Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN

DENGAN KASUS “HEMORAGIC STROKE”


DI RUANG ICU RUMAH SAKIT BENYAMIN GULUH KOLAKA

Nama: NURANI MA’RIFAT


NIM : 182432017

PRESEPTOR AKADEMIK PRESEPTOR KLINIK

( ) ( )
I. Konsep Teori Penyakit
A. Pengertian
Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti
yang dikutip Junaidi (2011) adalah suatu sindrom klinis dengan gejala
berupa gangguan fungsi otak secara fokal maupun global, yang dapat
menimbulkan kematian atau kecacatan yang menetap lebih dari 24 jam,
tanpa penyebab lain kecuali gangguan vaskular. Stroke adalah gangguan
peredaran darah otak yang dapat menyebabkan defisit neurologis
mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak.
Istilah stroke biasanya digunakan secara spesifik untuk menjelaskan suatu
infrak serebrum. Stroke merupakan istilah yang digunakan untuk
mendeskripsikan suatu gangguan neurologis yang disebabkan terputusnya
aliran darah ke sebagian otak. Kejadian stroke sebagian besar dialami oleh
kaum laki – laki dari pada wanita (selisih 19% lebih tinggi) dan usia yang
terserang stroke umumnya diatas 55 tahun.
Stroke hemoragik adalah kondisi pecahnya salah satu arteri dalam
otak yang memicu perdarahan ke dalam jaringan otak (disebut hemoragia
intraserebrum atau hematom intraserebrum) atau ke dalam ruang
subaraknoid yaitu ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan
jaringan yang menutupi otak disebut hemoragia subaraknoid.

B. Etiologi
Stroke hemoragik disebabkan oleh perdarahan ke dalam jaringan
otak (disebut hemoragia intraserebrum atau hematom intraserebrum) atau
kedalam ruang subaraknoid yaitu ruang sempit antara permukaan otak dan
lapisan jaringan yang menutupi otak (disebut hemoragia subaraknoid).
Penyebab Stroke Hemoragik disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
hipertensi, obesitas, dan kolesterol.
a. Hipertensi
Hipertensi didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah
sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolic sedikitnya 90
mmHg dalam jangka waktu yang lama.
b. Obesitas
Obesitas atau kegemukan merupakan seseorang yang memiliki
berat badan berlebih dengan IMT lebih besar daripada 27,8 kg/m².
c. Kolesterol
Peningkatan kadar kolesterol berhubungan dalam
menyebabkan stroke hemoragik dikarenakan perkembangan plak
aterosklerotik aorta pada pasien stoke hemoragik.
Stroke hemoragik dibagi menjadi 2 jenis yaitu :
1) Hemoragik intraserebral ( pecahnya suatu pembuluh darah
serebral dengan perdarahan ke dalam jaringan otak atau
ruang yang ada disekeliling otak).
2) Hemoragik Subarakonid ( perdarahan yang terjadi pada ruang
subarakonid (ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan
jaringan yang menutupi otak). Akibatnya adalah berhentinya
suplai darah yang ke otak , yang dapatmenyebabkan
kehilangan sementara atau permanen suatu gerakan, berpikir,
memori bicara atau sensasi.

C. Patofisiologi
Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke
substansi atau ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan
komponen intracranial yang seharusnya konstan. Adanya perubahan
komponen intracranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan
menimbulkan peningkatan TIK yang bila berlanjut akan menyebabkan
herniasi otak sehingga timbul kematian.
Disamping itu, darah yang mengalir ke substansi otak atau ruang
subrachnoid dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan
penekanan pada daerah tersebut menimbulkan aliran darah berkurang atau
tidak ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak.
Adanya gangguan peredaran darah ke otak dapat menimbulkan
jejas atau cedera pada otak melalui empat mekanisme, yaitu:
1) Penebalan dinding arteri serebral yang menimbulkan penyempitan
atau penyumbatan lumen sehingga aliran darah dan suplainya ke
bagian otak tidak adekuat, serta selanjutnya akan mengakibatkan
perubahan-perubahan iskhemik otak. Bila hal ini terjadi
sedemikian rupa hebatnya, dapat menimbulkan nekrosis (infark).
2) Pecahnya dinding arteri serebral akan menyebabkan hancurnya
darah ke jaringan (hemorhage).
3) Pembesaran sebuah atau sekelompok pembuluh darah yang
menekan bagian otak.
4) Edema serebri yang merupakan pengumpulan cairan di ruang
interstisel jaringan otak. Konstruksi lokal sebuah arteri mula-mula
hanya menyebabkan sedikit perubahan pada aliran darah dan baru
setelah stenosis cukup hebat dan melampaui batas kritis terjadi
pengurangan aliran secara drastis dan cepat.
Pathways
Faktor penyebab:
Hipertensi
Diabetes melitus
Merokok

Pembuluh darah otak pecah

Darah mengalir ke substansi atau ruangan subarachnois yang menimbulkan


perubahan komponen intracranial yang seharusnya konstan

Menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada daerah
tersebut menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak ada sehingga terjadi
nekrosis jaringan otak

Adanya gangguan peredaran darah ke otak dapat menimbulkan jejas atau cedera
pada otak

Kematian sel otak


Kerusakan sistem sensorik dan motorik
(deficit neurologis)

GANGGUAN MOBILITAS FISIK

Pasien badrest

Penekanan lama pada daerah punggung dan bokong

GANGGUAN INTEGRITAS KULIT


D. Manfestasi klinik
a. Kehilangan motorik
1) Hemiplegis, hemiparesis.
2) Paralisis flaksid dan kehilangan atau penurunan tendon profunda
b. Kehilangan komunikasi
1) Disartria
Merupakan kondisi terhambatnya proses berbicara akibat
gangguan yang terjadi pada otot yang berperan dalam
menghasilkan suara. Gangguan yang terjadi dapat berupa pada
otot bibir, lidah, pita suara, atau diafragma di dada. Umumnya
keluhan ini terjadi akibat gangguan saraf.
2) Difagia
merupakan suatu kondisi medis yang ditandai dengan kesulitan
menelan. Biasanya, penyebab disfagia muncul karena rusaknya
kemampuan asophagus atau kerongkongan untuk mengangkut
makanan, baik dalam bentuk padat maupun cair. Selain itu,
ditemukan pula masalah pada saraf-saraf pengendali atau
struktur-struktur yang ikut serta dalam proses penelanan.
Misalnya, ketika lidah menjadi lemah yang menyebabkan
kesulitan dalam memindahkan makanan yang terdapat di mulut
untuk kemudian dikunyah.
c. Gangguan konseptual
1) Hamonimus hemia hopia (kehilanhan sitengah dari lapang
pandang)
2) Gangguan dalam hubungan visual-spasial (sering sekali terlihat
pada Pasien hemiplagia kiri )
3) Kehilangan sensori : sedikit kerusakan pada sentuhan lebih buruk
dengan piosepsi , kesulitan dalam mengatur stimulus visual,
taktil dan auditori.
d. Kerusakan aktivitas mental dan efek psikologis :
1) Kerusakan lobus frontal :kapasitas belajar memori ,atau fungsi
intelektual kortikal yang lebih tinggi mungkin mengalami
kerusakan disfungsi rsebut. Mungkin tercermin dalam rentang
perhatian terbatas, kesulitan dalam komperhensi,cepat lupa dan
kurang komperhensi.
2) Depresi, masalah psikologis-psikologis lainnya. Kelabilan
emosional,bermusuhan, frurtasi, menarik diri, dan kurang kerja
sama.
e. Disfungsi kandung kemih :
1) Inkontinansia urinarius transia
2) Inkontinensia urinarius persisten / retensi urin (mungkin
simtomatik dari kerusakan otak bilateral)

E. Pemeriksaan penunjang
Dilakukan beberapa pemeriksaan sebagai berikut:
a. Computed Tomography, Scanning (CT scant).
Memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma,
adanya jaringan otak yang infrak atau iskemia dan posisinya secara
pasti.
b. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Menentukan posisi dan besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil
pemeriksaan biasanya di dapatkan area yang mengalami lesi dan
infark akibat dari hemoragik.
c. Electrocardiograph (EGC)
Menunjukkan grafik detak jantung untuk mendeteksi penyakit jantung
yang mungkin mendasari serangan stroke serta tekanan darah tinggi.
d. Electroencephalogram (EEG)
Melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan yang infark
sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.
e. Angiogram
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik misalnya
perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber
perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskuler.
f. Sinar x tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang
berlawanan dari masa yang meluas, klasifikasi karotis interna terdapat
pada trombosis serebral, klasifikasi parsial dingding aneurisma pada
perdarahan subarknoid.
F. Penatalaksanaan
a. Farmakologis
1) Recombinat Tissue Plasminogen Activator (rt-PA).
2) Obat antiagregasi trombosit (inhibitor platelet).
a) Asam asetil silsilat aya aspirim.
b) Tiklopidin.
c) Clopidogrel.
d) Pentoksifilin
3) Antikoagulan.
4) Fosfenition (antikonvulsan).
5) Anti seotanin
Nafidrofuril
6) Inhibitor trombosit
a) Tiklopidini
b) Cilostazol
c) Indobufen
d) Dipiridamol
7) Nootropik (neuropeptide)
a) Pirasetam
b) Nisergolin
c) Hydergin
8) Vitamin E dan vitamin C
b. Non farmakologi
1) Semua penyakit stroke dapat dibe rikan terapi dengan tindakan
alih baring yang bertujuan untuk mengurangi tekanan dan gaya
gesek pada kulit.
2) Terapi dampak psikologis
3) Terapi fisik
4) Terapi kognitif
5) Terapi komunikasi
6) Akupuntur
7) Aromaterapi atau pijat
8) Hypnoterapi
9) Yoga
II. Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
a. Identitas pasien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal
dan jam MRS, nomor register, diagnose medis.
b. Keluhan utama
Keluhan yang didapatkan biasanya gangguan motorik kelemahan
anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat
berkomunikasi, nyeri kepala, gangguan sensorik, kejang, penurunan
kesadaran.
c. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke infark biasanya didahului dengan serangan awal
yang tidak disadari oleh pasien, biasanya ditemukan gejala awal
sering kesemutan, rasa lemah pada salah satu anggota gerak. Pada
serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak,
pada saat pasien melakukan aktifitas. Biasanya terjadi nyeri kepala,
mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala
kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
d. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung,
anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama,
penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat
adiktif, kegemukan.
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun
diabetes mellitus.
f. Riwayat psikososial
Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk
pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan
keuangan keluarga sehingga faktor biaya ini dapat mempengaruhi
stabilitas emosi dan pikiran pasien dan keluarga
g. Pemeriksaan fisik
1) Kesadaran
Biasanya pada pasien stroke mengalami tingkat kesadaran
samnolen, apatis, sopor, soporos coma, hingga coma dengan
GCS < 12 pada awal terserang stroke. Sedangkan pada saat
pemulihan biasanya memiliki tingkat kesadaran letargi dan
compos metis dengan GCS 13-15
2) Tanda-tanda Vital
a) Tekanan darah
Biasanya pasien dengan stroke hemoragik memiliki riwayat
tekanan darah tinggi dengan tekanan systole > 140 dan
diastole >80
b) Nadi
Biasanya nadi normal
c) Pernafasan
Biasanya pasien stroke hemoragik mengalami gangguan
pada bersihan jalan napas
d) Suhu
Biasanya tidak ada masalah suhu pada pasien dengan stroke
hemoragik
3) Rambut
Biasanya tidak ditemukan masalah
4) Wajah
Biasanya simetris, wajah pucat. Pada pemeriksaan Nervus V
(Trigeminal) : biasanya pasien bisa menyebutkan lokasi usapan
dan pada pasien koma, ketika diusap kornea mata dengan kapas
halus, klien akan menutup kelopak mata. Sedangkan pada
Nervus VII (facialis) : biasanya alis mata simetris, dapat
mengangkat alis, mengernyitkan dahi, mengernyitkan hidung,
menggembungkan pipi, saat pasien menggembungkan pipi tidak
simetris kiri dan kanan tergantung lokasi lemah dan saat diminta
mengunyah pasien kesulitan untuk mengunyah.
5) Mata
Biasanya konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil
isokor, kelopak mata tidak oedema. Pada pemeriksaan nervus II
(optikus): biasanya luas pandang baik 90°, visus 6/6. Pada
nervus III (okulomotoris): biasanya diameter pupil 2mm/2mm,
pupil kadang isokor dan anisokor, palpebra dan reflek kedip
dapat dinilai jika pasien bisa membuka mata. Nervus IV
(troklearis): biasanya pasien dapat mengikuti arah tangan
perawat ke atas dan bawah. Nervus VI (abdusen): biasanya hasil
nya pasien dapat mengikuti arah tangan perawat ke kiri dan
kanan
6) Hidung
Biasanya simetris kiri dan kanan, terpasang oksigen, tidak ada
pernapasan cuping hidung. Pada pemeriksan nervus I
(olfaktorius): kadang ada yang bisa menyebutkan bau yang
diberikan perawat namun ada juga yang tidak, dan biasanya
ketajaman penciuman antara kiri dan kanan berbeda dan pada
nervus VIII (akustikus) : biasanya pada pasien yang tidak lemah
anggota gerak atas, dapat melakukan keseimbangan gerak
tangan-hidung
7) Mulut dan gigi
Biasanya pada pasien apatis, sopor, soporos coma hingga coma
akan mengalami masalah bau mulut, gigi kotor, mukosa bibir
kering. Pada pemeriksaan nervus VII (facialis) : biasanya lidah
dapat mendorong pipi kiri dan kanan, bibir simetris, dan dapat
menyebutkan rasa manis dan asin. Pada nervus IX
(glossofaringeal) : biasanya ovule yang terangkat tidak simetris,
mencong kearah bagian tubuh yang lemah dan pasien dapat
merasakan rasa asam dan pahit. Pada nervus XII(hipoglasus):
biasanya pasien dapat menjulurkan lidah dan dapat
dipencongkan ke kiri dan kanan namun artikulasi kurang jelas
saat bicara
8) Telinga
Biasanya sejajar daun telinga kiri dan kanan. Pada pemeriksaan
nervus VIII (akustikus): biasanya pasien kurang bisa
mendengarkan gesekan jari dari perawat tergantung dimana
lokasi kelemahan dan pasien hanya dapat mendengar jika suara
keras dan dengan artikulasi yang jelas
9) Leher
Pada pemeriksaan nervus X (vagus) : biasanya pasien stroke
hemragik mengalami gangguan menelan. Pada peemeriksaan
kaku kuduku biasanya (+) dan bludzensky 1 (+)
10) Thorak
a) Paru-paru
Inspeksi: biasanya simetris kiri dan kanan
Palpasi : biasanya fremitus sam aantara kiri dan kanan
Perkusi: biasanya bunyi normal (sonor)
Auskultasi: biasanya suara normal (vesikuler)
b) Jantung
Isnpeksi : biasanya iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : biasanya ictus cordis teraba
Perkusi : biasanya batas jantung normal
Auskultasi: biasanya suara vesikuler
11) Abdomen
Inspeksi : biasanya simetris, tidak ada asites
Palpasi : biasanya tidak ada pembesaran hepar
Perkusi : biasanya terdapat suara tympani
Auskultasi: biasanya biasanya bising usus pasien tidak
terdengar. Pada pemeriksaan reflek dinding perut, pada saat
perut pasien digores biasanya pasien tidak merasakan apa-
apa.
12) Ekstremitas
a) Atas
Biasanya terpasang infuse bagian dextra / sinistra. CRT
biasanya normal yaitu < 2 detik.Pada pemeriksaan nervus
XI (aksesorius): biasanya pasien stroke hemoragik tidak
dapat melawan tahanan pada bahu yang diberikan perawat.
Pada pemeriksaan reflek, biasanya saat siku diketuk tidak
ada respon apa-apa dari siku, tidak fleksi maupun ekstensi
(reflek bicep (-)) dan pada pemeriksaan tricep respon tidak
ada fleksi dan supinasi (reflek bicep (-)). Sedangkan pada
pemeriksaan reflek hoffman tromer biasanya jari tidak
mengembang ketika diberi reflek (reflek Hoffman tromer
(+)).
b) Bawah
Pada pemeriksaan reflek, biasanya saat pemeriksaan
bluedzensky I kaki kiri pasien fleksi ( bluedzensky (+)).
Pada saat telapak kaki digores biasanya jari tidak
mengembang (reflek babinsky (+)). Pada saat dorsum pedis
digores biasanya jari kaki juga tidak beresponn (reflek
caddok (+)). Pada saat tulang kering digurut dari atas ke
bawah biasanya tidak ada respon fleksi atau ekstensi (reflek
openheim (+)) dan pada saat betis diremas dengan kuat
biasanya pasien tidak merasakan apa-apa (reflek gordon
(+)). Pada saat dilakukan reflek patella biasanya femur tidak
bereaksi saat di ketukkan (reflek patella (+)).
B. Masalah Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d sekresi yang tertahan ditandai
dengan batuk tidak efektif/tidak mampu batuk.
b. Risiko perfusi serebral tidak efektif
Risiko perfusi serebral tidak efektif b/d aneurisma serebri
dibuktikan dengan penurunan sirkulas darah ke otak
c. Gangguan mobilitas fisik
Gangguan mobiltas fisik b/d penurunan kekuatan otot ditandai
dengan kekuatan otot menurun, fisik lemah.
d. Defisit perawatan diri
Defisit perawatan diri b/d gangguan neuromuskuler ditandai
dengan tidak mampu mandi/mengenakan pakaian.
e. Gangguan integritas kulit/jaringan
Gangguan integritas kulit/jaringan b/d penurunan mobilitas
ditandai dengan kerusakan jaringan /lapisan kulit, hematoma.
C. Intervensi
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan Pemantauan respirasi
tidak efektif b/d tindakan keperawatan - Monitor frekuensi,
sekresi yang selama 1x24 jam irama, kedalaman,
tertahan ditandai diharapkan bersihan dan upaya napas
dengan jalan nafas meningkat - Monitor pola napas
DS: -sulit bicara dengan kriteria hasil: (seperti bradipnea,
DO:- batuk tidak - Produksi sputum takipnea,
efektif/tidak menurun hiperventilasi,
mampu batuk. - Dipsnea menurun kussmaul, cheyne-
- Gelisah menurun stokes,bot, ataksik)
- Frekuensi nafas - Monitor adanya
membaik produksi sputum
- Monitor adanya
sumbatan jalan nafas
- Auskultasi bunyi
nafas
- Monitor saturasi
oksigen
- Monitor nilai AGD
- Atur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondis pasien
- Dokumentasi hasil
pemantauan
- Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan

Risiko perfusi Setelah dilakukan Manajemen


serebral tidak efektif tindakan keperawatan peningkatan tekanan
b/d aneurisma selama 1x24 jam intrakranial
serebri dibuktikan diharapkan perfusi - Identifikasi
dengan penurunan serebral meningkat penyebab
sirkulas darah ke dengan kriteria hasil: peningkatan
otak - Tingkat TIK (mis. lesi,
kesadaran gangguan
kognitif metabolisme,
meningkat edema serebral)
- Tekanan - Monitor
intrakranial tanda/gejala
menurun peningkatan
- Kesadaran TIK (mis.
meningkat tekanan darah
meningkat,
tekanan nadi
melebar,
bradikardia,
pola napas
ireguler,
kesadaran
menurun)
- Monitor MAP
(mean arterial
pressure)
- Monitor CVP
( central venous
pressure), jika
perlu
- Monitor ICCP
(intracranial
pressure), jika
perlu
- Monitor
gelombang ICP
- Monitor status
pernafasan
- Monitor intake
dan output
cairan
- Minimalkan
stimulus
dengan
menyediakan
lingkungan
yang tenang
- Berikan posisi
semi fowler
- Cegah
terjadinya
kejang
- Pertahankan
suhu tubuh
normal
- Kolaborasi
pemberian
sedasi dan
antivulsulan,
jika perlu
Kolaborasi
pemberian
diuretik
osmosis, jika
perlu
Gangguan mobilitas Setelah dilakukan Dukungan ambulasi
fisik b/d penurunan tindakan keperawatan - Dentifikasi adanya
kekuatan otot selama 1x24 jam nyeri atau keluhan
ditandai dengan diharapkan mobilitas fisik lainnya
DS: - merasa cemas fisik meningkat dengan - Identifikasi toleransi
saat bergerak kriteria hasil: fisik melakukan
DO:- kekuatan otot - Pergerakan ambulasi
menurun ekstremitas - Monitor frekuensi
- fisik lemah meningkat jantung dan tekanan
- Kekuatan otot darah sebelum
meningkat memulai ambulasi
- Rentang gerak - Fasilitasimelakukan
(ROM) mobilitas fisik, jika
meningkat perlu
- Gerakan - Libatkan keluarga
terbatas untuk membantu
menurun pasien dalam
meningkatkan
ambulasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur ambulasi
- Anjurkan melakukan
ambulasi dini
Defisit perawatan Setelah dilakukan Dukungan perawatan
diri b/d gangguan tindakan keperawatan diri
neuromuskuler selama 1x24 jam - Identifikasi
ditandai dengan diharapkan perawatan kebiasaan aktivitas
DS: - diri meningkat dengan perawatan diri sesuai
DO: - tidak mampu kriteria hasil: usia
mandi/mengenakan - Kemampuan - Monitor tingkat
pakaian mandi kemandirian
meningkat - Identifikasi
- Kemampuan kebutuhan alat bantu
mengenakan kebersihan dri,
pakaian berpakaian, berhias,
meningkat dan makan
- Kemampuan - Sediakan lingkungan
makan yang terapeutik (mis.
meningkat suasana hangat,
- Kemampuan ke rileks, privasi)
toilet - Siapkan keperluan
(BAK/BAB) pribadi (mis. parfum,
meningkat sikat gigi, dan sabun
mandi)
- Dampingi dalam
melakukan
perawatan diri
sampai mandiri
- Fasilitasi untuk
menerima keadaan
ketergantungan
- Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan
Gangguan integritas Setelah dilakukan Perawatan
kulit/jaringan b/d tindakan keperawatan integritas kulit
penurunan mobilitas selama 1x24 jam - Identifikasi
ditandai dengan diharapkan integritas penyebab gangguan
DS: - kulit/jaringan integritas kulit (mis.
DO: - kerusakan meningkat dengan perubahan sirkulasi,
jaringan kriteria hasil: perubhan status
/lapisan kulit - Kerusakan nutrisi, penurunan
- hematoma jaringan kelembaban, suhu
menurun lingkungan ekstrem,
- Kerusakan penurunan mobilitas)
lapisan kulit - Ubah posisi tiap 2
menurun jam jika tirah baring
- Hematoma - Lakukan pemijatan
menurun pada area penonjolan
tulang, jka perlu
- Bersihan perineal
dengan air hangat,
terutama selama
perode diare
- Gunakan produk
berbahan
ringan/alami dan
hipoalergik pada
kulit sensitif
- Hindari produk
berbahan dasar
alkohol pada kulit
kering
- Anjurkan minum air
yang cukup
- Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
DAFTAR PUSTAKA

Aspriyani, Y. (2018). Penerapan Pengaruh Posisi Miring Kanan Kiri Untuk


Mengurangi Resiko Luka Tekan Pada Pasien Stroke Hemoragik Di Rs
Roemani Muhammadiyah Semarang (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Semarang).

SDKI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:


Dewan Pengurus Pusat.

SIKI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan


Pengurus Pusat.

SLKI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan


Pengurus Pusat

Suriana, N. L. P. A. P. (2018). Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien


Stroke Hemoragik Dengan Gangguan Ventilasi Spontan Di Ruang Hcu
Brsu Tabanan Tahun 2018 (Doctoral dissertation, Jurusan Keperawatan
2018).

Usrin, I. (2013). Pengaruh hipertensi terhadap kejadian stroke iskemik dan stroke
hemoragik di ruang Neurologi di Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN)
Bukittinggi tahun 2011. Kebijakan, Promosi Kesehatan dan
Biostatiskik, 2(2).
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn. S
DENGAN GANGGUAN PADA SISTEM SARAF
(HEMORAGIC STROKE)
DI RUANG ICU RUMAH SAKIT BENYAMIN GULUH KOLAKA

Nama: NURANI MA’RIFAT


NIM : 182432017

PRESEPTOR AKADEMIK PRESEPTOR KLINIK

( ) ( )

Anda mungkin juga menyukai