Anda di halaman 1dari 10

BAB I

KONSEP MEDIS

A. Defenisi
Penyakit Parkinson adalah penyakit gangguan saraf kronis dan prognesif
yang ditandai dengan gemetar, kekakuan, berkurangnya kecepatan getaran, dan
ekspresi wajah kosong seperti topeng dengan salvias berlebihan (Nurarif &
Kusuma, 2015)

B. Etiologi
Parkinson di klasifikasikan sebagai berikut:
1. Primer atau idiopatik
a. Penyebab tidak diketahui
b. Sebagian besar merupakan penyakit Parkinson
c. Ada peran toksin yang berasal dari lingkungan
d. Ada peran faktor genetic bersifat sporadic
2. Sekunder atau akuisita
a. Timbul setelah terpajan suatu penyakit/zat
b. Infeksi dan paska infeksi otak
c. Terpapar kronis oleh toksin
d. Efek obat
e. Paska stroke
f. Lain-lain: hipotiroid, hipoparatiroid, tumor/trauma otak, hidrosefalus
bertekanan normal
3. Sindrom Parkinson plus: timbul bersama dengan gejala neurologi
4. Kelainan degenerative diturunkan
C. Patofisiologi
Penyebab terjadinya penyakit Parkinson adalah kurangnya jumlah
neurotransmitter dopamine di dalam susunan saraf.
Jika otak memerintahkan sesuatu aktivitas (misalnya mengangkat lengan),
maka sel-sel saraf di dalam ganglia basalis akan membantu menghaluskan
gerakan tersebut dan mengatur perubahan sikap tubuh. Ganglia basalis
mengolah sinyal dan mengantarkan pesan ke thalamus, yang akan,
menyampaikan informasi yang telah diolah kembali ke korteks otak besar.
Keseluruhan sinyal tersebut diantara oleh bahan kimia neurotransmitter
sebagai implus listrik disepanjang jalur saraf dan di antara saraf-saraf.
Neurotransmiter yang utama pada ganglia basalis adalaah dopamine.
Pada penyakit Parkinson, sel-sel saraf pada ganglia basalis mengalami
kemunduran sehingga pembentukan dopamine berkurang dan hubungan
dengan sel saraf dan otat lainnya juga lebih sedikit
Penyebab dari kemunduran sel saraf dan berkurangnya dopamine terkadang
tidak diketahui. Penyakit ini cenderung diturunkan, walau terkadang faktor
genetic tidak memegang peran utama
D. Phatway

faktor predisposisi di Dopamine Kehilangan kelola


substansi nigra: usia menipis dalam dari substansi nigra
& arterioklerosis, substansi nigra
induksi obat dan dan korpus Globus palidus
keracunan logam berat striatnum mengeluarkan implus
yang abnormal
Aliran darah Kerusakan control
serebral regional gerakan volunteer yang Implus globus palidus
menurun memiliki ketangkasan ini tidak melakukan
sesuai dan gerakan inhibisi terhadap
otomatis korteks piramidalis
Manifestasi
psikiatrik
Gangguan N. VIII Gangguan N. III

Perubahan
kepribadian, Regreditas deserebrasi
psikosis, demensia, Gangguan konstraksi
dan konfusi akut Perubahan gaya otot-otot bola mata
berjalan, kekakuan
dalam beraktifitas

Kognitif menurun Gangguan N. III


persepsi menurun
Gangguan konstraksi
otot-otot bola mata
Hambatan
komunikasi verbal
Gangguan konvergensi
Ketidakefektifan
koping
Pandangan kabur

Perubahan Hambatan mobilitas Perubahan persepsi


aktifitas fisik fisik sensorik visual
umum

Resiko cidera
Konstipasi
Tremor ritmik Gangguan N. IX, X
bradikinesia

Kesulitan menelan
Perubahan wajah dan
sikap tubuh

Ketidakseimbangan
Gangguan citra nutrisi kurang dari
tubuh kebutuhn tubuh

E. Manifestasi Klinik
Gejala Parkinson dapat muncul pada usia berapapun, tetapi onset rata-rata
gejala terjadi pada usia 60 tahun dan jarang ditemukan pada usia 30 tahun.
Penyakit Parkinson memiliki gejala klinis sebagai berikut:
1. Tremor terjadi pada saat istirahat dengan tingkat keparahan relative stabil
2. Bradikinesia (pergerakan lambat), hilang secara spontan
3. Hypokinase (berkurangnya gerakan)
4. Tindakan dan pergerakan yang tidak terkontrol
5. Gangguan saraf otonom (sulit tidur, berkeringat, hipotensi ortostatik)
6. Dysathria (kesulitan bicara karena kelumpuhan otot)
7. Dyspagia (kesulitan menelan)
8. Perubahan status mental
9. Wajah seperti topeng

F. Komplikasi
1. Kondisi depresi
2. Sulit berbicara dan mengunyah
3. Demensia
4. Gangguan usus dan kandung kemih
5. Gangguan tidur
6. Masalah tekanan darah
7. Disfungsi seksual
8. Gangguan indera penciuman

G. Pemeriksaan Penunjang
1. EEG (Biasanya terjadi perlambatan yang progresif), MRI, PET
2. CT-Scan kepala (biasanya terjadi otropil kortikal difuse, sulki melebar,
hidrosefalua eks vakuo). Penyakit Parkinson merupakan penyakit kronis
yang membutuhkan penanganan secara holistic meliputi berbagai bidang.
Untuk saat ini tidak ada terapi untuk menyembuhkan penyakit ini, tetapi
pengobatan dan operasi dapat mengatasi gejala yang timbul.

H. Penatalaksanaan
1. Terapi obat-obatan: Antikolinergik. carbidopa/levodopa, COMT inhibitors,
agonis dopamine, MAO-B inhibators, dan amantadine (symmetrel)
2. Deep brain stimulation
Pengobatan dengan cara memasukkan elektroda yang memancarkan
impuls listrik frekuensi tinggi terus-menerus kedalam otak
3. Terapi fisik
Program terapi fisik pada penyakit Parkinson merupakan program
jangka panjang dan jenis terapi disesuaikan dengan perkembangan atau
perburukan penyakit, misalnya perubahan pada regiditas, tremor dan
hambatan lainnya. Latihan fisik yang teratur, termasuk yoga, taichi,
ataupun tari dapat bermanfaat dalam menjaga dan meningkatkan mobilitas,
fleksibilitas, dan keseimbangan. Latihan dasar selalu dianjurkan, seperti
membawa tas, memakai dasi, mengunya keras, dan memindahkan makanan
didalam mulut.
4. Terapi suara
5. Terapi gen
6. Pencangkokan saraf
Cangkok sel stem secara genetic untuk memproduksi dopamine atau sel
stem yang berubah menjadi sel memproduksi dopamine telah mulai
dilakukan
7. Terapi neuroprotektif
8. Nutrisi
Vitamin C dan vitamin E dosis tinggi secara teori dapat menurangi
kerusakan sel yang terjadi pada pasien Parkinson.

I. Pencegahan
Belum diketahui apakah penyakit Parkinson dapat dicegah. Akan tetapi,
olahraga rutin dan konsumsi makanan kaya antioksidan diyakini dapat
mengurangi risiko seseorang terkena penyakit ini. Sejumlah penelitian juga
menunjukan bahwa penyakit Parkinson jarang menyerang seseorang yang rutin
mengonsumsi minuman berkafein, seperti kopi dan the.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
1. Anamnesa
a. Data demografi
Terdiri dari nama, usia, jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan,
agama, nomor RM, tanggal masuk, dan tanggal pengkajian.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
2) Riwayat penyakit
3) Riwayat penggunaan obat
2. Pemeriksaan head to toe dan pengukuran tanda-tanda vital

B. Diagnosa Keperawatan
1. Hambatan mobilitas fisik
2. Konstipasi
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4. Hambatan komunikasi verbal
5. Resiko cidera
6. Ketidakefektifan koping
7. Gangguan citra tubuh

C. Rencana Keperawatan
1. Hambatan mobilitas fisik
NIC:
a. Monitoring vital sign sebelum dan sesudah latihan dan lihat respon
pasien saat laihan
b. Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah
terhadap cedera
c. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
d. Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan
ADLs
e. Berikan alat bantu jika klien memerlukan
f. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai
dengan kebutuhan
2. Konstipasi
NIC:
a. Monitor tanda dan gejala konstipasi
b. Monitor bising usus
c. Monitor feses: frekuensi, konsistensi dan volume
d. Dukung intake cairan
e. Timbang cairan secara teratur
f. Anjurkan pasien/keluarga untuk diet tinggi serat
g. Pantau tanda-tanda dan gejala konstipasi
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
NIC:
a. Kaji adanya alergi makanan
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien
c. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
d. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
e. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
f. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin c
4. Hambatan komunikasi verbal
NIC:
a. Gunakan penerjemah jika diperlukan
b. Beri satu kalimat simple setiap bertemu
c. Konsultasi dengan dokter kebutuhan terapi wicara
d. Berdiri depan pasien ketika berbicara
e. Dorong pasien untuk berkomunikasi secara perlahan dan untuk
mengulangi permintaan
f. Anjurkan pada pertemuan kelompok
g. Gunakan kartu baca, kertas, pensil, bahas tubuh, gambar, daftar
kosakata, bahasa asing, computer, dan lain-lain, untuk memfasilitasi
komunikasi dua arah yang optimal
5. Resiko cidera
NIC:
a. Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
b. Menghindari lingkungan yang berbahaya (misalnya memindahkan
perabotan)
c. Memasang side rail tempat tidur
d. Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
e. Membatasi pengunjung
f. Menganjurkan keluarga untuk menemani psien
g. Mengontrol lingkungan dari kebisingan
6. Ketidakefektifan koping
NIC:
a. Memfasilitasi pasien untuk membuat keputusan
b. Bantu pasien mengidentifikasi keuntungan, kerugian dari keadaan
c. Bantu pasien untuk identifikasi bermacam-macam nilai kehidupan
d. Bantu pasien identifikasi strategi positif untuk mengatur pola nilai
yang dimiliki
e. Anjurkan pasien untuk mengidentifikasi gambaran perubahan peran
yang realistis
f. Gunakan pendekatan tenang yang meyakinkan
g. Bantu pasien untuk memutuskan mengenai cara menyelesaikan
masalah
7. Gangguan citra tubuh
NIC:
1. Kaji secara verbal dan non verbal respon klien terhadap tubuhnya
2. Dorong klien mengungkapkan perasaannya
3. Mendorong pasien untuk kekuatan identitas
4. Membantu pasien untuk menemukan penerimaan diri.

Anda mungkin juga menyukai