Anda di halaman 1dari 17

PANDUAN PRAKTIK KLINIS

ILMU KESEHATAN JIWA

Service from the Heart

RS Dharma Kerti 2019


KEPUTUSAN DIREKTUR RS DHARMA KERTI
No:

TENTANG
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
ILMU KESEHATAN JIWA DI RS DHARMA KERTI

DIREKTUR RS DHARMA KERTI,

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di RS


Dharma Kerti diperlukan suatu proses pelayanan yang profesional,
cepat, dan tepat serta sesuai dengan ketentuan dan standar
yang berlaku;
b. bahwa untuk kepentingan tersebut di atas, perlu diterbitkan Surat
Keputusan Direktur tentang Panduan Praktik Klinis Ilmu
Kesehatan Jiwa di RS Dharma Kerti ;

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004


tentang Praktik Kedokteran ;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan ;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit ;
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2014 tentang
tenaga kesehatan ;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1438 tahun
2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran ;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 755 tahun
2011 tentang Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 tahun
2017 tentang Keselamatan Pasien ;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34 tahun
2017 tentang Akreditasi Rumah Sakit ;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PANDUAN PRAKTIK KLINIS ILMU KESEHATAN JIWA RS DHARMA


KERTI
Kesatu : Panduan Praktik Klinis Ilmu Kesehatan Jiwa di RS Dharma Kerti
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
Kedua : Keputusan ini berlaku sejak ditetapkan dan direview paling lambat
dalam waktu tiga tahun

Ditetapkan di Tabanan
Pada Tanggal 25 Juni 2019
Direktur,

Dewa Putu Sukandi Jayaningrat


DAFTAR ISI

DELIRIUM................................................................................................................... 1
DEMENTIA................................................................................................................. 3
SKIZOFRENIA............................................................................................................ 5
GANGGUAN WAHAM MENETAP.............................................................................. 7
GANGGUAN PANIK................................................................................................... 9
GANGGUAN DEPRESI.............................................................................................. 11
GANGGUAN OBSESIF KOMPULSIF........................................................................ 13
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RUMAH SAKIT DHARMA KERTI

DELIRIUM
1. Pengertian Kejadian akut atau subakut neuropsikiatri berupa penurunan
(Definisi) fungsi kognitif dengan gangguan irama sirkardian dan bersifat
reversibel

2. Anamnesis  Gambaran mencolok adanya defisit untuk memusatkan,


mempertahankan, memindahkan perhatian
 Halusinasi visual sering ditemukan
 Gangguan irama tidur
 Fluktuasi kesadaran à disorientasi, amnesia, tidak kooperatif

 Kesadaran berkabut
 Kesulitan mempertahankan atau mengalihkan perhatian
 Diorientasi
 Ilusi
 Halusinasi
3. Pemeriksaan Fisik  Perubahan kesadaran yang berfluktuasi
 Disfrasia
 Disartria
 Tremor
 Asteriksis pada ensefalopati hepatikum dan uremia
 Kelainan motorik

4. Kriteria Diagnosis  Gangguan kesadaran


 Gangguan timbul setelah suatu periode waktu yang singkat
 Perubahan kognisi
 Disebabkan oleh akibat fisiologis langsung dan kondisi medis
umum.
5. Diagnosis
Delirium
6. Diagnosis Banding Dementia

7. Pemeriksaan  Pemeriksaan laboratorium: Darah, urine, faeses


Penunjang  Pemeriksaan CT scan

8. Terapi  Neuroleptik (haloperidol,risperidone,olanzapine)


 Haloperidol (haldol)
 Risperidone (risperdal)
 Short acting sedative ( lorazepam )
 Vitamin, thiamine (thiamilate) dancyanocobalamine
(nascobal, cyomin, crystamine)
 Terapi Cairan dan Nutrisi

9. Edukasi  Lindungi pasien dan orang lain dari perilaku merusak diri
 Hindari dari benda-benda berbahaya
 Perawatan dengan pengawasan yang ketat
 Dukungan dan peran serta keluarga
 Maksimalkan rasa aman
10. Prognosis
Tergantung pada etiologi yang melatarbelakangi
11. Tingkat
Evidens IV

12. Tingkat
Rekomendasi C

13. Penelaah Kritis Spesialis Kesehatan Jiwa

14. Indikator Medis Kondisi pasien membaik

15. Kepustakaan  Diagnosis Gangguan Jiwa, rujukan ringkas dari PPDGJ-III,


editor Dr, Rusdi Maslim.1993. hal 3
 Kaplan.H.I, Sadock. B.J, Sinopsis Psikiatri : Ilmu
Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis, edisi ketujuh, jilid
satu. Binarupa Aksara, Jakarta 1997. hal 502-540.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RUMAH SAKIT DHARMA KERTI

DEMENTIA
Suatu gangguan mental organik yang biasanya diakibatkan
1. Pengertian oleh proses degeneratif yang progresif yang mengenai fungsi
(Definisi) kognitif

 Gangguan memori & kognitif


2. Anamnesis  Deteriorasi
 Penderita murung, menarik diri, menjauhi teman lama
 Obsesi
 Daya nilai menurun
 Apati
 Gangguan kepribadian menyeluruh à mengurus diri (-)
 Tak mampu mengingat, komunikasi
 Gejala neurologik à afasia, apraksia, agnosia, buta
kortikal
 Gangguan Daya Ingat
 Gangguan Bahasa
3. Pemeriksaan Fisik
 Perubahan Kepribadian
 Psikosis
 Gangguan Daya Ingat
4. Kriteria Diagnosis  Gangguan Bahasa
 Perubahan Kepribadian
 Psikosis
5. Diagnosis Dementia
 Delirium
6. Diagnosis Banding  Depresi
 Fractitious disorder
7. Pemeriksaan  Pemeriksaan laboratorium: Darah, urine, faeses
Penunjang  Pemeriksaan CT scan
8. Terapi Dukungan dan psikoterapi edukasional

 Lindungi pasien dan orang lain dari perilaku merusak diri


9. Edukasi  Hindari dari benda-benda berbahaya
 Perawatan dengan pengawasan yang ketat
 Dukungan dan peran serta keluarga
Ad vitam : dubia ad bonam
10. Prognosis Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fumgsionam : dubia ad malam
11. Tingkat IV
Evidens
12. Tingkat C
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis Spesialis Kesehatan Jiwa

14. Indikator Medis Kondisi pasien membaik

 Diagnosis Gangguan Jiwa, rujukan ringkas dari PPDGJ-


15. Kepustakaan III, editor Dr, Rusdi Maslim.1993. hal 3
 Kaplan.H.I, Sadock. B.J, Sinopsis Psikiatri : Ilmu
Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis, edisi ketujuh, jilid
satu. Binarupa Aksara, Jakarta 1997. hal 502-540.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RUMAH SAKIT DHARMA KERTI

SKIZOFRENIA

1. Pengertian Suatu gangguan psikiatrik mayor yang ditandai dengan adanya


(Definisi) perubahan pada persepsi, pikiran, afek, dan perilaku seseorang.

 Halusinasi pendengaran, seperti mendengar suara-suara


2. Anamnesis  Delusi, seperti percaya rekan kerja ingin meracuni Anda
 Kegelisahan
 Kemarahan
 Emosi datar
 Kekerasan
 Banyak berargumentasi (berdebat)
 Merasa diri penting atau memandang orang lain rendah.
 Pikiran dan perilaku bunuh diri

 Halusinasi pendengaran
3. Pemeriksaan Fisik  Delusi
 Emosi datar
 Disorganisasi
 Gangguan daya pikir
 Katalepsi
 Waxy
 Stupor
 Gaduh gelisah katatonik
 Negativism yang ekstrim
 Rigidity
 Mutism
 Keanehan dalam sikap tubuh (bizarre posture), gerakan
tubuh dan melakukan gerakan-gerakan yang tidak
terkendali.
 Echolia (mengulang ucapan orang lain) dan echopraxia
(mengikuti tingkah laku orang lain).
 Menarik diri secara sosial
 Pikiran-pikiran ganjil
 Inaktivitas
 Afek datar.
4. Kriteria Diagnosis  Gejala “negative” dari skizofrenia yang menonjol misalnya
perlambatan psikomotorik, aktivitas menurun, afek yang
menumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan
dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non-
verbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak
mata, modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri dan
kinerja sosial yang buruk
 Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di
masa lampau yang memenuhi kriteria untuk diagnosis
skizofenia;
 Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun
dimana intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti
waham dan halusinasi telah sangat berkurang (minimal)
dan telah timbul sindrom “negative” dari skizofrenia;
 Tidak terdapat dementia atau penyakit / gangguan otak
organik lain, depresi kronis atau institusionalisasi yang
dapat menjelaskan disabilitas negative tersebut

5. Diagnosis Skizofrenia
6. Diagnosis Banding  Gangguan skizoafektif
 Gangguan waham menetap
7. Pemeriksaan
-
Penunjang
 Terapi obat-obatan anti psikotik {Fenothiazin,
8. Terapi Khloropromazin (dengan nama jual Thorazine),
butirofenon (haloperidol, Hadol), dan thioksantin
(thiothiksin, Navane)}
 Terapi Elektrokonvulsif (ECT)
 Terapi psikososial

 Lindungi pasien dan orang lain dari perilaku merusak diri


9. Edukasi  Hindari dari benda-benda berbahaya
 Perawatan dengan pengawasan yang ketat
 Dukungan dan peran serta keluarga
Ad vitam : dubia ad bonam
10. Prognosis Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam
11. Tingkat Evidens
IV

12. Tingkat C
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis Spesialis Kesehatan Jiwa

14. Indikator Medis Kondisi pasien membaik

 Diagnosis Gangguan Jiwa, rujukan ringkas dari PPDGJ-


15. Kepustakaan III, editor Dr, Rusdi Maslim.1993. hal 3
 Kaplan.H.I, Sadock. B.J, Sinopsis Psikiatri : Ilmu
Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis, edisi ketujuh, jilid
satu. Binarupa Aksara, Jakarta 1997. hal 502-540.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RUMAH SAKIT DHARMA KERTI

GANGGUAN WAHAM MENETAP

Serangkaian gangguan dengan waham waham yang


1. Pengertian berlangsung lama dan merupakan sebagai satu satunya gejala
(Definisi) klinis yang khas atau yang paling mencolok serta tidak dapat
digolongkan sebagai ganggguan menal organik,skizofrenia atau
afektif.

 Waham yang sistematis


2. Anamnesis  Waham yang non sistematik
 Waham kebesaran (delusi megaloman)
 Waham kehinaan (delusi nihilistic)
 Waham tuduhan diri
 Waham kejaran (delution of persecution)
 Waham sindiran
 Erotomania: waham cinta, biasanya terhadap orang-
orang terkenal (bintang film, pejabat)
 Kebesaran (megalomania): punya kelebihan, kekuatan,
kekuasaan; penemuan penting; waham keagamaan
(pemimpin umat, nabi)
 Cemburu: paranoia, lebih sering pada laki-laki
 Penganiayaan: paling sering; pemarah, benci, menyakiti
 Somatik: dikenal sebagai psikosis hipokondriakal
monosimptomatik; sering infeksi (bakteri, virus,
parasit); dysmorphofobia (bentuk tidak serasi pada
hidung dan dada); bau badan (kulit, mulut, vagina, dsb)

 Waham yang sistematis


 Waham yang non sistematik
 Waham kebesaran (delusi megaloman)
 Waham kehinaan (delusi nihilistic)
 Waham tuduhan diri
3. Pemeriksaan Fisik
 Waham kejaran (delution of persecution)
 Waham sindiran
 Erotomania
 Paranoia

 Merupakan satu-satunya gejala atau gejala atau yang paling


4. Kriteria Diagnosis mencolok
 Sudah berlangsung paling sedikit 3 bulan dan khas pribadi
 Bila terdapat gejala depresi, maka gejala waham harus tetap
ada pada saat depresinya hilang.
 Tidak disebabkan penyakit otak, tidak terdapat halusinasi,
dan tanpa riwayat skizofrenia, dan tanpa riwayat skizofrenik

5. Diagnosis Gangguan waham menetap

 Skizofrenia
6. Diagnosis Banding  Gangguan skizoafektif
7. Pemeriksaan
Penunjang -
8. Terapi  Terapi obat-obatan anti psikotik {Fenothiazin,
Khloropromazin (dengan nama jual Thorazine), butirofenon
(haloperidol, Hadol), dan thioksantin (thiothiksin, Navane)}
 Terapi Elektrokonvulsif (ECT)
 Terapi psikososial
 Lindungi pasien dan orang lain dari perilaku merusak diri
9. Edukasi  Perawatan dengan pengawasan yang ketat
 Dukungan dan peran serta keluarga
Ad vitam : dubia ad bonam
10. Prognosis Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam

11. Tingkat Evidens


IV

12. Tingkat C
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis Spesialis Kesehatan Jiwa

14. Indikator Medis Kondisi pasien membaik

 Diagnosis Gangguan Jiwa, rujukan ringkas dari PPDGJ-III,


15. Kepustakaan editor Dr, Rusdi Maslim.1993. hal 3
 Kaplan.H.I, Sadock. B.J, Sinopsis Psikiatri : Ilmu
Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis, edisi ketujuh, jilid
satu. Binarupa Aksara, Jakarta 1997. hal 502-540.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RUMAH SAKIT DHARMA KERTI

GANGGUAN PANIK
1. Pengertian Serangan panik yang berulang-ulang dengan onset cepat dan
(Definisi) durasi sangat singkat.

2. Anamnesis  Dada berdebar


 Berkeringat
 Gemetar
 Sensasi nafas memendek
 Rasa tercekik
 Nyeri dada atau tidak nyaman
 Mual atau rasa tidak nyaman di perut
 Pusing, melayang, atau pingsan
 Ketakutan, kehilangan kontrol
 Takut mati
 Kedinginan atau hot flashes
 Palpitasi, takikardi
 Nyeri dada atau tidak nyaman
 Derealization (feeling unreality) atau depersonalization
3. Pemeriksaan Fisik
(seperti terpisah dari dirinya)
 Paresthesia (numbness or tingling sensation)
 Hot flashes
 Tidak ditemukan gangguan anxietas fobik
4. Kriteria Diagnosis  Ditemukan beberapa kali serangan anxietas berat dalam
masa 1 bulan
5. Diagnosis Gangguan panik
6. Diagnosis Banding  Gangguan cemas menyeluruh
 Gangguan ansietan fobik

7. Pemeriksaan  Pemeriksaan laboratorium: Darah


Penunjang  Pemeriksaan EKG

8. Terapi  Anti panik (imipramin)


 Terapi psikososial
9. Edukasi
 Hindari faktor pencetus panik

10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam


Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fumgsionam : dubia ad malam

11. Tingkat IV
Evidens

C
12. Tingkat
Rekomendasi

13. Penelaah Kritis Spesialis Kesehatan Jiwa

14. Indikator Medis Kondisi pasien membaik

 Diagnosis Gangguan Jiwa, rujukan ringkas dari PPDGJ-III,


15. Kepustakaan editor Dr, Rusdi Maslim.1993. hal 3
 Kaplan.H.I, Sadock. B.J, Sinopsis Psikiatri : Ilmu
Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis, edisi ketujuh, jilid
satu. Binarupa Aksara, Jakarta 1997. hal 502-540.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RUMAH SAKIT DHARMA KERTI

GANGGUAN DEPRESI
Gangguan mental umum yang menyajikan dengan mood
1. Pengertian
depresi, kehilangan minat atau kesenangan, perasaan bersalah
(Definisi)
atau rendah diri, tidur terganggu atau nafsu makan, energi
rendah, dan hilang konsentrasi.
 Feeling down/blue all day
2. Anamnesis  Gangguan tidur ( insomnia or sleeping too much)
 Oversensitive (irritable)
 Sulit konsentrasi / sulit mengambil keputusan
 Menyalahkan diri sendiri >>
 Merasa tidak berharga (self-esteem )
 Cepat lelah
 Kehilangan semangat
 Kehilangan interest (anhedonia)
 Perubahan nafsu makan (makan terus atau kehilangan nafsu
makan) perubahan BB
 Gelisah (restlessness) atau lamban (slowness)
 Tidak berdaya
 Putus asa
 Pikiran tentang kematian (suicide)
 Afek depresif
 Anhedonia
3. Pemeriksaan Fisik
 Anergia

 Afek depresif
4. Kriteria Diagnosis  Anhedonia
 Anergia

5. Diagnosis Gangguan depresi

6. Diagnosis Banding Gangguan bipolar episode depresi

7. Pemeriksaan -
Penunjang
 Anti depresan (Amitriptilin, fluoxetin)
8. Terapi  Psikoterapi (CBT)
 Dukungan keluarga
9. Edukasi  Minum obat teratur
Ad vitam : dubia ad bonam
10. Prognosis Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam

11. Tingkat
IV
Evidens

C
12. Tingkat
Rekomendasi

13. Penelaah Kritis Spesialis Kesehatan Jiwa

14. Indikator Medis Kondisi pasien membaik

 Diagnosis Gangguan Jiwa, rujukan ringkas dari PPDGJ-III,


15. Kepustakaan editor Dr, Rusdi Maslim.1993. hal 3
 Kaplan.H.I, Sadock. B.J, Sinopsis Psikiatri : Ilmu
Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis, edisi ketujuh, jilid
satu. Binarupa Aksara, Jakarta 1997. hal 502-540.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RUMAH SAKIT DHARMA KERTI

GANGGUAN OBSESIF KOMPULSIF

 Obsesi: aktivitas mental seperti fikiran, perasaan , ide, impuls


1. Pengertian (Definisi) yang berulang, persisten dan intrusif, egodistonik, ada usaha
untuk menekan atau tidak menghiraukannya
 Kompulsi: Pola perilaku berupa dorongan yang mendesak dan
berulang-ulang, meskipun tidak disukai agar melakukan
sesuatu yang bertentangan dengan keinginan sehari-hari,atau
kebiasaan dan norma-norma , dan dilakukan dengan cara
stereotipik
 Ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil
2. Anamnesis dilawan,meskipun adalainnya yang tidak lagidilawan oleh
pasien
 Pikiran untuk melakukan trindakan tersebut diatas bukan
merupakan halyang memberi kepuasan atau kesenangan
 Gagasan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut
merupakan pengulangan yang tidak menyenangkan.

3. Pemeriksaan Fisik -

 Harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri


4. Kriteria Diagnosis  Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil
dilawan,meskipun ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh
pasien
 Pikiran untuk melakukan trindakan tersebut diatas bukan
merupakan hal yang memberi kepuasan atau kesenangan
 Gagasan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut harus
merupakan pengulangan yang tidak menyenangkan.

5. Diagnosis Gangguan obsesif kompulsif

 Gangguan cemas menyeluruh


6. Diagnosis Banding
 Gangguan panik
7. Pemeriksaan
-
Penunjang
 Anti obsesif kompulsif (Klomepramin, fluoxetin)
8. Terapi  Psikoterapi

9. Edukasi Minum obat teratur

Ad vitam : dubia ad bonam


10. Prognosis Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam

11. Tingkat Evidens IV

C
12. Tingkat
Rekomendasi

13. Penelaah Kritis Spesialis Kesehatan Jiwa

14. Indikator Medis Kondisi pasien membaik

 Diagnostic and statistical manual of mental disorder, 4th


15. Kepustakaan
 ed. DSM-IVWashington DC : American Psychiatry
Association, 1994.2.Saddock BJ, Saddock VA. Obsessive-
Compulsive Disorder. Dalam : Kaplan &Sadock’s Synopsis of
Psychiatry, ninth ed. Lippincott Williams &
Wilkins,Philadelphia, 2003. h 616-23.3.Khouzan HR.
Obsessive compulsive disordes : what to do if you
recognize baffling behaviour. Postgard Med 1999; 106(7): 133-
41.4.Jenike MA. Obsessive compulsive disorder. N Engl J Med
2004; 350 : 259-655.Elkin GD. Obsessive compulsive disorder.
Dalam : Introduction to ClinicalPsychiatry. 1st

Anda mungkin juga menyukai