Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

INTRA CRANIAL HEMATOM

DI RUANG KEMUNING RS. PROF. DR. MARGONO SOEKARJO

Disusun Oleh :

ANDRE IRWANTO

2111040052

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWKERTO

2022
LAPORAN PENDAHULUAN ICH

A. DEFINISI
Perdarahan intracerebral adalah perdarahan yang terjadi pada jaringan
otak biasanya akibat robekan pembuluh darah yang ada dalam jaringan otak.
Secara klinis ditandai dengan adanya penurunan kesadaran yang kadang-kadang
disertai lateralisasi, pada pemeriksaan CT Scan didapatkan adanya daerah hiperdens
yang indikasi dilakukan operasi jika Single, Diameter lebih dari 3 cm, Perifer,
Adanya pergeseran garis tengah (Paula, 2009)
Intra Cerebral Hematom adalah perdarahan kedalam substansi
otak.Hemorragi ini biasanya terjadi dimana tekanan mendesak kepala sampai
daerah kecil (Suharyanto, 2009).
Intra Cerebral Hematom adalah suatu keadaan perdarahan yang terjadi dalam
substansi otak, seringkali terjadi pada pasien hipertensi dan atherosclerosis serebral
karena perubahan degenaratif kedua penyakit tersebut menyebabkan ruptur pada
pembuluh darah. Perdarahan/hemoragi yang terjadi juga dapat diakibatkan oleh
keadaan patologi pada arteri, tumor otak, dan penggunaan medikasi seperti
antikoagulan oral, amfetamin, dan obat-obatan narkotik (kokain).
Perdarahan yang terjadi biasanya pada pembuluh darah arteri dan berada pada
lobusserebral, ganglia basalis, thalamus, batang otak (terutama pons), serta
serebelum. Hemoragik yang terjadi mengakibatkan rupture pada dinding ventrikel
lateral dan menyebabkan hemoragi intra ventrikular, yang sering bersifat fatal pada
penderitanya.

B. ETIOLGI
Etiologi dari intracerebral hemoragik menurut Suyono (2011) :
a. Kecelakaan yang menyebabkan trauma kepala
b. Fraktur depresi tulang tengkorak
c. Gerak akselerasi dan deselarisasi tiba-tiba
d. Cedera penetrasi peluru
e. Jatuh
f. Hipertensi
g. Malformasi arteri venosa
h. Aneurisma
i. Distrasia darah
j. Obat
k. Merokok

C. TANDA DAN GEJALA


Menurut Corwin (2009), manifestasi klinik dari intracerebral hematom, yaitu :
a. Kesadaran mungkin akan segera hilang, atau bertahap seiring dengan
membesarnya hematom
b. Pola pernapasan dapat secara progresif menjadi abnormal
c. Respon pupil mungkin lenyap atau abnormal
d. Dapat timbul muntah-muntah akibat peningkatan tekanan intra cranium.
e. Perubahan perilaku kognitif dan perubahan fisik pada berbicara dan gerakan
mtorik dapat timbul segera atau secara lambat.
f. Nyeri kepala dapat muncul segera atau bertahap seiring dengan peningkatan
tekanan intracranium.

D. ANATOMI FISIOLOGI

Otak terdiri dari 100-200 milyar sel aktif yang saling berhubungan yang
bertanggungjawab atas fungsi mental dan intelektual kita. Neuron merupakan sel-sel
yang terdapat di otak. Otak adalah organ mudah beradaptasi meskipun neuron-
neuron di otak mati tidak mengalami regenerasi kemampuan adaptif atau
plastisitas. (Price, 2006).
Sistem saraf secara garis beras dibagi menjadi 2 yaitu sistem saraf pusat (SSP)
dan sistem saraf tepi (SST). Otak dan medulla spinalis membentuk sistem saraf
pusat (SSP). Sistem saraf tepi (SST) merupakan sistem saraf yang berada disisi luar
SSP (Price, 2006).

a. Cerebrum
Cerebrum merupakan bagian otak yang terbesar. Cerebrum terdiri dari
sepasang hemisfer kanan dan kiri serta tersusun dari korteks yang ditandai
dengan sulkus (celah) dan girus. Cerebrum terdiri dari :
a. Korteks Serebri
Lapisan permukaan hemisfer yang disusun oleh substansi agrisea.
Korteks serebri berlipat – lipat disebut girus dan celah diantara dua lekuk
disebut sulkus (fisura).
b. Basal Ganglia
Basal ganglia terdiri dari beberapa kumpulan substansia grisea yang
padat yang terbentuk dalam hubungan yang erat dengan dasar ventrikulus
lateralis. Ganglia basalis merupakan nuklei subkortikalis yang berasal dari
telensefalon.

c. Rinensefalon
Rinensefalon merupakan bagian otak yang terdiri atas jaringan alo-
korteks yang melingkar sekeliling hilus hemisfer serebri serta berbagai
struktur lain yang lebih dalam yaitu amigdala, hipokampus, dan nuklei
septal. Rinensefalon berperan dalam fungsi penghidu, perilaku makan, dan
bersama hipotalamus berfungsi dalam perilaku seksual, emosi takut dan
marah, serta motivasi.

E. PATOFISIOLOGI
Perdarahan intra serebral ini dapat disebabkan oleh karena ruptur arteria
serebri yang dapat dipermudah dengan adanya hipertensi. Keluarnya darah dari
pembuluh darah didalam otak berakibat pada jaringan disekitarnya atau didekatnya,
sehingga jaringan yang ada disekitarnya akan bergeser dan tertekan. Darah yang
keluar dari pembuluh darah sangat mengiritasi otak, sehingga mengakibatkan
vosospasme pada arteri disekitar perdarahan, spasme ini dapat menyebar keseluruh
hemisfer otak dan lingkaran willisi, perdarahan aneorisma-aneorisma ini merupakan
lekukan-lekukan berdinding tipis yang menonjol pada arteri pada tempat yang
lemah. Makin lama aneorisme makin besar dan kadang-kadang pecah saat
melakukan aktivitas
Penghentian total aliran darah ke otak menyebabkan hilangnya kesadaran
dalamwaktu 15-20 detik dan kerusakan otak yang irreversibel terjadi setelah tujuh
hinggasepuluh menit. Penyumbatan pada satu arteri menyebabkan gangguan di area
otak yang terbatas. Mekanisme dasar kerusakan ini adalah selalu defisiensi energi
yangdisebabkan oleh iskemia. Perdarahan juga menyebabkan iskemia dengan
menekan pembuluh darah di sekitarnya (Silbernagl, 2007).
Penyumbatan pada arteri serebri media yang sering terjadi menyebabkan
kelemahan otot dan spastisitas kontralateral, serta defisit sensorik (hemianestesia)
akibat kerusakan girus lateral presentralis dan postsentralis. Akibat selanjutnya
adalah deviasiokular, hemianopsia, gangguan bicara motorik dan sensorik, gangguan
persepsi spasial,apraksia, dan hemineglect (Silbernagl, 2007).
Penyumbatan arteri karotis atau basilaris dapat menyebabkan defisit di
daerahyang disuplai oleh arteri serebri media dan anterior. Jika arteri koroid anterior
tersumbat,ganglia basalis (hipokinesia), kapsula interna (hemiparesis), dan traktus
optikus(hemianopsia) akan terkena. Penyumbatan pada cabang arteri komunikans
posterior ditalamus terutama akan menyebabkan defisit sensorik (Silbernagl, 2007).
F. PATHWAY

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang dari Intra Cerebral Hematom menurut Sudoyo (2016) adalah
sebagai berikut :
a. Angiografi
b. Ct scanning
c. Lumbal pungsi
d. MRI
e. Thorax photo
f. Laboratorium
g. EKG

