea setelah
5. beraktifitas.

6. Metabolisme dan nutrisi antara lain laju metabolic; metabolisme karbohidrat,


7. Lemak dan protein; ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit;
8. ketidakseimbangan kalsium; dan gangguan pencernaan (seperti konstipasi).
9. Eliminasi urin seperti stasis urin meningkatkan risiko infeksi saluran
perkemihan dan batu ginjal.
10.Integument seperti ulkus dekubitus adalah akibat iskhemia dan anoksia
jaringan.
11.Neurosensori : sensori deprivation
4. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Gangguan Mobilitas Fisik
1. Kerusakan sistem integritas tulang
2. Perubahan metabolisme
3. Ketidakbugaran fisik
4. Penurunan kendali otot
5. Penurunan massa otot
6. Penurunan kekuatan otot
7. Keterlambatan perkembangan
8. Kekakuan sendi
9. Kontraktur
10. Malnutrisi
11. Gangguan muskuloskletal
12. Gangguan neuromuskular
13. Indeks masa tubuh diatas presentil ke-75 sesuai usia
14. Efek agen farmakologis
15. Program pembatasan gerak
16. Nyeri
17. Kurang terpapar informasi tentang aktivitas fisik
18. Kecemasan
19. Gangguan kognitif
20. Keengganan melakukan pergerakan
21. Gangguan sensori presepsi
5. Gangguan Pada Gangguan Mobilitas Fisik
1. Mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas
2. Kekuatan otot menurun
3. Rentang gerak (ROM) menurun
4. Nyeri saat bergerak
5. Enggan melakukan pergerakan
6. Merasa cemas saat bergerak
7. Sendi kaku
8. Gerakan tidak terkoordinasi
9. Gerakan terbatas
10. Fisik lemah

A. Proses Keperawatan Pada Gangguan Mobilitas Fisik


1. Pengkajian

Merupakan pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk


mengumpulkan data informasi atau data tentang pasien agar dapat mengidentifikasi,
mengenali masalah-masalah, kebutuhan, dan keperawatan pasien baik mental, sosial
dan lingkungan.

a. Riwayat Keperawatan

Secara umum pengkajian riwayat keperawatan dimulai dengan ;

1. Identitas klien
Identitas klien dan identitas penanggung jawab klien ditulis lengkap seperti
nama (gunakan initial bukan nama asli), Usia dalam tahun, Jenis kelamin (L
untuk laki-laki dan P untuk perempuan dengan mencoret salah satunya),
Agama, Pendidikan, Pekerjaan, Golongan darah, dan Alamat serta hubungan
penanggung jawab dengan klien.
(misal : Tn. A berumur 50 tahun)
2. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Adalah Kronologis dari penyakit yang diderita saat ini mulai awal hingga
di bawa ke RS secara lengkap. Tindakan apa saja yang sudah dilakukan oleh
klien untuk mengobati sakitnya sebelum ke RS.
2. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Tanyakan riwayat penyakit yang pernah dialami klien beberapa waktu
sebelumnya. Berapa kali klien pernah sakit sebelum sakit yang sekarang?
Bagaimana cara klien mencari pertolongan? Apakah klien pernah menderita
sakit DM (Diabetes Mellitus), HT (Hipertensi), TBC (Tuberkulosis Paru),
Kanker dan lain-lain.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tanyakan pada klien atau keluarga mengenai penyakit yang pernah
diderita anggota keluarga. Jika memungkinkan buatlah genogram atau
gambaran garis keturunan beserta penyakit yang pernah diderita terutama
untuk penyakit-penyakit yang sifatnya diturunkan atau penyakit menular.
3. Diagnosa keperawatan
Gangguan Mobilitas Fisik
4. Perencanaan
a. Diagnosa keperawatan
Gangguan mobilitas fisik
Karakteristik:
1. Kesulitan membolak balik posisi
2. Perubahan cara berjalan
3. Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik halus
4. Keterbatasan kemampuan melakukan keterampian motorik kasar
5. Keterbatasan rentang pergerakan sendi

Faktor yang berhubungan :

1. Penurunan kendali otot


2. Gangguan neuromoskular
3. Penurunan kekuatan otot
4. Kurang pengetahuan tentang aktivitas fisik
5. Keengganan memulai pergerakan
b. Rencana Tindakan
1. Monitoring vital sign sebelum atau sesudah latihan dan lihat respon
pasien saat latihan.
2. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai
dengan kebutuhan
3. Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah
terhadap cedera
4. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulasi.
5. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
6. Latihan pasien dalam pemenuhan kebutuhan adls secara mandiri sesuai
kemampuan
7. Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi
kebutuhan adls
8. Berikan alat bantu jika klien memerlukan
9. Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan.
Referensi
 https://www.alodokter.com/hemiparesis-kelemahan-otot-pada-salah-satu-sisi-
tubuh#:~:text=Hemiparesis%20adalah%20kondisi%20ketika%20salah,mengalami
%20kelemahan%20sehingga%20sulit%20digerakkan.
 https://www.alodokter.com/ketahui-informasi-tentang-hemiplegia-di-
sini#:~:text=Hemiplegia%20adalah%20kelumpuhan%20yang%20terjadi,otak
%20atau%20saraf%20tulang%20belakang.
 BUKU SIKI, SDKI, NIC

Anda mungkin juga menyukai