Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Defenisi
Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan defisit
neurologis mendadak sebagai akibat iskemia atau hemorogi sirkulasi saraf otak
. Istilah stroke biasanya digunakan secara spesifik untuk menjelaskan infark
serebrum (Nurarif & Kusuma, 2015).
Menurut World Health Organization, stroke adalah masalah kesehatan yang
terjadi akibat gangguan fungsi otak fokal (global), dimana gejala yang timbul
berlangsung selama 24 jam atau lebih tanpa adanya penyebab lain selain
vaskuler. Manajemen pre-hospital stroke merupakan pelayanan yang diberikan
pada saat dan selama korban pertama kali ditemukan, selama proses
transportasi hingga pasien tiba dirumah sakit. Penanganan korban selama fase
pre-hospital dapat menjadi penentu terhadap kondisi korban selanjutnya.
Perawatan pre-hospital yang tepat dan cepat dapat menurunkan angka
kecacatan dan kematian akibat dari trauma atau penyakit (Santoso & Trisnain,
2019).
Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak dan cepat,
yang berupa defisit neurologis fokal dan atau global, yang terkadang
berlangsung 24 jam atau nantinya jumlah penderita stroke di Indonesia adalah
terbanyak dan menduduki urutan pertama di Asia. Jumlah kematian yang
disebabkan oleh stroke menduduki urutan ke dua pada usia di atas 60 tahun dan
urutan kelima pada usia 15-59 tahun (Adelina. dkk, 2018)
B. Etiologi
Stroke dibagi menjadi 2 jenis yaitu : stroke iskemik dan stroke hemoragik
(Nurarif & Kusuma, 2015).
1. Stroke iskemik (non hemoragic) yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang
menyebabkan aliran darah ke otak sebagai atau keseluruhan terhenti. 80%
stroke adalah stroke iskemik. Stroke iskemik ini dibagi menjadi 3 jenis,
yaitu :
a. Stroke trombotik: proses terbentuknya thrombus yang membuat
penggumpalan
b. Stroke embolik: tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah
c. Hipoperfusion sestemik: berkurangnya aliran darah keseluruh bagian
tubuh karena adanya gangguan denyut jantung.
2. Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh
darah otak. Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita
hipertensi. Stroke hemoragik ada 2 jenis, yaitu:
a. Hemoragik intraserebral : pendarahan yang terjadi didalam jaringan
otak.
b. Hemoragik subaraknoid : pendarahan yang terjadi pada ruangan
subaraknoid (ruangan sempit antara permukaan otak dan lapisan
jaringan yang menutupi otak).
C. Patofisiologi
Stroke non hemoragik disebabkan oleh trombosis akibat plak aterosklerosis
yang member vaskularisasi pada otak atau oleh emboli dari pembuluh darah
dari luar otak yang tersangkut di arteri otak yang secara perlahaan akan
memperbesar ukuran plak sehingga terbentuk trombosis (Murti, 2014).
Trombus dan emboli didalam pembuluh darah akan terlepas dan terbawa
hingga terperangkap dalam pembuluh darah distal, lalu menyebabkan
pengurangan aliran darah yang menuju ke otak sehingga sel otak akan
mengalami kekurang nutrisi dan juga oksigen, sel otak yang mengalami
kekurangan oksigen dan glukosa akan menyebabkan asidosis lalu asidosis akan
mengakibatkan natrium, klorida, dan air masuk kedalam sel otak dan kalium
meninggalkan sel otak sehingga terjadi edema setempat. Kemudian kalsium
akan masuk dan memicu serangkaian radikal bebas sehingga terjadi perusakan
membrane sel lalu mengkerut dan tubuh mengalami defisit neurologis lalu
mati.
D. Phatway

Stroke Hemoragik Stroke non hemoragik

Peningkatan tekanan
sistemik Trombus/ emboli di
cerebral
Aneurisma
Suplai darah kejaringan
cerebral tidak adekuat
Perdarahan
arakhnoid/ventrikel
Perfusi jaringan cerebral
Hematoma cerebral tidak adekuat

PTIK/Hernia cerebral

Penurunan penekanan Vasospasme arteri


kesadaran saluran cerebral/saraf cerebral
pernafasan
Iscemic /infark
Ketidakefektifan pola
nafas Defisit neurologi

