Anda di halaman 1dari 32

RS.

BHAYANGKARA SKIZOFRENIA
TK.III NO. DOKUMEN REVISI HALAMAN
BANDAR LAMPUNG 0 1/2

Ditetapkanoleh
KARUMKIT BHAYANGKARA TK.III BANDAR LAMPUNG

Tanggal terbit :

STANDAR dr. HIDAYATULLAH, Sp.THT-KL


PROSEDUR KOMISARIS POLISI NRP 74020589
OPERASIONAL
Skizofrenia merupakan salah satu gangguan jiwa (psikologis) yang
serangannya mungkin timbul akut. Setiap pasien yang dicurigai
PENGERTIAN
menderita skizofrenia harus diperiksakan ke psikiater setelah disingkirkan
kemungkinan adanya kelainan organik.
Terlaksananya pelayanan medis di poli Jiwa sesuai standar pelayanan
TUJUAN
medis.
Keputusan Karumkit Bhayangkara Bandar Lampung Nomor : Kep /109 /X
KEBIJAKAN /kes.22./ 2019 tanggal 22 Oktober 2019 tentang Pelayanan Medis di
Rumah Sakit Bhayangkara TK.III Bandar Lampung.
PROSEDUR 1. Pasien datang
2. Mendaftar diloket (bila pasien sangat gelisah diwakili oleh keluarga
yang mengantarnya)
3. Pasien ke Poli Umum
4. Melakukan anmnesa, bila pasien sangat gaduh dan gelisah sehingga
mengganggu lingkungan atau memebahayakan orang lain maupun
dirinya sendiri maka penderita harus dirujuk ke RSJ terdekat.
5. Pemeriksaan fisik
6. Berikan obat klopromazin 100 mg 3 kali sehari yang dapat dinaikkan
(setelah satu minggu) menjadi 200 mg 3 kali sehari bila belum
tampak perbaikan. Bila telah ada respon maka dosis ditambah selama
4 minggu sampai pasien tenang dan kembali dapat mengurus dirinya
sendiri.
7. Selanjutnya setiap minggu dosis diturunkan secara bertahap dan
dosis rumat (biasanya 3x 50-100 mg) dipertahankan selama 3 bulan.
8. Obat pilihan lain adalah Haloperidol 1-5 mg 3x sehari.
9. Gunakan dosis efektif terkecil untuk mengurangi efek samping.
10. Penderita harus dijauhkan dari benda – benda yang membahayakan
dirinya, orang sekitarnya dan kebersihan diri serta kebutuhan
hidupnya sehari – hari harus tetap diperhatikan.

Pasien datang

Mendaftar di loket/ kartu

Pasien ke Poli Umum

Anamnesa

Pemeriksaan fisik

Diagnosis

Terapy

Pasien pulang

1.Poli Jiwa
UNIT TERKAIT 2.IGD
3.Programer Keswa
GANGGUAN PSIKOTIK

NO. DOKUMEN REVISI HALAMAN


RS. BHAYANGKARA
0 1/6
TK.III
BANDAR LAMPUNG

Ditetapkan oleh

KARUMKIT BHAYANGKARA TK.III BANDAR LAMPUNG

Tanggal terbit :

STANDAR dr. HIDAYATULLAH, Sp.THT-KL


PROSEDUR
OPERASIONAL KOMISARIS POLISI NRP 74020589
Gangguan yang ditandai dengan ketidakmampuan atau hendaya
berat dalam menilai realita, berupa sindroma (kumpulan gejala),
PENGERTIAN
antara lain dimanifestasikan dengan adanya halusinasi dan
waham.
Terlaksananya pelayanan medis di poli Jiwa sesuai standar pelayanan
TUJUAN
medis.
Keputusan Karumkit Bhayangkara Bandar Lampung Nomor : Kep /109 /X
KEBIJAKAN /kes.22./ 2019 tanggal 22 Oktober 2019 tentang Pelayanan Medis di
Rumah Sakit Bhayangkara TK.III Bandar Lampung.
1. Melakukan anamnesis, pasien dengan keluhan kemungkinan:
a. Sulit berpikir/sulit berkonsentrasi
b. Tidak dapat tidur, tidak mau makan
c. Perasaan gelisah, tidak dapat tenang, ketakutan
d. Bicara kacau yang tidak dapat dimengerti
e. Mendengar suara orang yang tidak dapat didengar oleh
orang lain
f. Adanya pikiran aneh yang tidak sesuai realita
g. Marah tanpa sebab yang jelas, kecurigaan yang berat,
perilaku
kacau, perilaku kekerasan
h. Menarik diri dari lingkungannya dan tidak merawat diri
denganbaik

2. Alo dan Auto Anamnesis tambahan:


Singkirkan adanya kemungkinan penyakit fisik (seperti demam
PROSEDUR tinggi,kejang, trauma kepala) dan penggunaan zat psikoaktif
sebagaipenyebab timbulnya keluhan.

3. Menanyakan Faktor Risiko


a. Adanya faktor biologis yang mempengaruhi, a.l.
hiperaktivitassystemdopaminergik dan faktor genetik.
b. Ciri kepribadian tertentu yang imatur, seperti ciri kepribadian
skizoid, paranoid, dependen.
c. Adanya stresor kehidupan.

1. Melakukan pemeriksaan fisik


Pemeriksaan fisik diperlukan untuk menyingkirkan penyebab
organicdari psikotiknya (gangguan mental organik). Selain itu
pasien dengangangguan psikotik juga sering terdapat
gangguan fisik yang menyertaikarena perawatan diri yang
kurang.

4. Melakukan pemeriksaan penunjang


a. Dilakukan jika dicurigai adanya penyakit fisik yang
menyertaiuntukmenyingkirkan diagnosis bandinggangguan
mental organik.
b. Apabila ada kesulitan dalam merujuk ke fasilitas
pelayanankesehatan tingkat lanjut maka pada fasilitas
pelayanan kesehatantingkat pertama yang mampu perlu
dilakukan pemeriksaanpenunjang yang sesuai seperti:
darah perifer lengkap,gula darah.

2. Menegakkan Diagnosis Klinis


Diagnosis klinis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaanfisik. Kriteria diagnosis berdasarkan ICD 10-PC,
yaitu:
a. Halusinasi (terutama halusinasi dengar); merupakan
gangguanpersepsi(persepsi palsu), tanpa adanya stimulus
sensori eksternal.Halusinasi dapat terjadi pada setiap panca
indra, yaitu halusinasidengar, lihat, cium, raba, dan rasa.
b. Waham (delusi); merupakan gangguan pikiran, yaitu
keyakinan yang salah, tidak sesuai dengan realita dan
logika, namun tetap dipertahankan dan tidak dapat dikoreksi
dengan cara apapun serta tidak sesuai dengan budaya
setempat. Contoh: waham kejar, waham kebesaran, waham
kendali, waham pengaruh.
c. Perilaku kacau atau aneh
d. Gangguan proses pikir (terlihat dari pembicaraan yang
kacau dantidak dimengerti)
e. Agitatif
f. Isolasi sosial (social withdrawal)
g. Perawatan diri yang buruk

5. Membuat Diagnosis Banding


a. Gangguan Mental Organik (Delirium, Dementia, Psikosis
Epileptik)
b. Gangguan Mental dan Perilaku akibat Penggunaan Zat
(Napza)
c. Gangguan Afektif Bipolar/ Gangguan Manik
d. Gangguan Depresi (dengan gejala psikotik)

3. Memberikan penatalaksanaan secara Komprehensif (Plan)


1. Intervensi Psikososial
a. Informasi penting bagi pasien dan keluarga
(1) Agitasi dan perilaku aneh merupakan gejala
gangguan mental, yang juga termasuk penyakit
medis.
(2) Episode akut sering mempunyai prognosis yang baik,
tetapiperjalanan penyakit jangka panjang sulit
diprediksi.Pengobatan perlu dilanjutkan meskipun
setelah gejalamereda.
(3) Gejala-gejala dapat hilang timbul. Diperlukan
antisipasidalam menghadapi kekambuhan. Obat
merupakankomponen utama dalam pengobatan.
Minum obat secarateratur akan mengurangi gejala-
gejala dan mencegahkekambuhan.
(4) Dukungan keluarga penting untuk
ketaatberobatan(compliance) dan rehabilitasi.
(5) Organisasi masyarakat dapat menyediakan
dukungan yangberharga untuk pasien dan keluarga.
b. Konseling pasien dan keluarga
(1) Bicarakan rencana pengobatan dengan anggota
keluarga dan minta dukungan mereka.
(2) Terangkan bahwa minumobat secara teratur dapat
mencegah kekambuhan.
(3) Informasikan bahwa obat tidak dapat dikurangi
ataudihentikan tiba-tiba tanpa persetujuan dokter.
(4) Informasikan juga tentang efek samping yang
mungkintimbul dan cara penanggulangannya.
(5) Dorong pasien untuk melakukan fungsinya
denganseoptimal mungkin di pekerjaan dan aktivitas
harian lain.
(6) Dorong pasien untuk menghargai norma dan
harapanmasyarakat (berpakaian, berpenampilan dan
berperilakupantas).
c. Menjaga keselamatan pasien dan orang yang
merawatnyapada fase akut:
(1) Keluarga atau teman harus menjaga pasien.
(2) Pastikan kebutuhan dasar terpenuhi (misalnya
makandan minum).
(3) Jangan sampai mencederai pasien.
d. Meminimalisasi stres dan stimulasi:
(1) Jangan mendebat pikiran psikotik (anda boleh
tidaksetuju dengan keyakinan pasien, tetapi jangan
mencobauntuk membantah bahwa pikiran itu salah).
Sedapatmungkin hindari konfrontasi dan kritik.
(2) Selama masa gejala-gejala menjadi lebih berat,
istirahatdan menghindari stres dapat bermanfaat.
(3) Agitasi yang berbahaya untuk pasien, keluarga
danmasyarakat memerlukan rawat inap atau
pengamatan ketatdi tempat yang aman.

2. Farmakologi
Berikan obat antipsikotik: Haloperidol 2-3 x 2-5
mg/hari atauRisperidon 2x 1-3 mg/hari atau
Klorpromazin 2-3 x 100-200mg/hari. Untuk
haloperidol dan risperidon dapat digabungkandengan
benzodiazepin (contoh: diazepam 2-3 x 5 mg,
lorazepam1-3 x 1-2 mg) untuk mengurangi agitasi
dan memberikan efeksedasi. Benzodiazepin
dapatditappering-off setelah 2-4 minggu. Catatan:
klorpromazin memiliki efek samping hipotensi
ortostatik.
(7) Intervensi sementara untuk gaduh gelisah dapat
diberikaninjeksi intra muskular haloperidol kerja cepat
(short acting) 5mg, dapat diulangi dalam 30 menit - 1
jam jika belum adaperubahan yang signifikan, dosis
maksimal 30 mg/hari. Ataudapat juga dapat diberikan
injeksi intra muskularklorpromazin 2-3 x 50 mg.
Untuk pemberian haloperidol dapatdiberikan
tambahan injeksi intra muskular diazepam
untukmengurangi dosis antipsikotiknya dan
menambah efektivitasterapi. Setelah stabil segera
rujuk ke RS/RSJ.
a. Untuk pasien psikotik kronis yang tidak taat berobat,
dapatdipertimbangkan untuk pemberian injeksi depo
(jangkapanjang) antipsikotik seperti haloperidol
decanoas 50 mg ataufluphenazine decanoas 25 mg.
Berikan injeksi I.M ½ ampulterlebih dulu untuk 2 minggu,
selanjutnya injeksi 1 ampuluntuk 1 bulan. Obat oral
jangan diberhentikan dahulu selama1-2 bulan, sambil
dimonitor efek samping, lalu obat oralturunkan perlahan.
b. Jika timbul efek samping ekstrapiramidal seperti
tremor,kekakuan, akinesia, dapat diberikan triheksifenidil
2-4 x 2 mg;jika timbul distonia akut berikan injeksi
diazepam ataudifenhidramin, jika timbul akatisia
(gelisah, mondar mandiri tidak bisa berhenti bukan
akibat gejala) turunkan dosisantipsikotik dan berikan
beta-blocker, propranolol 2-3 x 10-20mg.
Kunjungan Rumah (home visit)
Kunjungan rumah dilakukan sesuai indikasi untuk:
a. Memastikan kepatuhan dan kesinambungan pengobatan
b. Melakukan asuhan keperawatan
c. Melakukan pelatihan bagi pelaku rawat
Kriteria Rujukan
1. Pada kasus baru dapat dirujuk untuk konfirmasi diagnostik
kefasyankes sekunder yang memiliki pelayanan kesehatan
jiwasetelah dilakukan penatalaksanaan awal.
2. Kondisi gaduh gelisah yang membutuhkan perawatan inap
karenaberpotensi membahayakan diri atau orang lain segera
dirujuksetelah penatalaksanaan awal.
Prognosis
(6) Untuk ad Vitam adalahbonam, ad fungsionam adalah
dubia, dan ad sanationam adalah dubia

(7) Gejala-gejala dapat hilang timbul. Diperlukan


antisipasidalam menghadapi kekambuhan. Obat
merupakankomponen utama dalam pengobatan.
Minum obat secarateratur akan mengurangi gejala-
gejala dan mencegahkekambuhan.
(8) Dukungan keluarga penting untuk
ketaatberobatan(compliance) dan rehabilitasi.
(9) Organisasi masyarakat dapat menyediakan
dukungan yangberharga untuk pasien dan keluarga.
e. Konseling pasien dan keluarga
(1)Bicarakan rencana pengobatan dengan anggota
keluarga dan minta dukungan mereka.

(2)Terangkan bahwa minumobat secara teratur dapat


mencegah kekambuhan.
(3)Informasikan bahwa obat tidak dapat dikurangi
ataudihentikan tiba-tiba tanpa persetujuan dokter.
(4)Informasikan juga tentang efek samping yang
mungkintimbul dan cara penanggulangannya.
(5)Dorong pasien untuk melakukan fungsinya
denganseoptimal mungkin di pekerjaan dan aktivitas
harian lain.
(6)Dorong pasien untuk menghargai norma dan
harapanmasyarakat (berpakaian, berpenampilan dan
berperilakupantas).
f. Menjaga keselamatan pasien dan orang yang
merawatnyapada fase akut:
(1)Keluarga atau teman harus menjaga pasien.
(2)Pastikan kebutuhan dasar terpenuhi (misalnya
makandan minum).
(3)Jangan sampai mencederai pasien.
g. Meminimalisasi stres dan stimulasi:
(1)Jangan mendebat pikiran psikotik (anda boleh
tidaksetuju dengan keyakinan pasien, tetapi jangan
mencobauntuk membantah bahwa pikiran itu salah).
Sedapatmungkin hindari konfrontasi dan kritik.
(2)Selama masa gejala-gejala menjadi lebih berat,
istirahatdan menghindari stres dapat bermanfaat.
(3)Agitasi yang berbahaya untuk pasien, keluarga
danmasyarakat memerlukan rawat inap atau
pengamatan ketatdi tempat yang aman.

3. Farmakologi
a.Berikan obat antipsikotik: Haloperidol 2-3 x 2-5
mg/hari atauRisperidon 2x 1-3 mg/hari atau
Klorpromazin 2-3 x 100-200mg/hari. Untuk
haloperidol dan risperidon dapat digabungkandengan
benzodiazepin (contoh: diazepam 2-3 x 5 mg,
lorazepam1-3 x 1-2 mg) untuk mengurangi agitasi
dan memberikan efeksedasi. Benzodiazepin dapat
ditappering-off setelah 2-4 minggu. Catatan:
klorpromazin memiliki efek samping hipotensi
ortostatik.
(8) Intervensi sementara untuk gaduh gelisah dapat
diberikaninjeksi intra muskular haloperidol kerja cepat
(short acting) 5mg, dapat diulangi dalam 30 menit - 1
jam jika belum adaperubahan yang signifikan, dosis
maksimal 30 mg/hari. Ataudapat juga dapat diberikan
injeksi intra muskularklorpromazin 2-3 x 50 mg.
Untuk pemberian haloperidol dapatdiberikan
tambahan injeksi intra muskular diazepam
untukmengurangi dosis antipsikotiknya dan
menambah efektivitasterapi. Setelah stabil segera
rujuk ke RS/RSJ.
c. Untuk pasien psikotik kronis yang tidak taat berobat,
dapatdipertimbangkan untuk pemberian injeksi depo
(jangkapanjang) antipsikotik seperti haloperidol
decanoas 50 mg ataufluphenazine decanoas 25 mg.
Berikan injeksi I.M ½ ampulterlebih dulu untuk 2 minggu,
selanjutnya injeksi 1 ampuluntuk 1 bulan. Obat oral
jangan diberhentikan dahulu selama1-2 bulan, sambil
dimonitor efek samping, lalu obat oralturunkan perlahan.
d. Jika timbul efek samping ekstrapiramidal seperti
tremor,kekakuan, akinesia, dapat diberikan triheksifenidil
2-4 x 2 mg;jika timbul distonia akut berikan injeksi
diazepam ataudifenhidramin, jika timbul akatisia
(gelisah, mondar mandiri tidak bisa berhenti bukan
akibat gejala) turunkan dosisantipsikotik dan berikan
beta-blocker, propranolol 2-3 x 10-20mg.
Kunjungan Rumah (home visit)
Kunjungan rumah dilakukan sesuai indikasi untuk:
d. Memastikan kepatuhan dan kesinambungan pengobatan
e. Melakukan asuhan keperawatan
f. Melakukan pelatihan bagi pelaku rawat
Kriteria Rujukan
3. Pada kasus baru dapat dirujuk untuk konfirmasi diagnostik
kefasyankes sekunder yang memiliki pelayanan kesehatan
jiwasetelah dilakukan penatalaksanaan awal.
4. Kondisi gaduh gelisah yang membutuhkan perawatan inap
karenaberpotensi membahayakan diri atau orang lain segera
dirujuksetelah penatalaksanaan awal.
Prognosis
Untuk ad Vitam adalahbonam, ad fungsionam adalah dubia, dan
ad sanationam adalah dubia
1.Poli Jiwa
2.UGD
RS. BHAYANGKARA DETEKSI DINI GANGGUAN JIWA
TK.III NO. DOKUMEN REVISI HALAMAN
BANDAR LAMPUNG 0 1/1

Ditetapkanoleh
KARUMKIT BHAYANGKARA TK.III BANDAR LAMPUNG

Tanggal terbit :

STANDAR dr. HIDAYATULLAH, Sp.THT-KL


PROSEDUR KOMISARIS POLISI NRP 74020589
OPERASIONAL
Deteksi dini gangguan kesehatan jiwa adalah upaya penemuan kasus gangguan
PENGERTIAN
jiwa secara dini oleh tenaga kesehatan yang dilaksanakan secara terintegrasi
dengan pelayanan kesehatan dasar lainnya di Rumah Sakit.
Terlaksananya pelayanan medis di poli Jiwa sesuai standar pelayanan
TUJUAN
medis.
Keputusan Karumkit Bhayangkara Bandar Lampung Nomor : Kep /109 /X
KEBIJAKAN /kes.22./ 2019 tanggal 22 Oktober 2019 tentang Pelayanan Medis di
Rumah Sakit Bhayangkara TK.III Bandar Lampung.

1. Pasien dipersilahkan duduk yang sudah disediakan di samping meja

petugas 2. Anamnesis dilakukan pada semua pasien (anak/dewasa, baru/lama)

oleh dokter/perawat
3. Pada pasien dewasa diatas 18 tahun dan usia lanjut :
a. Tanyakan keluhan utama pasien, catat pada status
b. Golongkan keluhan tersebut apakah termasuk keluhan fisik(F), keluhan

PROSEDUR
Psikosomatis (PS) atau keluhan mental emosional (ME) dan berikode

c. Bila keluhan utama termasuk PS atau ME lanjutkan dengan pertanyaan


aktif.
d. Beri paraf dibawahnya dan lanjutkan dengan pemeriksaan tanda-tanda
vital lainnya.

4. Pada pasien anak dan remaja dibawah 18 tahun

1.Poli Jiwa
UNIT TERKAIT 2.IGD
3.Programer Keswa

RS. BHAYANGKARA SOP PELAYANAN DAN PENGENDALIAN ORANG DENGAN


TK.III GANGGUAN JIWA
NO. DOKUMEN REVISI HALAMAN
BANDAR LAMPUNG
0 1/2

Ditetapkanoleh
KARUMKIT BHAYANGKARA TK.III BANDAR LAMPUNG

Tanggal terbit :

STANDAR dr. HIDAYATULLAH, Sp.THT-KL


PROSEDUR KOMISARIS POLISI NRP 74020589
OPERASIONAL
Suatu upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan jiwa ke tempat
PENGERTIAN
yang lebih memadai.
Sebagai acuan untuk melakukan penanganan penderita ODJG ke fasilitas
TUJUAN yang lebih memadai

Keputusan Karumkit Bhayangkara Bandar Lampung Nomor : Kep /109 /X


KEBIJAKAN /kes.22./ 2019 tanggal 22 Oktober 2019 tentang Pelayanan Medis di
Rumah Sakit Bhayangkara TK.III Bandar Lampung.
PROSEDUR 1. Pasien datang
2. Mendaftar diloket (bila pasien sangat gelisah diwakili oleh keluarga
yang mengantarnya)
3. Pasien ke Poli Umum
4. Melakukan anmnesa, bila pasien sangat gaduh dan gelisah sehingga
mengganggu lingkungan atau memebahayakan orang lain maupun
dirinya sendiri maka penderita harus dirujuk ke RSJ terdekat.
5. Pemeriksaan fisik
6. Berikan obat klopromazin 100 mg 3 kali sehari yang dapat dinaikkan
(setelah satu minggu) menjadi 200 mg 3 kali sehari bila belum
tampak perbaikan. Bila telah ada respon maka dosis ditambah selama
4 minggu sampai pasien tenang dan kembali dapat mengurus dirinya
sendiri.
7. Selanjutnya setiap minggu dosis diturunkan secara bertahap dan
dosis rumat (biasanya 3x 50-100 mg) dipertahankan selama 3 bulan.
8. Obat pilihan lain adalah Haloperidol 1-5 mg 3x sehari.
9. Gunakan dosis efektif terkecil untuk mengurangi efek samping.
10. Penderita harus dijauhkan dari benda – benda yang membahayakan
dirinya, orang sekitarnya dan kebersihan diri serta kebutuhan
hidupnya sehari – hari harus tetap diperhatikan.

Pasien datang

Mendaftar di loket/ kartu

Pasien ke Poli Umum

Anamnesa

Pemeriksaan fisik

Diagnosis

Terapy

Pasien pulang

1.Poli Jiwa
UNIT TERKAIT 2.IGD
3.Programer Keswa

RS. BHAYANGKARA SOP DEMENSIA


TK.III NO. DOKUMEN REVISI HALAMAN
BANDAR LAMPUNG 0 1/2

Ditetapkanoleh
KARUMKIT BHAYANGKARA TK.III BANDAR LAMPUNG

Tanggal terbit :

STANDAR dr. HIDAYATULLAH, Sp.THT-KL


PROSEDUR KOMISARIS POLISI NRP 74020589
OPERASIONAL

PENGERTIAN

Sebagai acuan untuk melakukan penanganan penderita ODJG ke fasilitas


TUJUAN yang lebih memadai

Keputusan Karumkit Bhayangkara Bandar Lampung Nomor : Kep /109 /X


KEBIJAKAN /kes.22./ 2019 tanggal 22 Oktober 2019 tentang Pelayanan Medis di
Rumah Sakit Bhayangkara TK.III Bandar Lampung.
PROSEDUR 1. Pasien datang
2. Mendaftar diloket (bila pasien sangat gelisah diwakili oleh keluarga
yang mengantarnya)
3. Pasien ke Poli Umum
4. Melakukan anmnesa, bila pasien sangat gaduh dan gelisah sehingga
mengganggu lingkungan atau memebahayakan orang lain maupun
dirinya sendiri maka penderita harus dirujuk ke RSJ terdekat.
5. Pemeriksaan fisik
6. Berikan obat klopromazin 100 mg 3 kali sehari yang dapat dinaikkan
(setelah satu minggu) menjadi 200 mg 3 kali sehari bila belum
tampak perbaikan. Bila telah ada respon maka dosis ditambah selama
4 minggu sampai pasien tenang dan kembali dapat mengurus dirinya
sendiri.
7. Selanjutnya setiap minggu dosis diturunkan secara bertahap dan
dosis rumat (biasanya 3x 50-100 mg) dipertahankan selama 3 bulan.
8. Obat pilihan lain adalah Haloperidol 1-5 mg 3x sehari.
9. Gunakan dosis efektif terkecil untuk mengurangi efek samping.
10. Penderita harus dijauhkan dari benda – benda yang membahayakan
dirinya, orang sekitarnya dan kebersihan diri serta kebutuhan
hidupnya sehari – hari harus tetap diperhatikan.

Pasien datang

Mendaftar di loket/ kartu

Pasien ke Poli Umum

Anamnesa

Pemeriksaan fisik

Diagnosis

Terapy

Pasien pulang

1.Poli Jiwa
UNIT TERKAIT 2.IGD
3.Programer Keswa
RS. BHAYANGKARA SOP BIPOLAR
TK.III NO. DOKUMEN REVISI HALAMAN
BANDAR LAMPUNG 0 1/3

Ditetapkanoleh
KARUMKIT BHAYANGKARA TK.III BANDAR LAMPUNG

Tanggal terbit :
1 Oktober 2022

STANDAR dr. HIDAYATULLAH, Sp.THT-KL


PROSEDUR KOMISARIS POLISI NRP 74020589
OPERASIONAL
Salah satu gangguan mood menunjukkan kedua mood mania dan
PENGERTIAN depresi. Gangguan afektif bipolar bisa bermacam jenis, tergantung dari
tingkat mania dan depresi
1. Mengatasi gejala-gejala gangguan mood/ afektif bipolar yang
membahayakan diri penderita maupun lingkungan.
TUJUAN
2. Memulihkan kemampuan fungsi perawatan diri sehari-hari.

Keputusan Karumkit Bhayangkara Bandar Lampung Nomor : Kep /109 /X


KEBIJAKAN /kes.22./ 2019 tanggal 22 Oktober 2019 tentang Pelayanan Medis di
Rumah Sakit Bhayangkara TK.III Bandar Lampung.
PROSEDUR 1. Wawancara meliputi Auto-anamnesis dan atau Allo-anamnesis oleh
dokter umum, Sp.KJ
2. Pemeriksaan tanda vital (kesadaran, tekanan darah, frekuensi nadi,
pernafasan, suhu) oleh dokter umum, Sp.KJ
3. Pemeriksaan kondisi medis umum (pemeriksaan fisik internistik dan
neurologi) oleh dokter umum, Sp.KJ
4. Bila dijumpai kelainan internistik maupun neurologic, maka
dikonsulkan kepada Sp.PD dan/ atau Sp.S untuk ditentukan
apakah perlu pelaksanaan rawat bersama.
5. Pemeriksaan status psikiatrik minimal (terdiri dari: kesan umum,
perilaku psikomotor, mood-afek, persepsi, bentuk/ proses piker,
riwayat penggunaan obat dan/ atau zat psikoaktif dengan
dilengkapi instrument alat penunjang : HRSD
6. Pemeriksaan penunjang yang dianggap perlu : laboratorium klinik
(darah rutin, fungsi hati, fungsi ginjal, urinalisa), pemeriksaan
kadar hormone Tiroid (T3, T4, TSH) bila perlu, radiologic (foto
thorax), EKG (bagi penderita berusia diatas 40 tahun atau terdapat
riwayat gangguan kardivaskuler), CT-Scan kepala.
7. Penegakan diagnosis setelah melalui proses pemeriksaan diatas
sesuai dengan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan
Jiwa (PPDGJ III)
8. Persetujuan tindakan medic (informed consent) secara lisan
maupun tertulis dilakukan tindakan medic tertentu.
9. Semua catatan medic diatas didokumentasikan dalam rekam
medic.
10.Bila dijumpai kondisi agitasi (gaduh-gelisah) atau agresi (menyerang
orang lain) atau penderita dengan kecenderungan mutilasi diri atau
“bunuh diri” maka dilakukan : (pilih salah satu)
a. Tindakan “fiksasi fisik” dan ditempatkan dalam ruang – ruang
khusus (kamar isolasi) dengan observasi perilaku pasien.
b. Tindakan “fiksasi medikasi” (neuroleptisasi cepat) dengan OAP
parental : (pilih salah satu)
1) Inj. Haloperidol 5-10 mg intra muscular (IM) setiap 4
jam dengan tambahan injeksi diazepam 10 mg IM
sampai pasien tenang.
2) Inj. Klorpromazin 50-100 mg IM
3) Inj. Olanzapine intra-muskular 10 mg

Bila dijumpai efek samping ekstrapiramidal akut-reversibel


(parkinsonisme, distonia, akatisia) : (pilih salah satu)

a. Inj Diazepam 10 mg IM
b. Inj Difenhidramin 25-100 mg IM
c. Inj Sulfas Atropine 0,25-1 MG IM
d. Trihexyphenidil tablet 4-12 mg/hari (2-3 x 2-4 mg)
e. Lorazepam tablet 0,5-1 mg/hari (1-2 x 0,5-1 mg)
f. Ganti OAP dengan golongan atipikal (pilih salah satu)

Mood Stabilizer :
a. Lithium karbonat tablet 400-1200 mg/hari (2-3 x 200-400 mg)
b. Sodium divalproex : 750-2500 mg/hari (3-5 x 250-500 mg)
Karbamazepin : 600-1800 mg/hari (2-3 x 200-400)
Obat anti psikotik (OAP) pada gangguan afektif bipolar dengan gejala
psikotik :

Antipsikotik atipal sebagai monoterapi gangguan afejtif bipolar : (pilih


salah satu)
a. Olanzapine tablet 10 - 30 mg/ hari (1-3 x 10 mg)
b. Quentiapine tablet 300 - 600 mg/ hari (1-2 x 300 mg)
c. Aripiprazole tablet 15-30 mg/hari (1-2 x 15 mg)
Psikoterapi : kognitif/ perilaku (CBT), psikoedukasi pada penderita dan
keluarga.

1.Poli Jiwa
UNIT TERKAIT 2.IGD
3.Programer Keswa
RS. BHAYANGKARA SOP GANGGUAN PSIKOTIK
TK.III NO. DOKUMEN REVISI HALAMAN
BANDAR LAMPUNG 0 1/4

Ditetapkanoleh
KARUMKIT BHAYANGKARA TK.III BANDAR LAMPUNG

Tanggal terbit :
1 Oktober 2022

STANDAR dr. HIDAYATULLAH, Sp.THT-KL


PROSEDUR KOMISARIS POLISI NRP 74020589
OPERASIONAL
Gangguan yang ditandai dengan ketidakmampuan atau hendaya berat

dalam menilai realita, berupa sindroma (kumpulan gejala), antara lain


PENGERTIAN
dimanifestasikan dengan adanya halusinasi dan waham.

Mampu mendiagnosis dan melakukan terapi dan perujukan pada pasien


TUJUAN dengan gangguan psikotik.

Keputusan Karumkit Bhayangkara Bandar Lampung Nomor : Kep /109 /X


KEBIJAKAN /kes.22./ 2019 tanggal 22 Oktober 2019 tentang Pelayanan Medis di
Rumah Sakit Bhayangkara TK.III Bandar Lampung.
Anamnesis (Subjective)

Keluhan

Pasien mungkin datang dengan keluhan:

1.Sulit berpikir/sulit berkonsentrasi

2.Tidak dapat tidur, tidak mau makan

3.Perasaan gelisah, tidak dapat tenang, ketakutan

4.Bicara kacau yang tidak dapat dimengerti

5.Mendengar suara orang yang tidak dapat didengar oleh orang lain

6.Adanya pikiran aneh yang tidak sesuai realita

7.Marah tanpa sebab yang jelas, kecurigaan yang berat, perilaku kacau,
perilaku kekerasan

8.Menarik diri dari lingkungannya dan tidak merawat diri dengan baik

Alo danAuto Anamnesis tambahan:

Singkirkan adanya kemungkinan penyakit fisik (seperti demam tinggi,

kejang, trauma kepala) dan penggunaan zat psikoaktif sebagai

penyebab timbulnya keluhan.

Faktor Risiko

1.Adanya faktor biologis yang mempengaruhi,

antara lain hiperaktivitas sistem dopaminergik dan faktor genetik.

2.Ciri kepribadian tertentu yang imatur, seperti ciri kepribadian

skizoid, paranoid, dependen.

3.Adanya stresor kehidupan.

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik diperlukan untuk menyingkirkan penyebab organik

dari psikotiknya (gangguan mental organik). Selain itu pasien dengan

gangguan psikotik juga sering terdapat gangguan fisik yang menyertai

karena perawatan diri yang kurang.

Pemeriksaan Penunjang

1.Dilakukan jika dicurigai adanya penyakit fisik yang menyertai

untuk menyingkirkan diagnosis banding gangguan mental organik.

2.Apabila ada kesulitan dalam merujuk ke fasilitas pelayanan

kesehatan tingkat lanjut maka pada fasilitas pelayanan kesehatan tingkat


pertamayang mampu perlu dilakukan pemeriksaan penunjang yang
sesuai seperti: darah perifer lengkap, elektrolit, gula darah, fungsi hati,
fungsi ginjal, serta radiologi dan EKG.

Penegakan Diagnostik
(Assessment)

Diagnosis Klinis

Diagnosis klinis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan

fisik. Kriteria diagnosis berdasarkan ICD 10-PC, yaitu:

1.Halusinasi

(terutama halusinasi dengar); merupakan gangguan

persepsi (persepsi palsu), tanpa adanya stimulus sensori eksternal.

Halusinasi dapat terjadi pada setiap panca indra, yaitu halusinasi

dengar, lihat, cium, raba, dan rasa.

2.Waham

(delusi); merupakan gangguan pikiran, yaitu keyakinan

yang salah, tidak sesuai dengan realita dan logika, namun tetap

dipertahankan dan tidak dapat dikoreksi dengan cara apapun

serta tidak sesuai dengan budaya setempat. Contoh: waham kejar,

waham kebesaran, waham kendali, waham pengaruh.

3.Perilaku kacau atau aneh

4.Gangguan proses pikir (terlihat dari pembicaraan yang kacau dan

tidak dimengerti)

5.Agitatif

6. Isolasi sosial (social withdrawal

7.Perawatan diri yang buruk

Diagnosis Banding

1.Gangguan Mental Organik (Delirium, Dementia, Psikosis Epileptik)

2.Gangguan Mental dan Perilaku akibat Penggunaan Zat (Napza)

3.Gangguan Afektif Bipolar/ Gangguan Manik

4.Gangguan Depresi (dengan gejala psikotik)

Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)


Penatalaksanaan

1.Intervensi Psikososial

a. Informasi penting bagi pasien dan keluarga

• Agitasi dan perilaku aneh merupakan gejala gangguan

mental, yang juga termasuk penyakit medis.

• Episode akut sering mempunyai prognosis yang baik, tetapi

perjalanan penyakit jangka panjang sulit diprediksi.

Pengobatan perlu dilanjutkan meskipun setelah gejala mereda.

• Gejala-gejala dapat hilang timbul. Diperlukan antisipasi

dalam menghadapi kekambuhan. Obat merupakan

komponen utama dalam pengobatan. Minum obat secara

teratur akan mengurangi gejala-gejala dan mencegah kekambuhan.

• Dukungan keluarga penting untuk ketaatberobatan

(compliance) dan rehabilitasi.

• Organisasi masyarakat dapat menyediakan dukungan yang berharga

untuk pasien dan keluarga.

b.Konseling pasien dan keluarga

• Bicarakan rencana pengobatan dengan anggota keluarga

dan minta dukungan mereka.

1.Poli Jiwa
UNIT TERKAIT 2.IGD
3.Programer Keswa
RS. BHAYANGKARA SOP PENANGANAN INSOMNIA
TK.III NO. DOKUMEN REVISI HALAMAN
BANDAR LAMPUNG 0 1/3

Ditetapkan oleh
KARUMKIT BHAYANGKARA TK.III BANDAR LAMPUNG

Tanggal terbit :
1 Oktober 2022

STANDAR dr. HIDAYATULLAH, Sp.THT-KL


PROSEDUR KOMISARIS POLISI NRP 74020589
OPERASIONAL
Insomnia adalah gejalah atau gangguan dalam tidur,dapat berupa
kesulitan berulang untuk mencapai tidur,atau mempetahankan tidur
PENGERTIAN yang optimal,atau kualitas tidur yang buruk.

TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah penanganan insomnia

Keputusan Karumkit Bhayangkara Bandar Lampung Nomor : Kep /109 /X


KEBIJAKAN /kes.22./ 2019 tanggal 22 Oktober 2019 tentang Pelayanan Medis di
Rumah Sakit Bhayangkara TK.III Bandar Lampung.
PROSEDUR 1. Petugas Poli/UGD melakukan anamnesis/alloanamnesis
2. Petugas melakukan pemeriksaan fisik
Pada status generalis, pasien tampak lelah dan mata cekung .Bila
terdapat gangguan organik,ditemukan kelainan organ.
3. Petugas (dokter) memberikan diagnosa sementara berdasarkan hasil
pemeriksaan,pedoman diagnosis:
a. Keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan
tidur atau kualitas tidur yang buruk.
b. Gangguan terjadi minimal tiga kaliseminggu selama minimal
satu bulan.
c. Adanya preokupasi tidak bisa tidur dan peduli yang berlebihan
terhadap akibatnya pada malam hari dan sepanjang siang
hari.
d. Ketidakpuasan terhadap kuantitas dan atau kualitas tidur
menyebabakan penderitaan yang cukup berat dan
mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan.
4. Petugas memberikan penanganan :
a. Perbaiki pola hidup
b. Terapi perilaku kognitif (CBT/Cognitif Behaviour Therapy) bagi
yang telah mengalami gangguan lebih dari sebulan
c. Obat tidur biasanya hanya digunakan sebagai pilihan terakhir.
Obat tidur umumnya diresepkan dengan dosis serendah
mungkin dan dengan jangka waktu sesingkatmungkin.
d. Untuk insomnia yang menyebabkan penderitanya mengalami
kelelahan, stres berat atau terbangun tiba-tiba pada malam
hari, dokter dapat meresepkan zopiclone atau zolpidem
dengan dosis serendah mungkin dan maksimal 1 bulan.
e. Untuk penderita insomia ysng mengalami cemas atau depresi,
dokter dapat meresepkan golongan obat penenang seperti
benzodiazepin atau antidepresan agar penderita menjadi
rileks dan dapat tidur dengan lelap.
5. Petugas melakukan konseling dan edukasi
Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga agar mereka
dapat memahami tentang insomnia dan dapat menghindari
pemicu terjadinya insomnia.
6. Petugas menetapkan kriteria rujukan
Apabila setelah 2 minggu pengobatan tidak menunjukkan perbaikan,
atau apabila terjadi perburukan walaupun belum sampai 2
minggu,pasien dirujuk ke fasilitas kesehatan sekunder yang memilikii
dokter spesialis kedokteran jiwa

DIAGRAM AIR

Anamnesa :

pasien tampak lelah dan mata cekung

Pemeriksaan fisik

enunjang

Diagnosa

1. Penatalaksanaan :
a. Perbaiki pola hidup
b. Terapi perilaku kognitif (CBT/Cognitif Behaviour
Therapy)
c. Obat tidur biasanya hanya digunakan sebagai pilihan
terakhir, dengan pilihan zopiclone atau zolpidem
golongan obat penenang seperti benzodiazepin atau
Konseling dan Edukasi

1.Poli Jiwa
UNIT TERKAIT 2.IGD
3.Programer Keswa
RS. BHAYANGKARA SOP INSOMNIA
TK.III NO. DOKUMEN REVISI HALAMAN
BANDAR LAMPUNG 0 1/2

Ditetapkan oleh
KARUMKIT BHAYANGKARA TK.III BANDAR LAMPUNG

Tanggal terbit :
1 Oktober 2022

STANDAR dr. HIDAYATULLAH, Sp.THT-KL


PROSEDUR KOMISARIS POLISI NRP 74020589
OPERASIONAL
Insomnia adalah gejalah atau gangguan dalam tidur,dapat berupa
PENGERTIAN kesulitan berulang untuk mencapai tidur,atau mempetahankan tidur
yang optimal,atau kualitas tidur yang buruk

TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah penanganan insomnia

Keputusan Karumkit Bhayangkara Bandar Lampung Nomor : Kep /109 /X


KEBIJAKAN /kes.22./ 2019 tanggal 22 Oktober 2019 tentang Pelayanan Medis di
Rumah Sakit Bhayangkara TK.III Bandar Lampung.
PROSEDUR 7. Petugas Poli/UGD melakukan anamnesis/alloanamnesis
8. Petugas melakukan pemeriksaan fisik
Pada status generalis, pasien tampak lelah dan mata cekung .Bila
terdapat gangguan organik,ditemukan kelainan organ.
9. Petugas (dokter) memberikan diagnosa sementara berdasarkan hasil
pemeriksaan,pedoman diagnosis:
e. Keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan
tidur atau kualitas tidur yang buruk.
f. Gangguan terjadi minimal tiga kaliseminggu selama minimal
satu bulan.
g. Adanya preokupasi tidak bisa tidur dan peduli yang berlebihan
terhadap akibatnya pada malam hari dan sepanjang siang
hari.
h. Ketidakpuasan terhadap kuantitas dan atau kualitas tidur
menyebabakan penderitaan yang cukup berat dan
mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan.
10. Petugas memberikan penanganan :
f. Perbaiki pola hidup
g. Terapi perilaku kognitif (CBT/Cognitif Behaviour Therapy) bagi
yang telah mengalami gangguan lebih dari sebulan
Obat tidur biasanya hanya digunakan sebagai pilihan terakhir. Obat tidur
umumnya diresepkan dengan dosis serendah mungkin dan dengan
jangka waktu sesingkat
h. mungkin.
i. Untuk insomnia yang menyebabkan penderitanya mengalami
kelelahan, stres berat atau terbangun tiba-tiba pada malam
hari, dokter dapat meresepkan zopiclone atau zolpidem
dengan dosis serendah mungkin dan maksimal 1 bulan.
j. Untuk penderita insomia ysng mengalami cemas atau depresi,
dokter dapat meresepkan golongan obat penenang seperti
benzodiazepin atau antidepresan agar penderita menjadi
rileks dan dapat tidur dengan lelap.
11. Petugas melakukan konseling dan edukasi
Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga agar mereka
dapat memahami tentang insomnia dan dapat menghindari
pemicu terjadinya insomnia.
12. Petugas menetapkan kriteria rujukan
Apabila setelah 2 minggu pengobatan tidak menunjukkan
perbaikan, atau apabila terjadi perburukan walaupun belum
sampai 2 minggu,pasien dirujuk ke fasilitas kesehatan sekunder
yang memilikii dokter spesialis kedokteran jiwa.
RS. BHAYANGKARA SOP GANGGUAN ANXIETAS DAN DEPRESI
TK.III NO. DOKUMEN REVISI HALAMAN
BANDAR LAMPUNG 0 1/4

Ditetapkan oleh
KARUMKIT BHAYANGKARA TK.III BANDAR LAMPUNG

Tanggal terbit :
1 Oktober 2022

STANDAR dr. HIDAYATULLAH, Sp.THT-KL


PROSEDUR KOMISARIS POLISI NRP 74020589
OPERASIONAL
Gangguan yang ditandai oleh adanya gejala-gejala anxietas (kecemasan)
dan depresi bersama-sama, dan masing-masing gejala tidak menunjukkan
rangkaian gejala yang cukup beratuntuk dapat ditegakannya suatu
PENGERTIAN diagnosis tersendiri. Untuk gejala anxietas, beberapa gejala autonomik
harus ditemukan, walaupun tidak terusmenerus, di samping rasa cemas
atauk hawatir berle

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah penanganan anxietas dan


TUJUAN depresi

Keputusan Karumkit Bhayangkara Bandar Lampung Nomor : Kep


KEBIJAKAN /109 /X /kes.22./ 2019 tanggal 22 Oktober 2019 tentang Pelayanan Medis
di Rumah Sakit Bhayangkara TK.III Bandar Lampung.
PROSEDUR 1. Perawat Melakukan identifikasi dan pengukuran tekanan darah dan
mencatat dalam buku status pasien.
2. Dokter Melakukan anamnesa terhadap pasien:
Keluhan :
Biasanya pasien datang dengan keluhan fisik seperti: nafas pendek/cepat,
berkeringat, gelisah, gangguan tidur, mudah lelah, jantung berdebar,
gangguan lambung, diare, atau bahkan sakit kepala yang disertai dengan
rasa cemas/khawatir berlebihan.
Allo dan Auto Anamnesis tambahan:
- Adanya gejala seperti minat dalam melakukan aktivitas/semangat
yang menurun, merasa sedih/ murung, nafsu makan berkurang
atau meningkat berlebihan, sulit berkonsentrasi, kepercayaan diri
yang menurun, pesimistis.
- Keluhan biasanya sering terjadi, atau berlangsung lama, dan
terdapat stresor kehidupan.
- Menyingkirkan riwayat penyakit fisik dan penggunaan zat
(alkohol, tembakau, stimulan, dan lain-lain)
Faktor Risiko :
- Adanya faktorbiologis yang mempengaruhi, antara lain hiper
aktivitas sistem noradrenergik, faktorgenetik.
- Ciri kepribadian tertentu yang imatur dan tidak fleksibel, seperti
ciri kepribadian dependen, skizoid, anankastik, cemas
menghindar.
- Adanya stres kehidupan.

3. Dokter melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang sederhana


Pemeriksaan Fisik:
Respirasi meningkat, tekanan darah dapat meningkat, dan tanda lain
sesuai keluhan fisiknya.
Pemeriksaan penunjang:
Laboratorium dan penunjang lainnya tidak ditemukan adanya tanda yang
bermakna. Pemeriksaan laboratorium bertujuan untuk menyingkirkan
diagnosis banding sesuai keluhan fisiknya.

4. Dokter memberikn Penatalaksanaan dan KIE


Penatalaksanaan
1. Non-farmakologi
a. Konseling dan edukasi pada pasien dan keluarga
Karena gangguan campuran cemas depresi dapat mengganggu
produktivitas pasien, keluarga perlu memahami bahwa hal ini
bukan karena pasien malas atau tidak mau mengerjakan
tugasnya, melainkan karena gejala-gejala penyakitnya itu
sendiri, antara lain mudah lelah serta hilang energi. Oleh sebab
itu, keluarga perlu memberikan dukungan agar pasien mampu
dan dapat mengatasi gejala penyakitnya.
Gangguan campuran anxietas dan depresi kadang-kadang
memerlukan pengobatan yang cukup lama, diperlukan
dukungan keluarga untuk memantau agar pasien melaksanakan
pengobatan dengan benar, termasuk minum obat setiap hari.
2. Intervensi Psikososial
- Lakukan penentraman (reassurance) dalam komunikasi
terapeutik, dorong pasien untuk mengekspresikan pikiran
perasaan tentang gejala dan riwayat gejala.
- Beri penjelasan adanya pengaruh antara faktor fisik dan
psikologis, termasuk bagaimana faktor perilaku, psikologik
dan emosi berpengaruh mengeksaserbasi gejala somatik yang
mempunyai dasar fisiologik.
- Bicarakan dan sepakati rencana pengobatandan follow-up,
bagaimana menghadapi gejala, dan dorong untuk kembali
keaktivitas normal.
- Ajarkan teknik relaksasi (teknik nafas dalam)
- Anjurkan untuk berolah raga teratur atau melakukan aktivitas
yang disenangi serta menerapkan perilaku hidup sehat.
- Ajarkan untuk selalu berpikir positif dan manajemen stres
dengan baik.
2. Farmakologi:
 Untuk gejala kecemasan maupun depresinya, diberikan
antidepresan dosis rendah, dapat dinaikkan apabila tidak ada
perubahan yang signifikan setelah 2-3 minggu: fluoksetin 1x10-20
mg/hari atau sertralin 1x25-50 mg/hariatauamitriptilin 1x12,5-50
mg/hariatau imipramin1-2x10-25 mg/hari. Catatan: amitriptilin
dan imipramin tidak boleh diberikan pada pasien dengan penyakit
jantung, dan pemberian berhati-hati untuk pasien lansia karena
efek hipotensi ortostastik (dimulai dengan dosis minimal efektif).
 Pada pasien dengan gejala kecemasan yang lebih dominan dan
atau dengan gejala insomnia dapat diberikan kombinasi fluoksetin
atau sertralin dengan antianxietas benzodiazepin. Obat-obatan
antianxietas jenis benzodiazepin yaitu: diazepam 1x2-5 mg atau
lorazepam 1-2x0,5-1 mgatauklobazam 2x5-10 mgataualprazolam
2x 0,25-0,5mg. Setelah kira-kira 2-4 minggu benzodiazepin
ditappering-off perlahan, sementara antidepresan diteruskan
hingga 4-6 bulan sebelum ditappering-off. Hati-hati potensi
penyalah gunaan pada alprazolam karenawaktu paruh yang
pendek.

5. Dokter melakukan rujukan sesuai kriteria rujukan


Pasien dapat dirujuk setelah didiagnosis mengalami gangguan ini,
terutama apabila gejala progresif dan makin bertambah berat yang
menunjukkan gejala depresi seperti pasien menolak makan, tidak
mau merawat diri, ada ide/tindakan bunuh diri; atau jika tidak ada
perbaikan yang signifikan dalam 2-3 bulan terapi\

]
RS. BHAYANGKARA SOP
TK.III NO. DOKUMEN REVISI HALAMAN
BANDAR LAMPUNG 0 1/2

Ditetapkan oleh
KARUMKIT BHAYANGKARA TK.III BANDAR LAMPUNG

Tanggal terbit :
1 Oktober 2022

STANDAR dr. HIDAYATULLAH, Sp.THT-KL


PROSEDUR KOMISARIS POLISI NRP 74020589
OPERASIONAL
Gangguan yang ditandai oleh adanya gejala-gejala anxietas (kecemasan)
dan depresi bersama-sama, dan masing-masing gejala tidak menunjukkan
rangkaian gejala yang cukup beratuntuk dapat ditegakannya suatu
PENGERTIAN diagnosis tersendiri. Untuk gejala anxietas, beberapa gejala autonomik
harus ditemukan, walaupun tidak terusmenerus, di samping rasa cemas
atauk hawatir berle

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah penanganan anxietas dan


TUJUAN depresi

Keputusan Karumkit Bhayangkara Bandar Lampung Nomor : Kep


KEBIJAKAN /109 /X /kes.22./ 2019 tanggal 22 Oktober 2019 tentang Pelayanan Medis
di Rumah Sakit Bhayangkara TK.III Bandar Lampung.

PROSEDUR

Anda mungkin juga menyukai