Disusun Oleh :
Dwi Wijayanti
2211040089
B. ETIOLOGI
Stroke biasanya terjadi disebabkan oleh salah satu dari kejadian dibawah ini :
1. Thrombolisis
Pengumpulan trombus mulai terjadi dari adanya kerusakan pada bagian garis
endotelial dari pembuluh darah. Arteroslerosis menyebabkan zat lemak tertumpuk dan
membentuk plak di dinding pembuluh darah, plak ini yang membuat pembuluh drah
menyempit (Black & Hawks, 2014)
2. Emboli cerebra
Yaitu bekuan darah atau lainnya seperti lemak yang mengalir melalui
pembuluh darah dibawa ke otak, dan nyumbat aliran darah bagian otak tertentu
(Nurarif, 2015).
3. Spasme pembuluh darah
Spasme arteri serebral yang disebabkan oleh infeksi, penurunan aliran darah
ke arah otak yang disuplay oleh pembuluh darah yang menyempit (Black & Hawks,
2014).
C. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala stroke non hemoragik antara lain;
Gambaran klinis stroke non hemorargik terkait dengan arteri yang terkena
1. Arteri karotis interna
a. Hemiparesis atau paralisis pada bagian wajah, lengan dan kaki
b. Defisit sensorik kontralateral pada wajah, lengan dan kaki
c. Afasia atau disfasia jika terkena hemisfer yang dominan
d. Apraksia, agnosia, dan unilateral neglect jika terkena hemisfer non dominan
e. Gangguan penglihatan (Chang, 2010)
2. Arteri serebri anterior
a. Hemiparesis pada kaki sampai tungkai bagian bawah
b. Berkurangnya sensorik kontralateral pada kaki sampai tungkai bagian bawah
c. Kehilangan kemampuan untuk membuat keputusan atau bertindak secara volunter
d. Inkontinensia urine (Lemone, dkk, 2016)
3. Arteri serebri media
a. Hemiplegia pada derah (flacid pada muka, lengan dan tungkai pada
sisi kontralateral)
b. Gangguan sensorik (pada daerah yang sama sebagai hemiplegia)
c. Aphasia (aphasia global jika hemisfer dominan yang dipengaruhi)
d. Hemonymous hemianopsia
e. Bingung sampai dengan koma (makin buruk tingkat kesadaran)
f. Ketidakmampuan menggerakan mata terhadap sisi yang paralisis
g. Denial paralisis
h. Kemungkinan pernapasan chynestokes
i. Sakit kepala
j. Paresis vasomotor
4. Arteri vertebrobasilaris
a. Lemah di sisi yang diserang
b. Mati rasa di sekitar bibir dan mulut
c. Potongan bidang visual
d. Diplopia
e. Koordinasi buruk
f. Disfagia
g. Bicara mencerca
h. Pusing
i. Amnesia dan ataksia (Masriadi, 2016)
5. Arteri basilaris
a. Quadriplegia
b. Kelemahan otot faring, lidah, dan wajah (Chang, dkk, 2010)
6. Arteri serebralis
a. Atakasia, vertigo, limbung dan nistagmus
b. Mual dan muntah
c. Gangguan rasa nyeri dan sensibilitas terhadap suhu pada batang tubuh
dan ekstermitasdi sisi kontralateral
d. Paralisis tatapan mata
e. Pupil kecil dan ptosis pada sisi kelopak mata yang terkena (Chang, dkk, 2010)
Gambaran klinis stroke non hemorargik berdasarkan sisi otak yang terkena menurut
(Nair& Peate, 2015) antara lain :
Trombotik bekuan cairan didalam pembuluh darah adalah tipe stroke yang paling
umum terjadi, dimana sering dikaitkan dengan ateroklerosis dan menyebabkan
penyempitan lumen arteri sehingga menyebabkan gangguan suplai darah yang menuju ke
otak yang dapat mengenai arteri serebral tunggal. Stroke infak lakunar terjadi ketika
stroke trombotik mengenai pembuluh serebral terkecil tidak segera ditangani sehingga
meninggalkan rongga kecil di jaringan otak atau batang otak yang dapat mengenai arteri
serebral tengah tengah danarteri serebral posterior (Lemone, dkk, 2016)
Penyebab umum yang terakhir adalah stroke embolik kardiogenik (bekuan darah atau
material lain) terjadi ketika bekuan darah dari fibrilasi atrial, trombi ventrikel, infark
miokard, penyakit jantung kongesti, atau plak ateroklrerosis masuk ke sistem sirkulasi dan
menjadi tersumbat pada pembuluh serebral tersebut, sehingga menyebabkan oklusi
pembuluh darah, yang dapat mengenai arteri serebral tengah (Lemone, dkk, 2016).
E. PATHWAY
Faktor yang dapat
Faktor yang tidak dimodifikasi : hipertensi, DM,
dapat dimodifikasi :
Penyumbatan jantung, life style
umur, ras, jenis
pembuluh
Iskemik jaringan
pada otak
Kerusakan
pusat gerakan Stroke
motorik
non hemoragik
Gangguan Perfusi
Serebral Tidak ke Gangguan
Suplai oksigen Komunikasi
Gangguan
otak menurun
Mobilitas
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. CT scan mengidentifikasi area perdarahan (biasanya untuk pemakaian darurat.
2. MRI (Magnetic Resonance Imaging) mengidentifikasi lokasi iskemik (lebih lambat
dariCT scan).
3. MRA (Maagnetik Resonance Angiography) dapat mengidentifikasi
vasculature abnormalatau vasospasm.
4. Difusi atau perfusi MRI/MRA akan menunjukkan area yang tidak mendapatkan
suplaidarah dalam jumlah cukup, namun belum mengalami infarktus.
5. SPECT (Single Photon Emission Computed Tomography) akan menunjukkan area
yangtidak mendapat perfusi secara tepat
G. PENATALAKSANAAN
a. Bantuan kepatenan jalan nafas, ventilasi dengan bantuan oksigen.
b. Pembatasan aktivitas/ tirah baring.
c. Penatalaksanaan cairan dan nutrisi.
d. Obat-obatan seperti anti Hipertensi, Kortikosteroid, analgesik.
e. EKG danp emantauanjantung.
f. Pantau Tekanan Intra Kranial ( TIK )
g. Rehabilitasi neurologik
H. FOKUS PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
a. Umur
Stroke ditemukan pada semua golingan usia, namun sebagian besar akan
dijumpaipada usia di atas 55 tahun. Kejadian stroke secara eksposional meningkat
pada usia yang sudah lanjut, dimana akan terjadi peningkatan 100 kali lipat pada
usia 80-90 adalah 300/10.000 dibandingkan dengan 3/10.000 pada golongan usia
30 40 tahun (Bustan, 2015).
b. Jenis kelamin
Laki-laki memiliki kecenderungan lebih besar untuk terkena stroke
dibandingkan dengan wanita, hal ini terjadi karena laki-laki memiliki hormon
testoteron yang bisa meningkatkan kadar LDL darah.
c. Alamat / Tempat tinggal
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan (Ghani,dkk, 2016) bahwa
penderitastroke paling banyak terjadi yang tinggal di perkotaan daripada di
perdesaan
2. Pengkajian
PrimerAirway
Pada penderita stroke yang mengalami penurunan kesadaran
umumnya mengalamihambatan jalan napas dan sekret berbuih
a) Breathing
1) Inspeksi
Terdapat retraksi otot pernapasan, pernapasan lebih dari 20 x/menit,
kesulitan bernapas, sesak napas atau apnea, kemungkinan pernapasan
cheynestokes
2) Palpasi
Focal fremitus umumnya tidak seimbang antara kanan dan kiri selama
adapenumpukan sekret
3) Perkusi
Terdapat bunyi hipersonor jika terdapat sekret dalam lapang paru
4) Auskultasi
Terdapat suara napas tambahan ronkhi, wheezing jika pasien stroke
mengalami penurunan kesadaran.
c) Circulation
1) Tekanan darah : dapat ditemukan tekanan darah tinggi/hipertensi
dengan tekanaandarah >200 mmHg
2) Nadi : Frekuensi nadi dapat bervariasi
3) Suhu : Hipertermia
4) Capilary Refill Time : Kapiler refill time > 1-2 detik
5) Sianosis/pucat
Pada pasien stroke non hemorargik yang mengalami perfusi serebral
tidakefektif menyebabkan kadar PaO2< 95% sehingga menyebabkan
sianosis
6) Akral
Pada pasien stroke non hemorargik mengalami diaforesis sehingga
dapatditemukan akral dingin
7) Kelembapan
Pada pasien stroke non hemorargik mengalami diaforesis dan akral
dinginsehingga mengalami kelembapan pada kulitnya.
8) Disability
a. GCS/AVPU
b. Respon bicara (verbal)
c. Respn motorik
d. Secondary survey
e. Five intervensi
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan perfusi serebral tidak efektif b.d stroke
2. Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot
3. Gangguan komunikasi verbal b.d penurunan sirkulasi serebral
J. INTERVENSI
No Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan
1. Gangguan perfusi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Peningkatan
serebral tidakefektif keperawatan selama 3x24 Tekanan Intrakranial (I.06194)
b.d stroke (D.0017) jam diharapkan masalah Observasi :
gangguan Perfusi Serebral - Monitor tanda/gejala
dapat teratasi dengan kriteria peningkatan TIK (tekanan
hasil : darah meningkat, tekanan nadi
Perfusi serebral (L.02014) melebar, bradikardia, pola
Indikator A T nafas ireguler, kesadaran
Tingkat 2 5
menurun)
kesadaran
Sakit kepala 2 5 - Monitor intake dan output
Kegelisahan 2 5 cairan
- Monitor status pernafasan
Terapeutik
- Minimalkan stimulus dengan
menyediakan lingkungan yang
tenang
- Berikan posisi semi fowler
- Pertahankan suhu tubuh
normal
Aktivitas 2 5
yang tepat
Mekanika 2 5
tubuh yang
tepat
- Identifikasi perilaku
emosional dan fisik sebagai
bentuk komunikasi
- Monitor frustasi, marah,
depresi atau hal lain yang
mengganggu bicara
Terapeutik :
- Gunakan metode komunikasi
alternatif (mis. menulis, mata
berkedip, isyarat tangan)
- Sesuaikan gaya komunikasi
dengan kebutuhan (mis.
berdiri di depan pasien dan
mendengarkan dengan
seksama)
- Ulangi apa yang dibicarakan
pasien
- Berikandukungan psikologis
Edukasi :
- Anjurkan berbicara perlahan
- Ajarkan pasien dan keluarga
proses kognitif anatomis, dan
fisiologis yang berhubungan
dengan kemampuan bicara.
DAFTAR PUSTAKA
Wicaksana,Wati, M. (2017). Perbedaan Jenis Kelamin Sebagai Faktor Risiko Terhadap
KeluaranKlinis Pasien Stroke Iskemik. Jurnal Kedokteran Diponegoro, 6(2), 656.
Black, J dan Hawks, J. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk
Hasil yang Diharapkan. Dialihbahasakan oleh Nampira R. Jakarta: Salemba Emban
Patria
Bustan, (2015). Manajemen pengendalian penyakit tidak menular. Jakarta : Rineka Cipta
Chang, E., Daly, J., dan Elliott, D. (2010). Patofisiologi Aplikasi Pada Praktik
Keperawatan, 112-113, Jakarta: EGC.
Alchuriyah, S & Wahjuni (2016). Faktor Risiko Kejadian Stroke Usia MudaPada Pasien
Rumah Sakit Brawijaya Surabaya. Surabaya: Departemen Epidemiologi Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.
Ghani L, Laurentia K M & Delima. (2016). Faktor Risiko Dominan Penderita Stroke Di
Indonesia. Buletin Penelitian Kesehatan. Maret 2016. Vol. 44, No. 1,: 49-58
Nur’aeni Yuliatun Rini. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Klien Stroke Non Hemoragik
Dengan Masalah Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral Di Ruang Kenanga
RSUD Dr. Soedirman Kebumen, Program Studi DIII Akademi Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
LeMone, dkk. (2016). Keperawatan Medikal Bedah, Alih bahasa. Jakarta: EGC
Masriadi. (2016). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Trans
Info Media