DISUSUN OLEH :
I. Konsep Penyakit
A. Definisi
hemiparesis adalah suatu kondisi yang umumnya disebabkan oleh stroke
atau cerebral palsy, meski bisa juga disebabkan oleh multiple sclerosis,
tumor otak, dan penyakit lainpada sistem saraf atau otak.Kata “hemi”
berarti, “satu sisi, sementara”, sedangkan“paresis” berarti “kelemahan”.
Hemiparesis adalah kondisi ketika salah satu sisi tubuh, dari kepala
hingga kaki, mengalami kelemahan sehingga sulit digerakkan. Kondisi ini
umumnya dialami oleh penderita stroke dan harus segera ditangani karena
bisa menyebabkan kelemahan permanen hingga kelumpuhan.
B. Etiologi
Penyebab utama terjadinya hemiparesis adalah adanya kerusakan
otak pada salah satu sisi. Kerusakan otak pada sisi tertentu akan
menyebabkan terjadinya kerusakan anggota tubuh pada sisi yang
berlawanan. Kerusakan otak yang paling utama disebabkan oleh
stroke.Stroke adalah gangguan peredaran darah di otak, bisa berupa
perdarahan atau penyumbatan. Selain disebabkan oleh penyakit stroke,
hemiparesis dapat juga disebabkan oleh :
1). Trauma hebat pada kepala yang menyebabkan kerusakan otak.
7). Kerusakan korda spinalis (serabut saraf yang berada di dalam tulang
belakang).
8). Atau berbagai penyakit lain yang dapat berpengaruh pada sistem saraf
(Heidy, 2017).
C. Patifisiologi
WOC
fisik mobilitas
kerusakan menurun
mobilitas
tirah baring
defisit perawatan
diri
E. Faktor Risiko
Hemiparesis terjadi akibat kerusakan pada sistem saraf pusat, yaitu otak
dan saraf tulang belakang. Sistem saraf pusat sendiri merupakan salah satu
sistem yang berfungsi untuk mengendalikan setiap aktivitas dalam tubuh,
termasuk gerakan tubuh. Jika terjadi kerusakan pada salah satu bagian dari
sistem saraf pusat, sinyal yang dikirim dari otak tidak bisa mengarahkan
otot untuk bergerak dengan normal. Sisi tubuh yang mengalami hemiparesis
biasanya berlawanan dengan sisi otak yang rusak. Misalnya, jika otak kanan
yang mengalami kerusakan, sisi tubuh yang terkena hemiparesis adalah sisi
kiri. Meski begitu, pada beberapa kasus, bagian tubuh yang terkena
hemiparesis bisa sama dengan sisi otak yang mengalami kerusakan.
Hemiparesis paling sering disebabkan oleh stroke. Namun, ada beberapa
kondisi lain yang juga bisa menyebabkan hemiparesis, yaitu:
1. Cedera kepala
2. Perdarahan otak, seperti epidural hematoma
3. Pelebaran pembuluh darah otak (aneurisma otak)
4. Cedera saraf tulang belakang
5. Tumor atau kanker otak
6. Infeksi otak, seperti meningitis, ensefalitis, dan abses otak
7. Penyakit autoimun yang menyerang sistem saraf, seperti multiple
sclerosis dan Bell’s palsy
8. Epilepsi
9. Gangguan perkembangan otak, seperti cerebral palsy
F. Pemeriksaan Penunjang
1). CT scan
2. Operasi
3. Fisioterapi
4. Psikoterapi
H. prognosisis
I. Komplikasi
1. Sulit bernapas
2. Ketegangan otot
3. Atrofi otot
4. Sulit mengontrol keluarnya tinja (inkontinensia tinja)
5. Sulit buang air kecil (retensi urine) atau malah sulit mengontrol
keluarnya urine (inkontinensia urine)
6. Lumpuh
7. Kerusakan otot permanen
J. Diagnosa keperawatan pada kasus pemenuhan kebutuhan dasar manusia
1. Pemberian obat
2. Operasi
3. Fisioterapi
4. Psikoterapi
2). Anamnese
a. Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal
masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang
menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau,
adanya nyeri pada luka.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Tingkat Kategori
Aktivitas/Mobilitas
Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh.
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat.
Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan
orang lain.
Tingkat 3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang
lain, dan peralatan.
Tingkat 4 Sangat tergantung dan tudak dapat
melakukan atau berpartisipasi dalam
perawatan
Sumber : Hidayat dan Uliyah (2014)
30-50
80-90
80-90
70-90
0-20
30-50
h. Perubahan Psikologis
1) Identitas Klien
Meliputi : Nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, suku, bangsa,
pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis,
no. registrasi.
2) Keluhan utama
Pasien tidak dapat melakukan pergerakan, merasakan nyeri pada area
fraktur, rasa lemah dan tidak dapat melakukan aktivitas.
3) Riwayat Kesehatan Sekarang
Kapan pasien mengalami fraktur, bagaimana terjadinya dan bagian
tubuh mana yang terkena.
4) Riwayat Kesehatan Sebelumnya
Apakah pasien pernah mengalami penyakit tertentu yang dapat
mempengruhi kesehatan sekarang.
