Anda di halaman 1dari 125

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MATERNITAS

DENGAN POST PARTUM SECTIO CAESAREA PADA DIAGNSA


CHEPALOPELVIC DISPROPORTION DI RUANG FLAMBOYAN RS
Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO

Disusun Oleh:

ANDRE IRWANTO

2111040052

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Definisi
Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin di lahirkan melalui
suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dalam keadan utuh serta berat
janin diatas 500 gram (Sarwo, 2019).

Sectio Caesarea adalah proses persalinan dengan melalui pembedahan dimana


irisan dilakukan di perut untuk mengeluarkan seorang bayi (Endang Purwoastuti dan
Siwi Walyani, 2018).

Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan
pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina atau suatu histerektomia
untuk janin dari dalam rahim (Bobak, 2016).

B. Etiologi
Menurut Nurarif dan Hardhi, 2017 operasi Sectio Caesarea dilakukan atas indikasi
sebagai berikut :

1. Indikasi yang berasal dari ibu


a. Cefalo Pelvik Disproportion (disproporsi janin/ panggul)
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak
sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat
melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa
tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui
oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan
kelainan atau panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses
persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan operasi.

b. Keracunan kehamilan yang parah


c. Preeklampsia
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan
oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan dan
infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian

d. Kehamilan yang disertai penyakit (jantung, DM)


e. Gangguan perjalanan persalinan (kista ovarium, mioma uteri dan sebagainya).
2. Indikasi yang berasal dari janin
a. Bayi yang terlalu besar (giant baby)
b. Sungsang dan lintang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan
kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Dikenal
beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki,
sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna.

c. Kelainan tali pusat dengan pembukaan kecil seperti prolapsus tali pusat d. Asites

Asites adalah kondisi penumpukan cairan di rongga peritonial atau area di antara
lapisan dalam perut dan organ tubuh di bagian dalam perut. Penyebabnya adalah
cedera pada sistem limfatik pusat akibat operasi atau trauma,malformasi limfatik
bawaan lahir,Penyakit sistemik atau infeksi, seperti tuberkulosis, sindrom bawaan
lahir, seperti Gorham-Stout, Noonan, atau sindrom Turner.

e. Hidrocefalus
f. Plasenta previa, solutio plasenta, plasenta accreta, dan vasa previa.
g. Kegagalan persalinan vakum atau forseps ekstraksi
h. Bayi kembar (multiple pregnancy).
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena kelahiran
kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran
satu bayi.

C. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis sectio caesarea menurut Doengoes, 2016 antara lain:
1. Pre eklampsia ringan
Tekanan darah 140/90 mmHg sampai 160/110 mmHg atau sistolik lebih dan atau
sama dengan peningkatan 30 mmHg, distolik lebih dan atau sama dengan
peningkatan 15 mmHg, proteinuria kurang dan 5 gram/24 jam (+1 sampai +2),
oedema tangan atau muka.

2. Pre eklamsia berat


Tekanan darah lebih dari 160/110 mmHg. Proteinuria lebih dan 5 gram (+3 sampai
+4) , oedema tangan atau muka

3. Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus


4. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea tidak banyak)
5. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800ml
6. Emosi labil/perubahan emosional dengan mengekspresikan ketidakmampuan
menghadapi situasi baru

7. Ketuban pecah dini


8. Bertambahnya frekuensi pada primigraviditas kehamilan ganda, hidromnion, dan
molahidatidosa

9. Bertambahnya, frekuensi dan makin tuanya kehamilan.


10. Sebab dapat terjadinya, perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dan
uterus

11. Sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.


D. Anatomi Fisiologis
1. Kulit

a. Lapisan Epidermis
Epidermis, lapisan luar, terutama terdiri dari epitel skuamosa bertingkat.Sel-sel
yang menyusunya secara berkesinambungan dibentuk oleh lapisan germinal
dalam epitel silindris dan mendatar ketika didorong oleh sel-sel baru kearah
permukaan, tempat kulit terkikis oleh gesekan. Lapisan luar terdiri dari keratin,
protein bertanduk, Jaringan ini tidak memiliki pembuluh darah dan sel-selnya
sangat rapat.

b. Lapisan Dermis
Dermis adalah lapisan yang terdiri dari kolagen jaringan fibrosa dan
elastin.Lapisan superfasial menonjol ke dalam epidermis berupa sejumlah
papilla kecil. Lapisan yang lebih dalam terletak pada jaringan subkutan dan
fasia, lapisan ini mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf.

b. Lapisan subkutan
Lapisan ini mengandung sejumlah sel lemak, berisi banyak pembuluh darah dan
ujung syaraf.Lapisan ini mengikat kulit secara longgar dengan organorgan yang
terdapat dibawahnya. Dalam hubungannya dengan tindakan SC, lapisan ini
adalah pengikat organ-organ yang ada di abdomen, khususnya uterus.Organ-
organ di abdomen dilindungi oleh selaput tipis yang disebut peritonium.Dalam
tindakan SC, sayatan dilakukan dari kulit lapisan terluar (epidermis) sampai
dinding uterus.

2. Fasia

Di bawah kulit fasia superfisialis dibagi menjadi lapisan lemak yang dangkal,
Camper's fasia, dan yang lebih dalam lapisan fibrosa. Fasia profunda terletak pada
otot-otot perut. menyatu dengan fasia profunda paha. Susunan ini membentuk
pesawat antara Scarpa's fasia dan perut dalam fasia membentang dari bagian atas
paha bagian atas perut. Di bawah lapisan terdalam otot, maka otot abdominis
transverses, terletak fasia transversalis. Para fasia transversalis dipisahkan dari
peritoneum parietalis oleh variabel lapisan lemak. Fascias adalah lembar jaringan
ikat atau mengikat bersama-sama meliputi struktur tubuh.

3. Otot perut
a. Otot dinding perut anterior dan lateral
Rectus abdominis meluas dari bagian depan margo costalis di atas dan pubis di
bagian bawah. Otot itu disilang oleh beberapa pita fibrosa dan berada didalam
selubung. Linea alba adalah pita jaringan yang membentang pada garis tengah
dari procecuss xiphodius sternum ke simpisis pubis, memisahkan kedua
musculus rectus abdominis. Obliquus externus, obliquus internus dan
transverses adalah otot pipih yang membentuk dinding abdomen pada bagian
samping dan depan (Siswosudarmo, dkk, 2018).

E. Patofisiologis
Adanya beberapa kelainan atau hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal atau spontan karena memiliki
beberapa indikasi dari ibu dan janin. Indikasi dari ibu misalnya Cefalo Pelvik
Disproportion (disproporsi janin/ panggul), Keracunan kehamilan yang parah,
Preeklampsia, Kehamilan yang disertai penyakit (jantung, DM), Gangguan perjalanan
persalinan (kista ovarium, mioma uteri dan sebagainya). Indikasi dari bayi di antaranya
bayi yang terlalu besar (giant baby), kelainan letak bayi seperti sungsang dan lintang,
kelainan tali pusat dengan pembukaan kecil seperti prolapsus tali pusat, asites,
hidrocefalus, terlilit tali pusat. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu
tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC).

Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan


pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah gangguan
mobilitas fisik. Sayatan pada perut dan rahim akan menimbulkan trauma jaringan dan
terputusnya inkontinensia jaringan, pembuluh darah, dan saraf disekitar daerah insisi.
Hal tersebut merangsang keluarnya histamin dan prostaglandin. histamin dan
prostaglandin ini akan menyebabkan nyeri pada daerah insisi. Rangsangan nyeri yang
dirasakan dapat menyebabkan munculnya masalah keperawatan nyeri akut. Di
lakukannya operasi caesar akan berpengaruh pada dua kondisi yaitu, Pertama, kondisi
yang dikarenakan pengaruh anastesi, luka akibat operasi dan masa nifas, anastesi akan
berpengaruh pada peristaltik usus, luka akibat operasi dan masa nifas, anastesi akan
berpengaruh pada peristaltik usus, otot pernafasan dan kons pengaturan mual dan tidak
nafsu makan yang akan meninmbulkan kekurangan asupan makanan sehingga timbul
masalah keperawatan risiko defisit nutrisi (Hutahaean, 2017).
F. Pathways

G. Komplikasi
Komplikasi yang biasanya muncul pada pasien post SC menurut Cunningham, 2016
antara lain:

1. Infeksi Puerpuralis
b. Ringan
Dengan kenaikan suhu beberapa hari saja.
c. Sedang
Dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai dehidrasi atau peru sedikit
kembung
d. Berat
Dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering kita jumpai pada partus
terlantar dimana sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartum karena ketuban yang
telah pecah terlalu lama.

2. Pendarahan disebabkan karena:


a. Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
b. Atonia Uteri
c. Pendarahan pada placenta bled
3. Luka pada kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
reperitonalisasi terlalu tinggi.

4. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut pada
dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura uteri.

Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan sesudah sectio caesarea klasik.

H. Penatalaksanaan Medis
Penatalakanaan yang diberikan pada pasien post SC menurut Prawirohardjo, 2017
diantaranya:

1. Penatalaksanaan secara medis


a. Analgesik diberikan setiap 3 – 4 jam atau bila diperlukan seperti Asam
Mefenamat, Ketorolak, Tramadol.

b. Pemberian tranfusi darah bila terjadi perdarahan partum yang hebat.


c. Pemberian antibiotik seperti Cefotaxim, Ceftriaxon dan lain-lain. Walaupun
pemberian antibiotika sesudah Sectio Caesaria efektif dapat dipersoalkan, namun
pada umumnya pemberiannya dianjurkan.

d. Pemberian cairan parenteral seperti Ringer Laktat dan NaCL.


2. Penatalaksanaan secara keperawatan
a. Periksa dan catat tanda – tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30
menit pada 4 jam kemudian.

b. Perdarahan dan urin harus dipantau secara ketat


c. Mobilisasi: Pada hari pertama setelah operasi penderita harus turun dari tempat
tidur dengan dibantu paling sedikit 2 kali. Pada hari kedua penderita sudah dapat
berjalan ke kamar mandi dengan bantuan.

d. Pemulangan: Jika tidak terdapat komplikasi penderita dapat dipulangkan pada


hari kelima setelah operasi.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pada pengkajian klien dengan Sectio Caesaria, data yang dapat ditemukan meliputi
distress janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps tali pust,
abrupsio plasenta dan plasenta previa.

a. Identitas atau biodata klien


Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register, dan
diagnosa keperawatan.

b. Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka jahitan, takut
bergerak.

c. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan dahulu:
Penyakit kronis atau menular dan menurun sepoerti jantung, hipertensi, DM,
TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.

2. Riwayat kesehatan sekarang:


Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatka cairan ketuban yang keluar
pervaginan secara sepontan kemudian tidak di ikuti tanda-tanda persalinan.

3. Riwayat kesehatan keluarga:


Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC,
penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada
klien.

d. Pola-pola fungsi kesehatan


1. pola persepsi dan tata leksana hidup sehat
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara
pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga kebersihan
tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya

2. Pola Nutrisi dan Metabolisme


Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari keinginan
untuk menyusui bayinya.

3. Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas
pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah, pada klien
nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.

4. Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering/susah kencing
selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari trigono, yang
menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena
penderita takut untuk melakukan BAB.

5. Istirahat dan tidur


Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena adanya
kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan

6. Pola hubungan dan peran


Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan orang
lain.

7. Pola penagulangan stress


Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
8. Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan dan nyeri
perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas primipara terjadi
kurangnya pengetahuan merawat bayinya

9. Pola persepsi dan konsep diri


Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih
menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri
antara lain dan body image dan ideal diri

10. Pola reproduksi dan social


Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi
dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas.
e. Pemeriksaan fisik
1. Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat adanya
cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan

2. Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid, karena adanya
proses menerang yang salah

3. Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva, dan
kadangkadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses persalinan
yang mengalami perdarahan, sklera kuning.

4. Telinga
Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya, adakah
cairan yang keluar dari telinga.

5. Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada postpartum kadang-kadang ditemukan
pernapasan cuping hidung

6. Dada
Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi areola mamae
dan papila mamae

7. Abdomen
Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri.
Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
8. Genitalia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat
pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan
menandakan adanya kelainan letak anak.

9. Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena rupture
10. Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena membesarnya uterus,
karenan preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.

11. Tanda-tanda vital


Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi cepat,
pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan luka insisi post SC
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik
3. Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi post SC

C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan luka insisi post
SC Tujuan : tidak terdapat nyeri Kriteria hasil :

a. Hilangnya nyeri setelah dilakukan tindakan, dibuktikan dengan pasien mengatakan


nyeri berkurang.

b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri


c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
e. Tanda-tanda vital dalam renatang normal

Batasan Karakteristik :

a. Mengeluh Nyeri
b. Tampak meringis
c. Bersikap protektif
d. Gelisah
e. Frekuensi nadi meningkat
f. Pola nafas berubah
Intervensi :

a. Tentukan karakteristik dan lokasi nyeri


b. Beri informasi mengenai penyebab nyeri
c. Kaji suhu dan nadi
d. Ajarkan teknik relaksasi
e. Kolaborasi pemberian analgetik

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan


kelemahan fisik Tujuan : Dapat beraktivitas tanpa
hambatan Kriteria hasil :

a. Individu akan mengidentifikasi faktor-faktor yang memperberat gangguan


aktivitas.

b. Mengidentifikasi metode untuk mengurangi gangguan aktvitas.


c. Mengalami kemajuan aktivitas.
d. Mempertahankan tekanan darah, nadi, dan pernapasan dalam rentang yang telah
ditentukan sebelumnya selama sakit.

Batasan Karakteristik :
a. Mengeluh sulit menggerakan
ektremitas
b. Kekuatan otot menurun

Intervensi:

a. Evaluasi respon klien terhadap aktivitas.


b. Ajarkan teknik mobilisasi sesuai indikasi.
c. Bantu klien dalam melakukan aktivitas.
d. Motivasi klien dalam mengikuti latihan ambulasi.
e. Kolaborasi dengan fisioterapi dalam latihan ambulasi.
3. Resiko Infeksi berhubungan dengan luka insisi post SC
Tujuan : Tidak terjadi infeksi pada luka Kriteria hasil :

a. Nyeri berkurang
b. Kemerahan berkurang
c. Kerusakan jaringan berkurang
d. Nekrosis tidak ada
e. Hematoma berkurang
Batasan karakteristik :
a. Penyakit kronis (Mis. DM)
b. Efek Prosedur op
c. Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan
Intervensi :
a. Berikan perawatan luka
b. Pertahankan teknik aseptik
c. Monitor tanda gejala infeksi
DAFTAR ISI

Bobak, L.J. (2018). Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4 (Terjemahan). Jakarta:
EGC.

Cunningham, G.R. (2016). Obstetri Williams, Edisi 21, Alih Bahasa: Andry Hartono dan
Joko Suyono. Jakarta: EGC.

Doengoes, M.E. (2016). Rencana Asuhan Keperawatan. Alih Bahasa I. Jakarta: EGC.

Endang Purwoastuti and Siwi Walyani. (2018). Asuhan Kebidanan kegawatdarurata


maternal dan Neonatal. Yogyakarta : Pustaka Baru

Hutahaean, S. (2017). Asuhan Keperawatan dalam Maternitas dan Ginekologi. Jakarta:


Trans Info Media.

Nurarif, Amin Huda, Hardhi Kusuma. (2017). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Jakarta : Medication.

Prawirohardjo, S. (2017). Ilmu Kebidanan. Editor Prof. dr. Hanifa Wiknjosastro, SpOG.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sarwo. (2019). Kehamilan, persainan dan gangguan kehamilan. Jakarta : EGC

Siswosudarmo, dkk. (2018). Obstetric Fisiologi. Yogyakarta : Pustaka Cendikiawan


ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA NY. T
DENGAN POST SC (SECTIO CAESAREA) INDIKASI RIWAYAT CPD DI RUANG
FLAMBOYAN RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO

Disusun oleh :
ANDRE IRWANTO
2111040052

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2021/2022
FORMAT PENGKAJIAN POSTPARTUM
Nama Mahasiswa : Andre Irwanto Tanggal Pengkajian : 2 – 12 – 2021
NIM : 2111040052 Ruangan/RS : Flamboyan/RSMS

I. Biodata Klien
Inisial Klien : Ny. T Inisial Klien : Tn. H
Usia : 37thn Usia : 38 thn
Status Perkawinan : Menikah Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh
Pendidikan Terakhir : SD Pendidikan Terakhir : SD

Keluhan Utama :
Klien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi

Keluhan Tambahan :
Klien mengatakan lemas, greges.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit terdahulu

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien post SC dengan indikasi CPD, G3P2A0 usia 37 tahun hamil 37 minggu 2 hari,
saat dilakukan pengkajian hari ke 0 pasien mengatakan nyeri pada luka SC dengan
skala 7, pasien belum bisa bergerak dari tempat tidur karena nyeri, pasien mengatakan
badannya greges (meriang), Akral hangat, KU : CM, TD : 108/67 mmHg, N : 80x/m,
S : 37 C, RR : 18x/m.

Riwayat Penyakit Keluarga :


Klien mengatakan keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit kronik

Riwayat Kehamilan dan persalinan yang lalu :


Pengalaman menyusui : Pasien mengatakan pernah, Menyusui anak pertama dan
keduanya.

