Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

TENTANG ICH (INTRACEREBRAL HEMORAGIK)


DI HCU ANGGREK II RSUD Dr. MOEWARDI

Disusun Oleh :
ERVIN ROMYANTI
NIM: SN182037

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2019 /2020
LAPORAN PENDAHULUAN
TENTANG ICH (INTRACEREBRAL HEMORAGIK)

A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Perdarahan intracerebral adalah perdarahan yang terjadi pada
jaringan otak biasanya akibat robekan pembuluh darah yang ada
dalam jaringan otak. Secara klinis ditandai dengan adanya penurunan
kesadaran yang kadang-kadang disertai lateralisasi, pada pemeriksaan
CT Scan didapatkan adanya daerah hiperdens yang indikasi dilakukan
operasi jika Single, diameter lebih dari 3 cm. Perifer, adanya
pergeseran garis tengah. Secara klinis hematom tersebut dapat
menyebabkan gangguan neurologis/lateralisasi. Operasi yang
dilakukan biasanya adalah evakuasi hematom disertai dekompresi dari
tulang kepala. Faktor-faktor yang menentukan prognosisnya hampir
sama dengan faktor-faktor yang menentukan prognosis perdarahan
subdural (Paula, 2011).
Intracerebral hemoragik adalah perdarahan kedalam substansi
otak. Hemoragik ini biasanya terjadi dimana tekanan mendesak kepala
sampai daerah kecil dapat terjadi pada luka tembak, cedera tumpul
(Suharyanto, 2015).
Intracerebral hemoragik adalah perdarahan dalam jaringan otak
itu sendiri. Hal ini dapat timbul pada cidera kepala tertutup yang berat
atau cidera kepala terbuka. Intracerebral hemoragik dapat timbul pada
penderita stroke hemoragik akibat melebarnya pembuluh nadi
(Corwin, 2009).
2. Etiologi
Etiologi dari intracerebral hemoragik menurut Suyono (2011) :
a. Kecelakaan yang menyebabkan trauma kepala
b. Fraktur depresi tulang tengkorak
c. Gerak akselerasi dan deselarisasi tiba-tiba
d. Cedera penetrasi peluru
e. Jatuh
f. Kecelakaan kendaraan bermotor
g. Hipertensi
h. Malformasi arteri venosa
i. Aneurisma
j. Distrasia darah
k. Obat
l. Merokok
3. Manifestasi Klinik
Intracerebral hemoragik mulai dengan tiba-tiba. Dalam beberapa
kasus, hal itu diawali dengan sakit kepala berat, seringkali selama
aktivitas. Meskipun begitu, pada orang tua, sakit kepala kemungkinan
ringan atau tidak ada. Dugaan gejala terbtuknya disfungsi otak dan
menjadi memburuk sebagaimana perluasan perdarahan. Beberapa
gejala seperti lemah, lumpuh, kehilangan perasa, dan mati rasa,
seringkali mempengaruhi hanya salah satu bagian tubuh orang
kemungkinan tidak bisa, berbicara atau menjadi pusing. Penglihatan
kemungkinan terganggu atau hilang. Mata bisa diujung perintah yang
berbeda atau menjadi lumpuh. Pupil bisa menjadi idak normal, besar
atau kecil. Mual, muntah, serangan dan kehilangan kesadaran adalah
biasa dan bisa terjadi pada hitungan detik sampai menit.
Menurut Corwin (2009), manifestasi klinik dari intracerebral
hematom, yaitu :
1. Kesadaran mungkin akan segera hilang, atau bertahap seiring
dengan membesarnya hematom
2. Pola pernapasan dapat secara progresif menjadi abnormal
3. Respon pupil mungkin lenyap atau abnormal
4. Dapat timbul muntah-muntah akibat peningkatan tekanan intra
cranium.
5. Perubahan perilaku kognitif dan perubahan fisik pada berbicara dan
gerakan mtorik dapat timbul segera atau secara lambat.
6. Nyeri kepala dapat muncul segera atau bertahap seiring dengan
peningkatan tekanan intracranium.
4. Komplikasi
Pre operasi meliputi :
a. Defisit iskemik
b. Hidrocepalus oedema otak
c. Perdarahan ulang
d. Hematomaintrakranial
e. Kejang
f. Perdarahan gastrointestinal
g. Oedema paru-paru
5. Patofisiologi dan Pathway

Perdarahan intraserebral ini dapat disebabkan oleh karena


rupture arteria serebri yang dapat dipermudah dengan adanya
hipertesi. Keluarnya darah dari pembuluh darah didalam otak
berakibat pada jaringan disekitarnya atau didekatnya, sehingga
jaringan yang ada disekitarnya akan bergeser dan tertekan. Darah yang
keluar dari pembuluh darah sangat mengiritasi otak, sehingga
mengakibatkan vasospasme pada arteri disekitar perdarahan, spasme
ini dapat menyebar keseluruh hemisfer otak dan lingkaran wilisi,
perdarahan aneorismaaneorisma ini merupakan lekukan-lekukan
berdinding tipis yang menonjol pada arteri pada tempat yang lemah.
Makin lama aneorisma makin besar dan kadangkadang pecah saat
melakukan aktivitas. Dalam keadaan fisiologis jaringan otak pada
orang dewasa jumlah darah yang mengali ke otak 58 ml/menit per 100
g jaringan otak. Bila aliran darah ke otak turun menjadi 18 ml/menit
per 100 gr jaringan otak akan menjadi penghentian aktivitas listrik
pada neuron tetapi
struktur sel masih baik., sehingga gejala ini masih reversible. Oksigen
sangat dibutuhkan oleh otak sedangkan O2 diperoleh dari darah, otak
sendiri hampir tidak ada cadangan O2 dengan demikian otak sangat
tergantung pada keadaan aliran darah setiap saat. Bila suplay O2
terputus 8-10 detik akan terjadi gangguan fungsi otak, bila lebih lama
dari 6-8 menit akan terjadi jelas/lesi yang tidak putih lagi (ireversibel)
dan kemudian kematian. Perdarahan dapat meninggikan tekanan
intracranial dan menyebabkan ischemia didaerah lain yang tidak
perdarahan, sehingga dapat berakibat mengurangnya aliran darah ke
otak, baik secara maupun local. Timbulnya penyakit ini sangat cepat
dan konstan dapat berlangsung beberapa menit, jam bahkan beberapa
hari (Corwin, 2011).
Pathway

Trauma kepala, fraktur depresi tulang tengkorak,


hipertensi, malformasi arteri venosa, aneurisma,
distrasia darah, obat ,merokok

Pecah pembuluh darah otak


(perdarahan otak)

Darah masuk ke jaringan otak

Darah membentuk masa atau


hematoma

Terjadi peningkatan
intracranial

Perdarahan intracerebral

Menghalangi O2 ke otak
Perubahan perfusi jaringan
cerebral

Ketidakefektifan Gangguan otot Penurunan kesadaran


perfusi jaringan motorik
serebral
Kekacauan pola
bahasa
Hambatan mobilitas fisik

Tidak mampu
menyampaikan kata-
kata

Kerusakan pada
hemisfer
bahasa/wicara

Hambatan komunikasi
verbal

6. Pemeriksaan penunjang
a. Angiografi
b. Ct scanning
c. Lumbal pungsi
d. MRI
e. Thorax photo
f. Laboratorium
g. EKG
7. Penatalaksanaan (medis dan keperawatan)
A. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi konservatif dan operatif
b. Pengendalian tekanan intracranial
c. Pengobatan hipertensi untuk memelihara tekanan perfusi
serebral antara 60 sampai 70 mmHg, anticonvulsant.
d. Pengendalian peningkatan TIK dilakukan Hiperventilasi,
Diuretika dan kortikosteroid tetapi dapat memberi kerugian,
misalnya mudah terkena infeksi hiperglikemia, perdarahan
lambung (stress ulcer).
B. Perdarahan sub arakhnois:
a. Pemberihan oksigenasi, ventilasi, keseimbangan elektrolit
b. Nyeri dengan obat kortikosteroid, antikonvulsan profilaksis
perlu dipertimbangkan.
c. Obat anti hipertensi jangka pendek Short acting bila terjadi
hidrocepalus Obstruktif perlu pemasangan Pirau Ventriculo-
peritoneal (VP Shunt).
d. Kombinasi antagonis Kalsium (Nifedipin Diltiazem,
Verapamil) harus dihindari.
e. Tindakan operasi intrakranial merupakan terapi pilihan, tetapi
operasi segera sesudah perdarahan berbahaya karena “retraksi
otak” (Non compliant Brain), dapat menimbulkan iskemik otak
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengkajian primer
1) Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan
sekret akibat kelemahan reflek batuk. Jika ada obstruksi maka
lakukan :
a) Chin lift / jaw trust
b) Suction / hisap
c) Guedel airway
d) Intubasi trakhea dengan leher ditahan (imobilisasi) pada posisi
netral
2) Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya
pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar
ronchi /aspirasi, whezing, sonor, stidor/ ngorok, ekspansi dinding
dada.
3) Circulatio
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap
lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia,
kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut
4) Disabilit
Menilai kesadaran dengan cepat,apakah sadar, hanya respon
terhadap nyeri atau atau sama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan
mengukur GCS.
b. Pengkajian Sekunder
1) Full set of Vital Sign
Berisi pengkajian TTV
2) Give comfort Measure
Berisi tentang pengkajian skala nyeri
3) History and Head To toe
a) History menggunakan prinsip
S : Subyektif
A : Allegris adakah alergi terhadap makanan atau obat obatan
M : Medication
P : Past medical history
L : Last oral intake yaitu makanan atau minuman yang
terakhir masuk
E : Riwayat masuk rumah sakit
b) Head To toe
 Kulit : Warna kulit sawo matang, turgor cukup.
 Kepala : Mesochepal, rambut hitam, distribusi merata, tidak
mudah dicabut.
 Mata : Conjungtiva merah mudah, sclera putih, pupil bulat,
isokor, diameter 3 mm, reflek cahaya (+ / +).
 Telinga : Simetris, serumen (+ / +) dalam batas normal.
 Hidung : Simetris, septum di tengah, selaput mucosa basah.
 Mulut : Gigi lengkap, bibir tidak pucat, tidak kering
 Leher : Trachea di tengah, kelenjar lymphoid tidak
membesar, kelenjar tiroid tidak membesar, tekanan vena
jugularis tidak meningkat.
 Abdomen : Perut datar, tidak ada benjolan, Bising usus
biasanya dalam batas normal, Timpani seluruh lapang
abdomen, ada nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba, tidak
teraba massa.
 Ekstremitas : Tidak ada deformitas, tidak ada oedema, tonus
otot cukup.
(Huda, Nuratif dan Hardhi Kusuma. 2013)

2. Diagnosa keperawatan
a. Resiko Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral b.d hipertensi

b. Hambatan mobilitas fisik b.d intoleransi aktivitas

c. Hambatan komunikasi verbal b.d gangguan sistem syaraf pusat


3. Perencanaan keperawatan
Dx. Kep. Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Resiko Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor adanya daerah tertentu
Ketidakefektifan keperawatan selama 3x24 yang hanya peka terhadap panas/
perfusi jaringan jam, ketidakefektifan dingin/ tajam/ tumpul
cerebral b.d perfusi jaringan cerebral 2. Batasi gerakan pada kepala, leher
hipertensi dapat teratasi dengan dan punggung
kriteria hasil : 3. Kolaborasi pemberian analgetik
 Circulation status 4. Monitor adanya tromboplebitis
 Tissue prefusion: cerebral 5. Monitoring TTV
a. Tekanan systole dan
diastole dalam
rentang yang
diharapkan
b. Tidak ada tanda-
tanda peningkatan
tekanan intracranial
(tidak lebih dari 15
mmHg)
c. Berkomunikasi
dengan jelas dan
sesuai dengan
kemampuan
d. Menunjukan fungsi
sensori motori
cranial yang utuh:
tingkat kesadaran
membaik tidak ada
gerakan-gerakan
involunter
Hambatan Setelah dilakukan tindakan Exercise therapy: ambulation
mobilitas fisik keperawatan selama 3x24 1. Monitoring vital sign
b.d intoleransi jam, hambatan mobilitas sebelum/sesudah latihan dan
aktivitas fisik dapat teratasi dengan lihat respon pasien saat latihan
kriteria hasil : 2. Ajarkan pasien atau tenaga
 Joint movement: active kesehatan lain tentang teknik
 Mobility Level ambulasi
 Self Care: ADLs 3. Kaji kemampuan pasien dalam

 Transfer performance mobilisasi

1. Klien meningkat dalam 4. Latih pasien dalam pemenuhan

aktivitas fisik kebutuhan ADLs secara mandiri

2. Mengerti tujuan dan sesuai kemampuan

peningkatan mobilitas 5. Dampingi dan bantu pasien saat

3. Memverbalisasikan mobilisasi dan bantu penuhi

perasaan dalam kebutuhan ADLs pasien

meningkatkan kekuatan 6. Ajarkan pasien bagaimana

dan kemampuan merubah posisi dan berikan

berpindah bantuan jika diperlukan

4. Memperagakan
penggunaan alat bantu
untuk mobilisasi
(walker)
Hambatan Setelah dilakukan tindakan Communication Enhancement:
komunikasi keperawatan selama 3x24 Speech Deficit
verbal b.d jam, hambatan komunikasi 1. Dorong pasien untuk
gangguan sistem verbal dapat teratasi dengan berkomunikasi secara perlahan
syaraf pusat kriteria hasil : dan untuk mengulangi permintaan
 Anxiety self control 2. Dengarkan dengan penuh
 Coping perhatian
 Sensory function: hearing 3. Berdiri didepan pasien ketika
&vision berbicara
 Fear self control 4. Anjurkan kunjungan keluarga
1. Komunikasi: secara teratur untuk memberi
penerimaan, intrepretasi stimulus komunikasi
dan ekspresi pesan
lisan, tulisan, dan non
verbal meningkat
2. Komunikasi ekspresif
(kesulitan berbicara)
ekspresi pesan verbal
dan atau non verbal
yang bermakna
3. Gerakan terkoordinasi:
mampu mengkoordinasi
gerakan dalam
menggunakan isyarat
4. Pengelolaan informasi:
klien mampu untuk
memperoleh, mengatur,
dan menggunakan
informasi
5. Mampu
mengkomunikasikan
kebutuhan dengan
lingkungan sosial
1. Evaluasi
Evaluasi untuk melihat sejauh mana tujuan yang telah dicapai oleh klien
setelah mendapatkan tindakan atauasuhan keperawatannya.evaluasi yang
dapat digunakankanya itu adalah evaluasi sumatif. Evaluasi sumatif
merupakan evaluasi yang dilakukan pada akhir dari seluruh prosesasuhan
keperawatan yang diberikan dan dilakukan secara terus menerus dengan
menilai respon terhadap tindakan yang dilakukan. Evaluasi sumatif dapat
dikatakan berhasil jika kebutuhan klien tentang diagnosa-diagnosa yang
dialami pasien dapat teratasi.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, EJ. (2009) Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta : EGC

Ikawati Zullies, 2011. Farmakoterapi Penyakit system Saraf Pusat. Bursa


Ilmu,Yogyakarta

Johnson, M., et all. (2013) Nursing Outcomes Classification (NOC) Second


Edition. New Jersey : Upper Saddle River

Mc Closkey, C.J., et all. (2013) Nursing Interventions Classification (NIC)


Second Edition. New Jersey : Upper Saddle River

Sudoyo Aru, dkk 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1,2,3, edisi
keempat. Internal Publishing, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai