Anda di halaman 1dari 12

A.

DERFINISI
Pengertian IVH secara singkat dapat diartikan sebagai perdarahan intraserebral
nontraumatik yang terbatas pada sistem ventrikel atau yang timbul di dalam atau pada
sisi dariventrikel. (Donna, dkk, 2011). Dari pengertian ini dapat ditarik kesimpulan
bahwa kejadian IVH yang menimbulkan serangan stroke merupakan salah satu dari
jenis stroke (CVA) hemoragik yang berasal dari intra cranial atau sumber permasalahannya
adalah peredaran vaskuler otak. Kejadian IVH memang sangat jarang. Hal ini menjadi alasan atas
pemahaman yangburuk terhadap gejala klinis, etiologi, dan prognosis jangka pendek
maupun panjang padapasien IVH. Sepertiga pasien IVH tidak bertahan pada
perawatan di rumah sakit (39%). Angka kejadian IVH di antara seluruh pasien dengan
perdarahan intrakranial adalah 3,1%dengan prognosis yang dilaporkan lebih baik dari
prognosis pasien perdarahan intraventrikel nsekunder. IVH menginduksi morbiditas,
termasuk

perkembangan

hidrosefalus

dan

menurunnya

kesadaran.

(Donna,

dkk,2011).Sanders telah menunjukkan bahwa perdarahan intraventrikuler dapat terjadi


dalamsetiap rentang usia, namun dengan puncak antara usia 40-60 tahun, dengan rasio
angkakejadian pada pria:wanita=1,4:1. Gambaran klinik pada kasus PIVH yang
ringan bervariasidan mungkin berkaitan dengan banyaknya perdarahan. (Donna, dkk, 2011).
B. ETIOLOGI
Penyebab pasti terjadinya pecah pembuluh darah (perdarahan) pada ruangan
ventrikelpada otak belum diketahui,namun keadaan Hipertensi sering kali disebut
sebagai penyebabyang paling mungkin, walaupun abnormalitas arteri-vena otak dapat
juga menyumbangkejadian perdarahan ini. (Donna, dkk, 2011).Tekanan darah yang melebihi
kapasitas elastisitas vaskuler otak merupakan pemicuterjadinya perdarahan pada otak,
terutama bila memang pasien adalah penderita hipertensiparah. (Adria, luis dkk 2012)
Dari penjelasan diatas, kita dapat menarik kesimpulan kecil bahwa penyebab
yang paling memungkinkan dari terjadinya IVH yang dapat menimbulkan serangan
stroke adalah hipertensi yang bersifat kronik, selain itu abnormalitas formasi vaskuler
juga turut menyumbang kejadian IVH ini

C. TANDA DAN GEJALA

Mayoritas pasien mengalami nyeri kepala akut dan penurunan kesadaran


yang berkembang cepat sampai keadaan koma. Pada pemeriksaaan biasanya di dapati
hipertensi kronik. Gejala dan tanda tergantung lokasi perdarahan. Herniasi uncal
dengan hilangnya fungsi batang otakdapat terjadi. Pasien yang selamat secara
bertahap mengalami pemulihan kesadaran dlam beberapa hari. Pasien dengan
perdarahan pada lobus temporal atau lobus frontal dapat mengalami seizure tiba-tiba
yang dapat diikuti kelumpuhan kontralateral (Rivai 2015).
Pasien usia tua dengan tekanan darah normal yang mengalami PIS atau perdarahan
intraserebellar karena amyloid angiopathybiasanya telah menderita penyakit
Alzheimer atau demensia progresif tipe Alzheimer dan dalam perjalanannnya
perdarahan dapat memasukirongga subarakhnoid.( Rivai 2015).
Secara mendetail gejala yang muncul diantaranya :
1. Kehilangan Motorik.
Disfungsi motor paling umum adalah :
a. Hemiplegia yaitu paralisis pada salah satu sisi yang sama seperti pada wajah,
lengan dan kaki (karena lesi pada hemisfer yang berlawanan).
b. Hemiparesis yaitu kelemahan pada salah satu sisi tubuh yang sama seperti
wajah, lengan, dan kaki (Karena lesi pada hemisfer yang berlawanan).
2. Kehilangan atau Defisit Sensori.
a. Parestesia (terjadi pada sisi berlawanan dari lesi). Kejadian seperti kebas dan
kesemutan pada bagian tubuh dan kesulitan dalam propriosepsi (kemampuan
untuk merasakan posisi dan gerakan bagian tubuh).
b. Kesulitan dalam menginterpretasikan stimuli visual, taktil dan auditorius.
3. Kehilangan Komunikasi (Defisit Verbal).
Fungsi otak lain yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan komunikasi.
Disfungsi bahasa dan komunikasi dapat dimanifestasikan oleh hal berikut :
a. Disartria adalah kesulitan berbicara atau kesulitan dalam membentuk kata.
Ditunjukkan dengan bicara yang sulit dimengerti yang disebabkan oleh
paralisis otot yang bertanggung jawab untuk menghasilkan bicara.
b. Disfasia atau afasia adalah bicara detektif atau kehilangan bicara, yang
terutama ekspresif atau reseptif (mampu bicara tapi tidak masuk akal).
c. Apraksia adalah ketidak mampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari
sebelumnya, seperti terlihat ketika pasien mengambil sisir dan berusaha untuk
menyisir rambutnya.

d. Disfagia adalah kesulitan dalam menelan.


4. Gangguan Persepsi.
Persepsi adalah ketidakmampuan untuk menginterprestasikan sensasi. Stroke dapat
mengakibatkan :
a. Disfungsi persepsi visual, karena gangguan jaras sensori primer diantara mata
dan korteks visual.
b. Homonimus hemianopsia (kehilangan setengah lapang pandang).
c. Gangguan hubungan visual-spasial (mendapatkan hubungan dua atau lebih
objek dalam area spasial).
5. Defisit Kognitif.
a.
b.
c.
d.
e.

Kehilangan memori jangka pendek dan panjang.


Penurunan lapang perhatian,
Kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi.
Alasan abstrak buruk.
Perubahan Penilaian.

6. Defisit Emosional.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Kehilangan kontrol-diri.
Labilitas emosional.
Penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stress.
Depresi.
Menarik diri.
Rasa takut, bermusuhan, dan marah.
Perasaan Isolasi.

D. PATOFISIOLOGI
Perdarahan intraserebral ini dapat disebabkan oleh karena ruptur arteria serebri yang dapat
dipermudah dengan adanya hipertensi. Keluarnya darah dari pembuluh darah didalam otak berakibat
pada jaringan disekitarnya atau didekatnya, sehingga jaringan yang ada disekitarnya akan
bergeser dan tertekan. Darah yang keluar dari pembuluh darah sangat mengiritasi otak,
sehingga mengakibatkan vosospasme pada arteri disekitar perdarahan, spasme ini dapat menyebar
keseluruh hemisfer otak dan lingkaran willisi, perdarahan aneorisma-aneorisma ini merupakan
lekukan-lekukan berdinding tipis yang menonjol pada arteri pada tempat yang lemah. Makin lama
aneorisme makin besar dan kadang-kadang pecah saat melakukan aktivitas. Dalam keadaan
fisiologis pada orang dewasa jumlah darah yang mengalir ke otak 58 ml/menit per 100 gr jaringan
otak. Bila aliran darah ke otak turun menjadi 18 ml/menit per 100 gr jaringan otak akan menjadi
penghentian aktifitas listrik pada neuron tetapi struktur sel masih baik, sehingga gejala ini
masih revesibel. Oksigen sangat dibutuhkan oleh otak sedangkan O2 diperoleh dari darah, otak
sendiri hampir tidak ada cadangan O2 dengan demikian otak sangat tergantung pada keadaan aliran

darah setiap saat. Bila suplay O2 terputus 8-10 detik akan terjadi gangguan fungsi otak, bila lebih
lama dari 6-8 menit akan tejadi jelas/lesi yang tidak putih lagi (ireversibel) dan kemudian kematian.
Perdarahan dapat meninggikan tekanan intrakranial dan menyebabkan ischemi didaerah lain yang
tidak perdarahan, sehingga dapat berakibat mengurangnya aliran darah ke otak baik secara umum
maupun lokal. Timbulnya penyakit ini sangat cepat dan konstan dapat berlangsung beberapa menit,
jam bahkan beberapa hari. (Corwin, 2009)

E. PATHWAY
Trauma kepala, Fraktur depresi tulang tengkorak, , Hipertensi, Malformasi Arteri Venosa, Aneurisma,
Distrasia darah, Obat, Merokok
Pecahnya pembuluh darah otak
Darah masuk ke dalam
jaringan otak
Penatalaksanaan
kraniotomi

Luka insisi
pembedahan

Darah membentuk
massa atau hematoma

Port dentri
mikroorganisme

Resiko infeksi

Metabolisme
anaerob

Penekanan pada
jaringan otak

Peningkatan
Tekanan
Intracranial
Gangguan aliran
darah & oksigen
ke otak

Fungsi otak
menurun

Sel melepaskan
mediator nyeri :
prostaglandin,
sitokinin

Vasodilatasi
pembuluh
darah

Impuls ke pusat
nyeri di otak
(thalamus)

Ketidak
efektifan
perfui
jaringan
cerebral

Kerusakan
neuromotorik

Kelemahan
otot progesif

Kerusakan mobilitas fisik

Refleks
menelan
menurun
Anoreksia

Ketidak
seimbangan
kebutuhan
nutrisi

Impuls ke pusat
nyeri di otak

Somasensori
korteks otak : nyeri
dipersepsikan

Nyeri

ADL dibantu

Gangguan
pemenuhan ADL

F. PELAKSANAAN
Penatalaksanaan Stroke Hemoragik diantaranya adala sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.

Sarankan menjalani operasi diikuti dengan pemeriksaan


Masukkan klien ke unik perawatan saraf untuk dirawat di bagian bedah saraf
Penatalaksanaan umum dibagian saraf
Penatalaksanaan khusus pada kasus :
a. Subarachnoid hemorrhage dan intraventricular hemorrhage,
b. Kombinasi antara parechymatous dan subarchnoid hemorrhage
c. Parenchymatous hemorrhage.
5. Neurologis
a. Pengawasan tekanan darah dan konsentrasinya
b. Kontrol adanya edema yang dapat menyebabkan kematian jaringan otak
6. Terapi perdarahan dan perawatan pembuluh darah.
a. Antifibrinolitik untuk meningkatkan mikrosirkulasi dosis kecil.
Aminocaproic
Antagonis (Gordox) untuk pencegahan permanen
Natrii Etamsylate (Dynone)
Kalsium mengandung obat ; Rutinium
Profilaksis Vasospasme
Calcium-channel

Awasi peningkatan tekanan darah sistolik klien 5-20mg, koreksi

gangguan irama jantung


Lakukan perawatan respirasi, jantung, penatalaksanaan cairan dan

elektrolit
Kontrol terhadap tekanan edema jaringan otak dan peningkatan TIK,
perawatan klien secara umum, dan penatalaksanaan pencegahan
komplikasi.

Terapi Infus, pemantauan (monitoring) AGD, tromboembolisme arteri


pulmonal, keseimbangan asam basa, osmolaritas darah dan urine,
pemeriksaan biokimia darah,

7. Pemberian Diuretik untuk menurunkan edema serebral, yang mencapai tingkat


maksimum 3-5 hari setelah infark serebral.
8. Diuretik osmotik menurunkan tekanan intrakranial dengan menaikkan
osmolalitas serum sehingga cairan akan ditarik keluar dari sel otak
Manitol dapat digunakan dengan dosis 0,25-0,5 g/kgBB IV selama 20 menit,
tiap 6 jam. Tidak dianjurkan menggunakan manitol untuk jangka panjang.
Manitol diberikan bila osmolalitas serum tidak lebih dari 310 mOsm/ l.
9.

Furosemid 40 mg IV/hari dapat memperpanjang efek osmotik serum manitol.


Antikoagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya atau memberatnya

thrombosis atau embolisasi dari tempat lain dalam system kardiovaskular.


10. Medikasi anti-trombosit dapat diresepkan karena trombosit memainkan peran
sangat penting dalam pembentuka thrombus dan embolisasi.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Angiografi Serebral.
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik misalnya pertahanan atau
sumbatan arteri.
2. Computed Tomography-Scanning (CT- scan).
CT Scan merupakan pemeriksaan paling sensitif untuk PIS dalam beberapa jam
pertama setelah perdarahan. CT-scan dapat diulang dalam 24 jam untuk menilai
stabilitas.
3. Bedah emergensi dengan mengeluarkan massa darah diindikasikan pada pasien
sadar yang mengalami peningkatan volume perdarahan.
4. Magnetic resonance imaging (MRI).

MRI dapat menunjukkan perdarahan intraserebral dalam beberapa jam pertama


setelah perdarahan. Perubahan gambaran MRI tergantung stadium disolusi
hemoglobin oksihemoglobin - deoksihemogtobin - methemoglobin - ferritin dan
hemosiderin.
5. USG Doppler (Ultrasonografi dopple)
Mengindentifikasi penyakit arteriovena (masalah system arteri karotis (aliran
darah atau timbulnya plak) )dan arteiosklerosis.
6. EEG (elekroensefalogram)
Mengidentifikasi masalah pada otak dan memperlihatkan daerah lesi yang
spesifik.
7. Sinar tengkorak.
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah yang berlawanan dari
massa yang meluas, kalsifikasi karotis interna terdapat pada thrombosis serebral;
kalsifikasi persial dinding aneurisma pada perdarahan subarachnoid.
Pemeriksaan Laboratorium
1. Darah Rutin
2. Gula Darah
3. Urine Rutin
4. Cairan Serebrospinal
5. Analisa Gas Darah (AGD)
6. Biokimia Darah
7. Elektrolit
I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
a. Primary Survey (ABCDE)
1) Airway. Tanda-tanda objektif-sumbatan Airway
a) Look (lihat) apakah penderita mengalami agitasi atau kesadarannya menurun. Agitasi
memberi kesan adanya hipoksia, dan penurunan kesadaran memberi kesan adanya
hiperkarbia. Sianosis menunjukkan hipoksemia yang disebabkan oleh kurangnya oksigenasi dan
dapat dilihat dengan melihat pada kuku-kuku dan kulit sekitar mulut. Lihat adanya retraksi dan
penggunaan otot-otot napas tambahan yang apabila ada, merupakan bukti tambahan adanya
gangguan airway. Airway (jalan napas) yaitu membersihkan jalan napas dengan
memperhatikan kontrol servikal, pasang servikal kollar untuk immobilisasi servikal
sampai terbukti tidak ada cedera servikal, bersihkan jalan napas dari segala sumbatan, benda asing,
darah dari fraktur maksilofasial, gigi yang patah dan lain-lain. Lakukan intubasi (orotrakeal tube)