H. PENATALAKSAAN MEDIS
a. Terapi konservatif dan operatif
b. Pengendalian tekanan intracranial
c. Pengobatan hipertensi untuk memelihara tekanan perfusi serebral antara 60
sampai 70 mmHg, anticonvulsant.
d. Pengendalian peningkatan TIK dilakukan Hiperventilasi, Diuretika dan
kortikosteroid tetapi dapat memberi kerugian, misalnya mudah terkena infeksi
hiperglikemia, perdarahan lambung (stress ulcer).
Perdarahan sub arakhnois:
a. Pemberihan oksigenasi, ventilasi, keseimbangan elektrolit
b. Nyeri dengan obat kortikosteroid, antikonvulsan profilaksis perlu
dipertimbangkan.
c. Obat anti hipertensi jangka pendek Short acting bila terjadi hidrocepalus
Obstruktif perlu pemasangan Pirau Ventriculo-peritoneal (VP Shunt).
d. Kombinasi antagonis Kalsium (Nifedipin Diltiazem, Verapamil) harus
dihindari.
Tindakan operasi intrakranial merupakan terapi pilihan, tetapi operasi segera
sesudah perdarahan berbahaya karena “retraksi otak” (Non compliant Brain), dapat
menimbulkan iskemik otak.

I. PENGKAJIAN
a. Identitas
Kebanyakan fraktur femur terjadi pada pria muda yang mengalami kecelakaan
kendaraan bermotor atau jatuh dari ketinggian dan pada lansia juga bisa terjad
karena degenerasi tulang (osteoporosis) (Muttaqin, 2012).
b. Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh nyeri kepala. Untuk memperoleh pengkajian yang
lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan:
(P) Provoking Incident : apakah ada peristiwa yang menjadi faktor presipitasi
nyeri.
(Q) Quality of Pain : seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan
klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk.
(R) Region : apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar atau
menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
(S) Severity (Scale) of Pain : seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien, bisa
berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit
mempengaruhi kemampuan fungsinya.
(T) Time : berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada
malam hari atau siang hari.
c. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengeluh nyeri kepala, muntah, papiledema, penurunan tingkat
kesadaran, penurunan penglihatan atau penglihatan double, ketidakmampuan
sensasi (parathesia atau anasthesia), hilangnya ketajaman atau diplopia
d. Riwayat penyakit dahulu
Pada pengkajian ini apakah klien pernah mengalami pembedahan kepala.
e. Riwayat penyakit keluarga
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkinada
hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu riwayat keluargadengan
tumor otak.
f. Riwayat psikososial
Merupakan respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran
klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam
kehidupan sehari-hari. Seperti, perubahan kepribadian dan perilaku klien,
perubahan mental, kesulitan mengambil keputusan, kecemasan dan ketakutan
hospitalisasi, diagnostic test dan prosedur pembedahan, adanya perubahan
peran.
g. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada klien dengan tomor otak meliputi pemeriksaan fisik
umum per system dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital,
B1 (breathing), B2 (Blood), B3 (Brain),B4 (Bladder), B5 (Bowel), dan B6
(Bone).
d. Pernafasan B1 (breathing)
Bentuk dada : normal, Pola napas : tidak teratur, Suara napas : normal,
Sesak napas : ya, Batuk : tidak, Retraksi otot bantu napas; ya, Alat bantu
pernapasan: ya (O2 2 lpm)
e. Kardiovaskular B2 (blooding)
Irama jantung : irregular, Nyeri dada : tidak, Bunyi jantung ; normal,
Akral : hangat, Nadi : Bradikardi, Tekanan darah Meningkat.
f. Persyarafan B3 (brain)
Penglihatan (mata) : Penurunan penglihatan, hilangnya ketajaman atau
diplopia, Pendengaran (telinga): Terganggu bila mengenai lobus
temporal, Penciuman (hidung) : Mengeluh bau yang tidak biasanya,
padalobus frontal, Pengecapan (lidah) : Ketidakmampuan sensasi
(parathesia atauanasthesia).
Gangguan neurologi:
g. Afasia: Kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan
ekspresif atau kesulitan berkata-kata, reseotifatau berkata-kata
komprehensif, maupun kombinasi dari keduanya.
h. Ekstremitas: Kelemahan atau paraliysis genggaman tangantidak
seimbang, berkurangnya reflex tendon.
i. GCS: Skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran pasien,
(apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak) denganmenilai respon
pasien terhadap rangsangan yang diberikan.

Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score) dengan rentang


angka 1– 6 tergantung responnya yaitu :
a) Eye (respon membuka mata)
(4): Spontan, (3): Dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata),
(2): Dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya
menekan kuku jari), (1): Tidak ada respon
b) Verbal (respon verbal)
(5): Orientasi baik, (4): Bingung, berbicara mengacau (sering bertanya
berulang-ulang) disorientasi tempat dan waktu, (3): Kata-kata saja
(berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun tidak dalam satu
kalimat. Misalnya “aduh…, bapak…”), (2): Suara tanpa arti
(mengerang), (1): Tidak ada respon otot.
c) Motorik (respon motorik)
(6): Mengikuti perintah, (5): Melokalisir nyeri (menjangkau &
menjauhkan stimulussaat diberi rangsang nyeri), (4): Withdraws
(menghindar/menarik extremitas atau tubuhmenjauhi stimulus saat diberi
rangsang nyeri), (3): Flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi
kakudiatas dada & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri), (2): Extensi
abnormal (tangan satu atau keduanya extensi disisi tubuh, dengan jari
mengepal & kaki extensi saat diberirangsang nyeri), (1): Tidak ada
respon
j. Perkemihan B4 (bladder)
Kebersihan : bersih, Bentuk alat kelamin : normal, Uretra : normal,
Produksi urin: normale.
k. Pencernaan B5 (bowel)
Nafsu makan : menurun, Porsi makan : setengah, Mulut : bersih, Mukosa
: lembapf.
l. Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
Kemampuan pergerakan sendi : bebas, Kondisi tubuh: kelelahan

J. DIAGNOSA
a. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatantekanan
intrakranial, pembedahan tumor, edema serebri, hipoksia serebral.
b. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan pergerakan dan kelemahan.
K. RENCANA TINDAKAN

Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi Keperawatan (SIKI)


Gangguan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam masalah Dukungan Mobilisasi
Mobilitas Fisik mobilitas fisik meningkat dengan kriteria hasil : Observasi :
 Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
SLKI : Mobilitas Fisik  Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
Indikator Awal Target  Monitor ttv
Pergerakan ekstremitas 2 5 Terapeutik :
Kekuatan otot 2 5  Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (misal pagar
Rentang gerak(ROM) 2 5 tempat tidur)
Keterangan :  Fasilitasi melakukan pergerakan (ROM)
1 = menurun Edukasi :
2 = cukup menurun  Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
3 = sedang  Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan
4 = cukup meningkat Kolaborasi :
5 = meningkat  Kolaborasi dengan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Gangguan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam Observasi :
Perfusi diharapkan masalah gangguan perfusi jaringan serebral dapat  Manajemen tanda/gejaka peningkatan TIK (tekanan darah
Serebral teratasi dengan kriteria hasil : meningkat, tekanan nadi melebar, bradikardia, pola nafas
ireguler, kesadaran menurun)
SLKI : Perfusi serebral  Monitor intake dan output cairan
Indikator Awal Target  Monitor status pernafasan
Sakit Kepala 2 5 Terapeutik
Tekanan Intrakranial 2 5  Minimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang
Keterangan : tenang
1 = meningkat  Berikan posisi semi fowler
2 = menurun  Cegah terjadinya kejang
3 = sedang  Pertahankan suhu tubuh normal
4 = cukup menurun Kolaborasi
5 = membaik  Kolaborasi pemberian obt
 Kolaborasi pemberian O2 sesuai indikasi
DAFTAR PUSTAKA

Ariani, A.2012. Sistem Neurobehaviour. Jakarta : Salemba Medika


Bruner and Suddarth. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 12. Jakarta : EGC
Smeltzer, S., Bare, B., Hinkle, J., & Cheever, K. (2010). Textbook of medical surgical
nursingBrunner and suddarth. China.: Lippinicott Williams and Wilkins, 889.
Paula, K., dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta : TM.
Sudoyo, AW., dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi V. Jakarta : Interna
Publishing
Tim pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar diagnosis keperawatan indonesia. Jakarta Selatan
: DPP PPNI
Tim pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar intervensi keperawatan indonesia. Jakarta
Selatan : DPP PPNI
Tim pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar luaran keperawatan indonesia. Jakarta Selatan :
DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai