Disusun Oleh :
ERVIN ROMYANTI
NIM: SN182037
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Perdarahan intracerebral adalah perdarahan yang terjadi pada
jaringan otak biasanya akibat robekan pembuluh darah yang ada
dalam jaringan otak. Secara klinis ditandai dengan adanya penurunan
kesadaran yang kadang-kadang disertai lateralisasi, pada pemeriksaan
CT Scan didapatkan adanya daerah hiperdens yang indikasi dilakukan
operasi jika Single, diameter lebih dari 3 cm. Perifer, adanya
pergeseran garis tengah. Secara klinis hematom tersebut dapat
menyebabkan gangguan neurologis/lateralisasi. Operasi yang
dilakukan biasanya adalah evakuasi hematom disertai dekompresi dari
tulang kepala. Faktor-faktor yang menentukan prognosisnya hampir
sama dengan faktor-faktor yang menentukan prognosis perdarahan
subdural (Paula, 2011).
Intracerebral hemoragik adalah perdarahan kedalam substansi
otak. Hemoragik ini biasanya terjadi dimana tekanan mendesak kepala
sampai daerah kecil dapat terjadi pada luka tembak, cedera tumpul
(Suharyanto, 2015).
Intracerebral hemoragik adalah perdarahan dalam jaringan otak
itu sendiri. Hal ini dapat timbul pada cidera kepala tertutup yang berat
atau cidera kepala terbuka. Intracerebral hemoragik dapat timbul pada
penderita stroke hemoragik akibat melebarnya pembuluh nadi
(Corwin, 2009).
2. Etiologi
Etiologi dari intracerebral hemoragik menurut Suyono (2011) :
a. Kecelakaan yang menyebabkan trauma kepala
b. Fraktur depresi tulang tengkorak
c. Gerak akselerasi dan deselarisasi tiba-tiba
d. Cedera penetrasi peluru
e. Jatuh
f. Kecelakaan kendaraan bermotor
g. Hipertensi
h. Malformasi arteri venosa
i. Aneurisma
j. Distrasia darah
k. Obat
l. Merokok
3. Manifestasi Klinik
Intracerebral hemoragik mulai dengan tiba-tiba. Dalam beberapa
kasus, hal itu diawali dengan sakit kepala berat, seringkali selama
aktivitas. Meskipun begitu, pada orang tua, sakit kepala kemungkinan
ringan atau tidak ada. Dugaan gejala terbtuknya disfungsi otak dan
menjadi memburuk sebagaimana perluasan perdarahan. Beberapa
gejala seperti lemah, lumpuh, kehilangan perasa, dan mati rasa,
seringkali mempengaruhi hanya salah satu bagian tubuh orang
kemungkinan tidak bisa, berbicara atau menjadi pusing. Penglihatan
kemungkinan terganggu atau hilang. Mata bisa diujung perintah yang
berbeda atau menjadi lumpuh. Pupil bisa menjadi idak normal, besar
atau kecil. Mual, muntah, serangan dan kehilangan kesadaran adalah
biasa dan bisa terjadi pada hitungan detik sampai menit.
Menurut Corwin (2009), manifestasi klinik dari intracerebral
hematom, yaitu :
1. Kesadaran mungkin akan segera hilang, atau bertahap seiring
dengan membesarnya hematom
2. Pola pernapasan dapat secara progresif menjadi abnormal
3. Respon pupil mungkin lenyap atau abnormal
4. Dapat timbul muntah-muntah akibat peningkatan tekanan intra
cranium.
5. Perubahan perilaku kognitif dan perubahan fisik pada berbicara dan
gerakan mtorik dapat timbul segera atau secara lambat.
6. Nyeri kepala dapat muncul segera atau bertahap seiring dengan
peningkatan tekanan intracranium.
4. Komplikasi
Pre operasi meliputi :
a. Defisit iskemik
b. Hidrocepalus oedema otak
c. Perdarahan ulang
d. Hematomaintrakranial
e. Kejang
f. Perdarahan gastrointestinal
g. Oedema paru-paru
5. Patofisiologi dan Pathway
Terjadi peningkatan
intracranial
Perdarahan intracerebral
Menghalangi O2 ke otak
Perubahan perfusi jaringan
cerebral
Tidak mampu
menyampaikan kata-
kata
Kerusakan pada
hemisfer
bahasa/wicara
Hambatan komunikasi
verbal
6. Pemeriksaan penunjang
a. Angiografi
b. Ct scanning
c. Lumbal pungsi
d. MRI
e. Thorax photo
f. Laboratorium
g. EKG
7. Penatalaksanaan (medis dan keperawatan)
A. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi konservatif dan operatif
b. Pengendalian tekanan intracranial
c. Pengobatan hipertensi untuk memelihara tekanan perfusi
serebral antara 60 sampai 70 mmHg, anticonvulsant.
d. Pengendalian peningkatan TIK dilakukan Hiperventilasi,
Diuretika dan kortikosteroid tetapi dapat memberi kerugian,
misalnya mudah terkena infeksi hiperglikemia, perdarahan
lambung (stress ulcer).
B. Perdarahan sub arakhnois:
a. Pemberihan oksigenasi, ventilasi, keseimbangan elektrolit
b. Nyeri dengan obat kortikosteroid, antikonvulsan profilaksis
perlu dipertimbangkan.
c. Obat anti hipertensi jangka pendek Short acting bila terjadi
hidrocepalus Obstruktif perlu pemasangan Pirau Ventriculo-
peritoneal (VP Shunt).
d. Kombinasi antagonis Kalsium (Nifedipin Diltiazem,
Verapamil) harus dihindari.
e. Tindakan operasi intrakranial merupakan terapi pilihan, tetapi
operasi segera sesudah perdarahan berbahaya karena “retraksi
otak” (Non compliant Brain), dapat menimbulkan iskemik otak
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengkajian primer
1) Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan
sekret akibat kelemahan reflek batuk. Jika ada obstruksi maka
lakukan :
a) Chin lift / jaw trust
b) Suction / hisap
c) Guedel airway
d) Intubasi trakhea dengan leher ditahan (imobilisasi) pada posisi
netral
2) Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya
pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar
ronchi /aspirasi, whezing, sonor, stidor/ ngorok, ekspansi dinding
dada.
3) Circulatio
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap
lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia,
kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut
4) Disabilit
Menilai kesadaran dengan cepat,apakah sadar, hanya respon
terhadap nyeri atau atau sama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan
mengukur GCS.
b. Pengkajian Sekunder
1) Full set of Vital Sign
Berisi pengkajian TTV
2) Give comfort Measure
Berisi tentang pengkajian skala nyeri
3) History and Head To toe
a) History menggunakan prinsip
S : Subyektif
A : Allegris adakah alergi terhadap makanan atau obat obatan
M : Medication
P : Past medical history
L : Last oral intake yaitu makanan atau minuman yang
terakhir masuk
E : Riwayat masuk rumah sakit
b) Head To toe
Kulit : Warna kulit sawo matang, turgor cukup.
Kepala : Mesochepal, rambut hitam, distribusi merata, tidak
mudah dicabut.
Mata : Conjungtiva merah mudah, sclera putih, pupil bulat,
isokor, diameter 3 mm, reflek cahaya (+ / +).
Telinga : Simetris, serumen (+ / +) dalam batas normal.
Hidung : Simetris, septum di tengah, selaput mucosa basah.
Mulut : Gigi lengkap, bibir tidak pucat, tidak kering
Leher : Trachea di tengah, kelenjar lymphoid tidak
membesar, kelenjar tiroid tidak membesar, tekanan vena
jugularis tidak meningkat.
Abdomen : Perut datar, tidak ada benjolan, Bising usus
biasanya dalam batas normal, Timpani seluruh lapang
abdomen, ada nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba, tidak
teraba massa.
Ekstremitas : Tidak ada deformitas, tidak ada oedema, tonus
otot cukup.
(Huda, Nuratif dan Hardhi Kusuma. 2013)
2. Diagnosa keperawatan
a. Resiko Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral b.d hipertensi
4. Memperagakan
penggunaan alat bantu
untuk mobilisasi
(walker)
Hambatan Setelah dilakukan tindakan Communication Enhancement:
komunikasi keperawatan selama 3x24 Speech Deficit
verbal b.d jam, hambatan komunikasi 1. Dorong pasien untuk
gangguan sistem verbal dapat teratasi dengan berkomunikasi secara perlahan
syaraf pusat kriteria hasil : dan untuk mengulangi permintaan
Anxiety self control 2. Dengarkan dengan penuh
Coping perhatian
Sensory function: hearing 3. Berdiri didepan pasien ketika
&vision berbicara
Fear self control 4. Anjurkan kunjungan keluarga
1. Komunikasi: secara teratur untuk memberi
penerimaan, intrepretasi stimulus komunikasi
dan ekspresi pesan
lisan, tulisan, dan non
verbal meningkat
2. Komunikasi ekspresif
(kesulitan berbicara)
ekspresi pesan verbal
dan atau non verbal
yang bermakna
3. Gerakan terkoordinasi:
mampu mengkoordinasi
gerakan dalam
menggunakan isyarat
4. Pengelolaan informasi:
klien mampu untuk
memperoleh, mengatur,
dan menggunakan
informasi
5. Mampu
mengkomunikasikan
kebutuhan dengan
lingkungan sosial
1. Evaluasi
Evaluasi untuk melihat sejauh mana tujuan yang telah dicapai oleh klien
setelah mendapatkan tindakan atauasuhan keperawatannya.evaluasi yang
dapat digunakankanya itu adalah evaluasi sumatif. Evaluasi sumatif
merupakan evaluasi yang dilakukan pada akhir dari seluruh prosesasuhan
keperawatan yang diberikan dan dilakukan secara terus menerus dengan
menilai respon terhadap tindakan yang dilakukan. Evaluasi sumatif dapat
dikatakan berhasil jika kebutuhan klien tentang diagnosa-diagnosa yang
dialami pasien dapat teratasi.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, EJ. (2009) Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta : EGC
Sudoyo Aru, dkk 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1,2,3, edisi
keempat. Internal Publishing, Jakarta