Riwayat Kehamilan saat ini :


Berapa Kali Periksa Hami : 10x periksa
Masalah Kehamilan : klien mengatakan tidak ada msalah saat sedang hamil
Riwayat Persalinan :
1. Jenis Persalinan : SC a/I CPD Tgl/ Jam : 02 Desember 2021 pukul 08.00 WIB
2. Jenis Kelamin : Laki-laki, BBL : 2.800 gram, P : 47 cm, A/S : 10
Perdarahan : 130 cc
Riwayat Ginekologi : Siklus menstruasi 28 hari
Riwayat KB : -

II. Data Umum Kesehatan Saat ini


Status Obstetri : P2 A0 Bayi rawat pisah
Keadaan umum : Baik Kesadaran : Compos mentis BB ; 64 Kg , TB ;155 cm
TTV : TD 108/67 mmHg Nadi : 80 RR : 18x/menit S: 37o C, SpO2 98%
Kepala-Leher
Kepala : Bentuk Simetris, Tidak ada benjolan, tidak ada luka, Rambut bersih
Mata : Bentuk Simetris, konjungtiva anemis, sklera unikterik
Hidung : Bentuk Simetris, Tidak ada lesi atau luka, Tidak ada polip
Mulut : Bentuk Simetris , tidak ada lesi atau luka, mukosa mulut lembab
Telinga : Bentuk Simetris, tidak ada lesi, tidak ada benjolan, pendengaran normal
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan yang muncul
Dada
Jantung : bunyi jantung normal
Paru : vesikuler
Payudara : Payudara Simetris, tidak ada luka, tidak ada benjolan
Putting Susu : Aerrola hiperpigmentasi, Aninverted
Penyaluran ASI : Pasien rawat pisah dengan anaknya
Kemampuan Menyusui : Pasien mengatakan asinya keluar namun sedikit
Masalah Keperawatan : Menyusui tidak efektif
Abdomen
Strie Gravidarum : Terdapat Strie Gravidarum
Linea Nigra : terdapat Linea Nigra
Fundus Uterus : setinggi pusat
Peristaltik usus : 12x/menit
Kandung Kemih : pasien terpasang Drain Cateter
Kondisi Luka SC : Luka tertutup balutan, balutan tidak rembes.
Masalah Keperawatan : Risiko Infeksi
Perineum dan genital
Vagina : intregitas kulit tidak ada , edema tidak ada,memar tidak
Hematom : Tidak ada
Perenium : Utuh
Pengkajian REEDA : 0
Kebersihan perenium : baik
Lochea : Ada, 180cc, konsistensi cair, bauk has dan berwarna merah segar
Hemoroid : Tidak ada

Ekstermitas
Homan Sign : +
Ekstermitas Atas : Tidak ada Edema ,tidak ada kesemutan, terpasang infus RL
Ekstermitas bawah : Tidak ada, tidak ada varises
Reflek patella : +
Masalah Keperawatan : Tidak ada
Eliminasi
Urin : Terpasang DC, 500cc
BAB : Kebiasaan BAB sehari 1x, saat ini sudah BAB 1x
Masalah Khusus : Tidak ada
Istirahat dan Kenyamanan
Pola tidur : Kebiasaan tidur,lama 8 jam,frekuensi tidur nyenyak
Pola tidur saat ini : 6 jam sering terbangun
Mobilisasi dan latihan
Tingkat mobilisasi : Klien belum bisa menggerakan tubuh dengan lancar karena
masih terpengaruh oleh obat anestesi
Latihan/senam : Klien belum melakukan mobilisasi
Masalah Khusus : Gangguan Mobilitas Fisik
Nutrisi dan Cairan
Asupan nutrisi : Nafsu makan baik
Asupan Cairan : Cairan cukup
Masalah Khusus : Tidak ada
Keadaan Mental
Adaptasi psikologis : Pasien dalam fase taking in
Penerimaan terhadap bayi : Pasien mengatakan bersyukur telah melahirkan
anaknya walau dirawat terpisah
Masalah Khusus : Tidak ada

Obat-Obat yang digunakan :


No Hari/Tanggal Nama Obat Dosis Waktu Pemberian
Instruksi
1 2 Desember 2021 Inj. Keterolac 30 mg 14.00
2 2 Desember 2021 Inj. Cefixime 100 mg 14.00
3 2 Desember 2021 Parasetamol 500 mg 14.00
4 3 Desember 2021 Inj. Cefriaxone 1 gr 14.00
5 3 Desember 2021 Metronidazole 500 mg 14.00
6 3 Desember 2021 Asam mefenamat 500 mg 14.00
7 3 Desember 2021 Dopamed 500 mg 14.00
8 4 Desember 2021 Inj. Keterolac 10 mg 09.00
9 4 Desember 2021 Asam mefenamat 500 mg 09.00
10 4 Desember 2021 Adfer 1 tablet 09.00
11 4 Desember 2021 Dopamed 500 mg 10.00

Pemeriksaan penunjang pada tanggal 3/12/2021

No Jenis pemeriksaan Hasil Indikasi


1. Hemoglobin 11,6 L
2. Hematokrit 33 L
3. MCV 87, N
4. MCH 30,5 N
5. RDW 12.5 N
6. MPV 10.8 N
7. Eritrosit 3,80 N
8. Leukosit 10.960 N
9. Segmen 77,5 H
10. Limsofit 15,7 L
11. Neurofil 78.2 H

III. Rangkuman Hasil Pengkajian


Masalah : Pasien post SC dengan indikasi CPD, G3P2A0 usia 37 tahun hamil 37
minggu 2 hari, saat dilakukan pengkajian hari ke 0 pasien mengatakan nyeri pada
luka SC dengan skala 7, pasien belum bisa bergerak dari tempat tidur karena nyeri,
pasien mengatakan badannya greges (meriang), Akral hangat, KU : CM, TD : 108/67
mmHg, N : 80x/m, S : 37 C, RR : 18x/m, Pasien mengatakan ASInya hanya keluar
sedikit, Pasien rawat terpisah denga bayinya.

Perencanaan pulang : Tanggal 5 Desember 2021

ANALISA DATA
No Data Focus Etiologi Masalah
1 DS : Nyeri Akut Gangguan
• Pasien mengatakan nyeri Mobilitas fisik
pada luka operasi
• Pasien mengatakan nyeri
ketika bergerak atau
bergeser

DO :
• Pasien nampak meringis
• terdapat jaitan SC dibagian
perut bagian bawah sekitar
15 cm
• TD : 108/67 mmHg, N :
80x/m, S : 37 C, RR :
18x/m.
• P : Nyeri pada luka SC
• Q : Seperti tersayat
• R : Abdomen bawah
• S:7
• T : Setiap saat
• Pasien terlihat bedrest
2 DS : Tidak Rawat Menyusui Tidak
• Pasien mengatakan Asinya gabung Efektif
sudah keluar namun sedikit
DO :
• Puting ibu aninverted
• Pasien rawat terpisah
dengan bayinya
3 DS: Luka insisi SC Risiko infeksi
• Pasien mengatakan perih di
sekitar jahitan.
• Pasien mengatakan
badannya greges dan tidak
enak badan
DO:
• Pasien terlihat pucat
• Akral hangat
• Suhu : 37 C
• Terdapat luka SC
• Luka terlihat kering
IV. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan mobilitas fisik b.d Nyeri Akut
2. Risiko infeksi b.d Luka insisi SC
3. Menyusui tidak efektif b.d Tidak Rawat Gabung
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny. T Usia : 37 Tahun
Status Obsterti : G3P2A0 Tgl Pengkajian : 3 Desember 2021
Tanggal Persalinan : 3 Desember 2021

No Dx SLKI SIKI
Kep
1. Setelah dilakukan tindakan Dukungan mobilisasi (I.05173)
keperawatan selama 3x24 jam Observasi :
Gangguan mobilitas fisik bisa teratasi • Identifikasi adanya nyeri atau
dengan kreteria hasil : keluhan fisik lain.
Mobilitas fisik (L.05042) Terapeutik :
Indicator awal target • Libatkan keluarga untuk membantu
Nyeri 2 4 dalam meningkatkan pergerakan
Gerakan terbatas 2 4 • Ajarkan nafas dalam ketika terasa
Ket : nyeri
1 : Meningkat Edukasi :
2 : Cukup meningkat • Ajarkan untuk melakukan mobilitasi
3 : Sedang sederhana seperti duduk ditempat
4 : Cukup menurun tidur, atau miring kanan dan kiri.
5 : Menurun Kolaborasi :
• Kolaborasikan pemberian analgesik
2. Setelah dilakukan tindakan Pencegahan infeksi (I.14539)
keperawatan selama 3x24 jam risiko Observasi :
infeksi bisa teratasi dengan kreteria • Monitor tanda dan gejala infeksi
hasil : Terapeutik :
Tingkat Infeksi (L.14137) • Berikan perawatan pada luka SC
Indicator awal target Edukasi :
Demam 2 4 • Ajarkan untuk meningkatkan asupan
Nyeri 2 4 nutrisi agar untuk proses
Ket : penyembuhan luka
1 : Meningkat Kolaborasi
2 : Cukup meningkat • Kolaborasikan pemberian obat
3 : Sedang antibiotik
4 : Cukup menurun
5 : Menurun
3. Setelah dilakukan tindakan Edukasi Menyusui (I.12393)
keperawatan selama 3x24 jam Observasi :
Menyusui tidak efektf bisa teratasi • Identifikasi kesiapan menerima
dengan kreteria hasil : informasi
Status Menyusui (L.03029) Terapeutik :
Indikator A T • Lakukan pemberian breshcare
Pelekatan bayi pada 1 4 Edukasi :
payudara ibu • Ajarkan perawatan payudara post
Kemampuan ibu 1 4 partum (memerah ASI).
memposisikan dengan
benar

Ket :
1. Menurun
2. Cukup Menurun
3. Sedang
4. Cukup Meningkat
5. Meningkat
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Jlien : Ny. T Usia : 37 Tahun
Status Obsterti : P2A0 Tgl Pengkajian : 3 Desember 2021
Tanggal Persalinan : 3 Desember 2021

No Tgl/jam Implementasi Keperawatan Respon Klien Paraf


Dx
1. 2/12/ 2021 - Melakukan Identifikasi DS : Andre
21.00 adanya nyeri atau keluhan - Pasien mengatakan
WIB fisik lain. nyeri luka oprasi SC
- Libatkan keluarga untuk - Pasien mengatakan
membantu dalam nyeri ketika bergerak
meningkatkan pergerakan DO :
- mengajarkan nafas dalam - Pasien nampak
ketika terasa nyeri meringis
- mengajarkan untuk - terdapat jaitan SC
melakukan mobilitasi dibagian perut bagian
sederhana seperti duduk bawah sekitar 15 cm
ditempat tidur, atau - TD : 108/67 mmHg,
miring kanan dan kiri. N : 80x/m, S : 37 C,
RR : 18x/m.
- P : Nyeri pada luka
SC
- Q : Seperti tersayat
- R : Abdomen bawah
- S : 7 (berat)
- T : Setiap saat
- Pasien terlihat
meringis ketika
bergeser tempat
- Pasien terlihat bedrest
2. 2/12/2021 - memonitor tanda dan DS: Andre
21.00 gejala infeksi - Pasien mengatakan
WIB - melakukan perawatan perih di sekitar
pada luka SC jahitan.
- mengajarkan untuk - Pasien mengatakan
meningkatkan asupan badannya greges dan
nutrisi agar untuk proses tidak enak badan
penyembuhan luka DO:
- memberikan terapi obat - Pasien terlihat pucat
antibiotik : - Akral hangat
- PCT 500 mg - Suhu : 37 C
- Terdapat luka SC
- Luka terlihat kering
3 2/12/2021 - mengidentifikasi kesiapan DS : Andre
21.00 menerima informasi - Pasien mengatakan
WIB - melakukan pemberian Asinya sudah keluar
breshcare namun sedikit
DO :
- Puting ibu aninverted
- Pasien rawat terpisah
dengan bayinya
1. 3/12/2021 - Mengajarkan teknik nafas DS : Andre
21.00 dalam - Pasien mengatakan
WIB - Memberikan terapi nyeri luka oprasi SC
farmakologi : berkurang
- Inj. Keterolak 30 mg DO :
- melibatkan keluarga - Pasien tidak meringis
untuk membantu dalam - terdapat jaitan SC
meningkatkan pergerakan dibagian perut bagian
bawah sekitar 15 cm
- TD : 140/50 mmHg,
N : 57x/m, S : 36,5 C,
RR : 20x/m.
- Skala Nyeri 5
(sedang)
- Pasien terlihat sudah
dapat duduk di tempat
tidur
2. 3/12/2021 - Memonitor tanda dan DS : Andre
21.00 gejala infeksi - Pasien mengatakan
WIB - Melakukan perawatan nyeri berkurang
luka SC DO :
- Memberikan terapi obat : - Luka terlihat bersih
- Inj. Cefixime 100 mg dan kering
- Inj. Cefriaxone 1 gr - Suhu 36,5 C, TD :
- Metronidazole 500 mg 140/50 mmHg, N : 57
x/m, RR : 20x/m
3 3/12/2021 - melakukan pemberian DS : Andre
21.00 breshcare - Pasien mengatakan
WIB - mengajarkan perawatan Asinya sudah keluar
payudara post partum namun sedikit
(memerah ASI). DO :
- Puting ibu aninverted
- Pasien rawat terpisah
dengan bayinya
- Pasien sudah dapat
memerah ASI
1 4/12/2021 - Memberikan terapi DS : Andre
14.00 farmakologi : - Pasien mengatakan
WIB - Inj. Keterolak 30 mg nyeri luka oprasi SC
- Mengajarkan berjlan berkurang
sedikit demi sedikit DO :
- Pasien tidak meringis
- terdapat jaitan SC
dibagian perut bagian
bawah sekitar 15 cm
- TD : 124/60 mmHg,
N : 67x/m, S : 36 C,
RR : 19x/m.
- Skala Nyeri 4
(sedang)
- Pasien sudah dapat
berjalan
2 4/12/2021 - Memonitor tanda dan DS : Andre
14.00 gejala infeksi - Pasien mengatakan
WIB - Mengganti balutan luka nyeri berkurang
SC dengan anti air DO :
- Memberikan terapi obat : - Luka terlihat bersih
- Inj. Cefixime 100 mg dan kering
- Inj. Cefriaxone 1 gr - TD : 124/60 mmHg,
- Metronidazole 500 mg N : 67x/m, S : 36 C,
RR : 19x/m.
3 4/12/2021 - mengajarkan perawatan DS : Andre
14.00 payudara post partum - Pasien mengatakan
WIB (memerah ASI). Asinya sudah keluar
namun sedikit
DO :
- Puting ibu aninverted
- Pasien rawat terpisah
dengan bayinya
- Pasien sudah
menyusui anaknya
diruang perina
EVALUASI KEPERAWATAN

No Tgl/Jam Catatan Perkembangan Paraf


DX
1 2/12/ 2021 S: Andre
21.00 WIB - Pasien mengatakan nyeri luka oprasi SC
- Pasien mengatakan nyeri ketika bergerak
O:
- Pasien nampak meringis
- terdapat jaitan SC dibagian perut bagian bawah sekitar
15 cm
- TD : 108/67 mmHg, N : 80x/m, S : 37 C, RR : 18x/m.
- P : Nyeri pada luka SC
- Q : Seperti tersayat
- R : Abdomen bawah
- S : 7 (berat)
- T : Setiap saat
- Pasien terlihat meringis ketika bergeser tempat
- Pasien terlihat bedrest

A : Gangguan mobilitas fisik belum teratasi


Indicator Awal Target Akhir
Nyeri 2 4 2
Gerakan terbatas 2 4 2

P : Lanjutkan Intervensi
- Mengajarkan teknik nafas dalam
- Memberikan terapi farmakologi :
- Inj. Keterolak 30 mg
- melibatkan keluarga untuk membantu dalam
meningkatkan pergerakan
2. 2/12/2021 S: Andre
21.00 WIB - Pasien mengatakan perih di sekitar jahitan.
- Pasien mengatakan badannya greges dan tidak enak
badan
O:
- Pasien terlihat pucat
- Akral hangat
- Suhu : 37 C
- Terdapat luka SC
- Luka terlihat kering
A : Resiko Infeksi belum teratasi
Indicator Awal Target Akhir
Demam 2 4 2
Nyeri 2 4 2

P : Lanjutkan intervensi
- Memonitor tanda dan gejala infeksi
- Melakukan perawatan luka SC
- Memberikan terapi obat :
- Inj. Cefixime 100 mg
- Inj. Cefriaxone 1 gr
- Metronidazole 500 mg
3 2/12/2021/ S: Andre
21.00 WIB - Pasien mengatakan Asinya sudah keluar namun sedikit
O:
- Puting ibu aninverted
- Pasien rawat terpisah dengan bayinya

A : Menyusui tidak efektif belum teratasi


Indikator Awal Target Akhir
Pelekatan bayi pada payudara ibu 1 4 1
Kemampuan ibu memposisikan 1 4 1
dengan benar

P : Lanjutkan Intervensi :
- Lakukan pemberian breshcare
- Ajarkan perawatan payudara post partum (memerah
ASI).
1 3/12/2021 S: Andre
21.00 WIB - Pasien mengatakan nyeri luka oprasi SC berkurang
O:
- Pasien tidak meringis
- terdapat jaitan SC dibagian perut bagian bawah sekitar
15 cm
- TD : 140/50 mmHg, N : 57x/m, S : 36,5 C, RR :
20x/m.
- Skala Nyeri 5 (sedang)
- Pasien terlihat sudah dapat duduk di tempat tidur
A : Gangguan mobilitas fisik teratasi sebagian
Indicator Awal Target Akhir
Nyeri 2 4 3
Gerakan Terbatas 2 4 3

P : Lanjutkan Intervensi
- Memberikan terapi farmakologi :
- Inj. Keterolak 30 mg
- Mengajarkan berjlan sedikit demi sedikit
2. 3/12/ 2021 S: Andre
21.00 WIB - Pasien mengatakan nyeri berkurang
O:
- Luka terlihat bersih dan kering
- Suhu 36,5 C, TD : 140/50 mmHg, N : 57 x/m, RR :
20x/m

A : Resiko Infeksi teratasi sebagian


Indicator Awal Target Akhir
Demam 2 4 4
Nyeri 2 4 3

P : Lanjutkan intervensi
- Memonitor tanda dan gejala infeksi
- Mengganti balutan luka SC dengan anti air
- Memberikan terapi obat :
- Inj. Cefixime 100 mg
- Inj. Cefriaxone 1 gr
- Metronidazole 500 mg
3 3/12/2021 S: Andre
21.00 WIB - Pasien mengatakan Asinya sudah keluar namun sedikit
O:
- Puting ibu aninverted
- Pasien rawat terpisah dengan bayinya
- Pasien sudah dapat memerah ASI
A : Menyusui tidak efektif teratasi sebagian
Indikator Awal Target Akhir
Pelekatan bayi pada payudara ibu 1 4 2
Kemampuan ibu memposisikan 1 4 4
dengan benar
P : Lanjutkan Intervensi :
- Ajarkan perawatan payudara post partum (memerah
ASI).

1 4/12/2021 S: Andre
14.00 WIB - Pasien mengatakan nyeri luka oprasi SC berkurang
O:
- Pasien tidak meringis
- terdapat jaitan SC dibagian perut bagian bawah sekitar
15 cm
- TD : 124/60 mmHg, N : 67x/m, S : 36 C, RR : 19x/m.
- Skala Nyeri 4 (sedang)
- Pasien sudah dapat berjalan

A : Gangguan mobilitas fisik teratasi sebagian


indikator A T A
nyeri 2 4 3
Gerakan terbatas 2 4 4

P : Hentikan Intervensi pasien pulang


2 4/12/2021 S: Andre
14.00 WIB - Pasien mengatakan nyeri berkurang
O:
- Luka terlihat bersih dan kering
- TD : 124/60 mmHg, N : 67x/m, S : 36 C, RR : 19x/m.

A : Resiko Infeksi Teratasi sebagian


indikator A T A
Demam 2 4 4
Nyeri 2 4 3
P : Hentikan intervensi pasien pulang
3 4/12/2021 S: Andre
14.00 WIB - Pasien mengatakan Asinya sudah keluar namun sedikit
O:
- Puting ibu aninverted
- Pasien rawat terpisah dengan bayinya
- Pasien sudah menyusui anaknya diruang perina
A : Menyusui tidak efektif teratasi sebagian
Indikator Awal Target Akhir
Pelekatan bayi pada payudara ibu 1 4 3
Kemampuan ibu memposisikan 1 4 4
dengan benar
P : Hentikan Intervensi, pasien pulang
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MATERNITAS
DENGAN POST PARTUM SECTIO CAESAREA PADA INDIKASI
HIPERTENSI KRONIS DI RUANG FLAMBOYAN RS Prof. Dr.
MARGONO SOEKARJO

Disusun Oleh:

ANDRE IRWANTO

2111040052

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Definisi
Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin di lahirkan melalui
suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dalam keadan utuh serta berat
janin diatas 500 gram (Sarwo, 2019).

Sectio Caesarea adalah proses persalinan dengan melalui pembedahan dimana


irisan dilakukan di perut untuk mengeluarkan seorang bayi (Endang Purwoastuti dan
Siwi Walyani, 2018).

Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan
pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina atau suatu histerektomia
untuk janin dari dalam rahim (Bobak, 2016).

B. Etiologi
Menurut Nurarif dan Hardhi, 2017 operasi Sectio Caesarea dilakukan atas indikasi
sebagai berikut :

1. Indikasi yang berasal dari ibu


a. Hipertensi Kronis
Hipertensi yang timbul sebelum usia kehamilan 20 minggu atau hipertesi yang
pertama kali didiagnosa setelah umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap
sampai 12 minggu pascapersalinan. Hipertensi kronis merupakan penyakit yang
menetap dengan penyebab apapun dan sdah diderita sebelum kehamilan atau
timbul sebelum minggu ke-20 tanpa adanya mola hidatidosa atau perubahan molar
yang luas atau hipertensi yang menetap selama 6 minggu postpartum.
b. Keracunan kehamilan yang parah
c. Preeklampsia
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan
oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan dan
infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian

d. Kehamilan yang disertai penyakit (jantung, DM)


e. Gangguan perjalanan persalinan (kista ovarium, mioma uteri dan sebagainya).
2. Indikasi yang berasal dari janin
a. Bayi yang terlalu besar (giant baby)
b. Sungsang dan lintang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan
kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Dikenal
beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki,
sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna.

c. Kelainan tali pusat dengan pembukaan kecil seperti prolapsus tali pusat d. Asites

Asites adalah kondisi penumpukan cairan di rongga peritonial atau area di antara
lapisan dalam perut dan organ tubuh di bagian dalam perut. Penyebabnya adalah
cedera pada sistem limfatik pusat akibat operasi atau trauma,malformasi limfatik
bawaan lahir,Penyakit sistemik atau infeksi, seperti tuberkulosis, sindrom bawaan
lahir, seperti Gorham-Stout, Noonan, atau sindrom Turner.

e. Hidrocefalus
f. Plasenta previa, solutio plasenta, plasenta accreta, dan vasa previa.
g. Kegagalan persalinan vakum atau forseps ekstraksi
h. Bayi kembar (multiple pregnancy).
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena kelahiran
kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran
satu bayi.

C. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis sectio caesarea menurut Doengoes, 2016 antara lain:
1. Pre eklampsia ringan
Tekanan darah 140/90 mmHg sampai 160/110 mmHg atau sistolik lebih dan atau
sama dengan peningkatan 30 mmHg, distolik lebih dan atau sama dengan
peningkatan 15 mmHg, proteinuria kurang dan 5 gram/24 jam (+1 sampai +2),
oedema tangan atau muka.

2. Pre eklamsia berat


Tekanan darah lebih dari 160/110 mmHg. Proteinuria lebih dan 5 gram (+3 sampai
+4) , oedema tangan atau muka

3. Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus


4. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea tidak banyak)
5. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800ml
6. Emosi labil/perubahan emosional dengan mengekspresikan ketidakmampuan
menghadapi situasi baru

7. Ketuban pecah dini


8. Bertambahnya frekuensi pada primigraviditas kehamilan ganda, hidromnion, dan
molahidatidosa

9. Bertambahnya, frekuensi dan makin tuanya kehamilan.


10. Sebab dapat terjadinya, perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dan
uterus

11. Sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.


D. Anatomi Fisiologis
1. Kulit

a. Lapisan Epidermis
Epidermis, lapisan luar, terutama terdiri dari epitel skuamosa bertingkat.Sel-sel
yang menyusunya secara berkesinambungan dibentuk oleh lapisan germinal
dalam epitel silindris dan mendatar ketika didorong oleh sel-sel baru kearah
permukaan, tempat kulit terkikis oleh gesekan. Lapisan luar terdiri dari keratin,
protein bertanduk, Jaringan ini tidak memiliki pembuluh darah dan sel-selnya
sangat rapat.

b. Lapisan Dermis
Dermis adalah lapisan yang terdiri dari kolagen jaringan fibrosa dan
elastin.Lapisan superfasial menonjol ke dalam epidermis berupa sejumlah
papilla kecil. Lapisan yang lebih dalam terletak pada jaringan subkutan dan
fasia, lapisan ini mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf.

b. Lapisan subkutan
Lapisan ini mengandung sejumlah sel lemak, berisi banyak pembuluh darah dan
ujung syaraf.Lapisan ini mengikat kulit secara longgar dengan organorgan yang
terdapat dibawahnya. Dalam hubungannya dengan tindakan SC, lapisan ini
adalah pengikat organ-organ yang ada di abdomen, khususnya uterus.Organ-
organ di abdomen dilindungi oleh selaput tipis yang disebut peritonium.Dalam
tindakan SC, sayatan dilakukan dari kulit lapisan terluar (epidermis) sampai
dinding uterus.

2. Fasia

Di bawah kulit fasia superfisialis dibagi menjadi lapisan lemak yang dangkal,
Camper's fasia, dan yang lebih dalam lapisan fibrosa. Fasia profunda terletak pada
otot-otot perut. menyatu dengan fasia profunda paha. Susunan ini membentuk
pesawat antara Scarpa's fasia dan perut dalam fasia membentang dari bagian atas
paha bagian atas perut. Di bawah lapisan terdalam otot, maka otot abdominis
transverses, terletak fasia transversalis. Para fasia transversalis dipisahkan dari
peritoneum parietalis oleh variabel lapisan lemak. Fascias adalah lembar jaringan
ikat atau mengikat bersama-sama meliputi struktur tubuh.

3. Otot perut
a. Otot dinding perut anterior dan lateral
Rectus abdominis meluas dari bagian depan margo costalis di atas dan pubis di
bagian bawah. Otot itu disilang oleh beberapa pita fibrosa dan berada didalam
selubung. Linea alba adalah pita jaringan yang membentang pada garis tengah
dari procecuss xiphodius sternum ke simpisis pubis, memisahkan kedua
musculus rectus abdominis. Obliquus externus, obliquus internus dan
transverses adalah otot pipih yang membentuk dinding abdomen pada bagian
samping dan depan (Siswosudarmo, dkk, 2018).

E. Patofisiologis
Adanya beberapa kelainan atau hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal atau spontan karena memiliki
beberapa indikasi dari ibu dan janin. Indikasi dari ibu misalnya Hipertensi Kronis,
Cefalo Pelvik Disproportion (disproporsi janin/ panggul), Keracunan kehamilan yang
parah, Preeklampsia, Kehamilan yang disertai penyakit (jantung, DM), Gangguan
perjalanan persalinan (kista ovarium, mioma uteri dan sebagainya). Indikasi dari bayi
di antaranya bayi yang terlalu besar (giant baby), kelainan letak bayi seperti sungsang
dan lintang, kelainan tali pusat dengan pembukaan kecil seperti prolapsus tali pusat,
asites, hidrocefalus, terlilit tali pusat. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu
tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC).

Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan


pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah gangguan
mobilitas fisik. Sayatan pada perut dan rahim akan menimbulkan trauma jaringan dan
terputusnya inkontinensia jaringan, pembuluh darah, dan saraf disekitar daerah insisi.
Hal tersebut merangsang keluarnya histamin dan prostaglandin. histamin dan
prostaglandin ini akan menyebabkan nyeri pada daerah insisi. Rangsangan nyeri yang
dirasakan dapat menyebabkan munculnya masalah keperawatan nyeri akut. Di
lakukannya operasi caesar akan berpengaruh pada dua kondisi yaitu, Pertama, kondisi
yang dikarenakan pengaruh anastesi, luka akibat operasi dan masa nifas, anastesi akan
berpengaruh pada peristaltik usus, luka akibat operasi dan masa nifas, anastesi akan
berpengaruh pada peristaltik usus, otot pernafasan dan kons pengaturan mual dan tidak
nafsu makan yang akan meninmbulkan kekurangan asupan makanan sehingga timbul
masalah keperawatan risiko defisit nutrisi (Hutahaean, 2017).
F. Pathways

G. Komplikasi
Komplikasi yang biasanya muncul pada pasien post SC menurut Cunningham, 2016
antara lain:

1. Infeksi Puerpuralis
b. Ringan
Dengan kenaikan suhu beberapa hari saja.
c. Sedang
Dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai dehidrasi atau peru sedikit
kembung

d. Berat
Dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering kita jumpai pada partus
terlantar dimana sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartum karena ketuban yang
telah pecah terlalu lama.

2. Pendarahan disebabkan karena:


a. Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
b. Atonia Uteri
c. Pendarahan pada placenta bled
3. Luka pada kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
reperitonalisasi terlalu tinggi.

4. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut pada
dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura uteri.

Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan sesudah sectio caesarea klasik.

H. Penatalaksanaan Medis
Penatalakanaan yang diberikan pada pasien post SC menurut Prawirohardjo, 2017
diantaranya:

1. Penatalaksanaan secara medis


a. Analgesik diberikan setiap 3 – 4 jam atau bila diperlukan seperti Asam
Mefenamat, Ketorolak, Tramadol.

b. Pemberian tranfusi darah bila terjadi perdarahan partum yang hebat.


c. Pemberian antibiotik seperti Cefotaxim, Ceftriaxon dan lain-lain. Walaupun
pemberian antibiotika sesudah Sectio Caesaria efektif dapat dipersoalkan, namun
pada umumnya pemberiannya dianjurkan.

d. Pemberian cairan parenteral seperti Ringer Laktat dan NaCL.


2. Penatalaksanaan secara keperawatan
a. Periksa dan catat tanda – tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30
menit pada 4 jam kemudian.

b. Perdarahan dan urin harus dipantau secara ketat


c. Mobilisasi: Pada hari pertama setelah operasi penderita harus turun dari tempat
tidur dengan dibantu paling sedikit 2 kali. Pada hari kedua penderita sudah dapat
berjalan ke kamar mandi dengan bantuan.

d. Pemulangan: Jika tidak terdapat komplikasi penderita dapat dipulangkan pada


hari kelima setelah operasi.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pada pengkajian klien dengan Sectio Caesaria, data yang dapat ditemukan meliputi
distress janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps tali pust,
abrupsio plasenta dan plasenta previa.

a. Identitas atau biodata klien


Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register, dan
diagnosa keperawatan.

b. Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka jahitan, takut
bergerak.

c. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan dahulu:
Penyakit kronis atau menular dan menurun sepoerti jantung, hipertensi, DM,
TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.

2. Riwayat kesehatan sekarang:


Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatka cairan ketuban yang keluar
pervaginan secara sepontan kemudian tidak di ikuti tanda-tanda persalinan.

3. Riwayat kesehatan keluarga:


Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC,
penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada
klien.

d. Pola-pola fungsi kesehatan


1. pola persepsi dan tata leksana hidup sehat
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara
pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga kebersihan
tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya

2. Pola Nutrisi dan Metabolisme


Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari keinginan
untuk menyusui bayinya.

3. Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas
pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah, pada klien
nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.

4. Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering/susah kencing
selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari trigono, yang
menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena
penderita takut untuk melakukan BAB.

5. Istirahat dan tidur


Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena adanya
kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan

6. Pola hubungan dan peran


Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan orang
lain.

7. Pola penagulangan stress


Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
8. Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan dan nyeri
perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas primipara terjadi
kurangnya pengetahuan merawat bayinya

9. Pola persepsi dan konsep diri


Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih
menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri
antara lain dan body image dan ideal diri

10. Pola reproduksi dan social


Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi
dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas.
e. Pemeriksaan fisik
1. Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat adanya
cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan

2. Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid, karena adanya
proses menerang yang salah

3. Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva, dan
kadangkadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses persalinan
yang mengalami perdarahan, sklera kuning.

4. Telinga
Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya, adakah
cairan yang keluar dari telinga.

5. Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada postpartum kadang-kadang ditemukan
pernapasan cuping hidung

6. Dada
Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi areola mamae
dan papila mamae

7. Abdomen
Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri.
Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
8. Genitalia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat
pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan
menandakan adanya kelainan letak anak.

9. Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena rupture
10. Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena membesarnya uterus,
karenan preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.

11. Tanda-tanda vital


Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi cepat,
pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan luka insisi post SC
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik
3. Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi post SC

C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan luka insisi post
SC Tujuan : tidak terdapat nyeri Kriteria hasil :

a. Hilangnya nyeri setelah dilakukan tindakan, dibuktikan dengan pasien mengatakan


nyeri berkurang.

b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri


c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
e. Tanda-tanda vital dalam renatang normal

Batasan Karakteristik :

a. Mengeluh Nyeri
b. Tampak meringis
c. Bersikap protektif
d. Gelisah
e. Frekuensi nadi meningkat
f. Pola nafas berubah
Intervensi :

a. Tentukan karakteristik dan lokasi nyeri


b. Beri informasi mengenai penyebab nyeri
c. Kaji suhu dan nadi
d. Ajarkan teknik relaksasi
e. Kolaborasi pemberian analgetik

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan


kelemahan fisik Tujuan : Dapat beraktivitas tanpa
hambatan Kriteria hasil :

a. Individu akan mengidentifikasi faktor-faktor yang memperberat gangguan


aktivitas.

b. Mengidentifikasi metode untuk mengurangi gangguan aktvitas.


c. Mengalami kemajuan aktivitas.
d. Mempertahankan tekanan darah, nadi, dan pernapasan dalam rentang yang telah
ditentukan sebelumnya selama sakit.

Batasan Karakteristik :
a. Mengeluh sulit menggerakan
ektremitas
b. Kekuatan otot menurun

Intervensi:

a. Evaluasi respon klien terhadap aktivitas.


b. Ajarkan teknik mobilisasi sesuai indikasi.
c. Bantu klien dalam melakukan aktivitas.
d. Motivasi klien dalam mengikuti latihan ambulasi.
e. Kolaborasi dengan fisioterapi dalam latihan ambulasi.
3. Resiko Infeksi berhubungan dengan luka insisi post SC
Tujuan : Tidak terjadi infeksi pada luka Kriteria hasil :

a. Nyeri berkurang
b. Kemerahan berkurang
c. Kerusakan jaringan berkurang
d. Nekrosis tidak ada
e. Hematoma berkurang
Batasan karakteristik :
a. Penyakit kronis (Mis. DM)
b. Efek Prosedur op
c. Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan
Intervensi :
a. Berikan perawatan luka
b. Pertahankan teknik aseptik
c. Monitor tanda gejala infeksi
DAFTAR ISI

Bobak, L.J. (2018). Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4 (Terjemahan). Jakarta:
EGC.

Cunningham, G.R. (2016). Obstetri Williams, Edisi 21, Alih Bahasa: Andry Hartono dan
Joko Suyono. Jakarta: EGC.

Doengoes, M.E. (2016). Rencana Asuhan Keperawatan. Alih Bahasa I. Jakarta: EGC.

Endang Purwoastuti and Siwi Walyani. (2018). Asuhan Kebidanan kegawatdarurata


maternal dan Neonatal. Yogyakarta : Pustaka Baru

Hutahaean, S. (2017). Asuhan Keperawatan dalam Maternitas dan Ginekologi. Jakarta:


Trans Info Media.

Nurarif, Amin Huda, Hardhi Kusuma. (2017). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Jakarta : Medication.

Prawirohardjo, S. (2017). Ilmu Kebidanan. Editor Prof. dr. Hanifa Wiknjosastro, SpOG.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sarwo. (2019). Kehamilan, persainan dan gangguan kehamilan. Jakarta : EGC

Siswosudarmo, dkk. (2018). Obstetric Fisiologi. Yogyakarta : Pustaka Cendikiawan


ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA NY. T
DENGAN POST SC (SECTIO CAESAREA) INDIKASI HIPERTENSI KRONIS DI
RUANG FLAMBOYAN RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO

Disusun oleh :
ANDRE IRWANTO
2111040052

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2021/2022
FORMAT PENGKAJIAN POSTPARTUM
Nama Mahasiswa : Andre Irwanto Tanggal Pengkajian : 9 – 12 – 2021
NIM : 2111040052 Ruangan/RS : Flamboyan/RSMS

I. Biodata Klien
Inisial Klien : Ny. L Inisial Klien : Tn. S
Usia : 31thn Usia : 37 thn
Status Perkawinan : Menikah Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Guru Pekerjaan : Swasta
Pendidikan Terakhir : Sarjana Pendidikan Terakhir : SMK

Keluhan Utama :
Klien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi

Keluhan Tambahan :
Klien mengatakan lemas, Nyeri ketika bergerak.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Klien mengatakan waktu hamil pertama tidak memiliki keluhan hipertensi dan
melahirkan dengan spontan.

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien post SC dengan indikasi HT Kronis, G2P1A0 usia 31 tahun hamil 36 minggu,
saat dilakukan pengkajian hari ke 0 pasien mengatakan nyeri pada luka SC dengan
skala 7, pasien belum bisa bergerak dari tempat tidur karena nyeri, pasien mengatakan
ASI belum keluar, Akral hangat, KU : CM, TD : 126/80 mmHg, N : 89x/m, S : 36,40
C, RR : 19x/m.

Riwayat Penyakit Keluarga :


Klien mengatakan keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit HT kronik

Riwayat Kehamilan dan persalinan yang lalu :


Pengalaman menyusui : Pasien mengatakan pernah, Menyusui anak pertama selama 2
tahun

Riwayat Kehamilan saat ini :


Berapa Kali Periksa Hamil : 8x periksa
Masalah Kehamilan : klien mengatakan tidak ada msalah saat sedang hamil
Riwayat Persalinan :
1. Jenis Persalinan : SC a/I HT Kronis Tgl/ Jam : 9 Desember 2021 pukul 11.30
WIB
2. Jenis Kelamin : Laki-laki, BBL : 2.400 gram, P : 47 cm, A/S : 10
Perdarahan : 130 cc
Riwayat Ginekologi : -
Riwayat KB : Pil KB

II. Data Umum Kesehatan Saat ini


Status Obstetri : P1 A0 Bayi rawat pisah
Keadaan umum : Baik Kesadaran : Compos mentis BB ; 71 Kg , TB ;155 cm
TTV : TD 126/80 mmHg Nadi : 89 RR : 19x/menit S: 36,40o C, SpO2 98%
Kepala-Leher
Kepala : Bentuk Simetris, Tidak ada benjolan, tidak ada luka, Rambut bersih
Mata : Bentuk Simetris, konjungtiva anemis, sklera unikterik
Hidung : Bentuk Simetris, Tidak ada lesi atau luka, Tidak ada polip
Mulut : Bentuk Simetris , tidak ada lesi atau luka, mukosa mulut lembab
Telinga : Bentuk Simetris, tidak ada lesi, tidak ada benjolan, pendengaran normal
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan yang muncul
Dada
Jantung : bunyi jantung normal
Paru : vesikuler
Payudara : Payudara Simetris, tidak ada luka, tidak ada benjolan
Putting Susu : Aerrola hiperpigmentasi, Aninverted
Penyaluran ASI : Pasien rawat pisah dengan anaknya
Kemampuan Menyusui : Pasien mengatakan asinya belum keluar
Masalah Keperawatan : Menyusui tidak efektif
Abdomen
Strie Gravidarum : Terdapat Strie Gravidarum
Linea Nigra : terdapat Linea Nigra
Fundus Uterus : setinggi pusat
Peristaltik usus : 12x/menit
Kandung Kemih : pasien terpasang Drain Cateter
Kondisi Luka SC : Luka tertutup balutan, balutan tidak rembes.
Masalah Keperawatan : Risiko Infeksi
Perineum dan genital
Vagina : intregitas kulit tidak ada , edema tidak ada,memar tidak
Hematom : Tidak ada
Perenium : Utuh
Pengkajian REEDA : 0
Kebersihan perenium : baik
Lochea : Ada, 70cc, konsistensi cair, bauk has dan berwarna merah segar
Hemoroid : Tidak ada

Ekstermitas
Homan Sign : +
Ekstermitas Atas : Tidak ada Edema ,tidak ada kesemutan, terpasang infus RL
Ekstermitas bawah : Tidak ada, tidak ada varises
Reflek patella : +
Masalah Keperawatan : Tidak ada
Eliminasi
Urin : Terpasang DC, 500cc
BAB : Kebiasaan BAB sehari 1x
Masalah Khusus : Tidak ada
Istirahat dan Kenyamanan
Pola tidur : Kebiasaan tidur,lama 8 jam,frekuensi tidur nyenyak
Pola tidur saat ini : 6 jam sering terbangun
Mobilisasi dan latihan
Tingkat mobilisasi : Klien mengatakan nyeri ketika bergerak
Latihan/senam : Klien belum melakukan mobilisasi
Masalah Khusus : Gangguan Mobilitas Fisik
Nutrisi dan Cairan
Asupan nutrisi : Nafsu makan baik
Asupan Cairan : Cairan cukup
Masalah Khusus : Tidak ada
Keadaan Mental
Adaptasi psikologis : Pasien dalam fase taking in
Penerimaan terhadap bayi : Pasien mengatakan sedih karena rawat pisah namun
juga senang karena telah melahirkan anaknya
Masalah Khusus : Tidak ada

Obat-Obat yang digunakan :


No Hari/Tanggal Nama Obat Dosis Waktu Pemberian
Instruksi
1 9 Desember 2021 RL Drip Oxy 500 mg 14.00
2 9 Desember 2021 Asam mefenamat 500 mg 14.00
3 9 Desember 2021 Inj. Cefriaxone 1 gr 14.00
4 10 Desember 2021 Metronidazole 500 mg 14.00
5 10 Desember 2021 Asam mefenamat 500 mg 14.00
6 10 Desember 2021 Dopamed 500 mg 14.00
7 11 Desember 2021 Inj. Keterolac 10 mg 09.00
8 11 Desember 2021 Asam mefenamat 500 mg 09.00
9 11 Desember 2021 Adfer 1 tablet 09.00
10 11 Desember 2021 Dopamed 500 mg 10.00

Pemeriksaan penunjang pada tanggal 9/12/2021

No Jenis pemeriksaan Hasil Indikasi


1. Hemoglobin 10,7 L
2. Hematokrit 32 L
3. MCV 88,9 N
4. MCH 29,6 N
5. RDW 14,6 H
6. MPV 10.2 N
7. Eritrosit 3,61 L
8. Leukosit 23.380 H
9. Segmen 85,5 H
10. Trombosit 256.000 N
11. Neurofil 86,9 H

III. Rangkuman Hasil Pengkajian


Masalah :
Pasien post SC dengan indikasi HT Kronis, G2P1A0 usia 31 tahun hamil 36 minggu,
saat dilakukan pengkajian hari ke 0 pasien mengatakan nyeri pada luka SC dengan
skala 7, pasien belum bisa bergerak dari tempat tidur karena nyeri, pasien mengatakan
ASI belum keluar, Akral hangat, KU : CM, TD : 126/80 mmHg, N : 89x/m, S : 36,40
C, RR : 19x/m.

Perencanaan pulang : Tanggal 11 Desember 2021

ANALISA DATA
No Data Focus Etiologi Masalah
1 DS : Nyeri Akut Gangguan
• Pasien mengatakan nyeri Mobilitas fisik
pada luka operasi
• Pasien mengatakan nyeri
ketika bergerak atau
bergeser

DO :
• Pasien nampak meringis
• terdapat jaitan SC dibagian
perut bagian bawah sekitar
15 cm
• TD : 126/80 mmHg, N :
89x/m, S : 36,40 C, RR :
19x/m.
• P : Nyeri pada luka SC
• Q : Seperti tersayat
• R : Abdomen bawah
• S:7
• T : Setiap saat
• Pasien terlihat bedrest
2 DS : Tidak Rawat Menyusui Tidak
• Pasien mengatakan Asinya gabung Efektif
tidak keluar
DO :
• Puting ibu aninverted
• Pasien rawat terpisah
dengan bayinya
3 DS: Luka insisi SC Risiko infeksi
• Pasien mengatakan nyeri di
luka
DO:
• Akral hangat
• Terdapat luka SC
• Balutan tidak rembes

IV. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan mobilitas fisik b.d Nyeri Akut
2. Risiko infeksi b.d Luka insisi SC
3. Menyusui tidak efektif b.d Tidak Rawat Gabung
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny. L Usia : 31 Tahun
Status Obsterti : G2P1A0 Tgl Pengkajian : 9 Desember 2021
Tanggal Persalinan : 9 Desember 2021

No Dx SLKI SIKI
Kep
1. Setelah dilakukan tindakan Dukungan mobilisasi (I.05173)
keperawatan selama 3x24 jam Observasi :
Gangguan mobilitas fisik bisa teratasi • Identifikasi adanya nyeri atau
dengan kreteria hasil : keluhan fisik lain.
Mobilitas fisik (L.05042) Terapeutik :
Indicator awal target • Libatkan keluarga untuk membantu
Nyeri 2 4 dalam meningkatkan pergerakan
Gerakan terbatas 2 4 • Ajarkan nafas dalam ketika terasa
Ket : nyeri
1 : Meningkat Edukasi :
2 : Cukup meningkat • Ajarkan untuk melakukan mobilitasi
3 : Sedang sederhana seperti duduk ditempat
4 : Cukup menurun tidur, atau miring kanan dan kiri.
5 : Menurun Kolaborasi :
• Kolaborasikan pemberian analgesik
2. Setelah dilakukan tindakan Pencegahan infeksi (I.14539)
keperawatan selama 3x24 jam risiko Observasi :
infeksi bisa teratasi dengan kreteria • Monitor tanda dan gejala infeksi
hasil : Terapeutik :
Integritas Kulit (L.14125) • Berikan perawatan pada luka SC
Indicator awal target Edukasi :
Kerusakan 2 4 • Ajarkan untuk meningkatkan asupan
jaringan nutrisi agar untuk proses
Nyeri 2 4 penyembuhan luka
Ket : Kolaborasi
1 : Meningkat • Kolaborasikan pemberian obat
2 : Cukup meningkat antibiotik
3 : Sedang
4 : Cukup menurun
5 : Menurun
3. Setelah dilakukan tindakan Edukasi Menyusui (I.12393)
keperawatan selama 3x24 jam Observasi :
Menyusui tidak efektf bisa teratasi • Identifikasi kesiapan menerima
dengan kreteria hasil : informasi
Status Menyusui (L.03029) Edukasi :
Indikator A T • Ajarkan perawatan payudara post
Pelekatan bayi pada 1 4 partum (memerah ASI).
payudara ibu
Kemampuan ibu 1 4
memposisikan dengan
benar

Ket :
1. Menurun
2. Cukup Menurun
3. Sedang
4. Cukup Meningkat
5. Meningkat
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Jlien : Ny. L Usia : 31 Tahun
Status Obsterti : P1A0 Tgl Pengkajian : 9 Desember 2021
Tanggal Persalinan : 9 Desember 2021

No Tgl/jam Implementasi Keperawatan Respon Klien Paraf


Dx
1. 9/12/ 2021 - Melakukan Identifikasi DS : Andre
14.00 WIB adanya nyeri atau keluhan - Pasien mengatakan
fisik lain. nyeri luka oprasi SC
- Libatkan keluarga untuk - Pasien mengatakan
membantu dalam nyeri ketika bergerak
meningkatkan pergerakan DO :
- mengajarkan nafas dalam - Pasien nampak
ketika terasa nyeri meringis
- mengajarkan untuk - terdapat jaitan SC
melakukan mobilitasi dibagian perut bagian
sederhana seperti duduk bawah sekitar 15 cm
ditempat tidur, atau - TD : 126/80 mmHg,
miring kanan dan kiri. N : 89x/m, S : 36,40
C, RR : 19x/m.
- P : Nyeri pada luka
SC
- Q : Seperti tersayat
- R : Abdomen bawah
- S : 7 (berat)
- T : Setiap saat
- Pasien terlihat
meringis ketika
bergeser tempat
- Pasien terlihat bedrest
2. 9/12/2021 - memonitor tanda dan DS: Andre
14.00 WIB gejala infeksi - Pasien mengatakan
- melakukan perawatan nyeri pd luka
pada luka SC DO:
- mengajarkan untuk - Pasien terlihat pucat
meningkatkan asupan - Terdapat luka SC
nutrisi agar untuk proses - Balutan tidak rembes
penyembuhan luka
3 9/12/2021 - mengidentifikasi kesiapan DS : Andre
14.00 WIB menerima informasi - Pasien mengatakan
Asinya belum keluar
DO :
- Puting ibu aninverted
- Pasien rawat terpisah
dengan bayinya
1. 10/12/2021 - Mengajarkan teknik nafas DS : Andre
14.00 WIB dalam - Pasien mengatakan
- Memberikan terapi nyeri luka oprasi SC
farmakologi : berkurang
- Inj. Keterolak 30 mg DO :
- melibatkan keluarga - Pasien tidak meringis
untuk membantu dalam - terdapat jaitan SC
meningkatkan pergerakan dibagian perut bagian
bawah sekitar 15 cm
- TD : 99/65 mmHg, N
: 84x/m, S : 36,4 C,
RR : 20x/m.
- Skala Nyeri 5
(sedang)
- Pasien terlihat sudah
dapat duduk di kursi
2. 10/12/2021 - Memonitor tanda dan DS : Andre
14.00 WIB gejala infeksi - Pasien mengatakan
- Melakukan perawatan nyeri berkurang
luka SC DO :
- Memberikan terapi obat : - Luka terlihat bersih
- Inj. Cefixime 100 mg dan kering
- Inj. Cefriaxone 1 gr - Suhu 36,4 C, TD :
- Metronidazole 500 mg 99/65 mmHg, N : 84
x/m, RR : 20x/m
3 10/12/2021 - mengajarkan perawatan DS : Andre
14.00 WIB payudara post partum - Pasien mengatakan
(memerah ASI). Asinya belum keluar
DO :
- Puting ibu aninverted
- Pasien rawat terpisah
dengan bayinya
1 11/12/2021 - Memberikan terapi DS : Andre
21.00 WIB farmakologi : - Pasien mengatakan
- Inj. Keterolak 30 mg nyeri luka oprasi SC
- Mengajarkan berjlan berkurang
sedikit demi sedikit DO :
- Pasien tidak meringis
- terdapat jaitan SC
dibagian perut bagian
bawah sekitar 15 cm
- TD : 110/66 mmHg,
N : 85x/m, S : 36,5 C,
RR : 20x/m.
- Skala Nyeri 4
(sedang)
- Pasien sudah dapat
berjalan
2 11/12/2021 - Memonitor tanda dan DS : Andre
21.00 WIB gejala infeksi - Pasien mengatakan
- Mengganti balutan luka nyeri berkurang
SC dengan anti air DO :
- Memberikan terapi obat : - Luka terlihat bersih
- Inj. Cefixime 100 mg dan kering
- Inj. Cefriaxone 1 gr - TD : 110/66 mmHg,
- Metronidazole 500 mg N : 85x/m, S : 36,5 C,
RR : 20x/m.
3 11/12/2021 - mengajarkan perawatan DS : Andre
21.00 WIB payudara post partum - Pasien mengatakan
(memerah ASI). Asinya sudah keluar
DO :
- Puting ibu aninverted
- Pasien rawat terpisah
dengan bayinya
EVALUASI KEPERAWATAN

No Tgl/Jam Catatan Perkembangan Paraf


DX
1 9/12/ 2021 S: Andre
14.00 WIB - Pasien mengatakan nyeri luka oprasi SC
- Pasien mengatakan nyeri ketika bergerak
O:
- Pasien nampak meringis
- terdapat jaitan SC dibagian perut bagian bawah sekitar
15 cm
- TD : 126/80 mmHg, N : 89x/m, S : 36,40 C, RR :
19x/m.
- P : Nyeri pada luka SC
- Q : Seperti tersayat
- R : Abdomen bawah
- S : 7 (berat)
- T : Setiap saat
- Pasien terlihat meringis ketika bergeser tempat
- Pasien terlihat bedrest

A : Gangguan mobilitas fisik belum teratasi


Indicator Awal Target Akhir
Nyeri 2 4 2
Gerakan terbatas 2 4 2

P : Lanjutkan Intervensi
- Mengajarkan teknik nafas dalam
- Memberikan terapi farmakologi :
- Inj. Keterolak 30 mg
- melibatkan keluarga untuk membantu dalam
meningkatkan pergerakan
2. 9/12/2021 S: Andre
14.00 WIB - Pasien mengatakan perih di sekitar jahitan.
O:
- Akral hangat
- Terdapat luka SC
- Balutan tdak rembes

A : Resiko Infeksi belum teratasi


Indicator Awal Target Akhir
Kerusakan jaringan 2 4 2
Nyeri 2 4 2

P : Lanjutkan intervensi
- Memonitor tanda dan gejala infeksi
- Melakukan perawatan luka SC
- Memberikan terapi obat :
- Inj. Cefixime 100 mg
- Inj. Cefriaxone 1 gr
- Metronidazole 500 mg
3 9/12/2021/ S: Andre
14.00 WIB - Pasien mengatakan Asinya belum keluar
O:
- Puting ibu aninverted
- Pasien rawat terpisah dengan bayinya

A : Menyusui tidak efektif belum teratasi


Indikator Awal Target Akhir
Pelekatan bayi pada payudara ibu 1 4 1
Kemampuan ibu memposisikan 1 4 1
dengan benar

P : Lanjutkan Intervensi :
- Ajarkan perawatan payudara post partum (memerah
ASI).
1 10/12/2021 S: Andre
14.00 WIB - Pasien mengatakan nyeri luka oprasi SC berkurang
O:
- Pasien tidak meringis
- terdapat jaitan SC dibagian perut bagian bawah sekitar
15 cm
- TD : 99/65 mmHg, N : 84x/m, S : 36,4 C, RR : 20x/m.
- Skala Nyeri 5 (sedang)
- Pasien terlihat sudah dapat duduk di kursi

A : Gangguan mobilitas fisik teratasi sebagian


Indicator Awal Target Akhir
Nyeri 2 4 3
Gerakan Terbatas 2 4 3
P : Lanjutkan Intervensi
- Memberikan terapi farmakologi :
- Inj. Keterolak 30 mg
- Mengajarkan berjlan sedikit demi sedikit
2. 10/12/ 2021 S: Andre
14.00 WIB - Pasien mengatakan nyeri berkurang
O:
- Luka terlihat bersih dan kering
- TD : 99/65 mmHg, N : 84x/m, S : 36,4 C, RR : 20x/m.
A : Resiko Infeksi teratasi sebagian
Indicator Awal Target Akhir
Kerusakan jaringan 2 4 4
Nyeri 2 4 3

P : Lanjutkan intervensi
- Memonitor tanda dan gejala infeksi
- Mengganti balutan luka SC dengan anti air
- Memberikan terapi obat :
- Inj. Cefixime 100 mg
- Inj. Cefriaxone 1 gr
- Metronidazole 500 mg
3 10/12/2021 S: Andre
14.00 WIB - Pasien mengatakan Asinya belum keluar
O:
- Puting ibu aninverted
- Pasien rawat terpisah dengan bayinya

A : Menyusui tidak efektif belum teratasi


Indikator Awal Target Akhir
Pelekatan bayi pada payudara ibu 1 4 1
Kemampuan ibu memposisikan 1 4 1
dengan benar

P : Lanjutkan Intervensi :
- Ajarkan perawatan payudara post partum (memerah
ASI).
1 11/12/2021 S: Andre
21.00 WIB - Pasien mengatakan nyeri luka oprasi SC berkurang
O:
- Pasien tidak meringis
- terdapat jaitan SC dibagian perut bagian bawah sekitar
15 cm
- TD : 110/66 mmHg, N : 85x/m, S : 36,5 C, RR :
20x/m.
- Skala Nyeri 4 (sedang)
- Pasien sudah dapat berjalan

A : Gangguan mobilitas fisik teratasi sebagian


indikator A T A
nyeri 2 4 3
Gerakan terbatas 2 4 4

P : Hentikan Intervensi pasien pulang


2 11/12/2021 S: Andre
21.00 WIB - Pasien mengatakan nyeri berkurang
O:
- Luka terlihat bersih dan kering
- TD : 110/66 mmHg, N : 85x/m, S : 36,5 C, RR :
20x/m..

A : Resiko Infeksi Teratasi sebagian


indikator A T A
Kerusakan jaringan 2 4 4
Nyeri 2 4 3
P : Hentikan intervensi pasien pulang
3 11/12/2021 S: Andre
21.00 WIB - Pasien mengatakan Asinya sudah keluar
O:
- Puting ibu aninverted
- Pasien rawat terpisah dengan bayinya
- Pasien sudah menyusui anaknya diruang perina
A : Menyusui tidak efektif teratasi
Indikator Awal Target Akhir
Pelekatan bayi pada payudara ibu 1 4 4
Kemampuan ibu memposisikan 1 4 4
dengan benar
P : Hentikan Intervensi, pasien pulang
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MATERNITAS DENGAN
KETUBAHN PECAH DINI DI RUANG VK RS Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO

Disusun Oleh:

ANDRE IRWANTO

2111040052

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2021/2022
A. PENGERTIAN
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya
melahirkan/sebelum partus, pada pembukaan < 4 cm (fase laten). Hal ini dapat terJadi
pada akhir kehamilan maupun Jauh sebelum waktunya melahirkan (Nugraha, 2010).
Ketuban pecah dini adalah pecahnyaketuban sebelum terdapattanda persalinan dan
ditunggu satu jam belum di mulainya tanda persalinan (Manuaba,2001).
KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang
memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.
KPD merupakan komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan kurang bulan, dan
mempunyai kontribusi yang besar pada anaka kematian perinatal pada bayi yang kurang
bulan. Pengelolaan KPD pada kehamilan kurang dari 34 minggu sangat komplek,
bertujuan untuk menghilangkan kemunhgkinan terjadinya prematuritas dan RDS
(Respiration Dystress Syndrome)(Nurahman, 2010).
Pecahnya ketuban sebelumwaktunya melahirkan atau sebelum inpartu, pada
pembukaan < 4 cm (masalaten). Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun
jauh sebelumwaktunya melahirkan.Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya/
rupturnya selaput amnionsebelum dimulainya persalinan yang sebenarnya atau
pecahnya selaputamnion sebelum usia kehamilannya mencapai 37 minggu dengan atau
tanpakontraksi (Mitayani, 2011).
Ketuban pecah dini didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelumwaktunya
melahirkan, hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauhsebelum waktunya
melahirkan (Sujiyati, 2009).

B. ETIOLOGI
Ketuban pecah dini biasanya menyebabkan persalinan premature alias
bayiterpaksa dilahirkan sebelum waktunya. Air ketuban pecah lebih awal
bisadisebabkan oleh beberapa hal, seperti yang disampaikan oleh Geri Morgan(2009)
yaitu:
1. Infeksi rahim, leher rahim, atau vagina
2. Pemicu umum ketuban pecah dini adalah:
a. Persalinan premature
b. Korioamnionitis terjadi dua kali sebanyak KPD
c. Malposisi atau malpresentasi janin
3. Faktor yang mengakibatkan kerusakan serviks
a. Pemakaian alat-alat pada serviks sebelumnya (misalnya aborsiterapeutik,
LEEP, dan sebagainya)
b. Peningkatan paritas yang memungkinkan kerusakan serviks selama pelahiran
sebelumnya
c. Inkompeteni serviks
4. Riwayat KPD sebelumnya sebanyak dua kali atau lebih
5. Faktor-faktor yang berhubungan dengan berat badan ibu
a. Kelebihan berat badan sebelum kehamilan
b. Penambahan berat badan sebelum kehamilan
6. Merokok selama kehamilan
7. Usia ibu yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang kuatdaripada ibu
muda
8. Riwayat hubungan seksual baru-baru ini.

C. PATOFISIOLOGI
Infeksi dan inflamasi dapat menyebabkan ketuban pecah dini
denganmenginduksi kontraksi uterus dan atau kelemahan fokal kulit ketuban.Banyak
mikroorganisme servikovaginal, menghasilkan fosfolipid C yangdapat meningkatkan
konsentrasi secara lokal asam arakidonat, dan lebihlanjut menyebabkan pelepasan
PGE2 dan PGF2 alfa dan selanjutnyamenyebabkan kontraksi miometrium. Pada infeksi
juga dihasilkan produksekresi akibat aktivitas monosit/ makrofag, yaitu sitokrin,
interleukin 1, faktornekrosis tumor dan interleukin 6. Platelet activating factor yang
diproduksioleh paru-paru janin dan ginjal janin yang ditemukan dalam cairan
amnion,secara sinergis juga mengaktifasi pembentukan sitokin. Endotoksin yangmasuk
ke dalam cairan amnion juga akan merangsang sel-sel desidua untukmemproduksi
sitokin dan kemudian prostaglandin yang menyebabkan dimulainya persalinan.
Adanya kelemahan lokal atau perubahan kulit ketuban adalah mekanismelain
terjadinya ketuban pecah dini akibat infeksi dan inflamasi. Enzim bakterial dan atau
produk host yang disekresikan sebagai respon untuk infeksidapat menyebabkan
kelemahan dan rupture kulit ketuban. Banyak floraservikoginal komensal dan
patogenik mempunyai kemampuan memproduksi protease dan kolagenase yang
menurunkan kekuatan tenaga kulit ketuban. Elastase leukosit polimorfonuklear secara
spesifik dapat memecah kolagentipe III pada manusia, membuktikan bahwa infiltrasi
leukosit pada kulitketuban yang terjadi karena kolonisasi bakteri atau infeksi
dapatmenyebabkan pengurangan kolagen tipe III dan menyebabkan ketuban pecah dini.
Enzim hidrolitik lain, termasuk katepsin B, katepsin N, kolagenase
yangdihasilkan netrofil dan makrofag, nampaknya melemahkan kulit ketuban .
Selinflamasi manusia juga menguraikan aktifator plasminogen yang mengubah
plasminogen menjadi plasmin potensial, potensial menjadi penyebab ketuban pecah
dini.
D. TANDA DAN GEJALA
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melaluivagina,
aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak,mungkin cairan tersebut
masih merembes atau menetes dengan ciri pucat dan bergaris warna darah, cairan ini
tidak akan berhenti atau kering karena terusdiproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila
duduk atau berdiri, kepala janin yangsudah terletak di bawah biasanya “mengganjal
“atau menyambut kebocoran untuk sementara.
Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin
bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi (Sujiyatini,2009).

E. PATHWAY

F. PENATAKSANAAN
1. Pencegahan
a. Obati infeksi gonokokus, klamidi, dan vaginosis bacterial
b. Diskusikan pengaruh merokok selama kehamilan dan dukung
untukmengurangi atau berhenti.
c. Motivasi untuk menambah berat badan yang cukup selama hamil
d. Anjurkan pasangan agar menghentikan koitus pada trisemester akhir bila ada
faktor predisposisi.
2. Panduan mengantisipasi: jelaskan pasien yang memiliki riwayat berikutini saat
prenatal bahwa mereka harus segera melapor bila ketuban peccah.
3. Kondisi yang menyebabkan ketuban pecah dapat mengakibatkan prolapstali pusat:
a. Letak kepala selain vertex
b. Polihidramnion
c. Herpes aktif
d. Riwayat infeksi streptokus beta hemolitiukus sebelumnya.
4. Bila ketuban telah pecah
a. Anjurkan pengkajian secara saksama. Upayakan mengetahui waktuterjadinya
pecahnya ketuban
b. Bila robekan ketuban tampak kasar:
1) Saat pasien berbaring terlentang, tekan fundus untuk melihatadanya
semburan cairan dari vagina.
2) Basahai kapas asupan dengan cairan dan lakukan pulasan padaslide
untuk mengkaji ferning di bawah mikroskop.
3) Sebagian cairan diusapkan ke kertas Nitrazene. Bila positif,
pertimbangkan uji diagnostik bila pasien sebelumnya tidakmelakukan
hubungan seksual tidak ada perdarahan dan tidakdilakukan
pemeriksaan pervagina menggunakan jeli K-Y.
c. Bila pecah ketuban dan/ atau tanda kemungkinan infeksi tidak jelas,lakukan
pemeriksaan pekulum steril
1) Kaji nilai bishop serviks (lihat Nilai Bishop)
2) Lakukan kultur serviks hanya bila ada tanda infeksi
3) Dapatkan spesimen cairan lain dengan lidi kapas steril yangdipulaskan
pada slide untuk mengkaji ferning di bawahmikroskop
d. Bila usia gestasi kurang dari 37 minggu atau pasien terjangkitHerpes Tipe 2,
rujuk ke dokter.
5. Penatalaksanaan konservatifa.
a. Kebanyakan persalinan dimulai dalam 24-72 jam setelah ketuban pecah.
b. Kemungkinan infeksi berkurang bila tidak ada alat yang dimasukan kevagina,
kecuali spekulum steril, jangan melakukan pemeriksaanvagina.
c. Saat menunggu, tetap pantau pasien dengan ketat.
1) Ukur suhu tubuh empat kali sehari; bila suhu meningkat
secarasignifikan, dan/ atau mencapai 38 C, berikan macam
antibiotikdan pelahiran harus diselesaikan.
2) Observasi rabas vagina: bau menyengat, purulen atau
tampakkekuningan menunjukan adanya infeksi.
3) Catat bila ada nyeri tekan dan iritabilitas uterus serta laporkan
perubahan apa pun.
6. Penatalaksaan agresifa.
a. Jel prostaglandin atau misoprostol (meskipun tidak disetujui
penggunaannya) dapat diberikan setelah konsultasi dengan dokter
b. Mungkin dibutuhkan rangkaian induksi pitocin bila serviks tidak berespons
c. Beberapa ahli menunggu 12 jam untuk terjadinya persalinan. Bilatidak ada
tanda, mulai pemberian pitocin
d. Berikan cairan per IV, pantau janin
e. Peningkatan resiko seksio sesaria bila induksi tidak efektif.
f. Bila pengambilan keputusan bergantung pada kelayakan serviksuntuk
diindikasi, kaji nilai bishop setelah pemeriksaan spekulum.Bila diputuskan
untuk menunggu persalinan, tidak ada lagi pemeriksaan yang dilakukan, baik
manipulasi dengan tanganmaupun spekulum, sampai persalinan dimulai atau
induksi dimulai
g. Periksa hitung darah lengkap bila ketuban pecah. Ulangi pemeriksaan pada
hari berikutnya sampai pelahiran atau lebih sering bila ada tanda infeksi
h. Lakukan NST setelah ketuban pecah; waspada adanya takikardia janin yang
merupakan salah satu tanda infeksii.
i. Mulai induksi setelah konsultasi dengan dokter bila :
1) Suhu tubuh ibu meningkat signifikan
2) Terjadi takikardia janin
3) Lokia tampak keruh
4) Iritabilitas atau nyeri tekan uterus yang signifikan
5) Kultur vagina menunjukan strepkus beta hemolitikus
6) Hitung darah lengkap menunjukan kenaikan sel darah putih
7. Penatalaksanaan persalinan lebih dari 24 jam setelah ketuban pecah
a. Pesalinan spontas
1) Ukur suhu tubuh pasien setiap 2 jam, berikan antibiotik bila adademam
2) Anjurkan pemantauan janin internal
3) Beritahu dokter spesialis obstetri dan spesialis anak atau praktisi
perawat neonatus
4) Lakukan kultur sesuai panduan
b. Indikasi persalinan
1) Lakukan secara rutin setelah konsultasi dengan dokter
2) Ukur suhu tubuh setiap 2 jam
3) Antibiotik : pemberian antibiotik memiliki beragam panduan, banyak
yang memberikan 1-2 g ampisilin per IV atau 1-2 gMefoxin per IV
setiap 6 jam sebagai profilakis. Beberapa panduan lainnya
menyarankan untuk mengukur suhu tubuh ibudan DJJ untuk
menentuan kapan antibiotik mungkin diperlukan
G. Komplikasi
Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia 37 mingguadalah
sindrom distress pernapasan, yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir.Risiko infeksi
meningkat pada kejadian KPD. Semua ibu hamil dengan KPD premature sebaiknya
dievaluasi untuk kemungkinan terjadinyakorioamnionitis (radang pada korion dan
amnion). Selain itu kejadian prolapsatau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada
KPD.Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD Praterm.Hipoplasia
paru merupakan komplikasi fatal terjadi pada KPD praterm.Kejadiannya mencapai
hampir 100% apabila KPD praterm ini terjadi padausia kehamilan kurang dari 23
minggu.
1. Infeksi intrauterine
2. Tali pusat menumbung
3. Prematuritas
4. Distosia
ASUHAN KEPERAWATAN
H. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko infeksi maternal b.d ruptur membran amniotik
2. Resiko tinggi cedera pada janin b.d melahirkan bayi prematur/tidak matur
3. Resiko Hipotermi b.d bayi lahir prematur
4. Ansietas b.d krisis situasi, ancaman pada diri sendiri/janin
I. Interensi Keperawatan
a. Resiko tinggi ifeksi maternal b.d ruptur membran amniotik
• Tujuan : infeksi maternl tidak terjadi
• Kriteria hasil :
1) Ibu bebas dari tandatanda infeksi
2) Leukosit normal 6000-10.000/mm3
• Intervensi
1) Kolaborasi
- Berikan cairan parenteral sesuai indikasi
- Pemeriksaan spesimen vagina
- Pemberian antibiotik
2) Mandiri
- Memantau TTV
- Lakukan perawatan perinium
- Monitor DJJ
- Evaluasi cairan yang keluar
b. Resiko tinggi cedera pada janin b.d melahirkan prematur/tidak matur
• Tujuan : tidak terjadi cedera pada janin
• Kriteria Hasil : bayi tidak menunjukkan tanda-tanda cidera
• Intervensi
1) Mandiri
- Monitor DJJ
- Pantau pertumbuhan janin
2) Kolaborasi
- Pantau pemeriksaan USG
c. Resiko Hipotermi b.d bayi lahir prematur
• Tujuan : hipotermi tidak terjadi
• Kriteria Hasil : bayi tidak rewel, suhu bayi normal
• Intervensi
1) Mandiri
- Pertahankan suhu ruangan 25 C
- Tempatkan bayi di bawah panas atau inkubator
- Hindarkan meletakkan bayi didekat panas atau dingin.
d. Ansietas b.d ancaman pada diri sendiri/Janin
• Tujuan : ansietas terkontrol
• Kriteria Hasil :
1) Wajah ibu tidak tegang
2) Klien tidak gelisah
3) RR normal
• Interensi
1) Ciptakan hubungan terapeutik atas dasar kepercayaan
2) Pantau tingkat kecemasan
3) Anjurkan klien untuk mengungkapkan masalah
4) Bantu klien mengidentifikasi kecemasan
5) Jelaskan pd klien kondisi yang dialami
DAFTAR PUSTAKA

Nurahman, Taufan. 2010. Kasus Emergency Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika.

Mitayani. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.

Sujiyati. 2008. Asuhan Patologi Kebidanan. Jakarta: Numed.


LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU N 29 TAHUN
G3P1A1 HAMIL 32 MINGGU 1 HARI INPARTU KALA 1-4 DENGAN
PENYULIT KETUBAN PECAH DINI DI RUANG VK RSUD PROF. DR.
MARGONO SOEKARJO

Disusun Oleh :

ANDRE IRWANTO
2111040052

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2021/2022
PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN INTRANATAL

Nama Mahasiswa : Andre Irwanto Tanggal pengkajian : 16 Desember 2021


NIM : 2111040074 Ruangan/RS : Ruang VK/ RSMS

I. DATA UMUM
Inisial Klien : Ny. N
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan terakhir : SMP
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Status Perkawinan : Menikah/ 29 tahun
Alamat : Cilongok, Banumas
Nama Suami : Tn. A
Pekerjaan : Bengkel
Pendidikan Terakhir : SMP

Agama : Islam

II. DATA UMUM KESEHATAN


TB/BB : 155 cm/ 56 kg
BB sebelum hamil : 38 kg
Masalah kesehatan khusus : Tidak ada
Obat-obatan : Tidak ada
Alergi (obat/makanan/bahan tertentu): Tidak ada
Diet Khusus : Tidak ada
Alat Bantu yang digunakan : Tidak ada
Frekwensi BAK, Masalah : Normal

Frekwensi BAB, Masalah : Normal


Kebiasaan waktu tidur : Tidur teratur dengan posisi miring
III. DATA UMUM OBSTETRI
Kehamilan sekarang direncanakan : Ya
Status Obstetrik : G3P1A1 Hamil 32 Minggu 1 Hari
HPHT : 6-5-2021
Taksiran partus : 13-2-2022
Jumlah anak di rumah : 1

No. Jenis Kelamin Cara Lahir BB Lahir Keadaan Umur


1. Perempuan Spontan 2 kg Sehat 8 Tahun

Mengikuti kelas prenatal : Ya

Jumlah kunjungan ANC pada kehamilan ini : 6 kali

Masalah kehamilan yang lalu : Tidak ada

Masalah kehamilan sekarang : Tidak ada

Rencana KB : Implant

Makanan bayi sebelumnya :-

Pelajaran yang diinginkan saat ini : Relaksasi pernapasan

Setelah bayi lahir,siapa yang diharapkan membantu : Suami

Masalah dalam persalinan yang lalu : pasien mengatakan

melahirkan anak sebelumnya juga prematur

IV. INTEGRITAS EGO


Kehamilan yang direncanakan : Ya
Pengalaman melahirkan sebelumnya : Spontan
Sikap terhadap kehamilan ini :
Ayah : Antusias
Ibu : Antusias, namun merasa cemas
dengan proses kelahiran anaknya
Persepsi ayah terhadap pengalaman melahirkan ibu : Baik
Harapan selama persalinan/melahirkan : Lancar, sehat semua
Hubungan ayah dengan bayi : Baik
Masalah finansial : Tidak ada
Religious : Taat kepada Tuhan
Faktor budaya : Tidak ada
Adanya faktor risiko : Tidak ada
Persiapan melahirkan : Sudah dipersiapkan
Respon terhadap persalinan : pasien tampak cemas

V. RIWAYAT PERSALINAN SEKARANG


A. Pengkajian Awal
Tanggal : 17 Desember 2021 Jam : 14.00 WIB
DS :

• Pasien mengatakan sejak dirumah keluar cairan


ketuban dan perutna sudah mulai kenceng-kenceng
sejak semalam pukul 12 malam.

• Pasien mengatakan gelisah karena sudah merasa


mules namun usia kehamilannya masih jauh dari
perkiraan lahir

DO :

Tanda Vital:
TD : 99/66mmHg
Nadi : 100x/menit
Suhu : 37 °C
RR : 16x/menit
Pemeriksaan palpasi abdomen:
Leopold I : bagian fundus uteri teraba bulat lunak (bokong,
TFU: 39cm)
Leopold II : Teraba keras memanjang di sebelah kanan
(punggung)
Leopold III : Teraba keras dan bulat (kepala)
Leopold IV : Bagian terendah sudah masuk PAP
(Divergen)
Hasil pemeriksaan dalam: VT pembukaan 2, ketuban +
Persiapan perineum : perineum letak tinggi, tidak perlu
episiotomi
Dilakukan Klisma : Tidak dilakukan klisma, pasien
sudah BAB Pengeluaran pervaginam: terdapat lendir
bercampur darah Pendarahan pervaginam: terdapat darah
berlendir
Kontraksi uterus : 3x10’30”
Denyut jantung janin : kuat dan teratur 134x/menit
Status janin : hidup, tunggal

B. Persalinan Kala I
Mulai persalinan: Tanggal: 17 Desember 2021; Jam: 00.00
WIB
DS :
Pasein mengatakan perutnya mulai sering kenceng-kenceng
DO :
TD : 103/63mmHg
Nadi : 89x/menit
Suhu : 37,4°C
RR : 16x/menit
Lama kala I: 4 jam
Keadaan psikososial: Pasien tampak cemas sesekali mengeluh sakit
pada bagian perut menjalar ke punggung. Pasien tampak meringis
menahan nyeri. Pasien merasa ingin BAB saat HIS datang dan selalu
bertanya jam berapa anaknya akan lahir.
Kebutuhan khusus klien: Tidak ada

Observasi kemajuan persalinan 17 Desember 2021

jam Kontraksi uterus Nadi DJJ Keterangan

14.00 1x10’30’’ 97x/menit 142xmenit VT : bukaan 2

14.30 1x10’30’’ 100x/menit 144x/menit VT : bukaan 2


15.00 1x10’30’’ 100x/menit 139x/menit VT : bukaan 2

15.30 1x10’30’’ 96x/menit 138x/menit VT : bukaan 2

16.00 2x10’30’’ 99xmenit 141x/menit VT : bukaan 2

16.30 2x10’30’’ 97xmenit 142x/menit VT : bukaan 2

17.00 3x10’30’’ 97x/menit 140x/menit VT : bukaan 2

17.30 3x1’30’’ 100x/menit 140xmenit VT : bukaan 2

18.00 4x10’30’’ 99xmenit 136menit VT : bukaan 2

18.20 4x10’30’’ 99xmenit 140xmenit VT : bukaan 2

ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI PROBLEM


Kekhawatiran Ansietas
DS :
mengalami
kegagalan
• Pasien mengatakan gelisah karena sudah merasa
mules namun usia kehamilannya masih jauh dari
perkiraan lahir

DO :

• Pasien tampak gelisah

• TD : 99/66mmHg, N:100x/menit, S: 37 °C,


RR : 16x/menit, DJJ : 142x/menit

DS : Dilatasi Serviks Nyeri


Melahirkan
• Pasien mengatakan sejak dirumah keluar cairan
ketuban dan perutna sudah mulai kenceng-
kenceng sejak semalam pukul 12 malam.

• Pasein mengatakan perutnya mulai sering


kenceng-kenceng

DO :

• Pasien tampak meringis beberapa kali

• TD : 99/66mmHg, N:100x/menit, S: 37 °C,


RR : 16x/menit, DJJ : 142x/menit

• P : Nyeri akibat kontraksi, Q : tersayat, R :


Abdomen, S : 6, T : Setiap kontraksi.

DIAGNOSA KEPERAWATAN PRIORITAS KALA I

1. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan

2. Nyeri Melahirkan berhubungan dengan dilatasi serviks


RENCANA KEPERAWATAN KALA I

Hari/ No.D Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


Tgl x
Jumat 1 Setelah dilakukan tindakan TERAPI RELAKSASI
17/12/21 keperawatan masalah keperawatan Observasi
ansietas, dengan kriteria hasil: 1) Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
Kriteria A T 2) Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan teknik
Verbalisasi khawatir akibat 4 1 sebelumnya
kondisi yang dihadapi 3) Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu
Perilaku gelisah 4 1 sebelum dan sesudah latihan
Perilaku tegang 3 1 4) Monitor respons terhadap terapi relaksasi
Terapeutik
Keterangan: 1) Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan
5 menurun pencahayaan dan suhu ruang nyaman, jika memungkinkan
4 cukup menurun 2) Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik
3 sedang relaksasi
2 cukup meningkat 3) Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama
1 meningkat Edukasi
1) Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis, relaksasi yang
tersedia (mis. music, meditasi, napas dalam, relaksasi otot
progresif)
2) Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih
3) Anjurkan mengambil psosisi nyaman
4) Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
5) Anjurkan sering mengulang atau melatih teknik yang dipilih
6) Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi (mis. napas dalam,
peregangan atau imajinasi terbimbing )
Jumat 2. Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
17/12/21 keperawatan masalah keperawatan Observasi
nyeri melahirkan berkurang, dengan 1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
kriteria hasil: intensitas nyeri
Kriteria A T 2) Identifikasi skala nyeri
Melaporkan nyeri terkontrol 2 4 4) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
Kemampuan mengenali 2 5 5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
penyebab nyeri Terapeutik
Kemampuan menggunakan 2 5 1) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
teknik non farmakologi TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin,
Keterangan: terapi bermain)
1 menurun 2) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu
2 cukup menurun ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3 sedang 3) Fasilitasi istirahat dan tidur
4 cukup meningkat 4) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
5 meningkat meredakan nyeri
Edukasi
1) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2) Jelaskan strategi meredakan nyeri
3) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian Analgetik
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN KALA I

Hari/Tgl/ No.D Implementasi Evaluasi TTD


Jam x
Jumat 1. 1. Mengkaji penyabab ansietas pada pasien S: Andre
17/12/21 2. Memberikan dukungan kepada pasien agar
- Pasien mengatakan gelisah karena sudah
cemas berkurang
3. Menganjurkan kepada keluarga untuk merasa mules namun usia kehamilannya
mendukung dan tetap berada di sisi pasien masih jauh dari perkiraan lahir

O:
- Pasien tampak gelisah
- TD : 99/66mmHg, N:100x/menit, S: 37
°C, RR : 16x/menit, DJJ : 142x/menit
A: masalah teratasi sebagian
Kriteria A T S
Verbalisasi khawatir akibat 4 1 3
kondisi yang dihadapi
Perilaku gelisah 4 1 3
Perilaku tegang 3 1 2

P: lanjutkan intervensi
Jumat 2. 1. Mengkaji tingkat nyeri pada pasien S: Tia
17/12/21 2. Memberitahu dan memberikan pengertian - Pasien mengatakan nyeri pada perut
kepada pasien penyebab rasa nyeri yang bagian bawah
dialaminya - Pasien paham mengenai penyebab
3. Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam dari nyeri yang dirasakan
disertai dengan membaca doa untuk - Pasien mengatakan akan menerapkan
mengurangi rasa cemas dan nyeri, dengan teknik relaksasi yang telah diajarkan
cara menganjurkan pasien untuk menarik O:
napas melalui hidung, kemudian hembuskan - Pasien tampak meringis menahan
perlahan melalui mulut sembari membaca nyeri
doa dalam hati - P = pasien mengatakan nyeri akibat
4. Mengukur tanda-tanda vital pasien kenceng-kenceng, Q = seperti
5. Memantau kemajuan persalinan dengan cara disayat-sayat, R = Perut, S = 6, T =
mdengarkan detak jantung janin dan nyeri saat kenceng-kenceng
memantau adanya HIS setiap 30 menit - Pasien tampak mempraktekkan
sekali teknik relaksasi napas dalam yang
14.00 : 1x10’30’’/142 telah diajarkan
14.30 : 1x10’30’’/144 - Tanda-tanda vital:TD : 99/66mmHg,
15.00 : 1x10’30’’/139 N:100x/menit, S: 37 °C, RR :
15.30 : 1x10’30’’/138 16x/menit, DJJ : 142x/menit
16.00 : 2x10’30’’/141 Kemajuan persalinan: detak jantung
16.30 : 2x10’30’’/142 janin dan HIS setiap 30 menit sekali
17.00 : 3x10’30’’/140 14.00 : 1x10’30’’/142
17.30 : 3x10’30’’/140 14.30 : 1x10’30’’/144
18.00 : 4x10’30’’/136 15.00 : 1x10’30’’/139
18.20 : 4x10’30’’/140 15.30 : 1x10’30’’/138
16.00 : 2x10’30’’/141
16.30 : 2x10’30’’/142
17.00 : 3x10’30’’/140
17.30 : 3x10’30’’/140
18.00 : 4x10’30’’/136
18.20 : 4x10’30’’/140
A: masalah belum teratasi
Kriteria A T S
Melaporkan nyeri 2 4 2
terkontrol
Kemampuan mengenali 2 5 3
penyebab nyeri
Kemampuan 2 5 3
menggunakan teknik non
farmakologi

P: Lanjutkan Intervensi
- Monitor skala nyeri
- Monitor tingkat nyeri
- Anjurkan teknik nonfarmakologis
napas dalam
- Monitor TTV
C. Persalinan Kala II
Kala II dimulai: Tanggal: 17 Desember 2021, Jam: 18.20 WIB Tanda

DS :

Pasien mengatakan sudah sangat nyeri & mules perutnya

DO :

Vital :
TD: 102/65mmHg; Nadi: 112x/menit; Suhu: 37°C; SPO: 97%
Lama kala II: 5 menit
Tanda dan Gejala : ibu ingin mengejan
Jelaskan upaya meneran : pasien melahirkan dengan meneran
Keadaan psikososial : ibu tampak senang ketika lahirkan
anaknya
Kebutuhan khusus klien : tidak ada

ANALISA DATA KALA II


Data Etiologi Problem

DS : Pengeluaran Nyeri
• Ibu mengatakan sudah nyeri dan mules janin melahirkan
perutnya
• Ibu mengatakan ingin mengejan
DO :
• Pasien tampak meringis mengejan
• HIS 4x10’30’’
• TD: 102/65mmHg; Nadi: 112x/menit; Suhu: 37°C;
SPO: 97%
• Ketuban berwarna jernih sedikit
• P = pasien mengatakan nyeri saat kenceng-
kenceng, Q = seperti disayat-sayat, R = Perut
bagian bawah, S = 7, T = nyeri saat kenceng-
kenceng.

DIAGNOSA KEPERAWATAN PRIORITAS KALA II

1. Nyeri melahirkan berhubungan dengan pengeluaran janin


RENCANA KEPERAWATAN KALA II

Hari/Tgl/ No.D Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


Jam x
Jumat 1. Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
17/12/21 keperawatan masalah keperawatan Observasi
nyeri akut berkurang, dengan kriteria 1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
hasil: nyeri
Kriteria A T 2) Identifikasi skala nyeri
Melaporkan nyeri 2 4 4) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
terkontrol 5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
Kemampuan mengenali 3 5 Terapeutik
penyebab nyeri 1) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
Kemampuan menggunakan 3 5 TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
teknik non farmakologi aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
Keterangan: 2) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu ruangan,
1 menurun pencahayaan, kebisingan)
2 cukup menurun 3) Fasilitasi istirahat dan tidur
3 sedang 4) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
4 cukup meningkat meredakan nyeri
5 meningkat Edukasi
1) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2) Jelaskan strategi meredakan nyeri
3) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian Analgetik
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN KALA II

Hari/Tgl/ No.Dx Implementasi Evaluasi TTD


Jam
Jumat 1 1. Memantau rasa nyeri yang dirasakan S: Andre
3/12/21 pasien dan memberikan pengertian jika - Pasien mengatakan nyeri pada perut ke bawah
rasa nyeri yang dirasakan merupakan hal hingga jalan lahir seiring dengan keinginan
yang wajar untuk meneran
2. Mengukur tanda-tanda vital pasien - Pasien mengatakan paham jika nyeri yang
3. Memantau kemajuan persalinan HIS: dirasakan merupakan hal yang wajar
4. Mengajarkan teknik pernapasan dan O:
relaksasi yang benar • Pasien tampak meringis mengejan
5. Menganjurkan pasien untuk mengatur • HIS 4x10’30’’
upaya mengejan • TD: 102/65mmHg; Nadi: 112x/menit; Suhu: 37°C;
6. Menganjurkan pasien untuk mengejan SPO: 97%
sembari kedua tangan berpegangan pada • Ketuban berwarna jernih sedikit
paha •
P = pasien mengatakan nyeri saat kenceng-
7. Memantau proses persalinan pasien kenceng, Q = seperti disayat-sayat, R = Perut
8. Menyiapkan injeksi oxytocin bagian bawah, S = 7, T = nyeri saat kenceng-
kenceng.
• Pasien melahirkan pada pembukaan 2 saja
karena bayinya prematur
• Bayi lahir pada pukul 18.25 WIB
A: masalah teratasi sebagian
indikator A T A
Melaporkan nyeri terkontrol 2 4 3

Kemampuan mengenali 3 5 4
penyebab nyeri
Kemampuan menggunakan 3 5 4
teknik non farmakologi
P: lanjutkan intervensi
- Monitor TTV
- Monitor tingkat nyeri
- Monitor pengeluaran placenta
- Monitor TFU
D. Persalinan Kala III
Kala III dimulai pukul 18.25

DS :

• Pasien mengatakan masih terasa sedikit kenceng-kenceng

DO :

Tanda dan gejala : TFU satu jari di atas pusat, perdarahan 150cc

Plasenta lahir jam :18.30 WIB

Cara lahir plasenta : kesan komplit, kotiledon lengkap Karakteristik plasenta :

Ukuran: lebar 17cm, ketebalan 2-3cm Panjang tali pusat : ±50cm

Jumlah pembuluh darah : tidak terkaji Pendarahan : 150cc

Keadaan psikososial : pasien tampak keletihan

Kebutuhan Khusus : tidak

Lama kala III : 5 menit

ANALISA DATA KALA III

Data Etiologi Problem

DS: Komplikasi Resiko


- Pasien mengatakan masih pasca partum perdarahan
sedikit kenceng-kenceng
DO:
- Plasenta telah lahir dengan lebar 17cm,
ketebalan 2-3cm, panjang: ±50cm,
kotiledon lengkap dan keluar darah
seketika ±150cc.
- TFU setinggi pusat
- Uterus teraba lembek

DIAGNOSA KEPERAWATAN PRIORITAS KALA III

1. resiko perdarahan dengan faktor resiko komplikasi pasca partum


RENCANA KEPERAWATAN KALA III
Hari/tgl No. Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervnsi
Jumat 1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
3/12/21 1x8 jam resiko perdarahan tidak 1) Monitor tanda dan gejala perdarahan
ditemukan, dengan kriteria hasil: Terapeutik
1) Pertahankan bed rest selama perdarahan
Kriteria A T Edukasi
Uterus teraba membulat 3 5 1) Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
Nyeri 2 5 2) Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk menghindari
Meringis 2 5 konstipasi
3) Anjurkan meningkatkan asupan makan dan vitamin K
Keterangan: 4) Anjrkan segera melapor jika terjadi perdarahan
5 menurun Kolaborasi
4 cukup menurun 1) Kolaborasi pemberian obat dan mengontrol perdarhan, jika
3 sedang perlu
2 cukup meningkat
1 meningkat
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN KALA III
Hari/Tgl/ No.D Implementasi Evaluasi TTD
Jam x
Jumat 1 1. Mengobservasi adanya rupture pada area S: - Andre
17/12/21 perineum. Hasil: tidak terdapat rupture O:
2. Mengobservasi adanya perdarahan. Hasil: - Perdarahan 150cc
terdapat perdarahan 150cc, bagian tubuh ibu - TFU: 1 jari di atas pusat
sebagian basah oleh darah - Terdapat kontraksi uterus: baik
3. Mengobservasi pengeluaran placenta dan - Uterus teraba keras
mengecek kelengkapan placenta. Hasil: A: Resiko perdarahan tidak terjadi
placenta lahir dengan kotiledon lengkap Kriteria A T S
4. Mengobservasi tinggi fundus uteri. Hasil: Uterus teraba membulat 3 5 3
TFU: 1 jari di atas pusat Nyeri 2 5 3
Meringis 2 5 3

P: lanjutkan intervensi
- Monitor perdarahan
- Monitor tinggi fundus uteri
E. Persalinan Kala IV
Mulai jam : 18.30 WIB

DS :

• Pasien mengatakan sudah tidak nyeri lagi setelah melahirkan anaknya

• Pasien mengatakan letih

DO :
Tanda Vital:

TD : 96/63mmHg

Nadi : 94x/menit

Suhu : 36°C

RR : 17x/menit

SPO2 : 99%

Kontrakasi uterus: Baik, uterus teraba keras TFU: 1 jari sejajar pusat

Perdarahan: ±20cc

Karakteristik: berwarna merah tua Vesika urinaria: tidak ada

IMD minimal 1 jam: Tidak dilakukan, Bayi rawat terpisah

Pemantauan 2 jam post partum


Jam TTV TFU
18.45 TD: 98/80mmHg; Nadi: TFU sejajar pusat
102x/menit; SPO2: 98%; S: 36,8°C
19.00 TD: 100/67mmHg; Nadi: 96x/menit; TFU sejajar pusat
SPO2: 98%; S: 36,8°C
19.15 TD: 101/82mmHg; Nadi: 87x/menit; TFU sejajar pusat
SPO2: 99%; S: 36,8°C
19.30 TD: 100/69mmHg; Nadi: 93x/menit; TFU sejajar pusat
SPO2: 98%; S: 36,8°C
20.00 TD: 105/80mmHg; Nadi: 85x/menit; TFU sejajar pusat
SPO2: 99%; S: 36,8°C
20.30 TD: 100/78mmHg; Nadi: 81x/menit; TFU sejajar pusat
SPO2: 98%; S: 36,8°C
ANALISA DATA KALA IV

Data Etiologi Problem

DS: Kondisi fisiologis: Keletihan

• Pasien mengatakan sudah melahirkan


tidak nyeri lagi setelah
melahirkan anaknya

• Pasien mengatakan letih


DO:
- Pasien tampak kelelahan dan
terlihat pucat juga banyak
berkeringat.
TD : 96/63mmHg

Nadi : 94x/menit

Suhu : 36°C

RR : 17x/menit

SPO2 : 99%

DIAGNOSA KEPERAWATAN PRIORITAS KALA IV

1. Ketidaknyamanan pasca partum berhubungan dengan Involusi uterus,


proses pengembalian ukuran rahim ke ukuran semula
2. Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis: melahirkan
RENCANA KEPERAWATAN KALA IV

Hari/tgl No. Dx Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi


Jumat 1 Setelah dilakukan tindakan MANAJEMEN ENERGI
17/12/21 keperawatan 1x8 jam masalah
keperawatan keletihan dapat Observasi
berkurang, dengan kriteria hasil: 1. Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
Indikator Awal Target kelelahan
Tenaga 3 5 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
3. Monitor pola dan jam tidur
Kemampuan 3 5
4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan
melakukan
aktivitas
aktivitas
Terapeutik
rutin
1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis.
cahaya, suara, kunjungan)
Keterangan :
2. Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah
1 meningkat
atau berjalan
2 cukup meningkat
Edukasi
3 sedang
1. Anjurkan tirah baring
4 cukup menurun
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
5 menurun
3. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN KALA IV

Hari/Tgl/ No.Dx Implementasi Evaluasi TTD


Jam
Jumat 1 1. Memonitor kelelahan fisik. Hasil: pasien S: Andre
17/12/21 kelelahan akibat proses persalinan - Pasien mengatakan sudah tidak nyeri
2. Menganjurkan keluarga pasien untuk lg setelah melahirkan
memberikan asupan makan dan minum - Pasien mengatakan lega ketika
kepada pasien. Hasil: pasien telah diberi anaknya sudah lahir
asupan namun masih merasa lelah O:
3. Menganjurkan pasien untuk istirahat -Pasien tampak kelelahan
4. Menganjurkan pasien untuk melakukan -Pasien tampak pucat
aktivitas secara bertahap -Pasien tampak banyak berkeringat
-Pasien tampak melakukan aktivitas
secara bertahap seperti miring kanan-
kiri, dan duduk
- Pasien tampak akan beristirahat
A: masalah belum teratasi

Indikator Awal Target Sekarang


Tenaga 3 5 4
Kemampuan 3 5 4
melakukan
aktivitas
rutin
P: lanjutkan intervensi
- Anjurkan untuk tirah baring
- Anjurkan lakukan aktivitas secara
bertahap: berjalan

LAMA PERSALINAN
KALA 1 4 JAM
KALA 2 5 MENIT
KALA 3 5 MENIT
KALA 4 2 JAM
TOTAL 6 JAM 10 MENIT
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MATERNITAS DENGAN
PROLAPS UTERI DI RUANG WIJAYA KUSUMA RS Prof. Dr. MARGONO
SOEKARJO

Disusun Oleh:

ANDRE IRWANTO

2111040052

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2021/2022
A. Definisi
Prolaps uteri adalah keadaaan yang terjadi ketika ligamen kardinal yang
mendukungrahim dan vagina tidak kembali normal setelah melahirkan ( Bobak LM;
2002; 1270).
Prolapsus uteri adalah keadaan dimana turunnya uterus melalui hiatus genitalis
yangdisebabkan kelemahan ligamen-ligamen (penggantung), fasia (sarung) dan otot
dasar panggulyang menyokong uterus.
Prolaps uteri merupakan turun atau keluarnya sebagian atau seluruh uterus dari
tempatasalnya melalui vagina sampai mencapai atau melewati introitus vagina.
Prolaps uteri terjadi karena kelemahan ligamen endopelvik terutama
ligamentumtranversal dapat dilihat pada nullipara dimana terjadi elangosiokoli disertai
prolapsus uteritanpa sistokel tetapi ada enterokel. Pada keadaan ini fasia pelvis kurang
baik pertumbuhannyadan kurang ketegangannya.
Faktor penyebab lain yang sering adalah melahirkan dan menopause. Persalinan
lamadan sulit, laserasi dinding vagina bawah pada kala II, penatalaksanaan pengeluaran
plasenta,reparasi otot-otot dasar panggul menjadi atrofi dan melemah. Oleh karena itu
prolaps uteritersebut akan terjadi bertingkat-tingkat.

B. Klasifikasi
Turunnya uterus dari tempat yang biasa disebut desensus uteri dan ini dibagi dalam 3
tingkat yaitu :
1. Tingkat I apabila serviks belum keluar dari vulva atau bagian prolapsus masih di
atasintroitus vagina.
2. Tingkat II apabila serviks sudah keluar dari vulva, akan tetapi korpus uteri belum
3. Tingkat III apabila korpus uteri atau bagian prolapsus sudah berada diluar vulva
atauintroitus vagina

C. Etiologi
1. Dasar panggul yang lemah, karena kerusakan dasar panggul pada persalinan
yangterlampau sering dengan penyulit seperti ruptura perineum atau karena usia
lanjut.
2. Tarikan pada janin pada pembukaan yang belum lengkap
3. Ekspresi yang berlebihan pada saat mengeluarkan plasenta
4. Asites, tumor-tumor di daerah pelvis, batuk yang kronis dan pengejan (obslipasi
ataustriktura pada traktus urinarius).
5. Relinakulum uteri yang lemah (asteni atau kelainan congenital berupa kelemahan
jaringan penyokong uterus yang sering pada nullipara.
6. Lanjut usia dan menopauseg
7. Riwayat persalinan tinggi

D. Patofisiologi
Prolapsus uteri terdapat dalam berbagai tingkat, dari yang paling ringan sampai
prolapsus uteri totalis. Terutama akibat persalinan, khususnya persalinan pervagina
yangsusah dan terdapatnya kelemahan-kelemahan ligament yang tergolong dalam
fasiaendopelviks dan otot-otot serta fasia-fasia dasar panggul. Juga dalam keadaan
tekanan intraabdominal yang meningkat dan kronik akan memudahkan penurunan
uterus, terutama apabilatonus otot-otot mengurang seperti pada penderita dalam
menopause.Serviks uteri terletak diluar vagina, akan tergeser oleh pakaian wanita dan
lambat launmenimbulkan ulkus yang dinamakan ulkus dekubitus. Jika fasia di bagian
depan dindingvagina kendor biasanya trauma obstetric, ia akan terdorong oleh kandung
kencing sehinggamenyebabkan penonjolan dinding depan vagina kebelakang yang
dinamakan sistokel.Sistokel yang pada mulanya hanya ringan saja, dapat menjadi besar
karena persalinan berikutnya yang kurang lancar, atau yang diselesaikan dalam
penurunan dan menyebabkanurethrokel. Urethrokel harus dibedakan dari divertikulum
urethra. Pada divertikulum keadaanurethra dan kandung kencing normal hanya
dibelakang urethra ada lubang yang membuatkantong antara urethra dan
vagina.kekendoran fasia dibagian belakang dinding vagina olehtrauma obstetric atau
sebab-sebab lain dapat menyebabkan turunnya rectum kedepan danmenyebabkan
dinding belakang vagina menonjol kelumen vagina yang dinamakan retrokel.Enterokel
adalah hernia dari kavum Douglasi. Dinding vagina bagian belakang turun
danmenonjol ke depan. Kantong hernia ini dapat berisi usus atau omentum.
E. Pathway

F. Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda-tanda sangat berbeda dan bersifat individual. Kadangkala
penderitayang satu dengan prolaps uteri yang cukup berat tidak mempunyai keluhan
apapun,sebaliknya penderita lain dengan prolaps ringan mempunyai banyak keluhan.
Keluhan-keluhan yang hampir selalu dijumpai :
1. Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal atau menonjol di genetalia eksterna.
2. Rasa sakit di pinggul dan pinggang (Backache). Biasanya jika penderita
berbaring,keluhan menghilang atau menjadi kurang.
3. Sistokel dapat menyebabkan gejala-gejala :
a) Miksi sering dan sedikit-sedikit. Mula-mula pada siang hari, kemudian lebih
berat juga pada malam hari
b) Perasaan seperti kandung kencing tidak dapat dikosongkan seluruhnya.
c) Stress incontinence yaitu tidak dapat menahan kencing jika
batuk,mengejan.Kadang-kadang dapat terjadi retensio urine pada sistokel yang
besar sekali
4. Retokel dapat menjadi gangguan pada defekasi :
a) Obstipasi karena feces berkumpul dalam rongga retrokel.
b) Baru dapat defekasi setelah diadakan tekanan pada retrokel dan vagina.
5. Prolapsus uteri dapat menyebabkan gejala sebagai berikut :
a) Pengeluaran serviks uteri dari vulva menggangu penderita waktu berjalan dan
bekerja. Gesekan portio uteri oleh celana menimbulkan lecet sampai luka
dandekubitus pada portio uteri.
b) Lekores karena kongesti pembuluh darah di daerah serviks dan karena
infeksiserta luka pada portio uteri.
6. Enterokel dapat menyebabkan perasaan berat di rongga panggul dan rasa penuh
divagina.

G. Komplikasi
1. Keratinisasi mukosa vagina dan portio uteri
Mukosa vagina dan serivks uteri menjadi tebal serta berkerut, dan berwarna
keputih- putihan
2. Dekubitus
Jika serviks uteri terus keluar dari vagina, ujungnya bergeser dengan paha dan
pakaian dalam, hal itu dapat menyebabkan luka dan radang, lambat laun timbul
ulkusdekubitus. Dalam keadaan demikian, perlu dipikirkan kemungkinan
karsinoma,lebih-lebih pada penderita berusia lanjut. Pemeriksaan sitologi/biopsi
perludilakukan untuk mendapat kepastian akan adanya karsinoma.
3. Hipertropi serviks uteri dan elongasioa koli
Jika serviks uteri turun dalam vagina sedangkan jaringan penahan dan
penyokonguterus masih kuat, maka karena tarikan ke bawah di bagian uterus yang
turun serta pembendungan pembuluh darah –serviks uteri mengalami hipertrofi dan
menjadi panjang dengan periksa lihat dan periksa raba. Pada elangasio kolli serviks
uteri pada periksa raba lebih panjang dari biasa.
4. Gangguan miksi dan stress inkontinensia
Pada sistokel berat- miksi kadang-kadang terhalang, sehingga kandung kencing
tidakdapat dikosongkan sepenuhnya. Turunnya uterus bisa juga menyempitkan
ureter,sehingga bisa menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis. Adanya sistokel
dapat pula mengubah bentuk sudut antara kandung kencing dan uretra yang
dapatmenimbulkan stress incontinence
5. Infeksi saluran kencing
Adanya retensi air kencing mudah menimbulkan infeksi. Sistitis yang terjadi
dapatmeluas ke atas dan dapat menyebabkan pielitis dan pielonefritis. Sehingga
haltersebut dapat menyebabkan gagal ginjal.
6. Infertilitas
Karena serviks uteri turun sampai dekat pada introitus vaginae atau sama
sekalikeluar dari vagina, tidak mudah terjadi kehamilan
7. Gangguan partus
Jika wanita dengan prolapsus uteri hamil, maka pada waktu persalinan dapat
timbulkesulitan di kala pembukaan, sehingga kemajuan persalinan terhalang.
8. Hemoroid
Feses yang terkumpul dalam rektokel memudahkan adanya obstipasi dan
timbulhemoroid.
9. Inkarserasi usus
Usus halus yang masuk ke dalam enterokel dapat terjepit dengan kemungkinan
tidakdapat direposisi lagi. Dalam hal ini perlu dilakukan laparotomi untuk
membebaskanusus yang terjepit itu.

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Penderita pada posisi jongkok diminta untuk mengejan dan ditemukan dengan
pemeriksaan jari, apakah portio pada normal atau portio sampai introitus vagina
atauapakah serviks uteri sudah keluar dari vagina.
2. Penderita berbaring pada posisi litotomi, ditentukan pula panjangnya serviks
uteri.Serviks uteri yang lebih panjang dari biasanya dinamakan Elongasio kolli.
3. Pada sistokel dijumpai di dinding vagina depan benjolan kistik lembek dan
tidaknyeri tekan. Benjolan ini bertambah besar jika penderita mengejan. Jika
dimasukkankedalam kandung kencing kateter logam, kateter itu diarahkan
kedalam sitokel, dapatdiraba kateter tersebut dekat sekali pada dinding vagina.
Uretrokel letaknya lebihkebawah dari sistokel.
Menegakkan diagnosis retrokel dapat dilihat dari menonjolnya rectum
kelumen vagina1/3 bagian bawah. Penonjolan ini berbentuk lonjong, memanjang
dari proksimal kedistal,kistik dan tidak nyeri.Untuk memastikan diagnosis, jari
dimasukkan kedalam rectum, dan selanjutnya dapatdiraba dinding retrokel yang
menonjol kelumen vagina. Enterokel menonjol kelumen vaginalebih keatas dari
retrokel. Pada pemeriksaan rectal, dinding rectum lurus, ada benjolan kevagina
terdapat di atas rectum.

I. Penatalaksanaan Medis
Faktor-faktor yang harus diperhatikan : keadaan umum pasien, umur, masih
bersuamiatau tidak, tingkat prolapsus, beratnya keluhan, keinginan memiliki anak lagi
dan inginmempertahankan haid. Penanganan dibagi atas :
1. Pencegahan
Faktor-faktor yang mempermudah prolapsus uteri dan dengan anjuran :
a) Istirahat yang cukup, hindari kerja yang berat dan melelahkan gizi cukup
b) Pimpin yang benar waktu persalinan, seperti : Tidak mengedan
sebelumwaktunya, Kala II jangan terlalu lama, Kandung kemih kosongkan,
episiotomiagar dijahit dengan baik, Episiotomi jika ada indikasi, Bantu kala II
dengan FEatau VE
2. Pengobatan
a) Pengobatan Tanpa OperasiCaranya : Latihan otot dasar panggul, Stimulasi otot
dasar panggul dengan alatlistrik, Pemasangan pesarium, Hanya bersifat
paliatif, Pesarium dari cincin plastik.
Prinsipnya : alat ini mengadakan tekanan pada dinding atas vagina
sehinggauterus tak dapat turun melewati vagina bagian bawah. Biasanya
dipakai padakeadaan: Prolapsus uteri dengan kehamilan, Prolapsus uteri dalam
masa nifas,Prolapsus uteri dengan dekubitus/ulkus, Prolapsus uteri yang tak
mungkindioperasi: keadaan umum yang jelek
b) Pengobatan dengan Operasi
Prolapsus uteri biasanya disertai dengan prolapsus vagina. Maka, jika
dilakukan pembedahan untuk prolapsus uteri, prolapsus vagina perlu ditangani
juga. Ada kemungkinan terjadi prolapsus vagina yang membutuhkan
pembedahan, padahal tidak ada prolapsus uteri, atau prolapsus uteri yang tidak
ada belum perlu dioperasi. Indikasi untuk melakukan operasi pada prolapsus
vagina adalah adanya keluhan.
Indikasi untuk melakukan operasi pada prolapsus uteri tergantung dari
beberapa factor,seperi umur penderita,keinginanya untuk mendapat anak
atauuntuk mempertahankan uterus,tingkat prolapsus dan adanya keluhan.
Beberapa pembedahan yang dilakukan antara lain :
a. Operasi Manchester/Manchester-Fothergill
b. Histeraktomi vaginal
c. Kolpoklelsis (operasi Neugebauer-La fort)
d. Operasi-operasi lainnya : Ventrofiksasi/hlsteropeksi, Interposisi
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
a. Data Subyektif
1. Sebelum Operasi
a) Adanya benjolan diselangkangan/kemaluan.
b) Nyeri di daerah benjolan
c) Nyeri pinggang dan punggung
d) Konstipasi.
e) Tidak nafsu makan.
2. Sesudah Operasia
a) Nyeri di daerah operasi.
b) Lemas.
c) Pusing.
d) Mual

b. Data Obyektif
1. Sebelum Operasia
a) Nyeri bila benjolan tersentuh.
b) Pucat, gelisah.
c) Spasme otot.
d) Demam.
e) Dehidrasi
2. Sesudah Operasia
a) Terdapat luka pada selangkangan.
b) Puasa.
c) Selaput mukosa mulut kering.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Sebelum Operasi
a) Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intra abdominal
b) Resiko tinggi infeksi y.b.d luka akibat pergeseran massa uterus
C. Intervensi dan Implementasi
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intra abdominal
Tujuan: Nyeri hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24
jam.Hasil yang diharapkan :
a) Nyeri berkurang sampai hilang secara bertahap.
b) Pasien dapat beradaptasi dengan nyerinya
c) Pasien dan keluarga dapat melakukan tekhnik distraksi-relaksasi

Rencana tindakan :
a) Observasi tanda-tanda vital
b) Observasi keluhan nyeri, lokasi, jenis dan intensitas nyeri
c) Jelaskan penyebab rasa sakit, cara menguranginya.
d) Beri posisi senyaman mungkin untuk pasien.
e) Ajarkan tehnik-tehnik relaksasi/ nafas dalam.
f) Beri obat-obat analgetik sesuai pesanan dokter.
g) Ciptakan lingkungan yang tenang.