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada anggota keluarga pasien memiliki penyakit keturunan
yang mungkin akan mempengaruhi kondisi sekarang.
a) Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit serupa
b) Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit menular
6) Riwayat Psikososial
Konsep diri pasien imobilisasi mungkin terganggu, oleh karena itu
kaji gambaran ideal diri, harga diri, dan identitas diri serta interaksi pasien
dengan anggota keluarga maupun dengan lingkungan tempat
tinggalnya.
7) Aktivitas sehari-hari Pengkajian ini bertujuan melihat perubahan pola
yang berkaitan dengan terganggunya sistem tubuh serta dampaknya
terhadap pemenuhan kebutuhan dasar pasien.
8) Pemeriksaan Fisik
a) Kondisi umum Pasien imobilisasi biasanya mengalami kelemahan,
kurangnya kebersihan diri dan penurunan berat badan.
b) Sistem pernapasan
Pengkajian untuk mendeteksi sekret, gerak dada saat bernapas,
auskultasi bunyi napas, dan nyeri pada daerah dada serta frekuensi
napas
pemeriksaan fisik pada fraktur femur yaitu :
a) Look, pada fraktur femur terbuka terlihat adanya luka terbuka pada
paha dengan deformitas yang jelas. Kaji berapa luas kerusakan
jaringan lunak yang terlibat. Kaji apakah pada luka terbuka ada
fragmen tulang yang keluar dan apakah terdapat adanya kerusakan
pada arteri yang berisiko meningkatkan respons syok hipovolemik.
Pada fase awal trauma sering didapatkan adanya serpihan didalam
luka, terutama pada trauma kecelakaan lalu lintas darat yang
mengantarkan pada risiko tinggi infeksi. Pada pemeriksaan look
akan didapatkan adanya pemendekan ekstremitas. Pemendekan
akan tampak jelas derajatnya dengan cara :mengukur kedua sisi
tungkai dari spina iliaka ke maleolus.
b) Feel, adanya keluhan nyeri tekan (tenderness) dan adanya krepitasi.
c) Move, daerah tungkai yang patah tidak boleh digerakkan,
karena akan memberikan respons trauma pada jaringan lunak
disekitar ujung fragmen tulang yang patah. Pasien terlihat tidak
mampu melakukan pergerakan pada sisi paha yang patah
c. Kepala
bentuk kepala, keadaan kulit kepala, nyeri kepala, distribusi rambut,
rambut mudah tercabut, alopesia,
d. Mata
kesimetrisan, edema kelopak mata, ptosis, sklera, konjungtiva,
ukuran pupil, ketajaman penglihatan, pergerakan bola mata, lapang
pandang, diplopia, photohopia, nistagmus, reflex kornea, nyeri.
e. Telinga
kesimetrisan, secret, serumen, ketajaman pendengaran, tinnitus,
nyeri,
f. Hidung
kesimetrisan, perdarahan, sekresi, fungsi penciuman, nyeri.
g. Mulut
fungsi berbicara, kelembaban bibir, posisi uvula, mukosa, keadaan
tonsil, stomatitis, warna lidah, tremor pada lidah, kebersihan lidah, bau
mulut, kelengkapan gigi, kebersihan gigi, karies, suara parau, kesulitan
menelan, nyeri menelan, kemampuan mengunyah, fungsi mengecap dan
lain-lain.
h. leher
mobilitas leher, pemeriksaan kelenjar tiroid, pelebaran vena
jugularis, trakhea dan lain-lain
i.thorak
j. abdomen
k. genetalia
l. anus dan parienal
m. ekstremitas
n. pengkajian kebutuhan dasar
kebutuhan oksigenisasi, kebutuhan nutrisi, kebutuhan istirahat
tidur, kebutuhan aktivitas, kebutuhan keamanan, kebutuhan kenyamanan,
kebutuhan psikososial, kebutuhan spiritual
M. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan
status masalah kesehatan aktual atau potensial. Tujuannya adalah
mengidentifikasi masalah aktual berdasarkan respon klien terhadap
masalah. Manfaat diagnosa keperawatan adalah sebagai pedoman
pemberian asuhan keperawatan dan menggambarkan suatu masalah
kesehatan dan penyebab adanya masalah. Menurut PPNI (2017)
masalah keperawatan yang muncul pada klien gangguan pemenuhan
kebutuhan aktivitas antara lain yaitu gangguan mobilitas fisik,
intoleransi aktivitas, keletihan dan risiko intoleransi aktivitas.
Diagnosa Keperawatan
a) Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan penurinan kendali
otot
b) gangguan integritas kulit/jaringan
c) defisit perawatan diri
L. Intervensi
M. Implementasi
DAFTAR PUSTAKA
Andri & Wahid. 2016. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Surabaya :
Mitra. Wacana Media
Bachtiar, R. 2019. Penerapan Range Of Motion pada Pasien Stroke dalam
Pemenuhan Kebutuhan Aktifitas di RSUD Kota Kendari. Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari.
Widyaswara Suwaryo, P., Widodo dkk, 2019. Faktor resiko yang mempengaruhhi
kejadian stroke. Jurnal keperawatan, 11(4), 251-260.
https://doi.org/https://doi.org/10.32583/keperawatan.v11i4.530