Anda di halaman 1dari 4

SKIZOFRENIA

No. Dokumen : …-.../…./…./2015


No. Revisi : 0
SOP
Tanggal Terbit : 01 April 2014
Halaman : 1/2
PUSKESMAS Dr. ENDAH
PULUNG PURWATI
NIP.19761001
2007012 013
1. Pengertian Skizofrenia merupakan salah satu gangguan jiwa
(psikologis) yang serangannya mungkin timbul akut. Diagnosis
skizofrenia ini baru dapat ditegakkan bila gangguan timbul pada
usia sebelum 45 tahun dan gejala sudah berlangsung paling sedikit
6 bulan. Setiap pasien yang dicurigai menderita skizofrenia harus
diperiksakan ke psikiater setelah disingkirkan adanya kelainan
organic

2. Tujuan Sebagai bahan acuan petugas dalam penanganan pasien skizofrenia


3. Kebijakan Dicantumkankebijakan yang ditetapkanolehkepalaPuskesmas yang
menjadidasarpembuatan SOP (bias berbentukbuku,
peraturanperundangundangan, ataupunbentuk lain sebagaipustaka
4. Referensi Berisidokumeneksternalsebagaiacuanpenyusunan SOP.
Bisaberbentukbuku, peraturandanperundangundanganataupunbentuk lain
sebagaibahanpustaka
5. Prosedur/Langkah- Gambaran Klinis
langkah 1. Penderita psikosis akut mungkin datang dengan tingkah
laku gaduh dan mengacau atau mungkin didahului oleh
gejala awal (prodomal) berupa penarikan diri dari hubungan
sosial, gangguan nyata dalam fungsi peran misalnya
sebagai pencari nafkah, bertingkah laku aneh gangguan
nyata dalam hygiene diri dan berpakaian, afek yang tumpul,
mendatar atau tak serasi, bicara ngelantur, menunjukkan
ide (gagasan) yang aneh atau pikiran magis seperti
takhayul, gagasan mirip paham yang menyangkut diri
sendriri, adanya ilusi dan lain sebagainya
2. Untuk menegakkan diagnostic gangguan skizofrenia maka
harus dipenuhi kriteria diagnostic dibawah ini :
 Sedikitnya terdapat satu dari beberapa tanda ini
selama suatu fase penyakit : paham yang aneh,
halusinasi, hilangnya asosiasi pikiran (inkohorensi),
tingkah laku kacau (disorganized)
 Penurunan fungsi penyesuaian dalam bidang
pekerjaan, hubungan sosial dan perawatan diri
 Gejalanya berlangsung terus menerus selama paling
sedikit 6 bulan yang mencakup fase aktif dengan
atau tanpa fase prodromal maupun fase residual
yaitu setelah masa fase aktif yang menunjukkan
sedikitnya 2 gejala prodromal
 Tidak ada kelainan organic
Penatalaksanaan
1. Bila pasien sangat gaduh sehingga menganggu lingkungan
atau membahayakan orang lain maupun dirinya sendiri
maka seorang penderita harus dirawat
2. Berikan klorpromazin 3 x 100 mg yang dapat dinaikkan
(setelah 1 minggu) menjadi 3 x 200 mg bila belum tampak
perbaikan. Bila telah ada respon maka dosis dipertahankan
selama 4 minggu sampai pasien tenang dan kembali dapat
mengurus dirinya sendiri
3. Selanjutnya setiap minggu dosis diturunkan secara bertahap
dan dosis rumat (biasanya 3 x 50 – 100 mg) dipertahankan
selama 3 bulan
4. Obat pilihan lain adalah tiordazin 3 x 100 mg, triffluoperazin
3 x 5 mg, haloperidol 3 x 1 – 5 mg
5. Untuk pasien yang sukar untuk ditemui, dianjurkan
pemberian injeksi haloperidol decanoas sekali sebulan
6. Gunakanlah dosis efektif terkecil untuk mengurangi efek
samping. Penderita harus dijauhkan dari benda – benda
yang dapat membahayakan dirinya atau orang disekitarnya
dan kebersihan diri serta kebutuhan hidupnya sehari – hari
harus tetap diperhatikan
7. Petugas / dokter memberikan resep obat kepada pasien
untuk pengambilanobat di apotik puskesmas
8. Petugas mengisi register rawat jalan berdasarkan catatan
pada kartu rawat jalan dan membuat sensus harian penyakit

6. Unit Terkait
Gudang obat, UGD, Rawat Inap, Pustu, Polindes, Ponkesdes
7. Diagram Didalampenyusunanprosedurmaupuninstruksikerjasebaikny
Alir/Flowchart
adalamlangkah – langkahkegiatandilengkapidengan diagram
alir/baganaliruntukmemudahkandalampemahamanlangkah –
langkahnya.
8. RekamanHistoris

DiberlakukanT
No Halaman Yang dirubah Perubahan
gl.

Anda mungkin juga menyukai