Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

HEMIPARESIS

A.

DEFINISI
1. HEMIPARESIS
Hemiparesis adalah suatu penyakit sindrom klinis yang awal timbulnya
mendadak, progesif cepat, berupa defisit neurologis yang berlangsung 24 jam
atau lebih langsung menimbulkan kematian dan disebabkan oleh gangguan peredaran
darah otak non traumatic.
Faktor resiko pada hemiparesis yaitu :
a. Faktor
yang tidak dapat diubah

usia,

jenis

kelamin,pria,ras,riwayat

keluarga,riwayatstroke,riwayat jantung koroner,fibrilasi antrium dan heterozigot atau


b.

hemosistinuria.
Faktor yang dapat diubah : hipertensi, DM, merokok, penyalahgunaan obat dan alkohol,
kontrasepsi oral, dan hematrokrit meningkat.
Manifestasi klinis pada hemiparesis akut dapat berupa :
a. Kelumpuhan wajah anggota badan
b. Gangguan sensabilitas pada satu atau lebih anggota badan
c. Perubahan mendadak status mental
d. Ataksia
e. Vertigo ,mual,dan muntah

2.

STROKE

Stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat


gangguan fungsi otak fokal/ global dengan gejala-gejala yang berlangsung
selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab
lain yang jelas selain vaskuler (WHO, 1997). Stroke merupakan suatu
gangguan neurologik fokal yang dapat timbul sekunder dari suatu proses
patologi pada pembuluh darah serebral, misalnya trombosis, embolus, ruptura
dinding pembuluh atau penyakit vascular dasar, misalnya arterosklerosis,
artritis, trauma, aneurisma dan kelainan perkembangan (Sylvia A. Price, 1995).
Klasifikasi Stroke dibagi menjadi 2 yaitu :
Stroke iskemik yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan

a.

aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. Stroke iskemik ini
dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1) Stroke Trombotik: proses terbentuknya thrombus yang membuat
penggumpalan.

2)
3)
b.

Stroke Embolik: Tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah.


Hipoperfusion Sistemik: Berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian

tubuh karena adanya gangguan denyut jantung.


Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh
darah otak. Stroke hemoragik ada 2 jenis, yaitu:
1) Hemoragik Intraserebral: pendarahan yang terjadi didalam jaringan
2)

otak.
Hemoragik Subaraknoid: pendarahan yang terjadi pada ruang
subaraknoid (ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan
yang menutupi otak).

B.

ETIOLOGI.
1. Trombosis adalah bekuan darah di dalam pembuluh darah otak Contohnya :
2.

Arteriosklerosis.
Embolisme serebral adalah tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah atau

3.

material lain (lemak, tumor) yang dibawa ke otak dari bagian tubuh yang lain.
Iskemia adalah penurunan aliran darah atau kekurangan suplai oksigen yang
menuju otak, Contohnya : karena konstriksi ateroma pada arteri yang

menyuplai darah ke otak.


4. Hemoragi Serebral adalah pecahnya pembuluh darah serebral dengan
perdarahan kedalam jaringan otak atau ruang sekitar otak, akibatnya adalah
penghentian suplai darah ke otak, Contohnya : Hipertensi.
5. Pecahnya pembuluh darah diotak karena kerapuhan pembuluh darah otak,
Contohnya : aneurisma.

C.

PATOFISIOLOGI
1. Stroke non hemoragik
Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh thrombus
atau embolus. Trombus umumnya terjadi karena berkembangnya aterosklerosis
pada dinding pembuluh darah, sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran darah
ke area thrombus menjadi berkurang, menyebabkan iskemia kemudian menjadi
kompleks iskemia akhirnya terjadi infark pada jaringan otak. Emboli
disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri serebral melalui arteri
karotis. Terjadinya blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-

tiba berkembang cepat dan terjadi gangguan neurologist fokal. Perdarahan otak
dapat ddisebabkan oleh pecahnya dinding pembuluh darah oleh emboli.
2. Stroke hemoragik
Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi
atau ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen
intracranial

yang

seharusnya

konstan.

Adanya

perubahan

komponen

intracranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan menimbulkan


peningkatan TIK yang bila berlanjut akan menyebabkan herniasi otak sehingga
timbul kematian. Di samping itu, darah yang mengalir ke substansi otak atau
ruang subarachnoid dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak
dan penekanan pada daerah tersebut menimbulkan aliran darah berkurang atau
tidak ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak.

D.

MANIFESTASI KLINIS
1. Kehilangan Motorik.
Disfungsi motor paling umum adalah :
a. Hemiplegia yaitu paralisis pada salah satu sisi yang sama seperti pada
b.

wajah, lengan dan kaki (karena lesi pada hemisfer yang berlawanan).
Hemiparesis yaitu kelemahan pada salah satu sisi tubuh yang sama seperti
wajah, lengan, dan kaki (Karena lesi pada hemisfer yang berlawanan).

2.

Kehilangan atau Defisit Sensori.


a. Parestesia (terjadi pada sisi berlawanan dari lesi) Seperti kebas dan
kesemutan

pada

bagian

tubuh

dan

kesulitan

dalam

propriosepsi

(kemampuan untuk merasakan posisi dan gerakan bagian tubuh).


b. Kesulitan dalam menginterpretasikan stimuli visual, taktil dan auditorius.
3. Kehilangan Komunikasi (Defisit Verbal).
Fungsi otak lain yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan komunikasi.
Disfungsi bahasa dan komunikasi dapat dimanifestasikan oleh hal berikut :
Disartria adalah kesulitan berbicara atau kesulitan dalam membentuk kata.

a.

Ditunjukkan dengan bicara yang sulit dimengerti yang disebabkan oleh


paralisis otot yang bertanggung jawab untuk menghasilkan bicara.
b. Disfasia atau afasia adalah bicara detektif atau kehilangan bicara, yang
terutama ekspresif atau reseptif (mampu bicara tapi tidak masuk akal) .

c.

Apraksia adalah ketidak mampuan untuk melakukan tindakan yang


dipelajari sebelumnya, seperti terlihat ketika pasien mengambil sisir dan

berusaha untuk menyisir rambutnya.


Disfagia adalah kesulitan dalam menelan.
4. Gangguan Persepsi.
Persepsi adalah ketidakmampuan untuk menginterprestasikan sensasi. Stroke
d.

dapat mengakibatkan :
a. Disfungsi persepsi visual, karena gangguan jaras sensori primer diantara
b.
c.
5.

6.

mata dan korteks visual.


Homonimus hemianopsia (kehilangan setengah lapang pandang)
Gangguan hubungan visual-spasial (mendapatkan hubungan dua atau lebih

objek dalam area spasial).


Defisit Kognitif.
a. Kehilangan memori jangka pendek dan panjang.
b. Penurunan lapang perhatian.
c. Kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi.
d. Alasan abstrak buruk.
e. Perubahan Penilaian.

Defisit Emosional.
Kehilangan kontrol-diri.
Labilitas emosional.
Penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stress.
Depresi.
Menarik diri.
Rasa takut, bermusuhan, dan marah.
Perasaan Isolasi.

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

E.

FAKTOR PENYEBAB STROKE


1. Faktor Resiko Medis, antara lain Hipertensi (penyakit tekanan darah tinggi),
Kolesterol,Aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah), Gangguan jantung,
2.

DM, Riwayat stroke dalam keluarga.


Faktor Resiko Perilaku, antara lain Merokok (aktif & pasif), Makanan tidak

3.

sehat (junk food,fast food), Alkohol, Kurang olahraga, Narkoba, Obesitas.


Pemicu stroke pada dasarnya adalah, suasana hati yang tidak nyaman (marahmarah), terlalu banyak minum alkohol, merokok dan senang mengkonsumsi
makanan yang berlemak.

F.

PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Stroke Hemoragik

a.
b.

Saran operasi diikuti dengan pemeriksaan


Masukkan klien ke unik perawatan saraf untuk dirawat di bagian bedah

saraf
Penatalaksanaan umum dibagian saraf
Penatalaksanaan khusus pada kasus :
Subarachnoid hemorrhage dan intraventricular hemorrhage,
Kombinasi antara parechymatous dan subarchnoid hemorrhage,
Parenchymatous hemorrhage.
e. Neurologis
Pengawasan tekanan darah dan konsentrasinya
Kontrol adanya edema yang dapat menyebabkan kematian jaringan otak
c.
d.

Terapi perdarahan dan perawatan pembuluh darah.


1. Antifibrinolitik untuk meningkatkan mikrosirkulasi dosis kecil.
Aminocaproic
Antagonis (Gordox) untuk pencegahan permanen
2. Natrii Etamsylate (Dynone)
3. Kalsium mengandung obat ; Rutinium
4. Profilaksis Vasospasme
g. Pemberian Diuretik untuk menurunkan edema serebral, yang mencapai
f.

tingkat maksimum 3-5 hari setelah infark serebral.


Diuretik osmotik menurunkan tekanan intrakranial dengan menaikkan
osmolalitas serum sehingga cairan akan ditarik keluar dari sel otak.
Manitol dapat digunakan dengan dosis 0,25-0,5 g/kgBB IV selama 20
menit, tiap 6 jam. Tidak dianjurkan menggunakan manitol untuk jangka
panjang. Manitol diberikan bila osmolalitas serum tidak lebih dari 310
mOsm/ l. Furosemid 40 mg IV/hari dapat memperpanjang efek osmotik
serum manitol.
h. Antikoagulan dapat

diresepkan

untuk

mencegah

terjadinya

atau

memberatnya thrombosis atau embolisasi dari tempat lain dalam system


i.

kardiovaskular
Medikasi anti-trombosit dapat diresepkan karena trombosit memainkan
peran sangat penting dalam pembentuka thrombus dan embolisasi.

2.

Perawatan umum klien dengan serangan stroke aku


a. Pengaturan suhu, atur suhu ruangan menjadi 18-20oC
b. Pemantauan (monitoring) keadaan umum klien (EKG, nadi, saturasi O2.
PO2, PCO2)
c. Pengukuran suhu tubuh tiap dua jam.

G.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Angiografi Serebral.
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik misalnya pertahanan
atau sumbatan arteri.
2.

CT SCAN (Computerized Axial Tomografi)


Merupakan suatu prosedur yang digunakan untuk mendapatkan gambaran dari

berbagai sudut kecil dari tulang tengkorak dan otak.


3. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Menunjukkan daerah infark, perdarahan, malformasi arteriovena (MAV).
4. USG Doppler (Ultrasonografi dopple)
Mengindentifikasi penyakit arteriovena (masalah system arteri karotis(aliran
darah atau timbulnya plak) dan arteiosklerosis.
5. EEG (elekroensefalogram)
Mengidentifikasi masalah pada otak dan memperlihatkan daerah lesi yang
spesifik.
6. Sinar tengkorak.
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah yang berlawanan
dari massa yang meluas, kalsifikasi karotis interna terdapat pada thrombosis
serebral; kalsifikasi persial dinding aneurisma pada perdarahan subarachnoid.
H.

KOMPLIKASI
1. Gangguan otak yang berat
2. Kematian bila tidak dapat mengontrol respons pernafasan atau kardiovaskuler
3. Edema Serebri dan Tekanan Intra cranial tinggi yang dapat menyebabkan
4.
5.
6.
7.

herniasi atau kompresi batang otak


Aspirasi Atelektasis
Gagal Nafas
Disrithmia Jantung
Kematian

I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
b. Riwayat Penyakit
c. Pemeriksaan Fisik
d. Pola Aktivitas Sehari-hari

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri (bahu nyeri) yang berhubungan dengan hemiplegia dan disuse

b. Ketidakefektifan perfusi jaringan : perifer/cebral interupsi aliran darah


(hemoragik)
c. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh, tidak mampu
dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan, karena faktor
biologi
d. Resiko terhadap

kerusakan

intgritas

kulit,

hemiparesis/hemiplegia,

penurunan mobilitas
e. Kerusakan mobilitas fisik, hemiparesis, kehilangan
f. Kurang perawatan diri (higiene, berpindah, toileting, makanan), gejala sisa
stroke
3. Perencanaan

No
Dx
1

Diagnosa

Rencana Kepercayaan
Tujuan

Nyeri
akut
(bahu Setelah dilakukan tindakan
nyeri), Hemiplegia dan keperawatan selama....x 24jam.
disuse
Kontrol nyeri dengan kriteria
hasil :
Adanya mobilisasi bahu
Latihan bahu
Lengan dan tangan dinaikkan
sesuai interval
Mengenali faktor penyebab
nyeri
Menggunakan
metode
pencegahan non analgetik
sesuai kebutuhan
Mengenali gejala-gelaja nyeri
Mencatat pengalaman nyeri
sebelumnya

Intervensi
Pain management
Melakukan pengkajian
nyeri
secara
komprehensif meliputi
lokasi
karakteristik,
onset, durasi frekuensi,
koalitas, intersitas nyeri,
dan faktor presipitasi.
Observasi tanda-tanda
non
verbal
dari
ketidaknyamanan
Gunakan
komunikasi
terapi agar pasien dapat
mengekpresikan nyeri
Kaji latar belakang
budaya pasien
Kontrol
faktor-faktor
lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon
pasien
terhadap
ketidaknyamanan
Berikan
informasi
tentang nyeri
Anjurkan pasien untuk

No
Dx

Diagnosa

Rencana Kepercayaan
Tujuan

Intervensi
memonitor sensasi nyeri
Tingkatkan
tidur
istirahat yang cukup

Ketidakefektifan
perfusi
jaringan
:
perifer/serebral,
interupsi aliran darah
(hemoragik)

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama ....x 24
jam perfusi jaringan perifer dan
serebral dengan kriteria hasil :
Tidak
ada
nyeri
pada
ekstrimitas
Perfusi jaringan perifer
Kekuatan pulsasi perifer

Monitor tanda vital


Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR setiap 6 jam
sekali
Catat adanya fluktuasi
TD
Monitor TD, nasi, RR,
sebelum, selama, dan

Tidak ada pelebaran vena


Tidak ada edema perifer

setelah aktivitas
Monitor bunyi jantung
Monitor frekuensi dan
irama pernafasan
Monitor
status
neurologi
Monitor
tingkat
kesadaran
Monitor
status
pernafasan
Monitor ukuran
Monitor
tingkat
orientasi

Ketidakseimbangan
Setelah dilakukan tindakan
nutrisi kurang dari keperawatan
selama...
x
kebutuhan tubuh
24jam. Ketidakseimbangan
nutrisi dengan kriteria hasil:
Tenaga
Penyembuhan jaringan
Dada tahan tubuh

Nutririon management
Kaji adanya alergi
makanan
Berikan makanan yang
terpilih
Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori
Berikan kalori tentang
kebutuhan nutrisi
Kaji kemampuan pasien
untuk
mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan

No
Dx

Diagnosa

Rencana Kepercayaan
Tujuan

Intervensi
Nutrition Monitoring
Berat badan pas dalam
batas normal
Monitor
adanya
penurunan berat badan
Monitor tungor kulit
Monitor
mual
dan
muntah

Resiko
kerusakan
kulit,

terhadap Setelah dilakukan tindakan Inspeksi seluruh area


integritas keperawatan
selama
....x kulit
24jam. Integritas kulit dengan Berikan
perhatian

hemiparesis/hemiplegia kriteria hasil :


penurunan mobilitas
Mengidentifikasi faktor resiko
individu
Mengungkapkan pemenuhan
kebutuhan tindakan
Berpastisipasi pada tingkat
kemampuan untuk mencegah
kerusakan kulit

khusus pada daerah


belakang kepala kulit,
didaerah kaos kaki atau
pada lekukan dimana
kulit
sering
tersentuh/tertekan
Lakukan masase dan
lubrikasi pada kulit
dengan
lotion
atau
minyak
Lindungi sendi dengan
menggunakan bantalan
busa

Kerusakan
mobilitas
fisik,
hemiparasis
kehilangan
sistem
cidera
otak
dan
spastisitas

Ubah posisi setiap 2jam


(terlentang, pola miring
dan sebagainya) dan
juga memungkinkan bisa
lebih
sering
jika
diletakkan dan posisi
bagian yang terganggu
Kaji kemampuan secara
fungsi anal atau luasnya
kerusakan awal dan
dengan cara yang teratur
Mulailah
melakukan

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama .... x
24jam. Kerusakan mobilitas
fisik dengan kriteria hasil :
Mempertahankan
posisi
optimal dari fungsi yang
dibuktikan
oleh
adanya
kontraktur
Mempertahankan/meningkatka
n kekuatan dan fungsi bagian
tubuh yan terkena/kompensasi
Mendemonstrasikan

No
Dx

Diagnosa

Rencana Kepercayaan
Tujuan
teknik/perilaku
memungkinkan
aktivitas

Intervensi
yang latihan-latihan tentang
melakukan gerak aktif pada semua
ekstrimitas saat masuk
Evakuasi penggunaan
dari kebutuhan alat
bantu untuk pengaturan
posisi
Bantu
untuk
mengembangkan
keseimbangan
duduk
(seperti
meninggikan
bagian kepala tempat
tidur) bantu untuk duduk
disisi
tempat
tidur,
biarkan
pasien
menggunakan kekuatan
tangan
untuk
menyokong berat badan

Kurang perawatan diri

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan
selama
....x
24jam. Kurang perawatan diri
dengan kriteria hasil :
Mendemonstrasikan
teknik
atau perubahan gaya hidup
untuk memenuhi kebutuhan
perawatan diri
Melakukan
aktivitas
perawatan diri dan tingkat
kemampuan sendiri
Mengidentifikasi
sumber
pribadi/komunikasi,
memberikan bantuan sesuai
kebutuhan

Kaji kemampuan dan


tingkat
kekurangan
untuk
melakukan
kebutuhan sehari-hari
Hindari
malakukan
sesuatu untuk pasien
yang dapat dilakukan
pasien
sendiri,
tapi
berikan bantuan sesuai
kebutuhan
Pertahankan dukungan,
sikap yang tegas. Beri
pasien
waktu
yang
cukup
untuk
mengerjakan tugasnya
Gunakan alat bantu
pribadi
seperti
kombinasi
pisau

No
Dx

Diagnosa

Rencana Kepercayaan
Tujuan

Intervensi
bereabang,
tangkai
panjang
untuk
mengambil sesuatu dari
lantai
Identifikasi kebiasaan
devokasi
sebelumnya
dan
kembalikan
kebiasaan pola normal
tersebut. Kadar makanan
yang terserat, anjurkan
minum yang banyak dan
aktivitas

DAFTAR PUSTAKA
Marilynn E. Doenges dkk:2012. Rancana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC

Cynthia M. taylor dkk: 2010. Diagnosa Keperawatan dengan Rencana Asuhan. Edisi 10.
Jakarta: EGC
http://cattycha.wordpress.com/2009/03/13/asuhan-keperawatan-dengan-pasien

stroke/

(diakses pada tgl 28 Oktober 2014)


http://kesehatan-isret.blogspot.com/2011/03/stroke.html (diakses pada tgl 28 Oktober
2014)
Doenges,

Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : pedoman


untukperencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta : EGC
Johnson, Marion dan Meridaen Maas. 1997. Nursing Outcomes Classification. USA.
Mosby Year Book.
Mcloskey, Joanne C dan Gloria M. Bulechec. 1996. Nursing Interventions Classification.
USA. Mosby Year Book.
Strore.com.
Muda, Ahmad A. K. 2003. Kamus Lengkap Kedokteran. Surabaya. Gitamedia Press.
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi Konseo Klinis Proses Penyakit Vol 1. Jakarta.
EGC
Smelizer, Susan ne c. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddarth. Vol 3. Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai