Anda di halaman 1dari 3

DELIRIUM

No. Dokumen : SOP-016/UKP-Y24/PANCORAN


No. Revisi : 00
SOP
Tanggalterbit : 24Juni 2016
Halaman : 1/3
PUSKESMAS
drg. Melvin Sijabat
KECAMATAN NIP :196408141998031004
KEPALA PUSKESMAS :
PANCORAN

1. Pengertian 1. Delirium adalah gangguan kesadaran yang ditandai dengan berkurangnya kemampuan
memfokuskan, mempertahankan dan mengalihkan perhatian.
2. Hasil Anamnesis (Subjective)
2.1 Keluhan :Pasien datang dengan penurunan kesadaran, ditandai dengan:
2.1.1 Berkurangnya atensi
2.1.2 Gangguan psikomotor
2.1.3 Gangguan emosi
2.1.4 Arus dan isi pikir yang kacau
2.1.5 Gangguan siklus bangun tidur
2.1.6 Gejala diatas terjadi dalam jangka waktu yang pendek dan cenderung
berfluktuasi dalam sehari
2.2 Hasil yang dapat diperoleh pada autoanamnesis, yaitu:
2.2.1 Pasien tidak mampu menjawab pertanyaan dokter sesuai dengan apa yang
diharapkan, ditanyakan.
2.2.2 Adanya perilaku yang tidak terkendali.
2.2.3 Alloanamnesis, yaitu: Adanya gangguan medik lain yang mendahului
terjadinya gejala delirium, misalnya gangguan medik umum, atau
penyalahgunaan zat.
3. Faktor Risiko: Adanya gangguan medik umum, seperti:
3.1 Penyakit SSP (trauma kepala, tumor, pendarahan, TIA)
3.2 Penyakit sistemik, seperti: infeksi, gangguan metabolik, penyakit jantung,
COPD, gangguan ginjal, gangguan hepar
3.3 Penyalahgunaan zat
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana(Objective)
3.4 Pemeriksaan Fisik : Tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik generalis
terutama sesuai penyakit utama.
4. Pemeriksaan penunjang
4.1 Tidak dilakukan padalayanan primer.
4.2 Pemeriksaan yang dilakukan untuk delirium, adalah: Mini-mental State
Examination (MMSE).
4.3 Pemeriksaan laboratorium bertujuan untuk mencari diagnosis penyakit utama,
yaitu: Hemoglobin, hematokrit, leukosit, trombosit, guladarah, elektrolit
(terutamanatrium), SGOT, SGPT, ureum, kreatinin, urinalisis, analisis gas darah,
fototoraks, elektrokardiografi, dan CT Scan kepala, jikadiperlukan.

DilarangMengcopyNaskahIniTanpaSeijin WMM PuskesmasKecamatan Pancoran


5. Penegakan Diagnosis (Assessment)
5.1 Diagnosis klinisditegakkanberdasarkan anamnesis danpemeriksaanfisik.

5.2 Kriteria Diagnosis untuk delirium dalam DSM-IV-TR (Diagnosis and Statistical
Manual for Mental Disorder – IV – Text Revised), adalah:
5.2.1 Gangguan kesadaran disertai dengan menurunnya kemampuan untuk
memusatkan, mempertahankan, dan mengubah perhatian;
5.2.2 Gangguan Perubahan kognitif (seperti deficit memori, disorientasi,
gangguan berbahasa) atau perkembangan gangguan persepsi yang tidak
berkaitan dengan demensia sebelumnya, yang sedang berjalan atau
memberat;
5.2.3 Perkembangan dari gangguan selama periode waktu yang singkat
(umumnya jam sampai hari) dan kecenderungan untuk berfluktuasi dalam
perjalanan hariannya;
6. Bukti dari riwayat, pemeriksaan fisik atau temuan laboratorium, bahwa gangguan
tersebut disebabkan oleh: (a) kondisi medis umum, (b) intoksikasi, efek samping, putus
obat dari suatu substansi.
7. Diagnosis Banding
7.1 Demensia.
7.2 Psikosisfungsional.
7.3 Kelainanneurologis.
8. Rencana Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
8.1 TujuanTerapi
8.1.1 Mencari dan mengobati penyebab delirium
8.1.2 Memastikan keamananpasien
8.1.3 Mengobati gangguan perilaku terkait delirium, misalnya agitasi psikomotor
9. Penatalaksanaan
9.1 Kondisi pasien harus dijaga agar terhindar dari risiko kecelakaan selama
2/3

DilarangMengcopyNaskahIniTanpaSeijin WMM PuskesmasKecamatan Pancoran


perawatan.
9.2 Apabila pasien telah memperoleh pengobatan, sebaiknya tidak menambahkan
obat pada terapi yang sedang dijalani oleh pasien.
9.3 Bila belum mendapatkan pengobatan, pasien dapat diberikan obat anti psikotik.
Obat ini diberikan apabila ditemukan gejala psikosis dan atau agitasi, yaitu:
Haloperidol injeksi 2-5 mg Intra Muskular (IM)/ Intra Vena (IV). Injeksi dapat
diulang setiap 30 menit, dengan dosis maksimal 20 mg/hari.
10. Konseling dan Edukasi
Memberikan informasi terhadap keluarga/ care giver agar mereka dapat memahami
tentang delirium dan terapinya.
11. Kriteria Rujukan
Bila gejala agitasi telah terkendali, pasien dapat segera dirujuk ke fasilitas pelayanan
rujukan sekunder untuk memperbaiki penyakit utamanya.
2. Tujuan Prosedur ini sebagai acuan dalam penatalaksanaan Delirium

3. Kebijakan 1. Surat Keputusan Kepala Puskesmas Nomor 347 Tahun 2016 Tentang Penyusunan
Rencana Layanan Medis
2. Surat Keputusan Kepala Puskesmas Nomor 262 Tahun 2016 Tentang Hak dan
kewajiban Pengguna
3. Surat Keputusan Kepala Puskesmas Nomor 365 Tahun 2016 Tentang Layanan Klinis
yang menjamin Kesinambungan Layanan
4. Surat KeputusanKepalaPuskesmasNomor 180 Tahun 2016 TentangJenis-
JenisPelayanan Yang Tersedia di Puskesmas
4. Referensi 1. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 tahun 2014TentangPuskesmas
2. PeraturanMenteriKesehatan RI Nomor 5 tahun 2015 TentangPanduan Praktik Klinis
Bagi Dokter Pelayanan Primer
5. Langkah- 1. Dokter melakukan anamnesa terarah dan pemeriksaan fisik.
langkah 2. Dokter melakukan pemeriksaan penunjang untuk mencari diagnosis utam apenyebab
delirium : Laboratorium
3. Dokter mendiagnosa delirium.
4. Dokter memberikan tatalaksana / resep sesuai dengan diagnosis.
5. Dokter memberikan edukasi mengenai penyakit delirium dan menjelaskan tentang
rencana pengobatan.
6. Dokter melakukan rujukan jika agitasi telah terkendali
7. Petugas melakukan dokumentasikegiatan yang dilakukan.
6. Unit Terkait Poli Umum, poli BPJS lansia, laboratorium, apotek

3/3

DilarangMengcopyNaskahIniTanpaSeijin WMM PuskesmasKecamatan Pancoran

Anda mungkin juga menyukai