Area grocca
Hemisfer kiri

kerusakan fungsi
N.VII dan N. XII Hemiparese/ plegi
kanan

Hambatan
komunikasi verbal Hambatan
mobilitas fisik

Resiko cidera Resiko aspirasi Defisiensi


pengetahuan
E. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejalah stroke yaitu (Nurarif & Kusuma, 2015) :
1. Tiba-tiba mengalami kelemahan atau kelumpuhan separu badan
2. Tiba-tiba hilang rasa peka
3. Bicara cedel atau pelo
4. Gangguan bicara dan bahasa
5. Gangguan penglihatan
6. Mulut mencong atau tidak simetris ketika menyeringai
7. Gangguan daya ingat
8. Nyeri kepala hebat
9. Vertigo
10. Kesadaran menurun
11. Proses kencing terganggu
12. Gangguan fungsi otak
F. Komplikasi
Komplikasi stroke meliputi (Murti, 2014) :
1. Hipoksia serebral
2. Penurunan aliran darah serebral
3. Luasnya area cidera
4. Distritmia dapat mengakibatkan curah jantung tidak konsisten dan
penghentian thrombus lokal
G. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang stroke sebagai beriku (Nurarif & Kusuma, 2015):
1. Angiografi serebri
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti
pendarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari perdarahan
seperti aneurisma atau malformasi vaskuler
2. Lumbal pungsi, CT Scan, EEG, magnetic imaging resnance (MRI)
3. USG Doppler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem
kronis)
H. Penatalaksanaan
1. Stadium hiperakut
Tindakan pada stadium ini dilakukan di instalasi rawat darurat dan
merupakan tindakan resusitasi serebro-kardio-pulmonal bertujuan agar
kerusakan jaringan otak tidak meluas. Pada stadium ini pasien diberi
oksigen 2L/menit dan cairan kristaloid/koloid; hindari pemberian cairan
dekstrose atau salin dalam H2O
2. Stadium akut
Pada stadium ini, dilakukan penanganan faktor-faktor etiologik maupun
penyulit. Juga dilakukan tindakan terapi fisik, okupasi, wicara dan
psikologis serta telaah sosial untuk membantu pemulihan pasien.
Penjelasan dan edukasi kepada keluarga pasien perlu, menyangkut dampak
stroke terhadap pasien dan keluarga serta tata cara perawatan pasien yang
dapat dilakukan keluarga.
I. Pencegahan
1. Menurunkan tekanan darah tinggi
2. Menurunkan berat badan
3. Menjalani olahraga secara rutin
4. Mengobati diabetes
5. Menghentikan kebiasaan merokok
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
1. Anamnesa
a. Data demografi
Terdiri dari nama, usia, jenis kelamin, alamat, pendidikan,
pekerjaan, agama, nomor RM, tanggal masuk, dan tanggal pengkajian.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
2) Riwayat penyakit
3) Riwayat penggunaan obat
2. Pengkajian Head to toe dan pemeriksaan tanda-tanda vital
B. Diagnose Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas
2. Hambatan mobilitas fisik
3. Hambatan mobilitas verbal
4. Defisiensi pengetahuan
5. Resiko aspirasi
6. Resiko cidera
C. Rencana Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas
NIC:
a. Buka jalan nafas (gunakan tehnik chin lft atau jaw thrust bila perlu)
b. Posisikan pasien untuk memastimalkan ventilasi
c. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
d. Keluarkan secret dengan batuk
e. Pertahankan jalan nafas yang paten
f. Monitor aliran oksigen
g. Pertahankan posisi klien
h. Monitor tanda-tanda vital
i. Monitor suara paru
2. Hambatan mobilitas fisik
NIC:
a. Monitoring vital sign sebelum dan sesudah latihan dan lihat respon
pasien saat laihan
b. Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah
terhadap cedera
c. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
d. Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan
ADLs
e. Berikan alat bantu jika klien memerlukan
f. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai
dengan kebutuhan
3. Hambatan komunikasi verbal
NIC:
a. Gunakan penerjemah jika diperlukan
b. Beri satu kalimat simple setiap bertemu
c. Konsultasi dengan dokter kebutuhan terapi wicara
d. Berdiri depan pasien ketika berbicara
e. Dorong pasien untuk berkomunikasi secara perlahan dan untuk
mengulangi permintaan
f. Anjurkan pada pertemuan kelompok
g. Gunakan kartu baca, kertas, pensil, bahas tubuh, gambar, daftar
kosakata, bahasa asing, computer, dan lain-lain, untuk memfasilitasi
komunikasi dua arah yang optimal
4. Defisiensi pengetahuan
NIC:
a. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses
penyakit yang spesifik
b. Jelaskan patofiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan
dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat
c. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit dengan
cara yang tepat
d. Gambarkan proses penyakit
e. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
5. Resiko aspirasi
NIC:
a. Monitor tingkat kesadaran, reflek batuk, dan kemampuan menelan
b. Monitor status paru pelihara jalan nafas
c. Lakukan suction jika diperlukan
d. Potong makanan kelil-kecil
e. Haluskan obat sebelum pemberian
f. Posisi tegak 90 derajat atau sejauh mungkin
6. Resiko cidera
NIC:
a. Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
b. Menghindari lingkungan yang berbahaya (misalnya memindahkan
perabotan)
c. Memasang side rail tempat tidur
d. Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
e. Membatasi pengunjung
f. Menganjurkan keluarga untuk menemani psien
g. Mengontrol lingkungan dari kebisingan
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2005.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume


2.EGC. Jakarta

Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta:EGC

Hidayat A. A., & Uliyah M., (2013). Buku Saku kebutuhan dasar manusia.

Jakarta: Buku kedokteran EGC.

Herdman H., & Kamitsan S., (2015). Diagnosis Keperawatan Defenisi dan

Klasifikasi, Jakarta: EGC.

Hanindhiya Fikriani, Yoga W Wardhana, (2018). Farmaka, Suplemen Vol 16

No.2.

Mansjoer Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : FKUI.

Nurjannah L., & Tumanggur D. R., (2013). Nursing Interventions Classification

(NIC), Edisi ke Enam, Singapure: Elsevier Inc.

Nurarif, A. H.,& Kusuma, H. (2015). Buku asuhan keperawatan berdesarkan

diagnose medis & NANDA nic-noc. Jogjakarta : Medi Action.

Price, Wilson. 2006. Patofisiologi Vol 2 ; Konsep Kllinis Proses-proses

Penyakit. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai