Anda di halaman 1dari 50

Pembimbing

dr. Gunawan Halim, Sp.KJ

KEGAWATDARURATAN
PSIKIATRIK
Diana Fadhilah Sari
211021100

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN KESEHATAN JIWA


RSPAD GATOT SOEBROTO
PERIODE 08 AGUSTUS - 09 SEPTEMBER
DEFINISI
• Cabang Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kedokteran
Kedaruratan, yang dibentuk untuk menghadapi
kasus kedaruratan yang memerlukan intervensi
psikiatrik

• Tiap gangguan dalam pikiran, perasaan atau


perilaku yang memerlukan intervensi segera
TEMPAT PELAYANAN KEDARURATAN PSIKIATRI

01 02 03 04
Rumah Sakit Rumah Sakit Klinik Sentra Primer
Umum Jiwa
ALUR PENANGANAN
PASIEN GADAR PSIKIATRI
PANDUAN WAWANCARA DAN PSIKOTERAPI

Katakan pada Tawarkan obat


Tenangkan
Suportif & tidak pasien tindak pada pasien untuk
pasien bahwa ia
mengancam kekerasan tidak membantunya
aman di sini
dapat diterima lebih tenang
EVALUASI
Menentukan diagnosis awal

Melakukan identifikasi faktor-faktor presipitasi


dan kebutuhan segera sang pasien

Memulai terapi atau merujuk pasien ke


fasilitas yang sesuai
SINDROM NEUROLEPTIK
MALIGNA
Sindrom toksik yang berhubungan dengan
penggunaan obat antipsikotik
(haloperidol, chlorpromazine), umumnya
pada hari-hari pertama
Usia muda
Dehidrasi (20-40 th)
Laki-laki

Malnutrisi Pengekangan/
pengikatan
MANIFESTASI KLINIS
Angka kejadian:
32,6/1.000.000
1. Hipertermia (41,5˚C)
Mortalitas  10%
2. Rigidity  rhabdomyolisis,
myoglobinuria  AKI
3. Instabilitas otonomik
4. Gangguan kesadaran
5. Distonia
6. Akinesia/gejala parkinsonian
7. Mutisme
8. Agitasi
9. Gejala neurologis
EVALUASI DAN
PANDUAN PENATALAKSANAAN
1. Pasien yang mendapat antipsikotik dengan
WAWANCARA DAN
demam (tidak jelas etiologinya) + kekakuan
PSIKOTERAPI otot (tidak responsif terhadap antikolinergik) 
Pasien perlu dirawat di ICU  hentikan pemberian antipsikotik segera 
alloanamnesis  kesadaran
pasien terganggu monitor TTV secara berkala
2. Px lab: darah perifer lengkap (hitung jenis, kimia
darah, fungsi hati, ureum, kreatinin)
3. Kompres seluruh badan dengan ice bath/ice
packs/cooling blankets, atau ice-water enema,
atau evaporative cooling  ↓ demam
4. Hidrasi cepat IV  mencegah renjatan & ↓
kemungkinan gagal ginjal
TERAPI
PSIKOFARMAKA
1. Amantadine 200-400 mg PO/hari
divided dose

2. Bromocriptine 2,5 mg PO 2-3x/hari 4. Dantrolene 1 mg/kgBB/hari IV


(max 45 mg/hari) selama 8 hari  PO selama 7 hari

3. Levodopa 50-100 mg/hari IV dalam 5. Benzodiazepine/ECT apabila obat-


infus terus-menerus obatan lain tidak berhasil
KEKERASAN / VIOLENCE
Agresi fisik yang dilakukan
seseorang terhadap orang lain
Jika dilakukan ke diri sendiri 
mutilasi diri atau tingkah laku bunuh
diri (suicidal behaviour)
GAMBARAN KLINIS DAN DIAGNOSIS
● Gangguan psikotik; skizofrenia & manik, penderita paranoid & mengalami halusinasi
suruhan (commanding hallucinations)
● Intoksikasi alkohol atau zat lain
● Gejala putus zat akibat alkohol atau obat-obat hipnotik-sedative
● Katatonik furor
● Depresi agitatif
● Gangguan kepribadian; kemarahan, gangguan pengendalian impuls (kepribadian
ambang & antisosial)
● Gangguan mental organik; terutama yang mengenai lobus frontalis & temporalis
otak
FAKTOR RISIKO
● Pernyataan seseorang bahwa ia berniat melakukan kekerasan
● Adanya rencana spesifik
● Adanya kesempatan atau suatu cara untuk terjadinya kekerasan
● Riwayat tindakan kekerasan sebelumnya
● Tindakan antisosial lainnya
● Pengendalian impuls buruk
● Riwayat percobaan bunuh diri
● Stresor yang baru saja terjadi
● Riwayat tindak kekerasan  indikator terbaik
● Sistem dukungan sosial yang buruk
TERAPI PSIKOFARMAKA
● Tergantung diagnosis
● Untuk menenangkan bisa memakai obat antipsikotik atau benzodiazepin

Flufenazin, Olanzapine 2,5-10 Lorazepam 2-4 mg,


trifluoperazine atau mg/IM, max 4 injeksi diazepam 5-10 mg/IV
haloperidol 5 mg PO sehari, dosis rata- secara perlahan
atau IM rata 13-14 mg/hari (dalam 2 menit)
PANSS-EC
KEADAAN GADUH GELISAH
suatu sindrom dengan sekelompok gejala tertentu

01 02 03
GEJALA GADUH PENYEBAB PENANGANAN
GELISAH GADUH PASIEN GADUH
GELISAH GELIAH
GEJALA GADUH GELISAH
◦ Psikomotorik meningkat
◦ Banyak sekali berbicara
◦ Berjalan mondar-mandir
◦ Berlari-lari
◦ Meloncat-loncat
◦ Suara cepat dan hebat
◦ Muka terlihat bingung, marah-marah atau takut
◦ Afek-emosi tidak realistik lagi
◦ Jalan pikiran cepat, sering terdapat waham curiga
◦ Tidak jarang muncul halusinasi pengelihatan atau halusinasi pendengaran
◦ Tergantung pada gangguan primer, kesadaran dapat menurun secara
kuantitatif, dengan amnesia sesudahnya
ASESMEN PADA KONDISI GADUH GELISAH
Singkirkan kondisi fisik

Evaluasi komorbiditas; gg. penyalahgunaan zat, kepribadian antisosial atau


ambang

Efek samping obat; akatisia

Penilaian risiko; riwayat kekerasan, ide/tindakan bunuh diri sebelumnya, akses


ke senjata, catatan pengadilan tentang kriminal, isi waham/halusinasi
Psikosis karena gangguan mental organic :
DELIRIUM
DEFINISI
Bukan penyakit, tetapi gejala → ↓
kesadaran dan kognitif akut
dengan gangguan tertentu dalam
perhatian

Sering melibatkan gangguan persepsi,


aktivitas psikomotor abnormal, &
gangguan siklus tidur → mengancam jiwa,
namun dapat reversibel → penting dan
sering dijumpai dalam klinik, namun sering
tidak disadari oleh petugas kesehatan →
Budiman R. Delirium. In: Elvira SD, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Edisi 3.
Jakarta: Badan Penerbit FK UI; 2018. p. 104– 10.
diperlukan kecermatan dan ketelitian
Delirium. In: Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Kaplan & Sadock’s Synopsis of
Psychiatry. 11th Ed. Wolters Kluwer; 2015. p. 697–704.
dalam penegakkan diagnosis
EPIDEMIOLOGI
● Insidensi dan prevalensi >> lansia → 1%
≥55 th (13% ≥85 th)
● 10-15% pasien rawat bedah umum, 30%
pasien bedah ICU: 30% open heart surgery,
>50% treated for hip fractures, 90% post
cardiotomy
● 15-25% pasien rawat medik umum
● 70-87% pasien ICU
● 40-50% pasien ICCU
● 60% panti jompo/postacute care settings

Budiman R. Delirium. In: Elvira SD, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Edisi 3.
Jakarta: Badan Penerbit FK UI; 2018. p. 104– 10.
Delirium. In: Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Kaplan & Sadock’s Synopsis of
Psychiatry. 11th Ed. Wolters Kluwer; 2015. p. 697–704.
FAKTOR
RISIKO

Delirium. In: Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Kaplan & Sadock’s Synopsis of
Psychiatry. 11th Ed. Wolters Kluwer; 2015. p. 697–704.
GAMBARAN KLINIS

01 02 03

Prodromal Gangguan kesadaran Kewaspadaan


Kelelahan, cemas, iritabel, Kesadaran berkabut: ↓ Hiperaktivitas &
tidur terganggu kejernihan tingkat kesadaran hipoaktivitas
terhadap lingkungan

04 05 06

Gangguan Orientasi Bahasa & kognitif


pemusatan Waktu (ringan), tempat & Abnormalitas berbahasa,
perhatian orang (berat) inkoherensi. Daya ingat &
Sulit mempertahankan, fungsi kognitif umum
memusatkan & mungkin terganggu
mengalihkan perhatian
Budiman R. Delirium. In: Elvira SD, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Edisi 3. Jakarta: Badan Penerbit FK UI; 2018. p. 104–10.
GAMBARAN KLINIS

07 08 09

Persepsi Mood Gangguan tidur-


Halusinasi visual & Marah, mengamuk, takut bangun
auditorik tanpa alasan → dapat Agitasi pada malam hari &
berfluktuasi sepanjang hari masalah perilaku saat tidur
→ Sundowning
10

Gejala neurologi
Disfasia, tremor, asteriksis,
inkoordinasi &
inkontinensia urin

Budiman R. Delirium. In: Elvira SD, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Edisi 3. Jakarta: Badan Penerbit FK UI; 2018. p. 104–10.
ETIOLOGI
Penyebab utama:
● Penyakit SSP
● Penyakit sistemik (gagal
jantung)
● Intoksikasi atau withdrawal
obat-obatan atau zat toksik →
aktivitas antikolinergik:
amitryptiline, doxepin,
imipramine, thioridazine,
chlorpromazine

Hipotesis neurotransmitter utama


yang terlibat: acetylcholine →
↓ aktivitas dalam otak

Daerah neuroanatomi terdampak :


formatio reticularis

Neurotransmitter lain:
serotonin & glutamat

Budiman R. Delirium. In: Elvira SD, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Edisi 3. Jakarta: Badan Penerbit FK UI; 2018. p. 104– 10.
Delirium. In: Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Kaplan & Sadock’s Synopsis of
Psychiatry. 11th Ed. Wolters Kluwer; 2015. p. 697–704.
F05 DELIRIUM BUKAN AKIBAT
ALKOHOL DAN ZAT PSIKOAKTIF
LAINNYA

KRITERIA
DIAGNOSTIK

Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas PPDGJ-III


dan DSM-5. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya; 2013.
KRITERIA DIAGNOSTIK
PPDGJ III

F05.0 DELIRIUM, TAK BERTUMPANG-TINDIH DENGAN DEMENSIA


● Delirium yang tidak bertumpang tindih dengan demensia yang sudah ada
sebelumnya

F05.1 DELIRIUM, BERTUMPANG-TINDIH DENGAN DEMENSIA


● Kondisi yang memenuhi kriteria delirium di atas tetapi terjadi pada saat
sudah
demensia

F05.8 DELIRIUM LAINNYA

F05.9 DELIRIUM YTT

Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan DSM-5. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya; 2013.
DIAGNOSI

EEG: perlambatan aktivitas,


kadang area fokal hiperaktivitas
S

Delirium. In: Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Kaplan &


Sadock’s Synopsis of Psychiatry. 11th Ed. Wolters
Kluwer; 2015. p. 697–704.
PANDUAN WAWANCARA DAN PSIKOTERAPI
Bersikaplah suportif & tidak Tenangkan pasien bahwa ia Tawarkan obat kepada
mengancam, namun aman di sini. pasien untuk
bersikaplah tegas & berikan Tunjukkan & tularkan membantunya menjadi
batasan yang jelas bahwa sikap yang tenang serta lebih tenang
kalau perlu pasien dapat penuh kontrol
diikat (physical restraints).
Tentukan batasan itu
dengan memberikan pilihan
(mis. pilih obat atau diikat),
& bukan dengan menyuruh
pasien secara provokatif:
“Minum tablet ini sekarang!” Budiman R. Delirium.
In: Elvira SD,
Hadisukanto G. Buku
Ajar Psikiatri. Edisi 3.
Jakarta: Badan Penerbit
FK UI; 2018. p. 104– 10.
Budiman R. Delirium. In: Elvira SD, Hadisukanto
G. Buku Ajar Psikiatri. Edisi 3. Jakarta: Badan

EVALUASI DAN PENATALAKSANAAN


Penerbit FK UI; 2018. p. 104–10.

Utama: obati penyebabnya

● e.c toksisitas antikolinergik → pisostigmin salisilat 1-2 mg IV atau IM, dapat


diulangi 15-30 menit p.r.n

2 gejala utama yang


memerlukan terapi obat

PSIKOSIS INSOMNI
A
PSIKOSIS → HALOPERIDOL
Umumnya 2-10 mg IM,
dapat diulang 1 jam
kemudian bila masih
agitasi Dosis efektif: 5-50 mg

Segera bila sudah Pemberian gol.


tenang dapat diberikan fenotiazine sebaiknya
p.o 2 dosis: ⅓ pagi & ⅔ dihindari →
malam saat tidur → berhubungan dengan
dosis p.o = 1,5x dosis aktivitas kolinergik
suntik

Budiman R. Delirium. In: Elvira SD, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Edisi 3. Jakarta: Badan Penerbit FK UI; 2018. p. 104–10.
INSOMNIA → GOL. BENZODIAZEPINE

Lorazepam 1-2 mg Jika berhubungan dengan nyeri


sebelum tidur → waktu yang sangat atau sesak napas →
paruh pendek atau opioid → atasi nyeri dan dapat
menengah membuat tidur

Sebaiknya tidak
menggunakan terapi
kejang listrik (ECT)

Budiman R. Delirium. In: Elvira SD, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Edisi 3. Jakarta: Badan Penerbit FK UI; 2018. p. 104–10.
Delirium. In: Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry. 11th Ed. Wolters Kluwer; 2015. p. 697–704.
DIAGNOSIS BANDING
SKIZOFRENIA
Halusinasi & waham lebih
konstan & terorganisasi, ↓
kesadaran & disorientasi jarang

DEMENSI DEPRES
A I
Onset perlahan, EEG
progresivitas
gangguan kognitif
lebih stabil

Budiman R. Delirium. In: Elvira SD, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Edisi 3. Jakarta: Badan Penerbit FK UI; 2018. p. 104–10.
DIAGNOSIS BANDING

Delirium. In: Sadock BJ, Sadock


VA, Ruiz P. Kaplan & Sadock’s
Synopsis of Psychiatry. 11th Ed.
Wolters Kluwer; 2015. p. 697–704.
Bila penyebabnya telah diketahui & dapat
01 dihilangkan → gejala akan hilang dalam
3- 7 hari, hilang seluruhnya dalam 2
minggu
02
PROGNOSIS
Semakin tua pasien & semakin lama
mengalami delirium, semakin
lama delirium akan hilang
03 Mortalitas tinggi terutama karena kondisi
medis serius yang menyebabkan
delirium
Kadang diikuti oleh depresi & gangguan
04 stres pasca trauma

Budiman R. Delirium. In: Elvira SD, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Edisi 3. Jakarta: Badan Penerbit FK UI; 2018. p. 104–10.
Delirium. In: Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry. 11th Ed. Wolters Kluwer; 2015. p. 697–704.
SUICIDE/BUNUH DIRI
DEFINISI
Kematian yang diniatkan & dilakukan oleh
seseorang terhadap dirinya sendiri
PARASUICIDAL BEHAVIOUR

LOKASI ALAT
● Pergelangan tangan ● Silet
● Lengan ● Pecahan beling
● Paha ● Pisau
● Kaki ● Pecahan kaca

Perilaku melukai diri sendiri (cutting) tetapi tidak


biasanya disertai keinginan untuk mati
INSTRUMEN
PENILAIAN RISIKO
BUNUH
DIRI/PERILAKU
MELUKAI DIRI
PANDUAN WAWANCARA
DAN PSIKOTERAPI
● Pasien dapat menjelaskan spontan mengenai ide bunuh diri. Jika tidak, tanyakan
langsung
● Mulailah dengan menanyakan: “Apakah Anda pernah merasa ingin menyerah saja?”
“Apakah Anda pernah merasa bahwa lebih baik kalau Anda mati saja?”
● Tanyakan isi pikir & catat. Gunakan kata-kata seperti “membunuh diri” atau “mati”,
bukan “menyakiti diri”  cari frekuensi, progresivitas, & cara bunuh diri
● Faktor umur & kecanggihan pikiran. Apakah niat sesuai dengan metode yang dipilih?
● Selidiki seberapa pesimis pasien/adakah bayangan masa depan yang lebih baik, apakah
sudah mendapatkan alat atau cara bunuh diri/sudah mengambil langkah- langkah aktif?
● Tidak kooperatif  alloanamnesis
EVALUASI DAN
PENATALAKSANAAN
1. Pasien kecenderungan bunuh diri  jangan tinggalkan sendiri & singkirkan benda
berbahaya
2. Pasien baru melakukan percobaan bunuh diri
a. Apakah direncanakan? Impulsif
b. Sembunyi-sembunyi? Atau memperingatkan orang lain dulu?
c. Reaksi saat diselamatkan?
d. Faktor pendorong?
INDIKASI RAWAT INAP
TERAPI PSIKOFARMAKA
Baru mengalami suatu
kejadian yang jangka
waktunya tidak lama  gol.
Antidepresan
benzodiazepin (lorazepam
3x1 mg/hari, selama 2
minggu)

Resepkan dalam jumlah


sedikit & buat jadwal
kontrol
TERAPI NON-FARMAKOLOGI

Terkait stres psikososial berat  psikoterapi suportif  memulihkan


strategi coping

CBT  mengembangkan keterampilan & problem solving pada pasien


dengan strategi coping maladaptif

Alkoholik  hentikan konsumsi

Gangguan kepribadian  empati, manipulasi lingkungan, bantu


memecahkan masalah
MENURUNKAN
ANGKA BUNUH DIRI

Anda mungkin juga menyukai