2. Resiko tinggi infeksi .b.d luka akibat pergeseran massa uterus.


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkaninfeksi tidak terjadi dengan kriteria Hasil yang diharapkan :
a) Tidak terdapat tanda-tanda infeksi ( kalor, rubor, tumor, dolor, fungsiolesa )
b) Luka tampak bersih
Rencana tindakan :
a) Kaji TTV, perhatikan peningkatan suhu.
b) Kaji tanda-tanda infeksi (tumor kalor rubor, dolor, fungsileisa).
c) Lakukan tehnik perawatan luka secara steril 1x/hari
d) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan luka
e) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antibiotic.
f) Lakukan Health Education kepada keluarga tentang pentingnya mencuci
tangansebelum dan sesudah bersentuhan dengan pasien.3)
DAFTAR PUSTAKA

• Hanifa, W. (2007). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo
• NANDA. (2017). Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta : EGC
• Winkjosastro, Hanifa. (2005). Ilmu Kandungan. Jakarta: YBP-SP
Nama Mahassiswa : Andre Irwanto
Tempat praktek : RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo/WIKU
Tanggal Pengkajian : 23 Desember 2021

I. Identitas diri klien


Nama : NY. K
Umur : 56 th
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Tanggal masuk RS : 22 Desember 2021
Sumber informasi : Pasien dan keluarga
II. Status kesehatan saat ini
1. Keluhan utama
Pasien mengatakan mengalami pendarahan pada vagina, nyeri ketika terjadi
pendarahan
2. Faktor pencetus : adanya benjolan yg keluar dri vagina
3. Lamanya keluhan : Hilang timbul
4. Timbulnya keluhan : adanya benjolan
5. Faktor yang memperberat : ketika pendarahan
6. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Oleh orang lain : Perawat mengajarkan teknik napas dalam
Diagnosa medik : Prolaps Uteri
Tanggal : 22 Desember 2021
III. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien rujukan dari PKU moga pemalang dengan prolaps uteri. Sejak 3 bulan
mengalami pendarahan pervagina, kadang disertai lendir dan bau, tampak benjolan
dikemaluan sebesar genggaman tangan, pasien mengatakan nyeri ketika terjadi
pendarahan dengan skala 6, pasien mengatakan cemas akan operasi. TD : 110/60, N
: 110x/m, S : 36,7 C, RR : 20x/m, Spo2 : 98%.
IV. Riwayat Keluarga
Genogram :

Ket :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit keturunan

V. Riwayat Kesehatan yang lalu


1. Penyakit yang pernah dialami
Pasien mengatakan tidak memiliki penyakit kronis yang lain
2. Alergi : tidak ada alergi obat-obatan atau makanan
3. Kebiasaan : Merokok/kopi/obat/alkohol/lain-lain : pasien mengatakan suka
meminum kopi
4. Obat-obatan : -
VI. Riwayat Reproduksi
Tempat Keadaan
No. Gg. Proses Lama Masalah Masalah
Persalinan/ Anak Saat
Anak Kehamilan Persalinan Persalinan Persalinan Bayi
penolong ini
Rumah/ Tidak
1 Tidak ada Normal 3 jam Tidak ada Sehat
Dukun ada

VII. Riwayat Menarche


Usia : 12 th
Keluhan : Nyeri dan kram pada perut
VIII. Riwayat Menstruasi
Siklus : Normal
Lama : 25 hari
Keluhan : Nyeri sedang pada perut
IX. Pemeriksaan Fisik dan Keluhan Fisik yang Alami
Keadaan umum : pasien terlihat lemas
Kesadaran : Compos mentis
Vital Sign :
TD : 110/73 mmHg
N : 110 x/menit
S : 36,7 ºC
RR : 20 x/menit
Kepala
Bentuk : Oval (tidak ada keluhan)
Mata
Ukuran pupil : 3 mm
Ukuran akomodasi : dekat ± 20 cm, jauh masih tidak terhingga
Bentuk : Bulat
Konjungtiva : Ananemis
Fungsi penglihatan : Baik
Alat bantu : tidak ada
Tanda-tanda radang : tidak ada
Pemeriksaan mata terakhir :-
Operasi : tidak
Hidung
Reaksi alergi : tidak ada
Pernah mengalami flu : pernah
Frekuensi dalam setahun : 5-7 kali
Tidak terdapat sinus dan tidak ada perdarahan

Mulut dan tenggorok


Gigi geligi :-
Kesulitan/gangguan berbicara : tidak ada
Kesulitan menelan : tidak
Pemeriksaan gigi terakhir :-
Dada :
Paru-paru
Suara paru : vesikuler
Pola nafas : teratur
Batuk : tidak
Sputum :-
Nyeri : tidak
Kemampuan melakukan aktivitas : saat ini dibantu oleh anaknya
Batuk darah : tidak
Rontgen foto -
Jantung
Nadi perifer : 110 x/menit (radialis)
Capilary refiling : < 2 detik
Suara jantung : lup dup
Suara tambahan : tidak ada
Irama jantung : teratur
Nyeri : tidak
Edema : tidak
Palpitasi : tidak
Tidak ada perubahan warna pada kulit, kuku, bibir dll
Keadaan ekstremitas : normal
Payudara
Perubahan payudara :
Puting payudara : verted
Warna kulit : normal
Tidak ada luka maupun odema pada kulit payudara
Abdomen
Perubahan abdomen :
Bentuk abdomen : simetris
Bunyi peristaltik : 12 x/menit
Palpasi abdomen : kulit terasa kencang dan terdapat nyeri tekan
Genetalia
Kebersihan : bercak darah
Perubahan area vulva : terdapat benjolan keluar dari vagina
Kulit :-
Odema : tidak ada
Luka : tidak ada
Nyeri tekan : perih pada benjolan
Pengeluaran cairan vagina :
Jenis/warna : darah
Bau : khas
Konsistensi : cair
Berapa lama : tidak menentu
Ekstremitas atas dan bawah
Kekuatan otot :3
Pergerakan ekstremitas : normal, ekstremitas bagus agak terbatas.
Nyeri : tidak
Kekakuan : sedikit kaku
Pola latihan gerak :-
Tidak ada edema maupun varises dan reflek patella +1
Nutrisi
Berat badan : 40 kg
Status gizi : kurang
Jenis diet :-
Nafsu makan : menurun
Rasa mual : ada
Muntah : tidak
Intake cairan : pasien terpasang infus NaCl 20 tpm
Eliminasi
BAB
Pola rutin : 1 x sehari
Penggunaan pencahar : -
Colostomi/ileostomi : -
Konstipasi/obstipasi : -
Diare :-

BAK
Pola rutin : 5 x sehari
Inkontinensia :-
Infeksi :-
Hematuri :-
Kateter :-
Urin output :-
Neurologis
Tingkat kesadaran : compos mentis (GCS 15)
Disorientasi : tidak
Tingkah laku : baik
Tidak ada riwayat epilepsi/kejang/parkinson
Reflek :+
Kekuatan menggenggam : kuat
Kulit
Warna : sawo matang
Integritas :-
Turgor : < 2 detik

X. Kesehatan Lingkungan
Kebersihan : bersih
Bahaya :-
Polusi :-

XI. Psikososial
1. Pola pikir dan persepsi
Sering pusing
Tidak ada penurunan sensitifitas terhadap sakit ataupun panas/dingin
Tidak bisa membaca/menulis
2. Persepsi diri
Hal yang sangat dipikirkan saat ini : pasien mengatakan ingin cepat
sembuh
Harapan setelah menjalani perawatan : pasien berharap diberi kesehatan
selalu dan tidak dioperasi lagi
Perubahan yang dirasa saat sakit : pasien merasa malu untuk
menceritaka tentang penyakitnya
3. Suasana hati
Sedikit gelisah karena baru kali ini akan di oprasi
4. Hubungan/komunikasi
a. Bicara Bahasa Utama
Bicara kurang jelas tetapi relevan
Mampu mengekspresikan dan mampu mengerti orang lain
b. Tempat tinggal
Sendiri dengan suami
c. Kehidupan keluarga
Menganut adat jawa
Pembuat keputusan dalam keluarga adalah suami
Keuangan memadai
d. Kesulitan dalam keluarga
Tidak ada kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain, sanak keluarga
maupun hubungan perkawinan
5. Perubahan seksual selama sakit
Tidak ada
6. Pertahanan koping
Pengambilan keputusan oleh suami
Mencari pertolongan jika stress
Pasien mengatakan ingin mendapatkan pengobatan yang terbaik
7. Sistem nilai – kepercayaan
Siapa yang menjadi sumber kekuatan saat sakit :
Keluarga
Hubungan dengan tuhan selama sakit :
Pasien sering menyebut nama Allah
Hubungan dengan keluarga selama sakit :
Baik
Hubungan dengan lingkungan sekitar rumah selama sakit :
Baik
Kegiatan agama yang dapat dilakukan selama sakit :
Berdzikir

Obat-obatan yang digunakan :


Hari/ Waktu
No Nama Obat Dosis Instruksi
Tanggal Pemberian
Kamis/23-12-
1 Nacl 0,9% 20 tpm P,s,m
2021
Kamis/23-12-
2 cefriaxone 2x1 mg P
2021
Kamis/23-12-
3 Kalnex 3x500 mg P,s,m
2021
Kamis/23-12-
4 Vit K 3x1 Amp P
2021

Hasil Pemeriksaan Penunjang :


No Tanggal Periksa Jenis Pemeriksaan Hasil
1 Hemoglobin 8,6 (L)
2 Leukosit 16.800 /µL (H)
4 Eritrosit 2,9 /µL (L)
21/12/2021
5 Trombosit 378.000 /µL (N)
6 MCV 90 (N)
7 MCH 30 (N)
ANALISA DATA
DATA PROBLEM ETIOLOGI
DS : Nyeri akut Agen cedera fisiologis
• Pasien mengatakan nyeri
ketika pendarahan
• Pasien mengatakan nyeri
pada benjolan

DO :
• Pasien terlihat meringis
menahan nyeri
• TD : 110/60, N : 110x/m, S
: 36,7 C, RR : 20x/m, Spo2
: 98%.
• P : nyeri pada benjolan
• Q : seperti tersayat
• R : pada benjolan yg keluar
dari vagina
• S:6
• T : hilang timbul
DS : Ansietas Kurang terpapar
Pasien mengatakan cemas karena infrmasi
belum pernah operasi sebelumnya

DO :
• Pasien terlihat gelisah
• TD : 110/60, N : 110x/m, S
: 36,7 C, RR : 20x/m, Spo2
: 98%.
DS : Perfusi perifer tidak pendarahan
Pasien mengatakan sudah 3 bulan efektif
pendarahan pada vagina
DO :
• Terlihat pembalut pasien
ada bercak darah
• HB : 8,6 (LOW)
DIAGNOSA KEPERAWATAN PRIORITAS
1. Nyeri akut b.d agen cedera Fisiologis
2. Ansietas b.d kurang terpapar informasi
3. Perfusi perifer tidak efektif b.d pendarahan

INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi
Dx (SLKI) (SIKI)
1 Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
keperawatan 2x24 jam diharapkan • Kaji Tanda-tanda Vital
tingkat nyeri menurun, dengan • Identifikasi lokasi, karakteristik,
kriteria hasil: durasi, frekuensi, kualitas dan skala
Indikator A T nyeri
Keluhan 3 5 • Identifikasi respon nyeri non verbal
nyeri • Ajarkan teknik nonfarmakologis
Meringis 3 5 relaksasi napas dalam untuk
Ket: mengurangi rasa nyeri
1. Meningkat
2. Cukup meningkat
3. Sedang
4. Cukup menurun
5. Menurun
2 Setelah dilakukan tindakan asuhan • Identifikasi tingkat ansietas
keperawatan selama 2x24 jam • Jelaskan pasien tentang prosedur
diharapkan Ansietas teratasi, tindakan
dengan kriteria hasil: • Gunakan pendekatan tenang dan
Indikator A T meyakinkan
Perilaku gelisah 2 5
Khawatir akibat 2 5
kondisi yang
dihadapi
Ket:
1. Meningkat
2. Cukup meningkat
3. Sedang
4. Cukup menurun
5. Menurun
3 Setelah dilakukan tindakan asuhan • monitor pendarahan
keperawatan selama 2x24 jam • lakukan pencegahan infeksi
diharapkan perfusi perifer tidak • anjurkan menggunakan pembalut
efektif teratasi, dengan kriteria untuk mengurangi pendarahan
hasil: • kolabrasi pemberian obat anti
Indikator A T pendarahan
Perdarahan vagina 2 5
Hemoglobin 2 5
Ket:
1. Meningkat
2. Cukup meningkat
3. Sedang
4. Cukup menurun
5. menurun
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN HARI KE 1
No. Tanggal/
IMPLEMENTASI RESPON TTD
Dx Jam
1 23/12/ • Mengkaji TTV, DS : Andre
2021 keluhan nyeri • Pasien mengatakan
21.00 (PQRST) nyeri ketika
• Mengkaji respon nyeri pendarahan
nonverbal • Pasien mengatakan
• Mengajarkan pasien nyeri pada benjolan
teknik relaksasi napas
dalam DO :
• Pasien terlihat
meringis menahan
nyeri
• TD : 110/60, N :
110x/m, S : 36,7 C,
RR : 20x/m, Spo2 :
98%.
• P : nyeri pada
benjolan
• Q : seperti tersayat
• R : pada benjolan
yg keluar dari
vagina
• S:6
• T : hilang timbul
2 23/12/ • mengIdentifikasi DS : Andre
2021 tingkat ansietas Pasien mengatakan cemas
• menJelaskan pasien
21.00 karena belum pernah
tentang prosedur
tindakan operasi sebelumnya
• mengGunakan
pendekatan tenang DO :
dan meyakinkan
• Pasien terlihat
gelisah
TD : 110/60, N : 110x/m, S
: 36,7 C, RR : 20x/m, Spo2
: 98%.
3 23/12/ • memonitor DS : Andre
2021 pendarahan Pasien mengatakan sudah 3
• melakukan
21.00 bulan pendarahan pada
pencegahan infeksi
• menganjurkan vagina
menggunakan DO :
pembalut untuk
• Terlihat pembalut
mengurangi
pendarahan pasien ada bercak
• melakukan injeksi darah
kalnex 500 mg • HB : 8,6 (LOW)

EVALUASI KEPERAWATAN HARI KE 1


No. Tanggal/
EVALUASI TTD
Dx Jam
1 23/12/ DS : Padli
2021 • Pasien mengatakan nyeri ketika pendarahan
21.00 • Pasien mengatakan nyeri pada benjolan

DO :
• Pasien terlihat meringis menahan nyeri
• TD : 110/60, N : 110x/m, S : 36,7 C, RR :
20x/m, Spo2 : 98%.
• P : nyeri pada benjolan
• Q : seperti tersayat
• R : pada benjolan yg keluar dari vagina
• S:6
T : hilang timbul
A:
Indikator A T H
Keluhan 3 5 3
nyeri
Meringis 3 5 3
Nyeri akut b.d agen cedera fisiologis belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
• Biopsi jumat 24 Des 2021 pukul 08.00 WIB
2 23/12/ DS : Andre
2021 Pasien mengatakan cemas berkurang
21.00
DO :
• Pasien terlihat paham dg penjelasan perawat
TD : 110/60, N : 110x/m, S : 36,7 C, RR : 20x/m, Spo2
: 98%.

A:
Indikator A T A
Perilaku gelisah 2 5 4
Khawatir akibat kondisi yang 2 5 4
dihadapi
Risiko infeksi b.d prosedur invasif teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
• Biopsi jumat 24 Des 2021 pukul 08.00 WIB
3 12/11/ S :Pasien mengatakan sudah 3 bulan pendarahan pada Andre
2021 vagina
12.30 O :Terlihat pembalut pasien ada bercak darah, HB : 8,6
(LOW)
A : masalah belum teratsi
Indikator A T A
Perdarahan vagina 2 5 2
Hemoglobin 2 5 2
P : lanjutkan intervensi
• Biopsi jumat 24 Des 2021 pukul 08.00 WIB
ANALISA DATA POST OP BIOPSI
Data Problem Etiologi
DS : Resiko infeksi Luka post OP biopsi
• Pasien mengtakan
lemas
• Pasien mengatakan
sedikit nyeri

DO :
• Pasien selesai
biopsi pukul 11.00
WIB
• Balutan tidak
rembes
• Pasien terlihat
bedrest
• TD : 115/79, N :
85, S : 36,5, RR :
20x/m

DX Keperawatan
• Resiko infeksi b.d Luka post OP biopsi
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN HARI KE 2
No. Tanggal/
IMPLEMENTASI RESPON TTD
Dx Jam
1 24/12/ • Melakukan teknik DS : Andre
2021 aseptik pada pasien Pasien mengatakan
14.00 • Mengajarkan nyeri berkurang dari
memeriksa keadaan sebelum oprasi
balutan yang benar DO :
• Balutan bersih
dan tdk rembes
• Skala nyeri 4
• TD : 115/79, N :
85, S : 36,5, RR
: 20x/m

EVALUASI KEPERAWATAN HARI KE 2


No. Tanggal/
EVALUASI TTD
Dx Jam
1 13/11/ S: Andre
2021 Pasien mengatakan nyeri berkurang dari sebelum
15.30 oprasi
O:
• Balutan bersih dan tdk rembes
• Skala nyeri 4
TD : 115/79, N : 85, S : 36,5, RR : 20x/m

A:
Indikator A T H
nyeri 3 4 3
kemerahan 3 4 4
Resiko infeksi b.d luka post biopsi teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi perawat ruangan

Anda mungkin juga menyukai