Anda di halaman 1dari 17

“KONSELING HIV & AIDS”

UNTUK MELENGKAPI TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN HIV & AIDS

YANG DIBIMBING DOSEN:

Disusun oleh :

Melly Ameliya (1720200023) Muliana Hafatjri (1720200028)

Hasbiallah (1720200025 ) Diyah Aisyah Putri (1720200030)

Fajar makmur Ghozali (1720200026) Windya Rahmawati (1720200032)

Tamara (1720200027 ) Ari Anggara (1720190011)

UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI'IYAH

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PRODI D3 KEPERAWATAN

2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam. Atas izin dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa kurang suatu apa pun. Tak
lupa pula penulis haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.
Semoga syafaatnya mengalir pada kita di hari akhir kelak.
Penulisan makalah berjudul “KONSELING HIV-AIDS” bertujuan untuk memenuhi
tugas Mata Kuliah Keperawatan HIV/AIDS. Selama proses penyusunan makalah, penulis
mendapatkan bantuan dan bimbingan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis berterima
kasih kepada Dr. Devi Selaku dosen mata Keperawatan HIV/AIDS dan teman-teman yang ikut
menyusun makalah ini.
Akhirul kalam, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Besar
harapan penulis agar pembaca berkenan memberikan umpan balik berupa kritik dan saran.
Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Aamiin.
Wassalamualaikum Wr.Wb

Jakarta, 11 November 2021

Penulis
Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.................................................................................................................. 3

BAB 1 – PENDAHULUAN

Latar Belakang............................................................................................ 4
Rumusan Masalah....................................................................................... 5
Tujuan Penulisan......................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi VCT................................................................................................ 6
2.2 Konsep Konseling VCT.............................................................................. 7
2.3 Intruksi Kerja VCT...................................................................................... 8
2.4 Contoh Komunikasi Pada Pasien HIV/AIDS........................................... 9
BAB III– PENUTUP
2.6 Kesimpulan.................................................................................................. 14
2.7 Saran............................................................................................................. 15

BAB IV – DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


VCT adalah kegiatan konseling yang menyediakan dukungan psikologis, informasi dan
pengetahuan HIV/AIDS, mencegah penularan HIV/AIDS, mempromosikan perubahan perilaku
yang bertanggung jawab, pengobatan ARV dan memastikan pemecahan berbagai masalah
terkait dengan HIV/AIDS ( Depkes, 2008 ). PenyakitAqciured Immunodeficiency Syndrome
(AIDS) merupakan penyakit infeksipenyebab kematian peringkat atas dengan angka kematian
(mortalitas) dan angka kejadian penyakit (morbiditas) yang tinggi serta membutuhkan diagnosis
dan terapi yang cukup lama (WHO, 2006). HIV merupakan virus yang menyerang sel darah putih
(limfosit) di dalam tubuh yang mengakibatkan turunnya kekebalan tubuh manusia sehingga
menyebabkan Aqciured Immunodeficiency Syndrome (AIDS).( Komisi penanggulangan AIDS
Nasional, 2014)
Sejak dilaporkan pertama kali pada tahun 1981 di Amerika Serikat, penyebaran HIV di seluruh
dunia termasuk Indonesia berkembang sangat pesat. Kasus ini telah mengakibatkan kematian
25 juta orang serta menginfeksi lebih dari 40 juta orang lainnya. Berdasarkan laporan global,
pada tahun 2012 jumlah penderita HIV mencapai 35,3 juta orang (Global Report UNAIDS, 2013).
Data dari Kementerian Kesehatan melaporkan jumlah komulatif kasus HIV yang telah
dilaporkan hingga September2013 sebanyak 118.787 kasus yang tersebar di 33 provinsi dengan
348 kab/kota di Indonesia (Komisi AIDS di Asia, 2008

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang menjadi acuan dan pedoman dalam menyusun dan penyajian
makalah ini sebagai berikut :

a. Apa yang dimaksud dengan VCT?

b. Apa konsep umum konseling VCT?

c. Apa saja Instruksi kerja VCT?

d. Bagaimana contoh komunikasi kepada pasien HIV-AIDS ?

1.3 Tujuan Penulisan

Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami metode sistem pengkajian

a. Mahasiswa mampu memaham definisi VCT

b. Mahasiswa mampu memahami konsep umum konseling VCT

c. Mahasiswa memahami instruksi kerja pada VCT


d. Mahasiswa memahami contoh komunikasi pada pasien HIV-AIDS

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi VCT

Voluntary Counseling Test (VCT) adalah Proses konseling pra testing, konseling post testing, dan
testing HIV secara sukarela yang bersifat confidential dan secara lebih dini membantu orang
mengetahui status HIV. Konseling pra testing memberikan pengetahuan tentang HIV & manfaat
testing, pengambilan keputusan untuk testing, dan perencanaan atas issue HIV yang akan
dihadapi. Konseling post testing membantu seseorang untuk mengerti & menerima status (HIV+)
dan merujuk pada layanan dukungan. Voluntary Counseling Test (VCT) merupakan pintu masuk
penting untuk pencegahan dan perawatan HIV.
Syarat tes HIV (VCT) pada klien adalah: ini
a) Tes harus dilaksanakan dengan sepengetahuan dan dengan izin dari pasien
b) Pasien harus paham mengetahui HIV/AIDS sebelum tes dilaksanakan.
c) Konseling duberikan pada pasien sebelum tes untuk membantu pasien membuat
pertimbangan yang bijaksana sebelum memutuskan: mau dites atau tidak.
d) Tes HIV harus dirahasiakan oleh dokter dan konselor. Hasilnnya tidak boleh dibocorkan
kepada orang lain kecuali oleh pasien.
e) Setelah tes, konseling harus diberikan lagi agar pasien dapat memahami hasil tes dan untuk
membantu pasien mennyusun rencana sert tes dan untuk membantu pasien mennyusun
rencana serta langkah-langkah sesuai hasil tes

2.2 Uraian Umum

Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli (disebut
konselor / pembimbing) kepada individu yang mengalami sesuatu masalah (disebut konseli)
yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi pelanggan. Konseling merupakan dialog
yang terjaga kerahasiaan antara konselor dan pelanggan.
HIV adalah virus yang menyerang dan merusak sistem kekebalan tubuh kita sehingga kita tidak
bisa bertahan terhadap penyakit penyakit yang menyerang tubuh kita. HIV merupakan suatu
virus yang dapat menyebabkan penyakit AIDS. Pra adalah sebelum dan post adalah setelah,
status adalah keadaan (orang, badan, dsb) dalam hubungan dengan masyarakat di sekelilingnya.
Confidentiality atau kerahasiaan adalah pencegahan bagi mereka yang tidak berkepen-tingan
dapat mencapai informasi, berhubungan dengan data yang diberikan kepihak lain untuk
keperluan tertentu dan hanya diperbolehkan untuk keperluan tertentu tersebut. Adapun ODHA
mengidap beberapa penyakit diantaranya yaitu:
1. Tuberkulosis

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Mycobacterium tuberculosis.
TB merupakan penyakit yang mudah menular melalui udara dari sumber penularan yaitu pasien
TB BTA positif pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk percikan dahak. Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak .
Dampak HIV pada TB
Walau siapa pun dapat terinfeksi TB, Odha lebih rentan terhadap infeksi TB. Lagi pula, infeksi
pada orang HIV-negatif hanya menjadi aktif setelah beberapa tahun, dan kebanyakan (lebih dari
90 persen) tidak mengembangkan TB aktif. Sebaliknya, bila Odha terinfeksi TB, infeksi lebih
mungkin menjadi aktif, dan infeksi menjadi aktif lebih cepat. TB aktif akan terjadi pada rata-rata
50 persen Odha selama kehidupannya, dibandingkan dengan hanya 5-10 persen orang HIV-
negatif.
Penyakit TB dapat disembuhkan dengan terapi standar, sekalipun pada penderita dengan infeksi
HIV. Tuberkulosis tidak tertangani sering berdampak fatal, khususnya pada penderita dengan
infeksi HIV. Sputum smears sering menghasilkan negatif pada pasien dengan TB dan HIV.
Gejala-gejala TBC (tuberkulosis) yang muncul dapat berupa:
- Batuk yang berlangsung lama (3 minggu atau lebih), biasanya berdahak.
- Batuk mengeluarkan darah.
-Berkeringat pada malam hari.
- Penurunan berat badan.
- Demam dan menggigil.
- Lemas.
- Nyeri dada saat bernapas atau batuk.
- Tidak nafsu makan.
2. Hepatitis
Ribuan orang dengan HIV juga terinfeksi – atau berisiko terinfeksi – dengan salah satu dari
berbagai virus hepatitis. Beberapa di antara virus ini dapat menyebabkan infeksi kronis
(menahun), yang berarti infeksinya tidak hilang dan lambat laun dapat mengarah pada gangguan
hati yang berat. Banyak orang dengan HIV saat ini lebih menghadapi tantangan akibat virus
hepatitis daripada infeksi oportunistik terkait AIDS dan juga menjadi ancaman untuk kesehatan
dan kehidupannya.
Hepatitis adalah peradangan pada hati atau liver. Hepatitis bisa disebabkan oleh infeksi virus,
bisa juga disebabkan oleh kondisi atau penyakit lain, seperti kebiasaan mengonsumsi alkohol,
penggunaan obat-obatan tertentu, atau penyakit autoimun. Jika disebabkan oleh infeksi virus,
hepatitis bisa menular.

2.3 Intruksi Kerja

No. Intruksi Kerja

1. KONSELING PRE TESTING


1.1 Menyiapkan perlengkapan untuk konseling

1.2 Memanggil pelanggan (dengan menyebutkan nomor registrasi) dan mempersilahkan masuk
keruangan.

1.3 Mempersilahkan pelanggan duduk dengan nyaman di kursi yang telahtersedia.

1.4 Memberi salam dan memperkenalkan diri.

1.5 Memeriksa ulang nomor kode pelanggan dalam formulir dokumen pelanggan

1.6 Menanyakan latar belakang dan alasan kunjungan.

1.7 Memberi informasi tentang HIV/AIDS sesuai dengan yang ada pada cek list untuk konseling
pre test (cek list pada lampiran)

1.8 Mengklarifikasi tentang fakta dan mitos tentang HIV/AIDS, termasuk tentang IMS dan
menawarkan pemeriksaan IMS secara rutin, khususnya pada penasun (IDU)

1.9 Membantu pelanggan untuk menilai resiko pelanggan

1.10 Membantu pelanggan untuk membuat keputusan untuk dilakukan tes HIV, antara lain
dengan menjelaskan keuntungan dan akibat melakukan tes HIV.

1.11 Mendikusikan prosedur HIV/AIDS, waktu untuk mendapatkan hasil dan arti dari tes HIV.

1.12 Mendiskusikan kemungkinan tindak lanjut setelah ada hasil test.

1.13 Menjelaskan implikasi terinfeksi atau tidak terinfeksi HIV dan memfasilitasi diskusi tentang
cara menyesuaikan diri dengan status HIV.

1.14 Menjajaki kemapuan pelanggan dalam mengatasi masalah.

1.15 Melakukan penilaian system dukungan.

1.16 Memberi waktu untuk berfikir.

1.17 Bila pelanggan menyetujui untuk test, konselor memberikan form informed consent kepada
pelanggan dan meminta tanda tangannya setelah pelanggan membaca isi form HIV/.AIDS.

1.18 Mengisi dokumen pelanggan dengan lengkap dan mengisi form rujukan ke laboratorium.

1.19 Membuat perjanjian dengan pelanggan untuk menunggu hasil test.

1.20 Mengantar pelanggan ke tempat pengambilan darah dan menyerahkan form laboratorium
kepada petugas pengambilan darah.

1.21 Bila pelanggan tidak menyetujui untuk di test, konselor menawarkankepada pelanggan
untuk dating kembali sewaktu-waktu bila masih memerlukan dukungan dan / atau untuk
dilakukan test.

1.22 Mengucapkan salam dan mengakhiri proses.

2. KONSELING POST TESTING

2.1 Memangggil pelanggan dengan menyebutkan nomor regester seperti prosedur pemanggilan
konseling pre-test.

2.2 Memperhatikan komunikasi non verbal saat pelanggan memasuki ruang konseling.

2.3 Menanyakan kesiapan pelanggan untuk menerima test.


2.4 Mengkaji ulang secara singkat dan menayakan keadaan umum pelanggan.

2.5 Memperhatikan amplop hasil test yang masih tertutup kepada pelanggan.

2.6 Menanyakan kesiapan pelanggan untuk menerima hasil test.

2.7 Apabila pelanggan menyatakan sudah siap / sanggup menerima hasil test, maka konselor
menawarkan kepada pelanggan untuk membuka amplop bersama konselor.

2.8 Apabila pelanggan menyatakan belum siap, konselor meberi dukungan kepada pelanggan
untuk menerima hasil dan beri waktu sampai pelanggan menyatakan dirinya siap.

2.9 Membuka amplop dan menyampaikan secara lisan hasil testing HIV.

2.10 Memberi kesempatan pelanggan membaca hasil.

2.11 Menjelaskan kepada pelanggan tentang hasil testing HIV yang telah dibuka dan yang telah
dibaca bersama.

2.12 Memberi kesempatan dan ventilasikan keadaan emosinya.

2.13 Menerapkan manajemen reaksi.

3. BILA HASIL TEST POSITIF

• Memeriksa apa yang diketahui tentang hasil test.

• Menjelaskan dengan tenang arti hasil pemeriksaan.

• Memberi kesempatan untuk memventilasikan emosi.

• Memfasilitasi coping problem (kemampuan menyelesaikan masalah)

• Setelah pelanggan cukup tenang dan konseling dapat dilanjutkan konselor menyelesaikan
informasi sebagai berikut :

- Pengobatan ARV

- Kesehatan reproduksi dan kesehatan seksual

- Menawarkan konseling pasangan

- Menawarkan secara rutin pelanggan mengikuti pemeriksaan sifilis dan manfaat pengobatan
sifilis.

• Untuk pelanggan perempuan terdapat fasilitas layanan pemeriksaan kehamilan dan rencana
penggunaan alat kontrasepsi bagi laki-laki dan perempuan.
• Memotivasi agar datang ke klinik untuk evaluasi awal secara medis.

• Konselor dan pelanggan menyepakati waktu kunjungan berikutnya.

• Apabila pada waktu yang ditentukan pelanggan tidak bias hadir, disarankan untuk
menghubungi konselor melalui telepon untuk perjanjian berikutnya.

• Memberi kesempatan kepada pelanggan untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum
diketahui.

• Menawarkan pelayanan VCT pada pasangan pelanggan.

• Apabila pelanggan sudah jelas dan tidak ada pertanyaan, maka konseling pasca-testing ditutup.

• Memotivasi agar bersama di dampingi.

• Konselor mengisi form pasca-konseling.

BILA HASIL TEST NEGATIF

• Mendiskusikan kemungkinan pelanggan masih berada dalam periode jendela.

• Membuat ikhtisar dan gali lebih lanjut berbagai hambatan.

• Memastikan pelanggan paham mengenai hasil test yang diterima dan pengertian periode
jendela.

• Menjelaskan kebutuhan untuk melakukan test ulang dan pelayanan VCT bagi pasangan.

• Menjelaskan upaya penurunan resiko yang dapat dilakukan.

• Memberi kesempatan kepada pelanggan untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum
diketahui.

• Apabila pelanggan sudah jelas dan tidak ada pertanyaan, maka konseling pasca-testing ditutup.

• Memotivasi agar bersedia didampingi oleh MK untuk mempertanyakan perilaku yang aman.

• Membuat perjanjian untuk kunjungan ulang apabila dibutuhkan.

• Mengisi form pasca konseling.

2.4 Naskah Konseling HIV-AIDS


Peran Dan Nama Pemeran

1. Dokter
2. Pasien (Rozak)
3. Pasangan Pasien (Rafi)

Kasus

Seorang waria (Rozak), 26 tahun, pemilik sebuah salon. Rozak sudah 2 tahun hidup besama laki-laki
(Rafi) yang juga memiliki keluarga (istri dan anak-anak ) di kota lain. Dilan dirawat karna TB dan Hepatitis
dirumah sakit. Rozak disarankan dokter untuk tes HIV dan ternyata hasil tesnya reaktif. Sekarang Rozak
sedang bingung dan cemas bagaimana memberitahu pasangannya karena Rafi adalah tempatnya
bergantung, menyewakan rumah dan memberi modal untuk menjalani bisnis salon. Rozak takut diusir
dan ditinggalkan. Rozak tidak mau kembali lagi menjadi pekerja seks jalanan. Rozak juga tahu Rafi sering
selingkuh dengan teman-teman waria lain.

Part 1 (Ruang Rawat Inap)

(Dokter memasuki ruang rawat inap)


Dokter : “ Selamat siang pak Rozak!”
Pasien : “ Selamat siang dok.”
Dokter : “ Bagaimana kondisi bapak hari ini ?”

Pasien : “ Saya masih batuk mengeluarkan darah dan saya merasakan gatal di kulit.”

Dokter : “Dilihat dari rekam medik bapak, berat badan bapak menurun drastis.”
Pasien : “ Iya dok, saya juga merasa kalau berat badan menurun dan ketika saya melakukan aktivitas
merasa lemas.”

Dokter : “ Pekerjaan bapak apa ya “

Pasien : “ Saya membuka salon dok. “

Dokter : “ Sebelumnya apakah bapak pernah memakai narkoba?”

Pasien : “ Tidak dok.”

Dokter : “ Apa bapak penah bergonta-ganti pasangan?”

Pasien : “ Hmmmmm..... iya dok, sebelum saya membuka salon saya bekeja sebagai PSK dan dulu saya
sering berhubungan dengan sesama jenis (laki-laki).”

Dokter : “ Begitu ya pak. Saya sarankan bapak untuk tes HIV.”

Pasien : “ Hah ? Kenapa dok? Kenapa saya harus melakukan tes HIV ?”

Dokter : “ Kalau dilihat dari keluhan bapak kemungkinan bapak bisa terkena HIV (sambil menunjukan
rekam medik).”

Pasien : “...........................( Pasien terdiam).”


Dokter : “ Apakah bapak bersedia melakukan tes HIV? Jika bersedia tanda tangani informed consent ini”
(memberikan inform concent pada pasien)

Pasien : “ Baiklah dok, saya akan melakukannya” (tanda tangan)

(Keesokan Harinya)
Hasil tes menunjukan bahwa pak Dilan positif HIV, Pak Rozak sangat tepukul dan cemas mendengar
kabar dari dokter tesebut. Dia bingung bagaimana harus menjelaskan kepada pasangannya. Selama ini
pasangannya telah membiayai hidupnya, sehingga dia takut ditinggalkan dan diusir oleh pasangannya
tesebut.

Dokter : “Bagaimana pak sudah keluar hasil tesnya?”

Pasien : “ sudah dok, ini hasilnya”

Dokter : “dari hasil tes disini bapak positif mengidap HIV, tapi sebelumnya bapak sudah mengetahui apa
itu HIV?”

Pasien : “ Saya tahu dok HIV itu disebabkan karna hubungan seksual ya dok”

Dokter : “iya salah satu penyebabnya karna hubungan seksual, tapi HIV itu disebabkan karna Virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh, karena sistem kekebalan tubuh sudah di serang oleh virus HIV maka
akan dengan mudah penyakit lain masuk ke tubuh bapak seperti TB dan hepatitis yang bapak alami saat
ini.”

Pasien : “dok apakah saya bisa sembuh? Jujur saya sangat terpukul dok”

Dokter : “ sampai saat ini HIV belum dapat disembuhkan, tapi nanti saya akan berikan obat Anti Retro
Virus (ARV) dapat membantu memperlambat perkembangan virus di dalam tubuh tapi obat ini harus
diminum seumur hidup bapak. Apa ada pertanyaan lagi pak ?”

Pasien : “saya sudah mengerti dok, tapi bagaimana saya menjelaskan ke pasangan saya dok?”

Dokter : “ Kalau begitu apakah bapak mau saya bantu untuk menjelaskan pada pasangan bapak ? jika
mau bapak boleh bawa pasangan bapak besok.”

Pasien : “ Baik dok, nanti saya bicarakan dengan pasangan saya.”

Part 2 (Ruang Poli Umum)

Pasien : “ Siang dok, hari ini saya membawa pasangan saya benama Rafi.”

Dokter : “ Iya silahkan duduk. Begini saudara Rafi, kemarin Bapak Rozak sudah menjalankan tes dan saya
akan menjelaskan kepada saudara hasil tes bapak Rozak.”

Rafi : “ Memangnya Rozak kenapa dok?”


Dokter : “ Dari hasil tes kemarin Bapak Rozak positif mengidap HIV, karena pada saat bapak Rozak di
rawat sudah di temukan beberapa gejala sehingga saya menganjurkan untuk tes dan benar bapak Rozak
mengidap HIV”
Rafi : “ kenapa bisa Rozak kena HIV dok?"

Dokter : “ karena sebelumnya bapak Rozak bekerja sebagai PSK, tentunya suka berganti ganti pasangan,
sehingga berisiko terkena HIV. Saudara Rafi apakah tahu penularan HIV itu dari mana ? dan tanda
gejalanya seperti apa?”

Rafi : “tidak dok”

Dokter : “HIV dapat ditularkan melalui hubungan seksual mungkin pada saat saudara melakukan
hubungan seksual dengan bapak Rozak tidak menggunakan alat kontrasepsi. Saudara tahu bahwa HIV
dapat di tularkan melalui darah, cairan sperma, cairan vagina, dan ASI.

Rafi : “ iya dok saya tidak pernah pakai alat kontrasepsi saat melakukan hubungan seksual dengan Rozak,
apakah saya harus tes juga dok?”
Dokter : “ saya sarankan saudara untuk tes HIV agar dapat dicegah. Jika memang saudara nantinya dari
hasil tes positif mengidap HIV saya akan berikan obat ARV sama dengan bapak Rozak dan diminum
seumur hidup. Apa ada pertanyaan lagi ?”

Rafi : “dok saya takut jika nanti saya dan Rozak dikucilkan dengan orang sekitar,sedangkan saya juga
punya istri dan anak di kampung dok.”

Dokter : “saudara Rafi dan bapak Rozak tidak perlu takut karena HIV tidak dapat ditularkan dengan cara
berpelukan atau berjabat tangan, dan orang yang sudah positif HIV itu punya komunitas jadi tidak akan
merasa sendiri dan mungkin jika nanti ada yang ingin di sampaikan mungkin bisa di diskusikan dan
berbagi pengalaman. Apa ada yang belum jelas ?

Rafi : “tapi apa istri dan anak saya juga kemungkinan terkena HIV ?”

Dokter : “untuk mengetahui jelasnya lebih baik istri dan anak bapak melakukan tes HIV juga” Rafi : “baik
dok, sekarang saya sudah mengerti.”

Pasien : “saya juga sudah mengerti dok, terima kasih atas penjelasannya, saya mohon dok dengan
sangat untuk merahasiakan hal ini.”

Dokter : “Sudah tugas saya untuk merahasiakan ini pak. Iya sama sama”
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Konseling sangat dibutuhkan bagi pasien HIV/AIDS yang sudah terdiagnosis maupun pada kelompok
beresiko tinggi agar mau melakukan tes, bersikap terbuka dan bersedia mencari pertolongan dokter.
Konseling dalamVoluntary Counceling And Testing (VCT) adalah kegiatan konseling yang menyediakan
dukungan psikologis, informasi dan pengetahuan HIV-AIDS, mencegah penularan HIV, mempromosikan
perubahan perilaku yang bertanggungjawab, pengobatan antiretroviral (ARV) dan memastikan
pemecahan berbagai masalah terkait HIV-AIDS yang bertujuan untuk perubahan perilaku ke arah lebih
sehat dan aman .

Kesimpulan VCT (Voluntary Counselling and Testing ) diartikan sebagai Konselling dan Tes Sukarela (KTS)
HIV. Konseling HIV dan AIDS merupakan komunikasi bersifat rahasia antara klien dan konselor yang
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menghadapi stres dan mengambil keputusan berkaitan HIV
dan AIDS. VCT bertujuan untuk membantu setiap orang agar mendapatkan akses kesemua layanan
informasi, edukasi, terapi atau dukungan psiko sosial, sehingga kebutuhan akan informasi akurat dan
tepat dan dicapai.

Adapun fungsi VCT adalah sebagai berikut:

1. Pencegahan HIV

2. Pintu masuk menuju terapi dan perawatan

3.VCT dilakukan sebagai penghormatan atas hak asasi manusia dari sisi kesehtan masyarakat,kerena
infeksi HIV mempunyai dampak serius bagi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat dalam jangka
panjan

3.2 Saran

a. Bagi institusi

Agar dapat menambah bahan kajian VCT dimata ajar komunikasi maupun promosi kesehatan.

b. Bagi perawat

Agar menumbuhkan minat untuk mengetahui konseling bagi ODHA . ODHA merupakan individu yang
mengalami permasalahan tidak hanya dari segi fisik saja, namun mereka juga mengalami beban mental
dalam dirinya. ODHA dengan demikian tidak hanya membutuhkan pelayanan dari segi klinis saja, tetapi
juga membutuhkan penanganan holistikUntuk meningkatkan kesehatan mental pada diri ODHA
diperlukan pelayanan bimbingan dan konseling dalam meningkatkan motivasi hidup bagi ODHA;
meningkatkan konseling kepada keluarga pasien agar dapat menerima dan memberi dukungan kepada
ODHA; meningkatkan sosialisasi HIV/AIDS pada masyarakat luas khususnya pada remaja dan mereka
yang berpotensi terkena HIV/AIDS agar mengenal bahaya, cara penularan HIV/AIDS sehingga ODHA
tidak didiskriminasikan dan tidak mengalami kesehatan mental yang terganggu.
DAFTAR PUSTAKA

Ari Santoso , Bambang Wahyono. (2018) Manajemen Program Pelayanan Voluntary NNNNCounseling
And Testing (Vct). Ilmu Kesehatan Masyarakat Noor Fu’at Aristiana, dkk (2015).
World Health Organization, 2015, WHO Global Tuberculosis Report 2015,
http://www.who.int/tb/publications/global_report/en/

CDC, 2016, Transmission and Pathogenesis of Tuberculosis, https://www.cdc.gov

Pelayanan Bimbingan Dan Konseling Islam Dalam NNNNMeningkatkan Kesehatan Mental Pasien
Hiv/Aids Di Klinik Vct Rumah Sakit NNNNIslam Sultan Agung Semarang. Kota Semarang: Jurnal
Dakwah Katiandagho, Desmon. 2015. EPIDEMIOLOGI HIV-AIDS. In Media : Bogor Nursalam,dkk.2007.
AsuhanKeperwatan padaPasienTerinfeksi

HIV/AIDS. Salemba Medika NNNN: Jakarta Anita Diah Nurul. (2015). Komunikasi antarpribadi Konselor
GTerhadap ODHA di NNNNKlinik VCT RSUD. KAB. Karanganyar. Universitas Muhammadiyah
Surakarta : NNNNJurnal Komunikasi

https://yandeivita.blogspot.com/2017/02/deteksi-dan-perawatan-hivaids-vct-cst.html: NNNNDiakses
23 Maret 2020

Anda mungkin juga menyukai