jika apnea, GCS (Glasgow Coma Scale) < 8, pertimbangan juga untuk GCS 9 dan 10 jika saturasi
oksigen tidak mencapai 90%.
b) Listen (dengar) adanya suara-suara abnormal. Pernapasan yang berbunyi (suara napas
tambahan) adalah pernapasan yang tersumbat.
c) Feel (raba)
2) Breathing. Tanda-tanda objektif-ventilasi yang tidak adekuat
a) Look (lihat) naik turunnya dada yang simetris dan pergerakan dinding dada yang adekuat.
Asimetris menunjukkan pembelatan (splinting) atau flail chest dan tiap pernapasan yang
dilakukan dengan susah (labored breathing) sebaiknya harus dianggap sebagai ancaman terhadap
oksigenasi penderita dan harus segera di evaluasi. Evaluasi tersebut meliputi inspeksi terhadap
bentuk dan pergerakan dada, palpasi terhadap kelainan dinding dada yang mungkin mengganggu
ventilasi, perkusi untuk menentukan adanya darah atau udara ke dalam paru.
b) Listen (dengar) adanya pergerakan udara pada kedua sisi dada. Penurunan atau tidak
terdengarnya suara napas pada satu atau hemitoraks merupakan tanda akan adanya cedera dada.
Hati-hati terhadap adanya laju pernapasan yang cepat-takipneu mungkin menunjukkan
kekurangan oksigen.
c) Gunakan pulse oxymeter
Alat ini mampu memberikan informasi tentang saturasi oksigen dan perfusi perifer penderita,
tetapi tidak memastikan adanya ventilasi yang adekuat
3) Circulation dengan kontrol perdarahan
a) Respon awal tubuh terhadap perdarahan adalah takikardi untuk mempertahankan cardiac
output walaupun stroke volum menurun
b) Selanjutnya akan diikuti oleh penurunan tekanan nadi (tekanan sistolik-tekanan diastolik)
c) Jika aliran darah ke organ vital sudah dapat dipertahankan lagi, maka timbullah hipotensi d)
Perdarahan yang tampak dari luar harus segera dihentikan dengan balut tekan pada daerah
tersebut
e) Ingat, khusus untuk otorrhagia yang tidak membeku, jangan sumpal MAE (Meatus Akustikus
Eksternus) dengan kapas atau kain kasa, biarkan cairan atau darah mengalir keluar, karena hal ini
membantu mengurangi TTIK (Tekanan Tinggi Intra Kranial)
f) Semua cairan yang diberikan harus dihangatkan untuk menghindari terjadinya koagulopati
dan gangguan irama jantung.
4) Disability
a) GCS setelah resusitasi
b) Bentuk ukuran dan reflek cahaya pupil

c) Nilai kuat motorik kiri dan kanan apakah ada parese atau tidak
5) Expossure dengan menghindari hipotermia. Semua pakaian yang menutupi tubuh penderita harus
dilepas agar tidak ada cedera terlewatkan selama pemeriksaan. Pemeriksaan bagian punggung
harus dilakukan secara log-rolling dengan harus menghindari terjadinya hipotermi (America
College of Surgeons ; ATLS)
a). Secondary Survey
1) Kepala dan leher Kepala. Inspeksi (kesimetrisan muka dan tengkorak, warna dan distribusi
rambut kulit kepala), palpasi (keadaan rambut, tengkorak, kulit kepala, massa, pembengkakan,
nyeri tekan, fontanela (pada bayi)). Leher. Inspeksi (bentuk kulit (warna, pembengkakan,
jaringan parut, massa), tiroid), palpasi (kelenjar limpe, kelenjar tiroid, trakea),
mobilitas leher.
2) Dada dan paru Inspeksi. Dada diinspeksi terutama mengenai postur, bentuk dan kesimetrisan
ekspansi

serta keadaan kulit. Inspeksi dada dikerjakan baik pada saat dada bergerak atau

pada saat diem, terutama sewaktu dilakukan pengamatan pergerakan pernapasan. Pengamatan
dada saat bergerak dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui frekuensi, sifat dan ritme/irama
pernapasan. Palpasi. Dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji keadaan kulit pada dinding
dada, nyeri tekan, massa, peradangan, kesimetrisan ekspansi, dan tactil vremitus (vibrasi yang
dapat teraba yang dihantarkan melalui sistem bronkopulmonal selama seseorang berbicara)
Perkusi.
Perhatikan adanya hipersonor atau dull yang menunjukkan udara (pneumotorak) atau cairan
(hemotorak) yang terdapat pada rongga pleura. Auskultasi. Berguna untuk mengkaji
aliran udara melalui batang trakeobronkeal dan untuk mengetahui adanya sumbatan
aliran udara. Auskultasi juga berguna untuk mengkaji kondisi paru-paru dan
rongga pleura.
3) Kardiovaskuler Inspeksi dan palpasi. Area jantung diinspeksi dan palpasi secara stimultan
untuk mengetahui adanya ketidaknormalan denyutan atau dorongan (heaves). Palpasi
dilakukan secara sistematis mengikuti struktur anatomi antung mulai area aorta, area
pulmonal, area trikuspidalis, area apikal dan area epigastrik Perkusi. Dilakukan untuk
mengetahui ukuran dan bentuk jantung. Akan tetapi dengan adanya foto rontgen, maka
perkusi pada area jantung jarang dilakukan karena gambaran jantung dapat dilihat pada hasil
foto torak anteroposterior.
4) Ekstermitas Beberapa keadaan dapat menimbulkan iskemik pada ekstremitas bersangkutan,
antara lain :

Cedera pembuluh darah.


Fraktur di sekitar sendi lutut dan sendi siku.
Crush injury
Sindroma kompartemen.
Dislokasi sendi panggul. Keadaan iskemik ini akan ditandai dengan :
Pusasi arteri tidak teraba.
Pucat (pallor).
Dingin (coolness).
Hilangnya fungsi sensorik dan motorik.
Kadang- kadang disertai hematoma, bruit dan thrill Fiksasi fraktur khususnya
pada penderita dengan cedera kepala sedapat mungkin dilaksanakan secepatnya.
Sebab fiksasi yang tertunda dapat meningkatkan resiko ARDS (Adult Respiratory
Disstress Syndrom) sampai 5 kali lipat. Fiksasi dini pada fraktur tulang panjang
yang menyertai cedera kepala dapat menurunkan insidensi ARDS.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral b.d Tahanan pembuluh darah ;infark
Tujuan : Perfusi jaringan cerebral efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam dengan
KH: Vital Sign normal.
Tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK (takikardi, Tekanan darah turun pelan2)
Intervensi :
1.Monitor Vital Sign.
2. Monitor tingkat kesadaran.
3. Monitor GCS.
4. Tentukan faktor penyebab penurunan perfusi cerebral.
5. Pertahankan posisi tirah baring atau head up to 30.
6. Pertahankan lingkungan yang nyaman.
7. Kolaborasi dengan tim kesehatan. Pemberian terapi oksigen
Rasional :
1. Identifikasi hipertensi.
2. Mengetahui perkembangan
3. Mengetahui perkembangan
4. Acuan intervensi yang tepat.
5. Meningkatakan tekanan arteri dan sirkulasi atau perfusi cerebral.

6. Membuat klien lebih tenang.

b. Nyeri kepala akut b.d peningkatan tekanan intracranial (TIK)


Tujuan :

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri


terkontrol atau berkurang dengan
kriteria hasil : Ekspresi wajah rilek
Intervensi :
1. Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital
2. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
3. Observasi reaksi abnormal dan ketidaknyamanan
Rasional :
1. Mengetahui respon autonom tubuh
2. Menentukan penanganan nyeri secara tepat
3. Mengetahui tingkah laku ekspresi dalam
c. Resiko Ketidakseimbangan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
anoreksia
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam dengan
KH:

Asupan nutrisi adekuat.


BB meningkat.
Porsi makan yang disediakan habis.
Konjungtiva tidak ananemis.

Intervensi :

Kaji kebiasaan makan-makanan yang disukai dan tidak disukai.


. Anjurkan klien makan sedikit tapi sering.
Berikan makanan sesuai diet RS.
Pertahankan kebersihan oral.
Kolaborasi dengan ahli gizi.

Rasional :
-

Menentukan intervensi yang tepat.


Mengurangi rasa bosan sehingga makanan habis.
Agar kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Mulut bersih meningkatkan nafsu makan.
Menentukan diet yang sesuai.

DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, Andri hendri. (2015).INTRAVERTIKEL HEMATOMA. https://congmd91.
wordpress. com /2015 /07/07/intraventrikuler-hemorrhage/ .Diagses pada tanggal 26/12/2015
Malabar, Uniee. 2015. Intracerebral Hematome. https://www.academia.edu /
9804795/Laporan_Pendahuluan_Intracerebral_Hematoma. Diagses pada tanggal 26/12/2015.
Rivai, Ahmad. 2015.Materi Intraventrikel Hematome. https://www.scribd.com/payments
/billing. Diagses pada tanggal 26/12/2015.
RivaI, Ahmad.2015.Slide IVH.http://documents.tips/documents/lp-ivh.html . Diagsespada
tanggal 26/12/2015.

Anda mungkin juga menyukai