A. Pengertian
Stroke adalah kehilangan fungsi otot yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke
Stroke adalah sindrom klinis yang awalnya timbulnya mendadak, progresi cepat berupa
defisit neurologis fokal dan atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung
menimbulkan kematian dan semata – mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non
Stroke adalah penyakit serebrovaskuler menunjukkan adanya beberapa kelainan otak baik
secara fungsional maupun struktural yang disebabkan oleh keadaan patologis dari pembuluh darah
serebral dari seluruh sistem pembuluh darah otak. ( Doenges, 2000; 290 )
B. Etiologi
Perdarahan intraserebral
1. Hipertensi
3. Angiopati amiloid
Perdarahan subaraknoid.
(Mansjoer,2002;17)
C. Faktor Resiko
1. Yang tidak dapat diubah :
a. Usia
b. Factor genetik
a. Hipertensi
b. DM
c. Merokok
e. Hemotokrit meningkat
f. Hiperurisenia
g. Dislipidemia
h. Kolestrol tinggi
( Mansjoer, 2002; 18 )
c. Diplopia
Penglihatan ganda
2. Defisit motorik
a. Hemiparesis
b. Hemiplegia
Paralisis wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama ( karena lesi pada hemisfer yang berlawanan
c. Ataksia
d. Disartia
e. Disfagia
3. Defisit sensorik
4. Defisit verbal
a. Afasia ekspresif
b. Afasia reseptif
Tidak mampu memahami kata yang dibicarakan, mampu bicara tapi tidak masuk akal.
c. Afasia global
5. Defisit Kognitif
Perubahan penilaian
6. Defisit emosional
Perasaan isolasi.
E. Klasifikasi
1. Transient Ischemic Attack (TIA)
TIA adalah defisit neurologik fokal akut yang timbul karena iskemia otak sepintas dan menghilang
lagi tanpa sisa dengan cepat dalam waktu tidak lebih dari 24 jam.
RIND adalah defisit neurologik fokal akut yang timbul karena iskemia otak berlangsung lebih dari
Stroke in evolution adalah deficit neurologik fokal akut karena gangguan peredaran darah otak
yang berlangsung progresif dan mencapai maksimal dalam beberapa jam sampe bbrpa hari
4. Stroke in Resolution
Stroke in resolution adalah deficit neurologik fokal akut karena gangguan peredaran darah otak
yang memperlihatkan perbaikan dan mencapai maksimal dalam beberapa jam sampai bbrapa hari
Menurut Lokasi
2. Hemoragi ekstradural adalah kedaruratan bedah neuro yang memerlukan perawatan segera ini
biasanya mengikuti fraktur tengkorak dengan robekan arteri tengah/arteri meninges lain.Pasien
3. Hemoragi subdural pada dasarnya sama dengan hemorasi epidural,kecuali bahwa hematoma
subdural biasanya jembatan vena robek. Karenanya periode pembentukan hematoma lebih lama
4. Hemoragi subaraknoid dapat terjadi sebagai akibat trauma/hipertensi tetapi penyebab paling
sering adalah kebocoran aneurisme pada area sirkulus willisi dan malformasi arteri vena congenital
pada otak.
5. Hemoragi intraserebral : Hemoragi / perdarahan disubstansi dalam otak paling umum pada pasien
dengan hipertensi dan aterosklerosis serebral karena perbahan degeneratif karena penyakit ini
F. Komplikasi
1. Hipoxia serebral, diminimalkan dengan memberikan oksigen ke darah yang adekuat ke otak,
pemberian oksigen, suplemen dan mempertahankan hemoglobin dan hematokrit pada tingkat
dapat di terima akan membantu dalam mempertahankan oksigen jaringan.
2. Aliran darah serebral, bergantung pada tekanan darah stroke, maka dapat terjadi peradangan di
dalam rongga dada dan kadang-kadang pnemonia.
3. Dekubitus, karena penderita mengalami kelumpuhan dan kehilangan perasaannya. Dekubitus
selalu menjadi ancaman khususnya di daerah bokong, panggul, pergelangan kaki, tumit bahkan
telinga.
4. Kejang atau konvulsi, serangan ini lebih besar kemungkinannya terjadi bila korteks serebri
sendiri telah terkena dari pada serangan stroke yang mengenai struktur otak yang lebih dalam.
5. Vasospasme, terjadi stroke hemorogic juga sebelum pembedahan. Pada individu dengan
aneurisme biasanya terjadi dari 3-12 hari setelah hemoragi subaraknoid.
6. Hidrosefalus, menandakan adanya ketidakseimbangan antara pembentukan dan reabsorbsi dari
CSS. Hidrosefalus terjadi pada 15-20 % pasien dengan hemoragi subaraknoid.
7. Disritmia, karena darah dalam CSS yang membasahi batang otak mengiritasi area tersebut.
Batang otak mempengaruhi frekuensi jantung sehingga adanya iritasi kimia, dapat
mengakibatkan ketidakteraturan ritme jantung.
8. Curah jantung dan integritas pembuluh darah serebral. Hipertensi atau hipotensi eksterm perlu di
hindari untuk mencegah perubahan pada aliran darah serebral dan potensi meluasnya area
cedera.
9. Embolisme serebral, dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi atrium. Embolisme akan
menurunkan aliran darah ke otak dan selanjutnya menurunkan aliran darah serebral.
10. Pneumonia terjadi akibat gangguan pada gerakan menelan. Mobilitas dan pengembangan paru
serta batuk yang parah setelah serangan.
F. PATHWAY
7
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Angiografi serebral : membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan
2. Skan CT : memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia dan adanya infark. Catat mungkin
3. Fungsi lumbal, menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya ada trombosis emboli, serebral
dan TIA
4. MRI : menunjukkan daerah yang mengalami infark, hemoragik, malformasi arteriovena (MA)
6. EEG : mengidentifikasi masalah didasarkan pada gel otak dan mungkin memperlihatkan darah
7. Sinar x tengkorak : menggambarkan perubahan kelenjar lempeng daerah yang berlawanan dari
massa yang meluas, klasifikasi karotis interna terdapat pada trombosis serebral : klasifikasi persial
Pada inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak napas, penggunaan otot
bantu napas dan peningkatan frekuensi pernapasan. Auskultasi bunyi napas tambahan seperti ronki
pada klien dengan peningkatan produksi secret dan kemampuan batuk yang menurun yang sering
didapatkan pada klien strok dengan penurunan tingkat kesadaran (koma). Pada klien dengan
tingkat kesadaran komposmentis, pengkajian inspeksi pernapasannya tidak ada kelainan. Palpasi
torak didapatkan taktil vremitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi tidak didapatkan bunyi napas
tambahan.
2. B2 (Blood)
Pengkajian pada system kardiovaskuler didapatkan renjatan (syok hipovolemik) yang sering
terjadi pada klien strok dimana refleks sirkulasi sudah tidak baik lagi. Tekanan darah biasanya
terjadi peningkatan dan dapat terjadi hipertensi massif (tekanan darah >200mmHg)
3. B3 (Brain)
Disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab untuk menghasilkan bicara. Atraksia
(ketidakmampuan dalam melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya), seperti terlihat ketika
klien mengambil sisir dan berusaha untuk menyisir rambutnya Lobus frontal : kerusakan fungsi
kognitif dan efek psikologis didapatkan Stroke menyebabkan berbagai deficit neurologis,
bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya
tidak adekuat dan aliran darah kolateral (sekunder dan aksesori). Lesi otak yang rusak tidak dapat
membaik sepenuhnya. Peningkatan B3 (Brain) merupakan pemeriksaan focus dan lebih lengkap
4. B4 (Bladder)
Setelah stroke klien mungkin mengalami inkontinensia urine sementara karena konfusi,
kandung kemih karena kerusakan kontrol motorik dan postural. Kadang control sfingter urine
eksternal hilang atau berkurang. Selama periode ini dilakukan katerisasi intermiten dengan teknik
5. B5 (Bowel)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual muntah
pada fase akut. Mual sampai muntah disebabkan oleh peningkatan produksi asam lambung
sehingga menimbulkan masalah pemenuhan nutrisi. Pola defekasi biasanya terjadi konstipasi
akibat penurunan peristaltic usus. Adanya inkontinensia alvi yang berlanjut menunjukkan
6. B6 (Bone)
Stroke merupakan penyakit yang mengakibatkan kehilangan control volunteer terhadap gerakan
motorik. Oleh karena neuron motor volunteer pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukkan
kerusakan pada neuron motor atas pada sisi yang berlawanan dari otak. Disfungsi motorik paling
umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan.
Hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh adalah tanda yang lain. Pada kulit, jika
kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit akan buruk.
Selain itu, perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena
klien stroke mengalami masalah mobilitas fisik. Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena
kelemahan, kehilangan sensori atau paralise/hemiplegi, serta mudah lelah menyebabkan masalah
I. PENGKAJIAN
1. Aktivitas / istirahat
Tanda : - Gangguan tonus otot (floksid, spastis) ; paralitik (hemiplegia) dan terjadi
kelemahan.
- Gangguan pengelihatan
2. Sirkulasi
Gejala : Adanya penyakit jantung (MI, reumatik / penyakit jantung vaskuler, GJK,
Tanda : - HT arterial (dapat ditentukan / terjadi pada CSU) sehubungan dengan adanya
- Nadi : frekuensi dapat bervariasi (karena ketidakstabilan fungsi jantung, obat-obatan, efek stroke
- Desiran pada karotis, femoralis dan arteri iliaka / aorta yang abnormal
3. Integritas ego
Gejala : Perasaan tidak berdaya, perasaan putus asa.
Tanda : - Emosi yang labil dan ketidaksiapan untuk marah, sedih dan gembira
4. Makanan / cairan
- Sakit kepala
- Penglihatan menurun
- Sentuhan : hilangnya rangsang sensorik kontralateral (pada sisi yang berlawanan) pada
ekstermitas
Tanda : - Standar mental / tingkat kesadaran pada wajah terjadi paralysis / parase, afasia
pendengaran, taktil
- Ukuran / reaksi pupil tidak sama, dilatasi / miosis pupil ipsilateral (perdarahan / herniasi)
6. Nyeri / kenyamanan
7. Pernafasan
Gejala : - Merokok
8. Keamanan
Tanda : - Motorik / sensorik : masalah dengan pengelihatan
- Tidak mampu mengenal obyek warna, kata, dan wajah yang pernah dikenalinya dengan baik
- Gangguan berespon terhadap panas dan dingin / gangguan regulasi suhu tubuh
9. Interaksi sosial
pembelajaran
J. FOKUS INTERVENSI
1. Dx : Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan interupsi aliran darah ; gangguan
motorik / sensorik
Intervensi :
1. Tentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan keadaan / penyebab khsusu selama koma /
standar
- Adanya HT / hipotensi
4. Evaluasi pupil, catat ukuran, bentuk, kesamaan dan reaksinya terhadap cahaya
7. Letakkan kepala lebih tinggi dengan posisi agak ditinggikan dan dalam posisi anatomis
8. Pertahankan tirah baring : ciptakan lingkungan yang tenang, batasi pengunjung / aktivitas pasien
sesuai indikasi
11. Kolaborasi
Intervensi :
- Kaji kemampuan secara fungsional / luasnya kerusakan awal dan dengan cara yang teratur
- Letakkan pada posisi telungkup satu kali / 2 kali sehari jika pasien dapat mentolerirnya
- Mulailah melakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada semua ekstrimitas saat masuk
- Sokong ekstrimitas dalam posisi fungsionalnya, gunakan papan kaki selama periode panalis
- Gunakan penyangga lengan ketika pasien berada dalam posisi tegak, sesuai indikasi
- Evaluasi penggunaan alat bantu untuk pengukuran posisi / pembalut selama periode paralisis
spastik
- Tempatkan “hand rool” keras pada telapak tangan dengan jari-jari dan ibu jari saling berhadapan
- Bantu untuk mengembangkan keseimbangan duduk (seperti meninggikan bagian kepala tempat
- Observasi daerah yang terkena termasuk warna, edema, atau tanda lain dari yang sirku
- Inspeksi dari kursi terutama pada daerah-daerah yang menonjol secara teratur
- Bangunkan dari kursi sesegera mungkin setelah TTV stabil, kecuali pada hemorogik serebral
- Alasi kursi duduk dengan busa / balon air dan bantu pasien untuk memindahkan BB dengan
mengubah posisi
- Anjurkan pasien untuk membantu pengerjaan dan latihan dengan menggunakan ekstremitas yang
tidak sakti untuk menyokong / menggerakkan daerah tubuh yang mengalami kelemahan
- Kolaborasi
- Berikan tempat tidur dengan matras bulat, tempat tidur air, alat flotasi / tempat tidak khusus,
sesuai indikasi
- Konsultasikan dengan ahli fisioterapi secara aktif, latihan resistif dan ambulasi pasien
kerusakan neuromuskuler, kehilangan tonus / kontrol / otot fasial / oral, kelemahan / kelelahan
umum
3. Berdiri di dalam garis pandang pasien, ketika berbicara biarkan pasien mengamati bibir dan tangan
4. Berbicara dengan dalam suara normal, jangan berteriak / berbicara dengan keras
5. Berbicara dengan perlahan menggunakan kalimat yang sederhana dan kosakata yang umum
6. Mintahlah pasien untuk bertanya yang dapat dijawab dengan respon ya / tidak
8. Jadilah pendukung dan menerima perilaku karena pasien memperlihatkan tanda frustasi
9. Berikan kepastian bahwa suara bicara akan membaik dalam beberapa waktu
10. Berikan kartu bercahaya dengan gambar dan kata-kata dari objek yang dapat ditunjukkan oleh
pasien
11. Konsulkan dengan ahli terapi suara untuk mengidentifikasi cara komuniksi yang tepat
4. Dx : Defisit perawatan diri hygiene berhubungan dengan mobilitas fisik dan gangguan proses
kognitif
Intervensi :
- Inspeksi bagian di atas terlalu menonjol / setiap hari untuk mengetahui adanya kerusakan.
3. Berikan hygiene fisik total sesuai indikator
- Sisir rambut setiap hari, keramas setiap minggu, sesuai indikasi, jaga agar kuku tetap terpotong
7. Perbanyak masukan cairan sampai 200 ml / hari kecuali terdapat kontra indikasi
KH : -
Intervensi :
- Perlunya untuk memberikan dorongan untuk melakukan aktivitas dengan tidak bergantung pada
- Perlunya membuat sasaran yang realistic dan dapat dipakai dengan mudah
- Menonton televisi
- Mendengarkan radio
5. Berikan dorongan untuk melakukan verbalisasi dan komunikasi diantara pasien dan keletihan
6. Bersimpati terhadap kekesalan emosional tetapi tetaplah lembut dalam melakukan semua program
10. Instruksikan pasien dan orang terdekat untuk mengikuti aturan diet yang teratur dan kebutuhan
cairan
DAFTAR PUSTAKA